Stkip Pgri Jombang
Stkip Pgri Jombang
Oleh :
Pipit Farida
BAB I
PENDAHULUAN
sastra dan mengatasi kemacetan dalam merebut makna karya sastra. Dasar dari
dalam Santosa, 1982 : 18). Berdasarkan pengertian ini, maka setiap tanda yang
1
terdapat dalam karya sastra, baik mengenai penanda maupun petandanya
makna dan fungsi. Makna dan fungsi ini sering kabur dan tidak jelas karena
sastra memang syarat dengan imajinatif. Oleh sebab itu, peneliti sastra
berjudul S/Z (Paris : Seuil, 1970) mencoba menuntun pembaca susastra untuk
lembaga perkawinan, tidak ada satu tokoh pun yang memperlihatkan seorang
dan D&R. Pada saat orde baru ia ikut mendirikan aliansi jurnalis independen
Utan Kayu, sebuah pusat kegiatan seni, pemikiran, dan kebebasan informasi.
Ia juga menjadi anggota komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta pada tahun
2006 - 2009.
wilayah ini seperti Djenar Maesya Ayu. Dr. Setya Yuwono sudikan, MA
pakar sastra dari Unesa pada seminar bertajuk ”fenomena pengarang wanita
munculnya banyak karya perempuan pengarang yang berbau seks itu lebih
masyarakat, ia mendapat Prince Claus Award pada tahun 2000 dan hadiah
memilih dan mengolah kata (diksi) yang demikian cemerlang atau kata-
Tapi bahasa yang canggih itu digunakan untuk mengemas gagasan besar yang
pikiran-pikiran, kata pepatah Perancis, dan memang daya ungkap Ayu Utami
memang luar biasa, sehingga pembaca dibuat terpukau dan terkejut sekaligus.
http://Asepsambodja.blogspot.com/2008/08/31
Dalam sebuah karya sastra dapat kita temukan beberapa kode atau
tanda, terlebih pada karya sastra yang berbentuk novel. Maka penulis tertarik
dalamnya.
Zawawi Imron.
puisi. Dimana kajiaannya adalah sebuah tanda yang terdapat didalam karya
sastra tersebut, dan tanda tersebut mencakup ikon, indeks, simbol dan modus
melalui Amanat yang terdapat dalam novel Larung karya Ayu Utami.
karya Ayu Utami dari modus transaksi amanat, khususnya di STKIP. Dari
semua paparan, maka peneliti ingin menganalis novel Larung karya Ayu
Utami dan modus transaksi amanat ini merupakan tujuan akhir dari
pembahasan.
B. Batasan Masalah
Larung karya Ayu Utami. Cakupan kajian modus transaksi amanat, meliputi :
a. kode teka-teki;
b. kode simbolik;
c. kode aksian.
C. Rumusan Masalah
Utami?
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
pembelajaran apresiasi sastra dan acuan bagi peneliti lain yang akan
F. Definisi Operasional
menafsirkan suatu karya sastra, karena setiap bentuk karya sastra mempunyai
yaitu:
1. kode teka-teki : kode yang memberikan belitan tanda tanya dalam batin
3. Kode aksian : kode yang berprinsip bahwa didalam tuangan bahasa secara
BAB II
LANDASAN `TEORI
sastra gejala yang universal. Akan tetapi, suatu fenomena pula bahwa gejala
Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni ( Wellek dan
kenikmatannya.
Karya sastra sebagai objek penelitian, metode dan teori sebagai cara
10
proses kelahirannya, teori dan metode selalu lahir sesudah karya sastra yang
Karya sastra baik berupa puisi, novel atau cerita rekaan maupun drama
terdapat berbagai macam lambang, antara lain : lambang warna, benda, bunyi,
suasana, nada, dan visualisasi imajinatif yang ditimbulkan dari tata wajah atau
tipografi.
cerita rekaan seperti alur, penokohan, latar, sudut pandang, amanat, gaya dan
suasana dapat kita kenali dari pemahaman tanda-tanda struktural sebuah cerita
rekaan.
karya sastra ini, maka diciptakannya sebuah ancangan semiotika. Dasar dari
ancangan semiotik ini adalah tanda sebagai tindak komunikasi. Teeuw dalam
bertugas meneliti berbagai sistem tanda, (Teeuw dalam Santosa, 1984, 46-47).
informasi atau pesan baik secara verbal maupun non-verbal, sehingga bersifat
penerima tanda akan makna informasi atau pesan dari pengirim pesan.
bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang ditandai oleh penanda itu,
yaitu artinya. Contohnya kata “ibu” merupakan tanda berupa satuan bunyi
yang cukup populer adalah konsep tanda menurut Barthes dan Saussure.
Menurut konsep mereka, tanda adalah hasil penggabungan antara signified dan
tanda sebelum bunga itu diberi sebuah arti (signified), misalnya bunga tanda
cinta, atau bunga tanda berduka cita. Pemberian arti dapat dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya diberikan pada situasi tertentu, pemilihan jenis bunga
Menurut Aart van Zoest (1993) tanda ialah segala sesuatu yang dapat
berwarna merah di jalan raya merupakan tanda. . Pengguna jalan raya mesti
berhenti. Tanda ’stop’ objeknya pengguna jalan raya, makna tanda ialah idea
himpunan. Tanda tidak semestinya konkrit, boleh juga abstrak. Apa yang
antara lain gerak atau isyarat, tanda verbal yang berbentuk ucapan kata,
maupun non verbal yang dapat berupa bahasa tubuh. Tanda isyarat dapat
berupa lambaian tangan, dimana hal tersebut bisa diartikan memanggil, atau
motor, genderang, tiup pluit, trompet, suara manusia, dering telpon. Ada
pengertian yakni yang menjadi alamat atau yang mengatakan sesuatu, gejala,
bukti, pengenal, dan petunjuk. Tidak semua tanda terlihat. Suara dapat
dikategorikan sebagai tanda, begitu juga bau, rasa, dan bentuk. Beberapa tanda
adalah penggunaan warna, ukuran, ruang lingkup, kontras, bentuk, dan detail
b.1 Ikon
Kata ikon berasal dari bahasa Latin, yaitu icon yang artinya ’arca,
patung’ (Prent, 1969:396) atau bisa diartikan ’gambar’ atau ’patung yang
oleh Pierce sebagai istilah dari bagian Semiotika, yaitu untuk menyebut jenis
menyebut tanda yang bentuk fisiknya memiliki kaitan yang erat dengan sifat
persamaan, bisa juga disebut yang mirip dengan objek yang diwakilinya.
Misalnya foto SBY sebagai presiden NKRI adalah ikon dari Susilo Bambang
15
Yudhoyono.
mempunyai persamaan. Paul Cobley & Litza Janz (1998) menyebut ikon
adalah tanda yang berhubung dengan objek tertentu karena keserupaan. Alex
Sobur (2003) ikon ialah tanda yang berhubungan penanda dengan petanda
terwujud sebagai kesamaan rupa yang terungkap oleh tanda. Peta atau lukisan
permukaan.
yang menjadi tanda pada penanda. Tegasnya definisi ikon didasarkan kepada
Ada juga dituntut membiasakan diri dengan kebiasaan estetik sesuatu bahasa
b.2 Indeks
akibat) antara penanda dan petanda atau disebut juga tanda sebagai bukti.
