Anda di halaman 1dari 18

Asimilasi dan amalgamasi

AMALGAMASI

Pengertian dan Sejarah Amalgamasi

Dalam konteks sosiologi, amalgamasi adalah penyatuan biologis antar anggota-anggota kelompok etnis
atau ras yang berlainan, sehingga muncul bangsa yang baru.

Amalgamasi mulai muncul sekitar tahun 1967 di Amerika Serikat karena adanya perbedaan antara kulit
putih dan kulit hitam. Di tahun itu, perkawinan antara ras dilarang di banyak negara bagian AS yang
diperkuat lewat undang-undang anti perkawinan antara suku atau bangsa.

Amalgamasi Menurut Ahli

Menurut Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto dalam buku Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan,
amalgamasi adalah syarat interaksi yang bisa menjadi solusi untuk meredam pertentangan serta
perselisihan yang terjadi dalam kelompok masyarakat.

Partanto dan M. Dahlan dalam Kamus Ilmiah Populer mengartikan amalgamasi secara lebih sederhana,
yaitu sebagai suatu proses pencampuran.

Sementara itu, Keesing (1981) mengatakan amalgamasi adalah bagian daripada struktur kehidup dalam
membentuk kelompok sosial yang bergerombol dalam mempertahankan kehidupan yang dijalani.

Dampak Amalgamasi

Proses amalgamasi memiliki dampak positif dan negatif. Adapun dampak positif dari perkawinan ini, di
antaranya lahirnya inovasi budaya sebab akan lahir keturunan atau generasi dan budaya baru. Selain itu,
amalgamasi adalah perkawinan yang dapat menekan konflik sosial yang terjadi antar kelompok
masyarakat.

Jenis Amalgamasi
Sebenarnya, amalgamasi tidak hanya populer dalam konteks sosiologi. Istilah ini juga dikenal dalam
ranah keuangan dan finansial. Berikut jenis- jenis amalgamasi:

1. Amalgamasi Pernikahan

Dalam sosiologi, amalgamasi kerap disalahartikan sebagai asimilasi. Walaupun mirip, keduanya memiliki
perbedaan mendasar. Amalgamas adalah proses penggabungan dua etnis berbeda, sedangkan asimilasi
adalah pembauran dua budaya yang disertai dengan hilangnya ciri khas.

2. Amalgamasi Emas

Amalgamasi dalam konteks ini merujuk pada proses pengolahan emas batangan secara tradisional
dengan menggunakan merkuri untuk mengekstraksi emas dari batuan. Kendati industri ini sudah banyak
berkembang dari segi teknologi, cara ini masih diadaptasi oleh beberapa pertambangan tradisional
karena mudah, murah, dan tidak memerlukan teknologi canggih.

3. Amalgamasi BPJS

Amalgamasi BPJS adalah penggabungan kepesertaan BPJS menjadi satu. Hal ini dapat terjadi karena
peserta keluar-masuk perusahaan yang berbeda, sehingga masing-masing perusahaan memberikan
kartu kepesertaan.

ASIMILASI

Pengertian Asimilasi

Asimilasi sendiri adalah pembauran suatu kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas
kebudayaan asli, sehingga membentuk suatu kebudayaan yang baru. Asimilasi sendiri muncul apabila
ada golongan masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda dan bergaul langsung secara
intensif dengan waktu yang lama.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), asimilasi adalah penyesuaian (peleburan) sifat asli yang
dimiliki dengan sifat lingkungan sekitar.
Asimilasi dapat terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan antara lain:

1. Terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda

2. Terjadi pergaulan antar individu atau kelompok secara intensif dan dalam waktu yang relatif lama

3. Kebudayaan masing-masing kelompok tersebut saling berubah dan menyesuaikan diri

Pengertian Asimilasi Menurut Para Ahli

Beberapa ahli juga mengungkapkan pengertian asimilasi. Berikut ini pengertian asimilasi menurut
beberapa para ahli antara lain:

1. Budhi Setianto Purwowiyoto (2020)

Asimilasi adalah proses kognitif seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep maupun pengalaman baru
dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.

2. Koentjaraningrat (1996)

Asimilasi adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga sifat khas dari unsur-unsur
kebudayaan. Golongan-golongan itu masing- masing berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan
campuran.

3.Soerjono Soekanto (1990)

Asimilasi adalah proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-
perbedaan yang terdapat antara individu atau kelompok yang meliputi usaha- usaha untuk
mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan tujuan dan
kepentingan bersama.

Faktor-faktor Asimilasi

Berikut ini adalah beberapa faktor terjadinya asimilasi yang perlu kamu ketahui

Faktor Pendorong

Faktor-faktor umum yang mendorong atau mempermudah terjadinya asimilasi antara lain adalah faktor
toleransi, kesamaan, kepentingan ekonomi, simpati terhadap budaya lain dan amalgamasi.
Toleransi yang menghasilkan asimilasi dapat terjadi jika kelompok minoritas mampu menghilangkan
identitasnya, sedangkan. kelompok mayoritas mampu menerima kelompok minoritas sebagai bagian
baru dari kelompoknya.

Faktor pendorong terjadinya asimilasi, antara lain:

1.Sikap toleransi.

