Anda di halaman 1dari 11

Asimilasi merupakan proses dalam taraf lanjut.

Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha untuk


mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau kelompok-
kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap,
dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan
bersama. Apabila orang-orang melakukan asimilasi kedalam suatu kelompok manusia atau
masyarakat, maka kelompok manusia atau masyarakat tersebut tidak lagi membedakan dirinya
dengan kelompok tersebut yang mengakibatkan bahwa mereka dianggap sebagai orang asing.

Menurut Yahya (1983:18), asimilasi mempunyai dua pengertian yaitu

a. Umum, yakni asimilasi dimaksudkan sebagai proses penyatuan gabungan golongan yang
mempunyai sikap mental, adat istiadat, dan kebudayaan yang berbeda-beda menjadi satu
kebulatan sosiologis yang harmonis, dalam hal ini berarti Bangsa Indonesia.
b. Khusus, yakni untuk masyarakat etnis jawa asimilasi dalam hal ini berarti masuk dan
diterimanya masyarakat etnis Jawa ke dalam masyarakat etnis Lampung sehingga
menjadi satu dalam rangka Building Indonesia.

Dalam proses asimilasi, seseorang mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan-kepentingan


serta tujuan kelompok. Apabila dua kelompok manusia mengadakan asimilasi, batas-batas antara
kelompok-kelompok tadi akan hilang dan keduanya lebur menjadi satu kelompok. Proses
asimilasi tersebut timbul bila ada :

1. Kelompok-kelompok manusia yang bebeda kebudayaan.


2. Orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan
intensif untuk waktu yang lama.
3. Kebudayaan-kebudayaan dari tiap kelompok manusia tersebut masing-masing berubah
dan saling menyesuaikan diri (Soekanto, 1990:89).

Pada dasarnya asimilasi merupakan bentuk dari interaksi , dalam hal ini interaksi yang bersifat
asimilatif. Menurut Soekanto (1990:89), ada beberapa bentuk interaksi yang memberikan arah
ke suatu proses asimilasi yakni :

1. Interaksi tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, dimana pihak yang lain
juga berlaku sama misalnya seorang mahasiswa yang jujur dan baik tata lakunya tidak
akan mungkin hidup bersama-sama dengan rekannya yang licik dalam satu kamar di
asrama mahasiswa. Mahasiswa yang baik dan jujur tersebut walupun berusaha bersifat
toleran terhadap rekannya, akan tetapi tidak akan terjadi suatu persahabatan karena pihak
yang lain bersikap sebagai musuh.
2. Interaksi tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan.
Prsoes interaksi yang asimilatif akan berhenti apabila mengalami halangan-halangan
yang mematikan atau apabila ada pembatasan-pembatasan, seperti halangan untuk
melakukan perkawinan campuran, pembatasan-pembatasan untuk memasuki lembaga
pendidikan tertentu, dan sebagainya.
3. Interaksi tersebut bersifat langsung dan primer. Misalnya upaya untuk membentuk
sebuah organisasi multilateral atau bilateral, akan terhalang oleh adanya kesukaran
melakukan interaksi langsung dan primer antar negara bersangkutan. Bisa saja
masalahnya menyangkut keamanan, kepentingan ekonomi atau kedaulatan. Sebagai
langkah pertama, biasanya sering diusahakan pertukaran wisatawan, mahasiswa, sarjana,
dan ahli-ahli lain.
4. Frekuensi interaksi tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara pola-pola asimilasi
tersebut. Artinya stimulans dan tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak yang mengadakan
asimilasi harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan tertentu harus dicapai dan
dikembangkan. Interaksi asimilatif sangat sulit diadakan pada masyarakat-masyarakat
tradisional Indonesia yang masih terasing, karena masyarakatnya kurang mendapatkan
kesempatanuntuk merinteraksi dengan masyarakat lain seperti masyarakat kota.