16
Misalnya : Asap api, asap menunjukkan indeks adanya api. Bunyi lonceng
melalui cara yang berturutan. Indeks merujuk objek yang menunjukkan kesan
mempunyai sifat nyata, bertata urut, sebab akibat dan selalu mengisyaratkan
sebab akibat antara penanda dengan petanda (Aart van Zoest 1990). Semua
tanda yang menyebabkan kita terkejut, tersentuh dan menjadi marah adalah
tanda-tanda indeks.
b.3 Simbol
Jalan tulisan “S” dicoret dengan garis warna merah menunjukkan simbol
dilarang berhenti.
Simbol merupakan salah satu jenis tanda yang bersifat arbitrer dan
sesuatu peraturan yang berlaku secara umum. Tanda yang berhubung dengan
Komunikasi yang diformulasikan dalam sebuah kode. Dalam hal ini dapat
berupa tutur kata, penomoran, formula bunyi, atau tanda-tanda yang lain. Oleh
sebab itu, sebuah amanat harus disampaikan melalui sebuah konteks dan agar
ada beberapa kode untuk memperoleh modus transaksi amanat. Yaitu : 1).
Kode teka-teki, 2). kode simbolik, 3). kode aksian. Ketiga kode ini
karya sastra itu sendiri (sigfinance). Makna karya sastra selalu bersifat kias,
pengarang. Oleh sebab itu, makna karya sastra agar dapat mengemukakan
oleh pengarangnya.
dia mewakili suatu proses seleksi satu di antara sekian banyak simbol yang
bahwa pesan yang sama dapat dikodekan dari berbagai sudut pandang dan
19
dengan mengacu pada berbagai sisrem konvensi. Dan pada karya sastra
menjadi tidak komunikatif. Jalinan antara satu kode dengan kode yang lain,
erat sekali hubungannya dalam membentuk sebuah karya sastra yang utuh,
berupa amanat dan tata nilai yang di ekspresikan oleh pengarang melalui karya
sastranya.
pembahasan dalam mengkaji karya sastra. Setiap bentuk karya sastra sudah
barang tentu memiliki pesan atau amant yang ingin disampaikan pengarang
kepada pembacanya. Jika sebuah analisis atau telaah karya sastra belum
sampai memperoleh amanat, maka analisis atau telaah itu belumlah sempurna
amanat. Sebab dalam amanat terkandung hikmah dan tata nilai yang luhur dan
Amanat dalam karya sastra merupakan arti yang relevan dalam rangka
hari. Suatu nilai akan memberikan petunjuk umum yang mengarah terhadap
tingkah laku dan kepuasan batiniah, yaitu berupa fakta kesadaran manusia.
memegang kendali yang kuat dalam mengkaji novel larung karya ayu utami.
simbolik, dan kode aksian. Semua kode tersebut dicoba diterapkan dalam
mengkaji amanat novel larung. Hal ini beralasan bahwa novel larung
sesuatu yang segera dapat dipahami. Misalnya dalam sebuah karya sastra,
personifikasi manusia dalam menghayati arti hidup dan kehidupan. Hal ini
perlambangan didalamnya.
sebuah peristiwa atau kejadian yang terdapat dalam cerita rekaan tidak
ditampilkan secara serentak, dalam tanda tulis tentu sulit dan tak mungkin
dilakukan secara serentak. Oleh sebab itu, suatu perbuatan harus disusun
hidup.
tanda dan kode yang harus dipecahkan, maka kelebihan dari semiotika
adalah menyeleksi tanda dan kode yang memiliki kaitan fisik, sehingga
22
Ikon Indeks Simbol Argumentasi yang dikemukakan dalam teori semiotika adalah
Pesan Pengarang
asumsi bahwa karya sastra / seni merupakan proses komunikasi, dalam hal
ini karya seni barupa karya sastra dapat dipahami semata-mata dalam
kode bukanlah milik dirinya sendiri, tetapi berasal dari konteks dimana dia
diciptakan, dimana dia ditanam. Jadi, sebuah tanda memiliki arti sangat
saja.
NOVEL LARUNG
Karya Ayu Utami
22 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
yang jelas terhadap karya sastra yang menjadi objek penelitian. Pemilihan metode
yang tepat dan sesuai dengan objek penelitian sangat menunjang keberhasilan
Belitan Tanda tanda
penelitian
tidak diperoleh melalui prosedur statistic atau bentuk hitungan lainnya, contohnya
tindakan, dan lain-lain. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
bentuk deskripsi.
artinya data dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskriptif fenomena, tidak
dengan angka-angka atau koefisien tentang hubungan antar pararel. Data yang
24
tepat dan sesuai untuk Novel Larung karya Ayu Utami adalah pendekatan
kata-kata tertulis.
Sumber data dalam penelitian ini adalah Novel Larung karya Ayu
Jakarta.
Data yang diperoleh dari sumber penelitian pada novel Larung karya
• kode teka-teki,
• kode simbolik,
berikut:
a. Metode Batat
dengan jalan membaca keseluruhan teks atau literatur yang menjadi objek
yang penting yang ada hubunganya dengan judul penelitian. Catatan yang
b. Metode Deskripsi
Metode studi pustaka adalah metode yang digunakan untuk mencari dan
26
D. Instrumen Penelitian.
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga
untuk mencatat
Tabel Instrumen
kalimat dalam
novel
Kode teka- Kode Kode
Keterangan:
Kolom keempat di isi jumlah kode teka-teki, kode simbolik, dan kode
BAB IV
DESKRIPSI DATA
A. Modus27
Transaksi Amanat Novel Larung
Sebuah modus transaksi amanat akan menjadi mungkin, setelah kita
menangkap premise mayor atau gagasan utama yang mendasari seluruh isi
dalam Novel Larung, sehingga kita memperoleh value atau nilai-nilai yang
pembaca sebagai penerima pesan. Barangkali, dalam Novel Larung ini, Ayu
meruntuhkan lembaga perkawinan, maka tidak ada satu tokoh pun yang
adalah sebaliknya. Para tokoh perempuan itu, yakni Laila Gagarina (Laila),
dari sebuah pertanyaan inti yang dikandung karya sastra. Kode teka-teki
dipahami. Misalnya dalam sebuah karya sastra, siapakah mereka?, apa yang
menemukan semua jawaban dari belitan tanda tanya dalam benaknya. Seperti
yang kode Tanya atau belitan tanda Tanya yang terdapat dalam benak
timbul Tanya, dalam hal ini perlu di usahakan untuk adanya interpretasi pada
larung adalah cucu yang ingin membunuh Simbahnya sendiri karena Larung
sudah jenuh merawat Simbah ketika melihat usia Simbah tak kunjung mati
30
teki timbul pada pembaca ketika pembaca sudah berimajinasi tentang keadaan
Simbah. belitan tanda tanya kenapa Simbah bukan seperti manusia pada
manusia menjijikkan yang juga tidak punya rasa kemanusiaan terhadap orang-
betapa tua renta dia untuk tidak bisa melakukan apa-apa. Simbah hanya bisa
Padahal Simbah di usia 150 tahun seharusnya hanya bisa diam tanpa
gerak atau mungkin mati tertelan bumi dan sudah tanpa tulang yang
jawaban dari semua pertanyaan karena Simbah adalah manusia yang mendapat
kekuatan bukan dari dunia manusia, melainkan dari alam gaib yang syirik
sehingga usia sudah terlampau tua, tubuh menjijikkan dan kekejian keluar dari
mulutnya tapi belum bisa meninggalkan dunia. Dalam hal ini, bisa dibuktikan
dengan:
(Larung,2004: 14)
pada pembaca pasti muncul ketika pembaca ingin mengetahui, kenapa pada
usia empat puluh lima atau barangkali lima puluh tahun Simbah masih bisa
melahirkan?, dan Simbah kenapa bisa kuat sekali? Pembaca mulai berfikir
Pembaca akan berfikir usia normal untuk melahirkan pada usia seperti
Simbah sudah pasti tergolong resiko tinggi yang bisa menyebabkan kematian.
Tapi kenapa tokoh Simbah dalam novel Larung seperti itu? Semua akan
Hal ini dikarenakan adanya kekuatan yang ada pada tubuh Simbah
sehingga Simbah bisa melewati semua itu, seperti melahirkan pada usia
Sebelum susuk dan gotri itu dikeluarkan dari badannya, dan jampi-
jampi dilepas dari mulutnya. Ia tak bisa mati meskipun telah lama
mati.
(Larung,2004: 15-17)
pembaca pasti muncul, seperti apakah kekuatan yang dimiliki Simbah dalam
tubuhnya sehingga ia bisa terus hidup sampai usia 150 tahun? Dalam hal ini
pembaca pasti bisa berimajinasi dalam menjawab semua belitan Tanya dalm
dirinya.
Dalam tubuh Simbah menyimpan susuk dan gotri, sebelum susuk dan
32
gotri itu dikeluarkan dari dalam tubuhnya, Simbah tidak akan bisa mati. Dan
mungkin kita juga akan mendahuluinya untuk pergi dari kehidupan ini.
mengeluarkan susuk dan gotri dari dalam tubuh Simbah? Hal ini bisa terjawab
pada kutipan selanjutnya, yang tebih menjelaskan tentang sosok Larung yang
pembaca pasti ingin segera terjawab. Apakah yang dilakukan Larung dan
Larung, yaitu enam buah cupu yang berbentuk bulir-bulir kasar yang mungkin
Dengan tanganku yang gentar kupungut dari dalam kantong satu per
satu biji-biji cupu dan kususun di pertemuan rusuk-rusuknya dengan
tanganku yang gentar.
( Larung 2004: 57)
33
sekeliling kita, seperti apakah Simbah? Yang hanya bisa mati dengan enam
buah cupu? Yang hanya di berikan oleh eyang Suprihatin teman seperguruan
kantongnya satu per satu yang kemudian keenam cupu itu dijajarkan di tubuh
Simbah, dari dada hingga pusar, sehingga akan membuat arwahnya terbuka,
karena dalam tubuh Simbah menyimpan sebuah rahasia, kekuatan yang jauh
lebih berat dari timbangannya. Tapi kenapa bola hitam matanya masih
mati? Terbesit tanya pada setiap kelanjutan tingkah laku setiap tokoh
sampai pubis dan hingga ujung rusuk keenam, satu di kanan satu di kiri.
Semua yang dilakukan Larung semata ingin mencari susuk dan gotri
keraguannya pada kematian Simbah, tetapi semua yang dilakukan Larung sia-
jawaban pada setiap perilaku Larung sesudah melakukan hal-hal yang telah
membuat Larung yakin Simbah sudah mati, dalam benak pembaca akan
muncul kode teka-teki atau belitan tanya. Apakah Larung tetap mengacak-
acak tubuh Simbah dan terus mencari susuk dan gotri sampai Larung
menemukan barang itu? Ataukah Larung akan berhenti melakukan semua itu?
sikap Sihar, dan Laila pun merasa ia tidak terlalu dibutuhkan oleh laki-laki itu.
belitan Tanya dalam benak pembaca mulai muncul ketika dihadapkan dengan
Mengapa sikap Sihar terhadap Laila seperti itu? Sihar yang sudah
punya istri mengapa masih bersikap mesra pada Laila? Semua itu akan
melewati proses bersama Sihar. Obsesi Laila pada lelaki itu seolah mencapai
perasaannya sendiri, dan bagaimana agar ia bisa berkencan lagi dengan Sihar?.
Ada sebuah kenyataan ironi di dalam hubungan mereka. Dari sikap Sihar yang
secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa Sihar adalah tipe laki-laki yang
janda beranak satu, semakin mempertegas hal itu. Sedangkan Laila, adalah
begitu menggebu-gebu untuk bisa bercumbu dengan lelaki itu, sampai ia pun
datang karena keberadaan istri Sihar. Akan tetapi, keraguan tadi justru muncul
Sihar dan Laila. Pada (Larung,2004: 99) dijelaskan bahwa sebenarnya Sihar
sadar kalau sudah berkeluarga, begitu juga dengan Laila yang menyadari hal
itu. Tapi kenapa mereka masih berhubungan? Padahal Sihar takut untuk jatuh
Laila, perselingkuhan mungkin lebih tepat menyebut mereka. Sihar dan Laila
Pembaca akan muncul Tanya lagi, apakah itu hanya nafsu dan
menemukan jawabannya, mungkin ini terjadi diluar dugaan Laila dan Sihar.,
imana Sihar yang mempunyai istri tetapi masih berhubungan dengan Laila.
semua itu, dan Sihar mungkin tidak merasa berdosa karena istrinya janda dan
Malam ini, Please Laila, mala mini aja, persetan dengan laki-laki.
Apalagi yang sudah kawin.
38
(Larung,2004: 118)
Kutipan kalimat (Larung,2004: 118) mengandung kode teka-teki
ketika pembaca ingin mengetahui Cok meminta kepada Laila untuk sejenak
Cok yang merupakan sahabat Laila tidak ingin sahabatnya larut dengan
dirinya. Cok yang mengetahui setitik air telah terkumpul di ujung dalam
gairah sahabatnya dengan secangkir kopi. Bukan Cok saja yang menemani
minum arak beras dengan camilan rumput laut serta lotus di Sake House.
Ya, gue bisa di bilang begitu karena gue udah tidur dengan entah
berapa lelaki. Perawan, lakor, duda. Sampai kadang capek.