2.Kesempatan yang seimbang dalam ekonomi (setiap individu mendapatkan kesempatan yang sama
untuk mencapai kedudukan tertentu atas dasar kemampuan dan jasanya).

3.Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.Sikap terbuka dari golongan penguasa dalam
masyarakat.

4.Persamaan dalam unsur kebudayaan.

5. Perkawinan campuran (amalgamasi).

6.Adanya musuh bersama dari luar.

Faktor Penghalang

Faktor-faktor umum yang dapat menjadi penghalang terjadinya asimilasi antara lain:

1.Kelompok yang terisolasi atau terasing (biasanya kelompok minoritas).

2.Perasaan bahwa kebudayaan kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan kelompok lain.

3.Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang batu yang dihadapi

4.Prasangka negatif terhadap pengaruh kebudayaan baru.

5.Kekhawatiran ini dapat diatasi dengan meningkatkan fungsi lembaga-lembaga kemasyarakatan.

6.Kebanggaan berlebihan ini mengakibatkan kelompok yang satu tidak. mau mengakui keberadaan
kebudayaan kelompok lainnya

7.Perbedaan ciri-ciri fisik, seperti tinggi badan, warna kulit atau rambut

8.Perasaan yang kuat bahwa individu terikat pada kebudayaan kelompok yang bersangkutan. >

9.Golongan minoritas mengalami gangguan. dari kelompok penguasa.

10.Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat. Contohnya, penduduk asli
Amerika (Native Americans) yang bertempat tinggal di wilayah tertentu (reservation).
11.Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi.

Adanya perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi.

1.Adanya perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada
kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.

2.Adanya perbedaan warna kulit atau ciri- ciri fisik.

3.Adanya ingroup feeling yang kuat. Artinya, ada suatu perasaan yang kuat bahwa individu terikat pada
kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan.

4.Adanya gangguan golongan minoritas. terhadap golongan yang berkuasa. Contohnya, perlakuan kasar
terhadap orang-orang Jepang yang tinggal di Amerika Serikat sesudah pangkalan Angkatan Laut Amerika
di Pearl Harbor diserang secara mendadak oleh tentara Jepang pada tahun 1941.

5.Adanya perbedaan kepentingan dan pertentangan pribadi.

Ciri-ciri dan Syarat Terjadinya Asimilasi

Untuk memahami tentang asimilasi, maka perlu juga untuk mengetahui ciri-ciri terjadinya asimilasi.
Berikut ini adalah ciri-ciri asimilasi.

1. Berkurangnya perbedaan disebabkan karena adanya usaha-usaha untuk mengurangi serta


menghilangkan perbedaan antar individu atau kelompok.

2. Makin berkurangnya perbedaan di dalam masyarakat karena adanya berbagai usaha untuk
mengurangi atau bahkan menghilangkan perbedaan antar individu maupun kelompok.

3. Mempererat kesatuan tindakan, sikap, serta perasaan dan memperhatikan kepentingan dan tujuan
bersama.

4. Semakin eratnya kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan, serta lebih mementingkan kepentingan dan
tujuan bersama.

5. Adanya kesadaran setiap individu untuk memberikan peninjauan terhadap kebudayaan lain demi
untuk mewujudkan kepentingan bersama.

6. Tiap-tiap individu sebagai kelompok dalam melakukan interaksi secara langsung serta intensif secara
terus- menerus.

7. Tindakan seseorang dalam memberikan peninjauan terhadap kebudayaan lainnya demi terwujudnya
kepentingan umum. Maksudnya, dalam peninjauan yang dilakukan tersebut dianggap akan mampu
mengakomodasi keinginan. bersama dalam kehidupan bermasyarakat.

Jenis-jenis Asimilasi

Dalam Jurnal Komunika Vol.10, No. 2, 2007, terdapat beberapa jenis asimilasi menurut publikasi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yaitu sebagai berikut:

1. Asimilasi Budaya

Asimilasi budaya proses pengadopsian nilai, kepercayaan, dogma, ideologi, bahasa, dan sistem simbol
dari suatu etnik atau dari beragam kelompok yang terbentuk sebuah kandungan nilai, kepercayaan
dogma, dan ideologi.

Asimilasi budaya merupakan perpaduan budaya yang saling berbeda dan menghasilkan budaya yang
baru beserta hilangnya ciri khas budaya asli tersebut. Proses pembauran budaya atau penyerapan
budaya dari luar terjadi, sehingga menyatu dalam struktur masyarakat yang menerima budaya.

Contoh asimilasi budaya adalah program transmigrasi yang dilaksanakan di Riau pada masa
pemerintahan Orde Baru. Program transmigrasi ini bertujuan untuk meratakan jumlah penduduk di
berbagai pulau di Indonesia. Proses transmigrasi tersebut berdampak pada asimilasi budaya yang
menghasilkan budaya baru karena interaksi.

2. Asimilasi Struktural

Asimilasi struktural adalah proses pencampuran komponen berbeda dalam lembaga sosial dengan
mempertimbangkan unsur-unsur berkaitan dengan kemasyarakatan. Jadi pada asimilasi struktural
proses sosial dan interaksi sosial sehingga terjadi sistem sosial pencampuran komponen berbeda dalam
lembaga sosial dengan mempertimbangkan unsur-unsur yang berkaitan dengan kemasyarakatan.