Di Indonesia asimilasi sering dihubungkan dengan soal perkawinan antara golongan etnis. Hal
sedemikian hanyalah salah satu dari aspek dari konsep asimilasi yakni adanya perkawinan
campuran dan dikenal dengan amalgamasi. Amalgamasi atau perkawinan campuran merupakan
salah satu faktor yeng mempermudah terjadinya suatu asimilasi. Adapun faktir lain yang
mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah :

1. Toleransi terhadap kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda


dengan kebudayaan sendiri hanya mungkin tercapai dalam suatu akomodasi. Apabila
toleransi tersebut mendorong terjadinya komunikasi, maka faktor tersebut mempercepat
asimilasi.
2. Adanya kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi bagi berbagai
golongan masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang bebeda dapat mempercepat
proses asimilasi.
3. Sikap saling menghargai terhadap kebudayaan yang didukung oleh masyarakat yang lain
dimana masing-masing mengakui kelemahan-kelemahan, atau kelebihan-kelebihannya
akan mendekatkan masyarakat-masyarakat yang menjadi pendukung kebudayaan-
kebudayaan tersebut, apanila ada prasangka, maka hal demikian akan menjadi
penghambat bagi berlangsungnya proses asimilasi.
4. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa di dalam masyarakat juga mempercepat
proses asimilasi. Hal ini misalnya dapat diwujudkan dengan memberikan kesempatan
yang sama bagi golongan minoritas untuk memperoleh pendidikan, pemeliharaan
kesehatan, penggunaan tempat-tempat rekreasi dan seterusnya.
5. Pengetahuan akan persamaan-persamaan unsur pada kebudayaan-kebudayaan yang
berlainan juga akan lebih mendekatkan masyarakat untuk mendukung kebudayaan yang
satu dengan yang lainnnya.
6. Adanya musuh dari luar cenderung memperkuat kesatuan atau golongan masyarakat yang
mengalami ancaman musuh tersebut. Bersama-sama dalam hal ini antara golongan
minoritas dengan golongan mayoritas menghadapi ancaman-ancaman luar yang
membahayakan seluruh masyarakat.

Untuk memperkuat konsep ini menurut Soekanto (1981:113) terdapat tujuh macam asimilasi,
yaitu sebagai berikut :

1. Asimilasi kebudayaan atau perilaku yang bertalian dengan perubahan dalam pola-pla
kebudayaan guna penyesuaian diri dengan kelompok mayoritas.
2. Asimilasi struktural yang bertalian dengan masuknya golongan-golongan minoritas
secara besar-besaran dalam perkumpulan-perkumpulan pada kelompok primer dan
mayoritas.
3. Asimilasi perkawinan yang bertalian dengan perkawinan antar golongan secara besar-
besaran.
4. Asimilasi identifikasi yang bertalian dengan perkawinan dengan perasaan nasional
berdasarkan mayoritas.
5. Asimilasi siakap yang bertalian dengan tidak adanya prasangka.
6. Asimilasi perilaku yang bertalian dengan tidak adanya diskriminasi.
7. Asimilasi civic yang bertalian dengan adanya bentrokan mengenai nilai dengan
pengertian kekuasaan.

Seperti yang telah dikemukakan diatas, asimilasi mudah saja terjadi oleh faktor-faktor tersebut,
namun asimilasi juga akan sulit terjadi apabila terdapat penghalang, seperti terisolasinya
kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat (biasanya golongan minoritas). Contohnya
adalah orang Indian di Amerika Serikat yang diharuskan bertempat tinggal di wilayah-wilayah
tertentu (reservation). Mereka seolah-olah disimpan dalam kotak tertutup, sehingga hamper tidak
mungkin melakukan hubungan bebas yang intensif dengan orang-orang kulit putih, sebaliknya
orang kulit putihpun kurang mengetahui tentang seluk beluk masyarakat Indian, sehingga antara
kedua belah pihak timbul prasangka-prasangka.

Prasangka tersebut timbul dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang


dihadapi dan sehubungan dengan itu juga ada perasaan takut terhadap kekuatan kebudayaan yang
lain. Selain tiu, perbedaan kepentingan yang kemudian ditambah dengan pertentangan-
pertentangan pribadi juga ikut andil dan menghalangi terjadinya asimilasi.

Dikaitkan dengan penelitian yang dibahas, asimilasi yang dimaksudkan adalah proses penyatuan
masyarakat etnis Jawa yang mempunyai sikap, mental adat istiadat dan kebudayaan yang
berbeda-beda menjadi satu, harmonis dengan masyarakat etnis Lampung tanpa menghilangkan
cirri khas budaya daerah masing-masing.
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Moleong (2003:3), penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata, tulisan dari orang-orang, dan
perilaku yang dapat diamati. Pendekatan kualitatif juga dapat menggali informasi sebanyak
mungkin dan sedalam mungkin sehingga akan didapatkan informasi yang sejelas-jelasnya
tentang apa yang diteliti.