Hubungan-hubungan pendek membikin kita yakin bahwa cinta dan
seks itu nggak istimewa amat.
(Larung,2004: 118)
tersendiri. Hal ini bisa membantu pembaca menemukan jawaban dari semua
39
apa yang dia tahu tentang laki-laki? Mereka lebih tahu tentang Saman, Dan
mulai bisa menjawab tentang semua Tanya mengenai Laila pada saat bersama
menggunakan sepatu buts, celana ketat berwarna hitam, baju leher tinggi jaga
didalam hati Sihar mengucap kata maaf kepada Laila. Yang selanjutnya
Saya ingat ketika Sihar datang dengan istrinya sebagai mana saya
ingat ketika dia masuk kedalam taxi dan tak menatap saya lagi.
(Larung,2004: 127)
pembaca terdapat pada perhianatan yang dilakukan Sihar kepada Laila. Tanya
pembaca dalam hal ini berupa; Mengapa Laila merasa dirinya dikhianati?
setelah dikhianati Sahar ketika bersama istrinya, Laila begitu sakit melihat
Sihar dan istrinya masuk dalam taxi tanpa menolehnya lagi. Dari sinilah
masih telepon Laila? Dan kekecewaan pada Laila tapi masih menharapkan
telepon Sihar.
41
tokoh tersebut. Laila yang sangat berharap ditelepon Sihar, kemudian rasa itu
hilang. Tapi tiba-tiba telepon berdering, dan suara Sihar yang terdengar. Sihar
semua kepada Laila, bagaimana sulitnya mengatur waktu ketika Sihar sedang
bersama istrinya.
pikiran pembaca muncul setelah ada ucapan Shakuntala untuk mengajari Laila
menari.
pantry dipadamkan. Ternyata Laila menikmati semua itu dan bisa melupakan
Sihar sejenak.
tersebut? Pentingkah semua itu? Pembaca akan terus mencari jawaban untuk
berdebat soal itu, karena Yasmin merasa Sihar tidak mencintai Laila, dia
terang dan konsekuen tetapi semua itu tidak ada pada diri Sihar.
teki, yang menjadi belitan Tanya dalam benak pembaca. Pembaca dihadapkan
pada pertanyaan, Siapakah anak yang menjadi target dalam daftar itu? Kenapa
anak itu menjadi target yang masuk dalam daftar? Ada apakah sebenarnya?
Pada kutipan (Larung,2004, 258) dijelaskan bahwa Saman, Larung dan Anson
adalah target yang masuk daftar pencarian yang di kategorikan dalam bagian
Dimana peristiwa itu hanya rekayasa dari dalam puncak kongres IV di Medan
menjadi ketua umum partai. Dan pad tanggal 27 Juli 1996 pasukan yang
mengakibatkan kerusuhan.
siapakah Lettu Bram Marsudi? Dan meskipun dia keponakan Brigjen Prabas
bisa menginterpretasi dalam hal yang mengenai peristiwa pada 27 Juli 1996.
Sehingga Saman, Larung dan Anson bisa bertemu dengannya. Lettu Bram
Marsudi adalah orang yang menangkap Saman, Larung dan Anson yang
kemenakan RI-1. Dan tela mendapat penghargaan serta kenaikan jabat pada
Pesan atau amanat kode teka-teki yang terdapat pada novel Larung hendaknya
bisa menjauhkan kita dari kekuatan dikuar dunia manusia, agar kita terhindar
dari hal-hal yang bersifat negative yang bisa berdampak pada diri kita sendiri.
personifikasi manusia dalam menghayati arti hidup dan kehidupan. Hal ini
dan dinamis oleh pembaca. Melalui alur, yaitu berupa motif kematian, motif
kehidupan yang penuh dinamika dan silih berganti. Irama dan gerak
kehidupan selalu berubah-ubah diantara satu peristiwa dan peristiwa lalu, satu
masalah dengan masalah yang lain, dan satu tugas dengan tugas yang lain
saling menyusul.
seperti dalam kehidupan Larung yang mencari dan berusaha mencari cara
untuk membunuh Simbah dengan berbagai hal, dan empat berkawan antara
Cok, Laila, Yasmin dan Shakuntala yang mempunyai kehidupan seks dengan
bebas dan dengan adanya perselingkuhan diantaranya. Dan meraka juga harus
1996.
jauh dengan Sihar, kini merasa dirinya terlepas bagaikan seekor burung.
Laila merasa telah berdosa. Karena ia merasa berada di bawah aturan sistem
nilai yang berlaku di Indonesia. Tetapi, kini situasinya menjadi lain, dimana
sama sekali tidak mempedulikan apakah perempuan itu masih perawan atau
mengenaskan itu, sebagai aktifis yang dijadikan kambing hitam oleh pelaku
pemerintah orde baru dalam sengketa internal yang terjadi antar Partai
sebuah strategi politik yang dilakukan rezim orde baru demi kepentingan
47
perebutan secara paksa kantor DPP PDI Jakarta Pusat yang dikuasai kubu
Letkol. Zul Effendi terlihat berada di sana dan ikut mengatur menit-
( Larung 2004:177)
maupun POLRI adalah sebuah fakta yang tak terbantahkan. Peristiwa ini
menemukan data bahwa dalam tragedi ini, 5 orang meninggal dunia, 149
yang berkuasa tetap berkuasa dan menang dalam segala hal, yang kalah atau
fakta sejarah dengan menjadikan para aktivis PRD sebagai kambing hitam
yang menjadi dalang dari kerusuhan ini. Akibatnya beberapa aktivis PRD
48
tumbang proses hukum untuk menyelesaikan masalah ini juga terkesan angin-
anginan. Beberapa tokoh militer yang dianggap terlibat pun divonis bebas oleh
masyarakat bisa melihat, bila sudah berhadapan dengan penguasa, hukum pun
tidak bisa berbuat apa-apa. Dunia perlambangan pada peristiwa 27 Juli juga
pada novel Larung dapat kita peroleh melalui contoh kekuasaan pada
Hal itu dikarenakan Soeharto masih ingin tetap langgeng dalam kekuasaannya.
Peristiwa 27 juli 1996 sangat tidak baik kita terapkan dalam kehidupan kita
sehari-hari, yang berkuasa tetap berkuasa dan menang, yang kalah makin
peristiwa atau kejadian yang terdapat dalam cerita rekaan tidak mungkin
dalam tanda tulis tentu sulit dan tak mungkin dilakukan secara serentak. Oleh
sebab itu, suatu perbuatan harus disusun secara linier, bukan berarti harus
dilakukannya dengan penuh kasih saying, tetapi kehidupan Simbah di usia 150
tahun yang bahkan tidak layak hidup lagi di dunia berakhir dengan enam buah
cupu yang diberikan oleh eyang Suprihatin teman seperguruan Simbah kepada
Larung.