Hal ini mengindikasikan bahwa bentuk asimilasi struktural lebih contoh pada lembaga formal yang
dilakukan dalam sistem pemerintahan.

Contoh asimilasi struktural dapat dilihat pada sistem pemerintahan Indonesia yang saat ini dipimpin
oleh presiden (presidensial). Dilihat dari sejarahnya, Indonesia awalnya dipimpin oleh raja yang absolut.
Dengan adanya asimilasi struktural, maka partisipasi masyarakat diperlukan dalam pemilihan umum
sehingga tercipta negara yang adil.

3. Asimilasi Perkawinan

Asimilasi perkawinan adalah bentuk penyesuaian masyarakat yang melangsungkan pernikahan secara
legal dan sah menurut agama untuk melahirkan keturunan baru. Perpaduan kebersamaan antara dua
insan yang mencintai ini dilakukan sebagai wujud kolaborasi kasih sayang yang memilih hidup bersama.

Contohnya perkawinan campur silang antar suku bangsa. Adapun yang bisa disebutkan dalam asimilasi
perkawinan ini misalnya saja adanya masyarakat Padang yang tinggal di Papua dalam membangun
rumah makan. Karena tinggal di Papua dalam kurun waktu yang lama, akhirnya anak-anak orang padang
banyak yang menikah dengan orang asli Papua. Hingga akhirnya kondisi inilah bisa dinamakan asimilasi
perkawinan.

4. Asimilasi Linguistik

Asimilasi linguistik adalah proses pencampuran komponen bahasa yang digunakan oleh masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari. Kerja sama ini berfungsi untuk beradaptasi dengan peradaban dan
perkembangan waktu.

Contoh asimilasi linguistik adalah peran kehidupan komunitas yang bergabung Contoh asimilasi
linguistik adalah peran kehidupan komunitas yang bergabung menjadi kelompok sosial. Situasi ini telah
menyebabkan munculnya bahasa baru sebagai prasyarat untuk interaksi sosial dalam masyarakat.

Dengan munculnya bahasa daerah, penekanan pada kata terwujud. Misalnya tentang penggunaan Anda,
saya atau istilah alay, gaul dan bahasa lainnya.

5. Asimilasi Sikap Resepsional

Asimilasi sikap resepsional merupakan bentuk asimilasi yang dilakukan oleh satu kelompok etnik dengan
mengurangi sikap diskriminasi atau mengurangi stereotip. stigma, dan label terhadap etnik lain.

6. Asimilasi Arsitektur

Asimilasi arsitektur adalah konstruksi bangunan atau area yang dijalankan oleh masyarakat untuk
membantu mereka mencapai kehidupan mereka. Peran asimilasil ini adalah untuk mendekati hubungan
setiap komponen kehidupan sehingga memiliki pola yang berbeda.

7. Asimilasi Identifikasi

Asimilasi identifikasi adalah proses identifikasi individu-individu dari suatu kelompok dengan
menciptakan identitas personal mereka sendiri agar dapat berpartisipasi atau menanamkan
pengaruhnya dalam institusi sosial lainnya.

8. Asimilasi Kewarganegaraan

Asimilasi kewarganegaraan dilakukan oleh kelompok tertentu dengan memasukkan nilai- nilai dasar
kebudayaannya ke dalam arena. politik, pemerintahan, dan kehidupan. berbangsa dan bernegara.

9. Asimilasi Agama

Asimilasi agama adalah kolaborasi yang dilakukan atas perbedaan keyakinan, bentuk perpaduan ini
bukan pada ajarannya akan tetapi pada proses penyelenggaraan ritual ibadah yang dilakukan dengan
tidak mengurangi salah satu inti agama yang dipercayai.

Contoh asimilasi agama terlihat pada acara berduka yang diselenggarakan 40 hari setelah seseorang
meninggal. Acara 40 hari ini merupakan bagian tradisi agama Hindu. Meski demikian, hal tersebut tidak
mengurangi nilai kedua agama.

Contoh lainnya adanya peranan Agama Islam di Indonesia yang menyelenggarakan acara 3, 7, dan 40
harian dalam upaya tasyakuran atau ikut berduka kepada orang yang telah meninggal. Acara 3, 7, dan 40
harian merupakan bagian tradisi agama Hindu.

Bagian budaya agama dalam asimilasi ini tidak mengurangi nilai Islam lantaran setiap masyarakat Islam
selalu menerapkan kajian dengan membacakan doa dan tahlil kepada orang yang telah meninggal dunia.

Contoh Asimilasi Dalam Kehidupan Sehari-hari

Dengan adanya asimilasi tentu kita merasakan dampaknya. Berikut ini contoh dari asimilasi yang biasa
kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Munculnya musik dangdut, yang mana dangdut merupakan hasil perpaduan antara musik tradisional
daerah dengan musik india.