Penelitian kualitatif merupakan cara mengkaji dan melihat gejala social dan kemanusiaan dengan
memahaminya, yaitu dengan cara membangun suatu gambaran yang utuh dan holistik yang
kompleks, dimana gejala-gejala yang tercakup dalam kajian itu dilihat sebagai suatu yang terkait
satu dengan yang lainnya dalam hubungan-hubungan fungsional sebagai suatu system (Suparlan,
2001:1)

Fokus Penelitian

Pada penelitian kualitatif hal yang perlu diperhatikan adalah focus penelitian.

Menurut Moleong (2003:63), tujuan membuat focus penelitian adalah :

1. Untuk membatasi studi, sehingga tidak melebar.


2. Secara efektif berguna untuk menyaring informasi yang mengalir masuk.

Adapun yang menjadi focus penelitian ini yakni mengenai intensitas interaksi social dan bentuk-
bentuk interaksi social masyarakat etnis Jawa dengan masyarakat etnis Lampung.

1. Aspek-aspek interaksi social yang akan diamati dalam penelitian ini antara lain adalah
sebagai berikut :
a. Cara nerinteraksi
 Media berinteraksi
Yakni sarana atau alat yang dipergunakan sebagai perantara dalam melakukan
interaksi sosial.
 Tata cara berinteraksi
yakni aturan yang mengandung nilai dan norma dalam melakukan interaksi
social.
b. Tempat berinteraksi
Tempat berinteraksi yang dimaksud adalah forum atau wadah tempat biasanya
masyarakat etnis Lampung melakukan interaksi.
c. Frekuensi interaksi
 Kualitas pertemuan
Yakni rata-rata lamanya pertemuan yang dilakukan antara masyarakat etnis
Jawa dengan masyarakat etnis Lampung.
 Kualitas pesan
Yakni materi atau wacana apa yang sering dibahas pada saat bertemu.

2. Bentuk-bentuk interaksi social


a. Segi ekonomi
Bentuk interaksi social dari segi ekonomi yakni terlihat dari transaksi jual beli dalam
hal pembelian barang untuk kebutuhan rumah tangga antara masyarakat etnis Jawa
dengan masyarakat etnis Lampung. Selain itu ada juga dalam bentuk penggunaan
tenaga kerja, seperti tenaga pengelola kebersihan, membangun rumah, mengolah,
merawat dan mengelola usaha, baik di sector pertanian atau non pertanian.
b. Segi social
Bentuk interaksi dari segi social antar lain terlihat dari keikutsertaan atau partisipasi
masyarakt etnis Jawa dan Lampung pada saat acara gotongroyong, siskamling
(kerjasama), mengundang atau diundang dalam hajatan, dan lain sebagainya.

D. Penentuan informan

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive, yaitu
teknik penentuan sampel(informan) yang disesuaikan dengan criteria-kriteria tertentu yang
ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Adapun criteria-kriteria pemilihan dalam penalitian
ini adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan ketokohan atau kedudukan subyek di lingkungan masyarakat.


2. Usia diatas 40 Tahun.
3. Kepala Rumah tangga.
4. Lamanya tinggal di lokasi penelitian minimal 20 tahun.

Mengacu pada criteria di atas, maka jumlah informan yang diambil adalah 10 orang, yakni 5
kepala keluarga masyarakat etnis Jawa dan 5 kepala keluarga masyarakat etnis Lampung.

E. sumber data

Sumber data pada penelitian ini adalah:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara langsung di lapangan oleh
peneliti dan juga melalui observasi atau pengamatan.
b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui
dokumentasi dan buku-buku yang berkaitan dengan topic penelitian ini.

F. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara mendalam (indepth interview)


Yaitu melakukan wawancara lansung dengan informan mengenai pokok bahasan
penelitian. Wawancara mendalam ini dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara sengan tujuan mendapatkan keterangan secara mendalam dari permasalahan
yang diteliti. Hal ini dimaksudkan agar pertanyaan yang diajukan dapat terarah tanpa
mengurangi kebebasan dalam mengembangkan pertanyaan, serta suasan tetap terjaga
agar terkesan dialogis dan tampak informal. Peneliti juga mempersiapkan segala sesuatu
yang diperlukan untk melakukan wawancara, diantaranya pena, buku, perekam gambar,
perekam suara, dan lain-lain.