Simbah mati dan dimakamkan di kebun belakang dekat sumur pompa. Semua
kejadian-kejadian itu tersusun secara linier, dan hal ini bisa juga dibuktikan
berada di sekitarnya. Cokorda Gita Magaresa atau Cok adalah sosok paling
Cok yang lebih dulu melakukannya atas dasar keinginan dan kepuasan. Hal ini
Lho, justru lakor itu aman, Min. Mereka nggak posesif karena punya
keluarga. Bujangan cenderung mau menguasai kita. Dengan lakor,
kita bisa putus dengan gampang.
(Larung, 2004:89).
hubungan, Cok selalu mengincar kepuasan lain tidak peduli bujang atau lai-
laki orang (lakor) diluar rasa cinta: Seksualitas, dan kepentingan bisnis.
Karena Cok adalah seorang pengusaha yang mengelola sebuah hotel miliknya
sendiri, dan Cok adalah perempuan yang tidak ingin terikat dengan laki-laki.
Ia bebas ingin menikmati apapun tanpa ada sebuah ikatan dan itu terjadi
contoh diantaranya.
Hal ini terlihat pada waktu Shakuntala menarikan Sita, Rama dan Rahwana.
linier pada sosok Laila yang baru saja mengalami kekecawaan terhadap Sihar
sendiri. Kapan ia menyadari ada sisi kelaki-lakian dalam dirinya dan apa
Tetapi lelaki dalam diriku datang suatu hari. Tak ada yang memberi
tahu dan ia tak memperkenalkan diri, tapi kutahu dia adalah diriku
laki-laki. Ia muncul sejak usiaku amat muda, ketika itu aku menari
baling-baling.
(Larung, 2004:133).
sosok Shakuntala dijadikan sebagai wujud metaforis dari jiwa manusia dengan
Pembagian tersebut tidak hanya sebatas pada jenis kelamin yang dimiliki, tapi
memiliki makna lebih di luar hal-hal fisik. Daya tarik kepribadian atau
karisma, dan lain-lain. Laila, sahabatnya bisa secara spesifik merasakan unsur
Aku mempunyai kakak lelaki. Dia anak pertama ayah ibuku. Orang
tuaku percaya bahwa pria cenderung rasional dan wanita emosional.
Karena itu pri akan memimpin dan wanita mengasihi. Pria
53
itu pria memimpin dan wanita memelihara. Pria membikin anak dan wanita
melahirkan.
pengarang dalam karya sastranya adalah suatu peristiwa yang sungguh terjdi
juga badan dan wanita tidak mungkin dipaksa untuk semua itu.
wanita terkesan lemah, wanita hanya ditakdirkan untuk berada dibawah laki-
laki dalam tata nilai keluarga. Dan apabila semua itu tidak sesuai, wanita bisa
membangkang dari aturan kapan saja, seperti pada tokoh-tokoh yang ada
juga yang menyebabkan Yasmin sangat tergila-gila kepada Saman dan bukan
lelaki lain, termasuk suaminya sendiri. Dari sini bisa dilihat bahwa
Kita tertangkap.
(Larung,2004: 254)
naik kapal selepas dari pulau hantu menuju laut terbuka Cina selatan, Anson,
Bilung, Koba, Wayan tagog, Saman dan Larung sdah merasakan kecemasan
ketika tirai kapal yang berlapis-lapis terlihat ada sebuah kapal nelayan
secara linier mulai dari keberangkatan sampai akhirnya bertemu dengan polisi
Yasmin. Akhirnya keenam lelaki itu menjadi tahanan dan mereka dirantai
dan para petugas sudah bersiaga, padahal mereka tidak tahu yang datang itu
siapa. Kehidupan yang tersusun secara linier tercipta ketika kedatangan perahu
secara berurutan. Pesan atau amanat kode aksian pada novel Larung tidak
semua peran dalam kehidupan bisa tersusun secara berurutan, tetapi semua
Tabel Rekapitulasi
1 (Larung,2004) 03
2 (Larung,2004) 07
3 (Larung 2004) 10
4 (Larung 2004) 14
5 (Larung,2004) 15-17
6 (Larung 2004) 44
7 (Larung 2004) 57
8 (Larung 2004) 71-72
9 (Larung 2004) 71-72
10 (Larung,2004) 86
11 (Larung,2004) 89
12 (Larung,2004) 99
13 (Larung,2004) 118
14 (Larung,2004) 118
15 (Larung,2004) 123
16 (Larung,2004) 127
(Larung,2004)
17 127
(Larung,2004)
18 128
(Larung,2004)
19 128
(Larung,2004)
20 128-129
(Larung,2004)
21 131
(Larung,2004)
22 131-132
(Larung,2004)
23 (Larung,2004) 133
58
24 (Larung,2004) 138
25 (Larung,2004) 146
26 (Larung,2004) 164-165
(Larung,2004)
27 176
(Larung,2004)
28 177
(Larung 2004)
29 186
(Larung,2004)
30 254
(Larung,2004)
31 257
(Larung,2004)
32 258
33 262
mendapatkan itu.
19 Anak itu adalah target yang ada (Larung,2004, 258)
dalam daftar.
20 Kalau tidak salah anda Lettu Bram (Larung,2004: 262)
Marsudi, keponakan Brigjen
Prabas Sasmoyo, komandan
pasukan khusus.
BAB V
PENUTUP
65
65
A. Simpulan
transaksi amanat dalam Novel Larung karya Ayu Utami diperoleh beberapa
secara demokratis
gotri.
27 Juli 1996.
disekitarnya.
B. Saran-saran
sebagai berikut:
penelitian-penelitian
67
memperkaya keberadaan
teori sastra.
dimanfaatkan sebagai
melakukan penelitian
Utami dengan
menggunakan kajian
semiotik.
memperoleh nilai-nilai
mendapat pencerahan
DAFTAR PUSTAKA
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Tehnik Penelitian Sastra.
Yogyakarta:Pustaka Belajar
http://Asepsambodja.blogspot.com/2008/08/31
70
Larung
Minggu, 19 Oktober 2008 22:31 administrator
Sinopsis:
Lanjutan kisah Saman. Saman telah menjadi pelarian politik di New York.
Shakuntala mendapat beasiswa sebagai penari di kota besar dunia itu. Tiga wanita
yang lain datang berkunjung. Diam-diam mereka membawa misi rahasia untuk
menyelamatkan tiga aktivis kiri untuk melarikan diri dari tanah air.
Dalam misi rahasia itu muncul seseorang: Larung. Tokoh ini gelap dan
menimbulkan keraguan. Akankah Saman berhasil menyelamatkan para aktivis
mahasiswa itu?
Novel Larung diterbitkan juga ke dalam bahasa Belanda (de Geus).
tahun 1985
pukul 5:12 Siapakah yang menentukan jam kematian seseorang?
Selalu ada aroma perjalanan pada rel dan subuh. Lampu sisa malam pada tembok
muram dan tepi jalan. Kuning, semakin padam oleh langit yang bangkit.