2. Adanya budaya zina/hubungan pranikah berkedok pacaran yang notabene bukan dari kebudayaan
Indonesia.

3. Masyarakat Indonesia yang ikut-ikutan turis asing dengan mengenakan pakaian bikini di pantai.

4. Kebiasaan dalam menggunakan sendok/garpu untuk makan bagi sebagian masyarakat Indonesia.
Pada awalnya kebiasaan ini ditiru oleh kaum elite Indonesia dari masyarakat Eropa, namun saat ini
sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan sendok/garpu untuk makan.

5. Peleburan antara kebudayaan Betawi dengan China yang menghasilkan kebudayaan baru, misalnya
tari Cokek dan tari Lenong.

Prasangka,Streotip,Diskriminilasi

• Stereotip
1.Pengertian Stereotip
Ada beberapa pengertian stereotip, diantaranya :

1. Menurut Baron, Branscombe dan Byrne (2008 : 188), stereotip adalah kepercayaan tentang sifat
atau ciri-ciri kelompok sosial yang dipercayai untuk berbagi
2. Franzoi (2008 : 199) Stereotip adalah kepercayaan tentang orang yang menempatkan mereka
kedalam satu kategori dan tidak mengizinkan bagi berbagai (variation) individual. Kepercayaan sosial
ini dipelajari dari orang lain dan dipelihara melalui aturan-aturan dalam interaksi sosial

Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di
mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang
dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu
dalam pengambilan keputusan secara cepat
Stereotip merupakan komponen kognitif dari pertentangan kelompok, kepercayaan tentang atribut
pribadi yang diakui oleh orang dalam satu kelompok atau kategori social. Stereotip tentang kelompok
adalah keyakinan dan harapan bahwa kita fokus akan seperti apa anggota kelompok itu.
Stereotip mempengaruhi bagaimana seseorang memproses dan menginterprestasikan informasi.
Stereotip dapat membawa orang untuk melihat apa yang mereka harapkan untuk melihat dan
memperkirakan bagaaimana sering melihatnya.
Stereotip sering diartikan sebagai ejekan, juga merupakan gambaran-gambaran atau angan-angan
atau tanggapan tertentu terhadap individu atau kelompok yang dikenai prasangka. Individu yang
stereotip terhadap suatu kelompok atau golongan, sikap stereotip ini sukar berubah, meskipun apa
yang menjadi stereotip berbeda dengan kenyataan. Misalnya Stereotip mengatakan bahwa orang
Yahudi itu lintah darat, penipu. Padahal banyak orang yahudi yang ramah dan jujur.

1. Macam-macam Stereotip

Stereotip yang paling umum dimasyarakat kita berbasis pada gender dan keanggotaan di kelompok etnik
atau pekerjaan. Stereotip gender adalah kepercayaan tentang perbedaan ciri-ciri atau atribut yang
dimiliki oleh laki-laki dan perempuan. Orang lebih respek kepada laki-laki daripada perempuan dan
faktor ini memainkan peran penting pada diskriminasi di tempat kerja bagi wanita. Kadang-kadang
terjadi perempuan yang memiliki prestasi kerja yang tinggi tidak mendapatkan posisi yang sesuai
prestasinya karena dia seorang perempuan. Stereotip gender cenderung mengatakan bahwa
perempuan emosional, penurut, tidak logis, pasif, sebaliknya pria cenderung tidak emosional, dominan,
logis dan agresif.
Stereotip atas pekerjaan, misalnya guru bijak, artis glamor, polisi tegas dan sebagainya. Stereotip
cenderung menggeneralisasikan yang terlalu luas yang tak kenal perbedaan dalam satu kelompok dan
persepsi yang kurang akurat pada seseorang. Tidak semua polisi tegas, tidak semua wanita emosional,
tidak semua laki-laki dominan, dan tidak semua guru bijak.

1. Timbulnya Stereotip
Orang tua dan orang dewaa lainnya secara tidak langsung menanamkan stereotip sejak dini. Anak-anak
sejak lahir sudah diberi label oleh masyarakat menggunakan nama anak laki-laki untuk anak laki-laki dan
perempuan untuk anak perempuan. Demikian juga dengan model dan warna pakaian untuk mereka.
Menurut Franzoi (2009 : 199) orang memperlihatkan sikap stereotip dengan maksud :
a. Berpikir cepat : memberikan informasi dasar untuk tindakan segera dalam suasana tidak tentu,
informasi yang kaya dan berbeda tentang individu yang kita tahu secara pribadi, menampakkan berfikir
sangat bebas untuk tugas lain.
b. Efisien dan memberi peluang kepada orang lain bergabung secara kognitif dalam aktivitas
kebutuhan lain.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan mendorong timbulnya stereotip, yaitu :
1. Keluarga perlakuan ayah dan ibu terhadap anak laki-laki dan perempuan yang berbeda. Orang
tua mempersiapkan kelahiran bayi yang berbeda atas laki-laki dan perempuan. Mereka juga
menganggap bahwa bayi laki-laki kuat, keras tangisannya, sementara bayi perempuan lembut dan
tangisannya tidak keras.
2. Teman sebaya : teman sebaya memiliki pengaruh yang besar pada stereotip anak sejak masa
prasekolah dan menjadi sangat penting ketika anak di Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah
Menengah atas. Teman sebaya mendorong anak laki-laki bermain dengan permainan laki-laki seperti
sepak bola, sementara anak perempuan bermain dengan permainan perempuan seperti bermain
boneka.
3. Sekolah : Sekolah memberikan sejumlah pesan gender kepada anak-anak. Sekolah memberikan
perlakuan yang berbeda diantara mereka.
4. Masyarakat : Masyarakat mempengaruhi stereotip anak melalui sikap mereka dalam
memandang apa yang telah disediakan untuk anak laki-laki dan perempuan mengidentifikasi dirinya.
Perempuan cenderung perlu bantuan dan laki-laki pemecah masalah.
5. Media massa : melalui penampilan pria dan wanita yang sering terlihat di iklan-iklan TV maupun
koran. Tidak hanya frequensi yang lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan tetapi juga pada
jenis-jenis pekerjaan yang ditampilkan laki-laki lebih banyak dan lebih bergengsi daripada perempuan.