Wawancara dalam penelitian ini bersifat terbuka sehingga informan tahu bahwa mereka
sedang diwawancarai dan tahu pula maksud wawancara. Sebelum mengajukan
pertanyaan-pertanyaan wawancara, peneliti terlebih dahulu memulai wawancara dengan
obrolan ringan agar tercipta suasana akrab dengan informan.

2. Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukanj secara langsung, seksama, dan sistematis
melalui pengamatan terhadap obyek penelitian. Teknik observasi ini berguna untuk
menjelaskan gejala yang terjadi dan berhubungan dengan masalah yang diakji. Observasi
dalam hal ini yakni mengamati bentuk dan intensitas interaksi social masyarakat etnis
Jawa dalam membaur dengan masyarakat etnis Lampung, yakni melalui aktivitas yang
mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Observasi ini dilakukan pada saat kegiatan gotong royong, rapat-rapat, aktivitas ekonomi antara
masyarakat etnis Jawa dengan masyarakat etnis Lampung dan acara keagamaan.

3. Studi kepustakaan
Yaitu cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara menghimpun dan menelaah
sumber-sumber atau bahan-bahan pustaka, seperti dokumen, buku, jurnal, modul,
makalah dan hal yang sifatnya tertulis, yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

4. Dokumentasi
Yaitu cara mengumpulkan data dengan melakukan pencatatan terhadap dokumen-
dokumen, seperti arsip-arsip, peraturan-peraturan, dan dokumen lain yang berkenaan
dengan permasalahan yang akan diakaji dalam penelitian ini.
G. Teknik Analisa Data

M.Nasir (1983:405) mengartikan analisa data sebagai kegiatan mengelompokkan, membuat


suatu ukuran, dan memanipulasi data sehingga mudah dibaca. Proses analisa data kualitatif
menurut Matthew B. Millies dan A. Michael Huberman (1992:17) akan melaui proses sebagi
berikut :

1. Reduksi Data

diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan


dan transformasi data-data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
Kemudian direduksi untuk menajamkan, menggolongkan mengarahkan, membuang yang tidak
perlu, dan mengorganisir data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat
ditarik.

2. Disisplay / Penyajian Data

Disisplay merupakan kumpulan informasi yang tersusun rapih dan biasanya disajikan dalam
bentuk matrik, table, atau bagan. Pada penelititan ini penyajian data dilakukan melalui cara
penampilan table dan juga narasi berdasarkan hasil wawancara yang kemudia disajikan atas
dasar penggolongan jawaban atas pertanyaan sejenis sehingga memungkinkan penarika
kesimpulan secara menyeluruh untuk setiap topic yang menjadi tema penelitian ini.

3. Verifikasi

Adalah pencarian arti, pola-pola, penjelasan, alur sebab akibat, dan proposisi. Penarikan
kesimpulan dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada
catatan-catatan lapangan sehingga data yang ada teruji kebenarannya. Data yang didapat
kemudia diambil kesimpulannya, sehingga semakin jelas maknanya. Verifikasi dilakukan pada
tempat dan waktu yang berbeda dan dilakukan berulang-ulang serta sistematis.
Daftar Pustaka

Desiree, Zuraida. 1974. Masyarakat dan Manusia dalam Pembangunan. Citra Aditya Sakti. Bandung.

Kontjaraningrat. 1990 Pengantar Ilmi Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta.

____________. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan. Jakarta

Milles, Matthew dan A. Michael Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif. Remaja Rosda Karya.

Bandung.

Moleong J, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung

Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1981. Pengantar Sejarah Indonesia Baru. Gramedia. Jakarta.

____________. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Susanto, Astrid S. 1979. Pengantar Sosiologi dan Perubahan . Bina Cipta. Bandung.

Susanto, Winarno. 1997. Interaksi Cina dan Pribumi. Gramedia. Jakarta.

____________. 1997. Interaksi Etnis Tionghoa. Pustaka sinar harapan. Jakarta.

Suparlan, Parsudi. 2001. Metode penelitian Kualitatif. UI Press. Jakarta.

Wiranata, I Gede. 2002. Antropologi Budaya. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Harahap, Yahya. 1983. Menuju Masyarakat Modern. Tata Nusa. Jakarta.


Sumber Lain

Kusuma, Putu. Jadikan Bali Sebagai Culture. http://ekakj.blog.friendster.com. Diakses pada 21-02-2008.

Adhyaksa, Dharma. Falsafah Bali. http://www.parisada.org/index.php. Diakses pada 19-08-2007

Anda mungkin juga menyukai