Dan inilah yang terjadi setiap dini sebagaimana terjadi jam lima ini:
Ketika bau hangat matahari telah tercium di timur laut, sebelum warna terangnya
terpantul pada atmosfir, burung bencé segera menghentikan tur malamnya lalu
menyusup ke sebuah ceruk yang tak diketahui cahaya. Dengarlah, kita hanya
menangkap sisa-sisa gema triolnya, tinggi dan jauh, lalu hilang dalam warna
hitam di balik gedung dan pepohonan. Ada makhluk-makhluk, seperti kelelawar,
yang tidak menyukai terang.
Tetapi burung dandang-haus tetap berkitar-kitar meski fajar akan segera
menelanjangi segala yang muncul dari permukaan bumi ke dalam cahayanya yang
congkak. Orang menyebut kehadirannya tanda buruk. Dan kita tahu, jika bunyinya
masih terdengar, getir yang tinggi namun tidak jauh, kita tahu bahwa ia telah
mencium bau kematian di dekatnya (di dekat kau dan aku, yang mendengar
nyanyinya). Maka ia tidak pergi ke dalam gelap sebab ia tahu matahari tak mampu
mengusir maut. Terang tidak mengalahkan kematian.
Dan inilah yang terjadi pada setiap subuh yang tak diketahui orang:
Ketika burung dandang hinggap pada nok di bubungan, dan di rumah itu
seseorang mati dini hari dengan dada membiru, maka kita tahu bahwa sebelumnya
71
dengan bulu-bulu kecil. Dan kuping, sahabatku, adalah tubuh kita yang tak pernah
menjadi tua. tulang yang tetap rawan sampai kelak tiada. Lihatlah ulirnya,
cupingnya, debu bercampur minyak di sana yang menimbulkan bau bantat yang
gurih, dan liang gelap itu, di mana ada cairan lumas yang melindungi gendang
yang lunak, dan gemuk itu mengeluarkan bau pahit yang sengak sehingga
serangga tak mau pergi ke sana. Liang vagina mengingatkan aku pada jaringan
seperti malam tempat hidup pertama dilentuk, bau asam yang menanti basa mani,
lembab dan hangat, tapi lorong telinga mengingatkan aku pada kematian: sebuah
akhir yang tak selesai.
Bu, pucuk daun kupingmu runcing seperti mambang.
“Aduh, terima kasih banyak, Bu.”
“Ya, ya… Anak menjenguk simbah di sini?”
Tetapi peluit berbunyi dengan hembusan beberapa nada seperti dalam minor yang
disonan dan ia segera pergi. Bagaimana Ibu bisa tahu?—kataku dalam sendiri.
Aku ke sini untuk membunuh nenekku. tapi ada angin dingin yang bertiup dari
luar seperti menahanku dari gerbang.
Kereta berangkat ketika itu, saat kulihat ia masih berdiri dalam wagon yang
sambungannya bergerit-gerit, gerbong demi gerbong membikin rangkaian yang
bergerak dalam gertak-gertak mula yang lambat dan berat, lalu makin gegas,
makin lekas: kereta pergi ke arah timur, seperti hendak menyusul pagi. Lonceng-
lonceng peron, suara pengumuman yang rutin. Stasiun adalah mesin arloji
mekanik setiap hari: ada yang selalu kembali pada jalur, plat-plat logam, tuas-tuas
yang menggerakkan gir, roda, dan genta-genta kecil.
Aku bukan orang yang percaya takhayul, rasanya. tapi siapakah perempuan tua itu
yang lari dari gerbong mengembalikan buku alamat? Barangkali ia hanyalah
sebuah firasat. Bahwa aku telah ketinggalan—atau suatu kekuatan telah membikin
tertinggal dalam kereta—notes adres yang tanpanya aku akan gagal membunuh
nenekku dalam perjalanan kali ini. Dan ibu tua itu barangkali adalah pertanda
bahwa aku harus menyelesaikan rencana itu.
Dari pintu stasiun bermunculan wajah-wajah berminyak tukang becak yang
bersaing penumpang dan lupa pada bau ketiak, mbok pedagang jeruk, juga
penjaga peron yang tak peduli.
Mas Becak, (Mas Becak yang ngantuk), bawa aku ke Penginapan Wigati di jalan
Agus Salim, tetapi pernahkah Mas melihat hantu?
Ya. Ia bercerita sambil mengayuh perlahan: Seorang pemuda turun dari kereta
sebelum subuh. Penumpang terakhir sebelum sepur berikutnya. Ia minta diantar
ke gang Lor, kirakira hisapan satu klobot jauhnya dari stasiun. Anak itu nampak
biasa saja, tetapi ia masuk ke rumah dan tak keluar lagi hingga suara adzan
membangunkan saya dari tidur menunggu dalam becak. Lalu saya bercerita pada
ibunya yang keluar pagi-pagi untuk menyapu ratan dan membakar daun-daun
kering: anak Ibu belum membayar ongkos becak saya. Lalu ibu itu menangis
mendengarnya dan bercerita pada saya bahwa anaknya tergilas kereta api tujuh
73
hari lalu dan mereka hampir-hampir tak bisa menguburnya karena tubuhnya telah
menjadi serpih-serpih daging dan penggali makam merasa sia-sia telah membuat
lubang sepanjang dua meter. Lalu ibu itu berhenti menangis dan berkata,
syukurlah, anakku telah pulang hari ini.
Apakah ia berbau?
Siapa?
Si anak.
tidak sama sekali.
Aneh, hantu biasanya berbau, anyir atau harum (hanya yang masih hidup yang
berbau apek). Barangkali Mas pilek pagi itu. Apakah si ibu menggantikan ongkos
becak?
Ia menggantikan tujuh kali ongkos pulang pergi.
Sayang, kalau anaknya mati empat puluh hari sebelumnya, Mas akan mendapat
ganti empat puluh kali. tapi, pada hari keempat puluh umumnya arwah yang mati
telah sungguhsungguh meninggalkan dunia, ke surga atau ke neraka, tak ada yang
tahu. Ia tak akan pulang pada hari keempat puluh.
Tapi, betismu sungguh mengkal. Berbuah-buah dengan keras dan indah, seperti
patung beton cor yang diciptakan seniman realisme sosialis. Apakah perut Mas
juga berbuah-buah? Ndak tahu, katanya. Saya tidak pernah melihat, saya tidak
punya pengilon.
tapi Mas punya istri?
Istri saya sudah lama mati.
Ia mati sebelum bilang apa-apa tentang perut Mas? Kalau lonte-lonte di tepi rel
itu, apa komentar mereka tentang perut Mas?
Ia tertawa. Waktu itu juga ada yang mati ketabrak sepur.
Kasihan, betapa hidup ini penuh dengan cerita orang yang mati.
“Mas bade tindak pundi ing mriki?” lalu ia seperti mengalihkan pembicaraan.
“Aku arep mateni simbahku.” Aku mau membunuh nenekku.
“Lho, kenapa?”
“tidak apa-apa. Dia terlalu bawel aja, dan dia sudah waktunya meninggal.”
Setelah itu kami tidak bicara lagi.