Dalam kenyataan, stereotip adalah “cepat berfikir” yang memberikan kita informasi yang kaya dan
berbeda tentang individu yang kita tidak tahu secara pribadi.
1. Cara Meminimalisir Stereotipe
Jangan hanya memandang suatu kelompok atau individu dari satu sisi saja dan mengabaikan sisi lainnya
yang merupakan sebuah kelengkapan dalam diri objek dan dilewatkan. Kita harus menyadari bahwa
setiap individu terlahir dengan keunikan tersendiri sehingga tidak perlu disamakan dengan individu yang
lain apalagi kelompok.Menumbuhkan rasa saling menghargai terhadap perbedaan pada suatu
kelompok. Maka dari itu sudah saatnya masyarakat lebih objektif dalam menerima sebuah stereotipe
yang hadir di tengah kehidupan bermasyarakat. Di antaranya menanamkan rasa toleransi dalam merajut
sebuah keberagaman yang dimulai sejak dini, hal ini perlu dilakukan mengingat stereotipe dapat terus-
menerus dilestarikan melalui komunikasi yang beredar di kalangan masyarakat, dan dapat diturunkan ke
generasi berikutnya

• Prasangka
1. Pengertian Prasangka
Prasangka adalah penilaian dari satu kelompok atau individu yang terutama didasarkan pada
keanggotaan kelompok. Efek dari prasangka adalah merusak dan menciptakan jarak yang luas. Sering
dikatakan bahwa prasangka adalah sikap sementara diskriminasi adalah satu tindakan. Prasangka
dipengaruhi oleh pilihan tentang kebijakan public. Prasangka memiliki sumbangan terhadap oposisi yang
lebih besar terhadap kegiatan pihak yang menyetujui.
1. Macam-macam prasangka
a. Racism adalah prasangka ras yang menjadi terlembagakan, yang tercermin dalam kebijakan
pemerintah, sekolah, dan sebagainya, dan dilakukan oleh hadirnya struktur kekuatan sosial.
b. Sexism prasangka yang telah terlembagakan menentang aggota dari salah satu jenis kelamin,
berdasarkan pada salah satu jenis kelamin.
c. Ageism kecenderungan yang terlembagakan terhadap diskriminasi berdasar pada usia,
prasangka berdasar pada usia.
d. Heterosexism keyakinan bahwa heteroseksual adalah lebih baik atau lebih natural daripada
homoseksuality.

2. Terbentuknya Jarak Sosial


a. Dari penelitian yang cukup lama, terlihat bahwa jarak sosial yang muncul itu berasal dari
kelompok mayoritas. Norma jarak sosial dihembuskan dari kelompok yang dominan sesuai dengan
status dan sudut pandangnya.
b. Disamping itu menurut pengamatan Allport disimpulkan bahwa jarak sosial dalam suatu
masyarakat hanya terdapat dalam masyarakat yang heterogen yang di dalamnya terdapat kelompok-
kelompok yang memiliki fungsi dan interest yang berbeda-beda.
c. Adanya rasa superioritas kelompok atau keunggulan kelompok atas kelompok lain. Rasa
superioritas bisa bersumber pada agama, geografi, ras, warna kulit dan sebagainya. Anggota kelompok,
disini menganggap bahwa kelompok lain berada jauh dibawah kelompoknya.

3. Pembentukan dan Timbulnya Prasangka


Prasangka timbul dari adanya norma sosial. Prasangka terhadap orang Negro sudah dimiliki oleh anak-
anak Amerika sejak tahun-tahun prasekolah. Anak menyadari bahwa ia telah termasuk didalam
kelompoknya, yaitu keluarganya dan meluas kepada bangsanya. Keluarga sebagai tempat bergabung
melarang anaknya untuk bergaul dengan orang Negro karena menurut pendapatnya, orang Negro itu
kotor, bodoh, dan sebagainya. Larangan yang bersifat terus-menerus ini akhirnya berubah menjadi
norma pada anak dan norma inilah yang digunakan untuk menilai orang lain.

Pada tahun 1935, Dodd dalam penelitiannya menemukan bahwa jarak sosial yang terbesar terletak pada
kelompok keagamaan, sedangkan Pratho dan Melikan menemukan jarak sosial yang terbesar pada
kelompok kebangsaan, karena sentiment dan aktivitas kebangsaan kuat sekali pada tahun 1935 itu.

Timbulnya prasangka dapat diperkuat oleh keadaan politik. Individu atau kelompok yang diliputi
prasangka memiliki sikap serta pandangan yang tidak objektif dan wajar.
Gordon Allport (1958) menyimpulkan adanya 2 sumber penting timbulnya prasangka. Prasangka pribadi
(personal prejudice) terjadi bila anggota dari kelompok sosial lain menerimanya sebagai ancaman
terhadap kepentingannya sendiri. Prasangka kelompok (groub prejudice) terjadi bila seseorang sesuai
dengan norma kelompok.

4. Sebab-Sebab Timbulnya Prasangka


Orang tidak dengan sendirinya berprasangka terhadap orang lain. Ada faktor-faktor tertentu yang
menyebabkan seseorang berprasangka.
1. Orang berprasangka dalam rangka mencari kambing hitam.
2. Orang berprasangka karena memang sudah dipersiapkan didalam lingkungan atau kelompok
untuk berprasangka.
3. Prasangka timbul karena adanya perbedaan, dimana perbedaan menimbulkan perasaan
superior.
4. Prasangka timbul karena kesan yang menyakitkan atau pengalaman yang tak menyenangkan.

5. Usaha-Usaha Menghilangkan atau Mengurangi Prasangka Prasangka


a. Usaha Preventif : berupa suatu usaha yang ,mencegah agar orang atau kelompok tidak terkena
prasangka. Menciptakan suasana yang tenteram, damai, dan jauh dari rasa terkena prasangka.
Menanamkan sejak kecil perasaan menerima orang lain meskipun ada perbedaan. Perbedaan bukan
berarti pertentangan atau permusuhan. Memperpendek jarak sosial. Sehingga tidak timbul prasangka.
b. Usaha Kuratif : berupa usaha menyembuhkan orang yang sudah terkena prasangka, berupa
usaha menyadarkan. Prasangak adalah hal yang merugikan dan tidak ada yang bersifat positif bagi
kehidupan bersama. Usaha-usaha ini dapat dilakukan oleh media masa terutama Koran, tv, radio, dan
lain-lain, serta dapat dilakukan oleh para pendidik, orang tua, tokoh-tokoh masyarakat, dan sebagainya.

• Diskriminasi

1. Pengertian Diskriminasi
Theodorson & Theodorson (1979:115-116) mengartikan diskriminasi sebagai “perlakuan yang tidak
seimbang terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal,
atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-
kelas sosial”.
Hak-hak asasi manusia melarang adanya diskriminasi yang merendahkan martabat atau harga diri
komunitas tertentu[3], dan bila dilanggar akan melahirkan pertentangan dan ketidakadilan di dalam
kehidupan manusia.
Karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi
• Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan
karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang
sama.
• Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat
diterapkan di lapangan.Diskriminasi ditempat kerja
1. Macam – macam diskriminasi dalam keragaman masyarakat antara lain diskriminasi terhadap
2. Suku,bangsa, ras dan gender
3. Agama dan keyakinan
4. Ideologi dan politik
5. Adat dan Kesopanan
6. Kesenjangan ekonomi
7. Kesenjangan sosial

A. Permasalahan
1. Diskriminasi Agama
Hubungan antara kelompok agama menjadi persoalan yang belum terselesaikan. Berulangnya model
kekerasan beragama dengan pola yang mirip, merupakan dampak dari tindakan diskriminasi yang
dilakukan negara terhadap kelompok agama minoritas. Bahkan, kasus kekerasan beragama tidak lagi
diselesaikan melalui kebijakan publik namun menyerahkan sepenuhnya kepada elit politik lokal. dengan
keterdiaman pemerintah dan cenderung melokalkan penanganan kasus seperti ini ,mengakibatkan
timbulnya main hakim sendiri dari kalangan agama konservatif .
Fenomena kekerasan beragama yang kerap terjadi di daerah menjadikan masyarakat kian permisif
terhadap berbagai aksi kekerasan yang dilakukan kelompok tertentu yang mengatasnamakan agama.
Sangat disayangkan bahwa pemerintah masih menganggap kasus kekerasan beragama yang terjadi
selama ini dalam batas normal.Sementara dari kelompok agama yang melakukan aksi kekerasan
melakukan pembenaran dengan doktrin teologi. Bahaya besar apabila menganggap kekerasan agama
yang terjadi ini sebagai sesuatu yang normal .
Sepanjang 2010, aksi kekerasan masih terjadi di seputar masalah pendirian rumah ibadah. Laporan CRCS
menemukan ada 39 rumah ibadah yang dipersoalkan, sebagian besar menyangkut keberadaan gereja
yang dipermasalahkan oleh sebagian umat muslim. Menariknya, 70% kasus terkonsentrasi di Jawa Barat,
DKI Jakarta, dan Banten. Cukup memprihatinkan, 17 kasus kekerasan fisik terjadi dalam persoalan rumah
ibadah tersebut. Sebagian dari konflik rumah ibadah berujung kekerasan. Kasus persoalan rumah ibadah
selama tahun 2010 meningkat dua kali lipat dibanding tahun 2009 yang hanya ditemukan 18 kasus,[5].
Persoalan izin pendirian masjid menjadi pemicu utama munculnya kasus-kasus persoalan rumah ibadah.
Sebanyak 24 kasus mengandung unsur belum adaya izin rumah ibadah, sedangkan 4 kasus menyangkut
rumah ibadah yang telah memiliki izin, tetapi tetap saja dipersoalkan. “Kenyataannya masalah seputar
rumah ibadah tidak saja menyangkut kerukunan beragama, tapi juga kebebasan beragama,” katanya.