Inilah nenekku: Ia sudah begitu tua. Seperti sudah bukan manusia bukan
perempuan bukan lelaki, seperti bekas manusia. Zombi atau mumi, barangkali.
Jika engkau melihat tangannya yang sedang dijulurkan di atas perdu teh-tehan
pada saat berjemur pukul sepuluh pagi, kau akan merasa bertemu tokek raja yang
kulitnya bukan keriput melainkan keras dan berserat seperti batang kayu,
berbelang tua dan muda oleh pigmen yang tak lagi rata. tubuhnya seperti telah
koma sehingga hanya otototot tak sadar saja yang bekerja, bernafas, membuang
keringat, kencing, dan tai. Aku merasa hanya kepalanya saja yang masih hidup.
tapi lihatlah wajah itu, pelupuk yang menyisakan celah sempit saja bagi pupilnya
mengintip dunia, dan bagi dunia matanya hanya nampak sebagai kelereng hitam
dengan lapis-lapis katarak seperti langit malam yang pudar oleh kabut. Dan kalau
aku membuka kelopaknya untuk meneteskan pirenoksin pada permukaan yang
74
lunak itu, maka albumennya (aku selalu membayangkan mata sebagai telur) telah
penuh dengan pembuluh-pembuluh lelah sehingga kita lupa pada warna putih.
Aku yang merawatnya. Inilah yang kukerjakan saban pagi: mendudukkan tubuh
ringannya pada kursi roda dan membawanya ke kamar mandi, lalu kubasuh
dengan air hangat serta sabun non-deterjen. Dua atau tiga kali seminggu
kusandarkan ia di kloset dan kubersihkan kotorannya yang tak lancar sebab
metabolisme yang lamban. Bau yang disimpan lama dalam lembab. tai yang tak
liat. tidak coklat tidak hitam melainkan bau. Badannya kukeringkan dengan
handuk lalu kubopong kembali ke ranjang, kubedaki bagai bayi celah-celah
kulitnya. Aku obati ulkus bernanah pada tumit dan tulang ekornya, juga borok
yang memperlihatkan ujung iga kanan seperti cula yang tak jadi tumbuh, jaringan
kulit yang terkikis oleh beban tubuh sebab ia berbaring dengan posisi yang hampir
selalu sama bertahun-tahun. Simbah, tidakkah tubuhmu lupa pada rasa sakit?
Begitulah ia tiap-tiap hari di hadapanku, sebelum waktunya berjemur pukul
sembilan hingga sepuluh: telanjang tanpa daging. teronggok pada kasur. Dada
yang panjang susut, puting yang kaku, tak tersisa seglendir kelenjar pun di
dalamnya, segalanya telah menjadi pipih, tempat ayahku yang mati pernah
menyusu. Jembut putih pada labia yang menghitam.
Sebelum kukenakan pakaiannya serta kusisir rambutnya yang panjang dan telah
begitu jarang, aku selalu berlamalama menyaksikan lekuk-lekuk tulang belakang
di bawah kulit punggungnya, begitu jelas seperti pipa udara yang telah menghisap
jutaan debu, ruas-ruas vertebra itu melengkung ke kanan depan. Rangkamu tanpa
kalsium, condong hampir melingkar, seperti mencari aroma tanah dan tak siapa
pun bisa menegakkannya kembali. Belulang yang menunggu punah.
Setiap kali aku berhubungan dengan tubuh yang masai tanpa daya itu, menyentuh
permukaannya yang kesat, kelaminnya yang menyisakan lembab, jemariku, diriku
adalah kelunakan dua siput bugil yang tak jantan tak betina, dengan tubuh warna
dodol yang berlumur lendir, ketika birahi menggeliatkan jaringan yang semula
pipih pada tanah, sebelum berbelitan dalam persetubuhan yang lamban dan
menjijikkan dari dua moluska dengan sungut-sungut halus. Lihatlah, kawan,
betapa ganjil keintiman antara sepasang makhluk hermafrodit yang memualkan
mulut. Pandanglah keindahan yang lahir dari kejijikan. Bukankah hidup adalah
kutukan.
Dan sembari aku membacakan koran pagi, ia selalu bicara kepadaku dengan leher
yang berteriak tetapi suara seperti derit yang keruh. Hanya bau tajam salak alum,
sepat, yang keluar dari mulutnya seperti berasal dari sesuatu yang busuk di rongga
perutnya. Enzim dan liur yang tak lagi jernih. Cuma daun telinga yang tak
menjadi tua.
“Larung,” ia selalu memanggil setelah menatapi aku lama. “Larung. Anak
lanang.” Dengan matanya yang hanya hitam (kadang aku teringat mata kera).
“Anak lanang, persis bapakmu, persis mbah kakungmu.” Nenekku hanya mau aku
yang mengurus. Ia cepat merajuk jika pembantu atau perawat, bahkan ibuku,
menantunya, yang meladeni. Atau, barangkali ia hanya menghargai keturunan
75
laki-laki. Atau, ia hanya mencintai laki-laki. Siapakah aku bagi dia: cucu, anak,
suami?
Setiap kali aku menatap mata yang menatap aku itu, aku adalah monyet betina
yang menyusui dan mata itu milik bayiku ketika mulutnya mencucup ujung
susuku dan tangannya memijat dan telinganya mencari-cari detak jantungku yang
memberinya ketenangan. Marilah, aku adalah ibu yang tahu, dekap dan degupku
menyamankan, serta bulu-buluku melindungi sosok rentanmu.
Tapi tubuh nenekku menyimpan rahasia. Kekuatan yang jauh lebih berat daripada
timbangannya. Seseorang yang mampu melihat aura akan bisa menyaksikan prana
hitam di sekelilingnya. Bukan jingga, putih, atau nila, melainkan sinar hitam.
Seperti lubang gelap pada galaksi, itu adalah energi sesuatu yang mati. Bintang
masif yang semula hidup tetapi kemudian padam dan gerak matinya menghasilkan
ruang gravitasi tempat cahaya pun surut sehingga tak ada terang di sana. Lama-
lama aku tahu bahwa ia seharusnya sudah lama mati. tetapi rahasia membuat
organ-organ tubuhnya tidak berhenti berdenyut.
Dan orang bisa melihat pancar rahasia itu dalam kekejian yang aneh pada dirinya.
Kukatakan demikian, sahabatku, karena sosok dan odornya telah begitu
menyedihkan sehingga tak seorang pun sanggup membencinya. Nenekku adalah
siksaan bagi yang melihatnya, tapi kau akan merasa berdosa jika memalingkan
wajah dari dia. Atau menutup hidung di dekatnya. Setiap yang bertatapan dengan
nenekku tak bisa melarikan diri dan akan mengalami yang takterkatakan:
semacam gangguan jiwa bahwa alam tak punya tujuan.
Ia adalah makhluk yang dari mulutnya yang tremor keluar kotoran dan kekejian.
Inilah kekejian nenekku: kata-kata. Kata-katanya melukai, tetapi engkau tak bisa
menyerangnya karena benci. Kau hanya bisa menganiaya dirimu sendiri sebagai
proyeksi dari luap keinginanmu membunuh dia. Aku mengingatnya, setelah ia
menghunjamkan serapahnya, ibuku menusuk pergelangan tangan sendiri dengan
garpu suatu kali, dan menusuk juga dengan garpu lehernya kali lain. Dan Simbah
hanya memandangnya, ia bagai selembar cermin yang memantulkan niat jahat
Ibu. Sebab, itulah yang Ibu ingin lakukan padanya.
Aku mengingatnya, setengah berbaring pada kasur pada tumpukan bantal di
punggung, ketika perawat yang terakhir masuk ke kamarnya, memperkenalkan
diri di muka ranjang. Perawat yang keseratus lima puluh. Seratus empat puluh
sembilan suster telah datang lalu pergi dengan takut dan benci selama tujuh tahun
itu. Aku melihat dengan mataku yang tak nampak, sisi belakang perempuan muda
itu, seragam putihnya, rambut-rambut halus lehernya, betisnya yang lurus, bekas
luka, barangkali terpanggang knalpot, sol sepatu. tak kulihat rautnya. tapi kulihat
wajah nenekku yang bersandar di hadapannya, matanya yang gelap dan
kelopaknya yang penuh lipit, cahaya suram. Jarak membuat ia amat kecil seperti
bukan berasal dari dunia ini sementara daun kupingnya nampak menonjol sebab
telinga selalu mencolok pandanganku betapapun kecil dan sederhana. tangan
nenekku terlipat pada pangkuan, urat-urat yang melebar. tubuh yang lama
bengkok membuat kepalanya seolah tumbuh dari tengah-tengah rusuk. Ia menatap
76
Namun nenekku berhasil mengusir mereka yang datang lagi untuk mengambil
kami semua. Ia mengenyahkan orang-orang yang mengepung hanya dengan
berdiri di depan pintu, memandang ke arah laut. Sejak itu kutahu ia menyimpan
rahasia dalam tubuhnya. Aku tak pernah bertemu Ayah sejak ia digiring pergi,
juga jenazahnya, tetapi nenekku selalu ada padaku. Ia tak pernah muda, dari dulu.
tidak. Simbahmu pernah muda. Begitu ibuku berkata waktu aku tanya. Ia adalah
wanita yang kuat, cerewet, dan pongah. Ia luar biasa berani dan tak pernah merasa
salah.
Kapan ia lahir?—kubertanya.
Ketika waktu belumlah sesuatu yang linear, melainkan sebuah siklus yang terus-
menerus. Pada masa orang mencatat hari dan wuku weton namun umur bukan hal
yang penting (sebab hari adalah sesuatu yang berulang-ulang namun usia tidak).
Pada suatu Selasa Pahing sebelum sensus yang
pertama. tapi tanggal berapa yang tercantum di KtP-nya? tanpa tanggal, hanya
tahun: 1900. Sebab ia tengah merasakan sakit payudara yang tumbuh ketika
Perang Puputan terjadi di sebelah barat dan timur dan orangtuanya diam-diam
mengutuki diri sebab mereka tak pernah mencoba melawan tentara Belanda
seperti orang-orang dari Badung dan tabanan. Dan 1900 juga angka yang
gampang. Barangkali ia lahir tujuh atau sepuluh tahun sebelumnya. tapi tahun
1800-an adalah waktu yang tak terbayangkan. Ia selalu mengaku berasal dari
kasta ksatriya Gianyar yang kawin lari dengan seorang pedagang candu Belanda
dan kabur ke pulau Jawa untuk menghindari kemarahan keluarga. Suaminya, si
pria putih, masuk kamp tahanan ketika Jepang berkuasa, lalu ia kawin lagi dengan
seorang gerilya republik dan melahirkan ayahmu pada 1944. Bapakmu menikah
dengan aku ketika kami berdua umur tujuh belas dan kamu lahir tahun 1960.
“Simbah masih melahirkan pada usia empat puluh lima?”
“Barangkali lima puluh. Ia kuat sekali.”
Sebab ia mendapatkan kekuatannya bukan dari dunia manusia, melainkan dari
alam gaib yang syirik. Gunung dan makam manakah di Jawa dan Bali yang tak ia
kunjungi untuk berilmu?—kata ibuku dingin, namun aku merasa ada sesuatu yang
tidak dingin. Apakah mencari ilmu sesuatu yang salah?—lalu aku bertanya. tidak,
kata Ibu, tetapi tubuhnya penuh susuk, hatinya berisi jopa-japu, dan pikirannya
hanya mantra. Ia pernah menelan tujuh puluh tujuh gotri untuk kekebalan. Ibu
tidak pernah melihatnya sendiri, bukan?—aku menegur. Memang, tetapi tidak
ingatkah kamu bahwa ia suka mandi keramas tujuh kali semalam? Ya, tapi kukira
itu karena malam begitu gerah. Aku lebih ingat, setelah mandi, kutangnya hitam
dan ia mengenakannya terbalik, yang depan di belakang. teteknya panjang.
Ia tidak mengenakannya terbalik—bantah Ibu. Ia sedang mengancingkan kait
korsetnya. Setelah terpasang, ia memutarnya kembali lalu memampatkan susunya
ke dalam kapnya. Begitu cara perempuan mengenakan kutang torso tanpa
bantuan.
78
Tapi apakah kamu lupa ia juga beberapa kali melarang kita menyalakan listrik dan
lampu sehari semalam bukan pada hari Nyepi; itu dinamakan pati-geni, salah satu
syarat yang harus dilakoni jika memiliki isim. Ya, kalau itu aku ingat meski aku
tak tahu namanya dan gunanya. Lalu ibuku berkata: Simbah seharusnya sudah
meninggal dalam kecelakaan tiga belas tahun yang lalu. Bisnya tabrakan dengan
truk pasir dan masuk jurang di sekitar Alas Roban. Rusuk si supir hancur di dalam
paru-parunya, seluruh penumpang tewas, kecuali dia: nenek berusia delapan puluh
tahun yang tak lecet sekulit ari pun padahal ia duduk agak di depan. Nak,
simbahmu tak bisa mati sebelum susuk dan gotri itu dikeluarkan dari badannya,
dan jampi-jampi dilepas dari mulutnya. Ia tak bisa mati meskipun telah lama mati.
Ia adalah mayat hidup yang akan bernafas lebih lama daripada kamu sebab jika ia
mati ia pasti pergi ke neraka sebelum meniti sepertujuh tipis rambut. Dan kamu
perlu tahu, dosa musyriknya bukan tanpa tumbal. tak ada lakilaki berumur
panjang di dekatnya: suami-landanya, kakekmu, ayahmu, mereka cepat mati.
Kamu masih muda.
Ibu, tidakkah Ibu membenci Simbah karena ia yang memberi aku nama?
“Aku ingin menamaimu Begawan.”
tapi namaku sudah Larung.
“Itu nama perempuan.”
Namaku Larung Lanang.