2. Diskriminasi Ras dan Etnis


Adanya perbedaan ras atau etnis tidak dengan sendirinya berarti terdapat perbedaan hak dan kewajiban
antar kelompok ras dan/atau etnis dalam masyarakat dan negara. Setiap warga negara berhak
memperoleh perlakuan yang sama untuk mendapat hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan, tanpa membedakan ras dan etnis.
Berkaca pada sejarah dengan kasus yang terjadi pada negara-negara maju ,yang dahulunya sebagai
pendatang yang memiliki kepentingan ,diskriminasi rasial dan Etnis terjadi pada afrika dengan sistem
apartheid yang dijalankan inggris, pengusiran Etnis Apache di amerika dan merelokasi tanah
ulayatnya ,serta etnis aborigin di Australia yaitu dengan menempatkannya pada suatu daerah yang
mengesampingkan sisi religio magis dari tanah ulayatnya pula ,serta Myanmar dengan Rhohingnya
dengan pengusiran yang bermotif ekonomi dan SARA ,termasuk Indonesia dengan pembagian aturan
hukum dalam suatu golongan berdasarkan ras dan etnis yang diterapkan penjajah belanda .Namun
setelah indonesia merdeka ,diskriminasi terjadi oleh pemerintah pada hak-hak masyarakat suku
terpencil memperoleh pendidikan yang layak dan diambilnya hak adat setempat akibat dari pengerukan
sumber daya alam ,serta setengah hatinya program pembauran masyarakat tiong hoa ,karena masih
timbulnya kecurigaan akan mudahnya akses birokrasi etnis keturunan sehingga mengakibatkan lolosnya
warga negara asing keturunan memperoleh kartu identitas .

3. Diskriminasi Gender
Adanya perbedaan antara hak dan kewajiban lelaki dan perempuan dalam berbagai sektor .serta
dikesampingkannnya kodrat wanita dalam aturan konstitusi negara , dalam hal cuti haid yang
dipersoalkan ,Cuti melahirkan ada, namun justru menjadi kerentanan perempuan untuk diPHK .Serta
pembatasan usia masa kerja hanya dua tahun ,karena dianggap sudah masuk usia perkawinan dan
berkeluarga, sehingga nanti hamil melahirkan yang menurut perusahaan justru menjadi tidak efisien.
beban keibuan, beban di dalam rumah tangga, apalagi kalau suami-istri jobless kehilangan kerja yang
akan sangat terasa juga perempuan, beban mengurus kesehatan, membesarkan dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan anak.
Disatu pihak seakan-akan kita diberi keterbukaan proses liberalisasi, dan persamaan hak dalam regulasi,
namun dalam konteks politiknya sebetulnya kita ditutup habis.Kebanyakan mereka tidak memikirkan
kesehatan pribadi. Perempuan lebih banyak peduli dan mengayomi kepentingan banyak pihak. Hal ini
seharusnya membuka mata pemerintah dan masyarakat untuk lebih menghormati dan melindungi,
karena perjuangannya akan terhenti kalau dia celaka. Diharapkan pegiat pembela perempuan mampu
bersikap tegas dan proporsional.

4. Diskriminasi Dalam Kehidupan Sehari-hari


Dalam kehidupan manusia sehari-hari, tidak jarang terdapat kasus-kasus diskriminasi yang dilakukan dan
dialami oleh orang-orang tertentu. Berikut contoh-contohnya:
• Orang tua yang melahirkan anak yang cacat, kemudian orang tua tersebut memperlakukan
anaknya yang cacat tersebut dengan cara yang berbeda dari anaknya yang lain yang tidak mengalami
cacat, atau bahkan menitipkannya kepada orang lain karena merasa malu. Padahal bagaimanapun anak
tersebut adalah titipan Tuhan, yang harus dipertanggung jawabkan kelak.
• Saat menjalani kegiatan belajar mengajar di kelas, seorang guru lebih memperhatikan muridnya
yang pandai ketimbang murid lainnya yang biasa-biasa saja. Bahkan, ada juga guru yang lebih
memperhatikan murid perempuan ketimbang murid laki-laki. Padahal semua murid memiliki hak dan
kewajiban yang sama yang harus dipenuhi.
• Ada juga kasus diskriminasi di area parkir kendaraan. Terkadang ada saja tukang parkir yang
lebih memilih kendaraan-kendaraan yang bagus untuk ia parkirkan, ketimbang kendaraan-kendaraan
yang lebih jadul. Memang diskriminasi dapat terjadi dimana saja.
• Nih ada lagi kasusnya. Di tempat perbelanjaan, terkadang ada petugas atau staff yang akan lebih
dulu melayani calon pembeli yang kelihatan “WAH” ketimbang melayani calon pembeli yang
berpenampilan biasa-biasa saja. Hmm, itu juga termasuk diskriminasi loh…
• Contoh lain, ada di rumah sakit. Penyakit bisa menyerang siapa saja, tidak memandang dia anak
kecil atau orang dewasa, bahkan kaya ataupun miskin. Ketika seseorang hendak berobat ke rumah sakit,
terlebih dahulu harus menyelesaikan urusan biaya berobat ke bagian administrasi. Biasanya rumah sakit
akan terlebih dahulu melayani pasien yang memiliki biaya pengobatan ketimbang pasien yang tidak
memiliki biaya rumah sakit. Ketika hanya tersisa satu ruang perawatan, biasanya rumah sakit akan
memberikannya kepada orang yang memiliki biaya untuk perawatan, padahal orang yang tidak memiliki
biaya harus lebih dahulu mendapatkan perawatan. Alhasil kejadian tersebut menyebabkan semakin
memburuknya penyakit pasien bahkan kematian bukan tidak mungin bisa terjadi, karena tidak segera
mendapat penanganan dari dokter. Sungguh miris…
• Kalian tahu istilah ODHA? Ya, ODHA singkatan dari “Orang Dengan HIV AIDS”. Penderita ODHA
biasanya tidak terlalu nampak gejalanya bila dilihat secara kasat mata. Tetapi, bila ODHA sudah
ketahuan bahwa dia menderita penyakit tersebut, biasanya orang disekelilingnya akan menjauhinya,
tidak terkecuali orang terdekatnya seperti teman, sahabat, bahkan keluarga. Padahal, hanya dengan
berdekatan dengan ODHA tidak akan menularkan penyakit HIV AIDS tersebut, jadi tidak bijaksana jika
kita mendiskriminasi orang-orang yang menderita HIV AIDS.

5. Cara meminimalisir Diskriminasi

a. Belajar untuk Tidak Membenci


Ada pandangan yang mengatakan bahwa prasangka dibawa seseorang sejak lahir.Sedangkan
pandangan lain menegaskan bahwa sikap negatif tersebut diciptakan,bukan dibawa dari lahir.Anak-
anak memiliki prasangka dengan mempelajari dari orang tuanya serta juga dari media massa.Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengurangi prasangka adalah dengan melarang orang tua atau orang
dewasa lain untuk menurunkan sikap negatifnya tersebut terhadap anak-anaknya.Namundalam
prakteknya,hal ini tidaklah sesederhana yang dibicarakan.Langkah pertama adalah dengan membantu
orang tua atau orang dewasa untuk menyadari prasangka yang dimilikinya,kemudian dapat
memotivasinya lebih jauh untuk tidak menularkannya pada anak-anaknya.Prasangka yang dimiliki
membuat seseorang hidup tidak cukup tenang karena selalu ada perasaan was-was kalau-kalau ia
berjumpa dengan outgrup yang menjadi target prasangkanya.
b. Direct Intergroup Contact
Pettigrew (1981,1997 dalam Baron dalam Byrne,2003) menyatakan,bahwa prasangka yang terjadi
antarkelompok dapat dikurangi dengan cara meningkatkan intensitas kontak antara kelompok yang
berprasangka tersebut.Apa yang dijelaskannya ini terkenal sebagai teori contact hypothesis.Dasar
argumentasinya adalah bahwa: pertama,meningkatnya kontak memungkinkan terjadi pemahaman
yang lebih mendalam mengenai kesamaan yang mungkin mereka miliki.Kedua,walaupun stereotip
resisten terhadap perubahan,namun stereotip dapat berubah jika ada sejumlah informasi yang tidak
konsisten atau bisa juga karena menemukan adanya sejumlah pengecualian dalam stereotip yang
dimilikinya.Ketiga,adalah bahwa meningkatnya kontak dapat menjadi counter terhadap munculnya
illusion of outgrup homogeneity.
c. Rekategorisasi
Rekategorisasi adalah melakukan perubahan batas antara ingrup dan outgrupnya.Sebagai
akibatnya,bisa saja seseorang yang sebelumnya dipandang sebagai outgrupnya,tetapi kemudian
menjadi ingrupnya.Rekategorisasi ini berpotensi untuk mengurangi prasangka yg sebelumnya
ada.Seperti yang diungkapkan Gaertner dan koleganya (1989,1993 dalam Baron dan Byrne,2003)
dalam teorinya mengenai Common in-grup identity model.Teori ini menjelaskan bahwa jika individu
dalam kelompok yang berbeda melihat diri mereka sebagai anggota dari entitas sosial yang
tunggal,maka kontak positif akan meningkat dan intergrupbias akan berkurang.
d. Intervesi Kognitif
Kecenderungan untuk melihat keanggotaan orang lain dalam berbagai kelompok sering menjadi kunci
penyebab munculnya prasangka.Oleh karena itu,ada sejumlah intervensi untuk mengurangi dampak
stereotip yang pada akhirnya dapat mengurangi kecenderungan prasangka dan
diskriminasi.Pertama,dampak dari stereotip dapat dikurangi dengan memotivasi individu untuk tidak
berprasangka.Kedua,melakukan sebuah intervensi untuk mengurangi kecenderungan orang untuk
berfikir stereotip.
e. Social Influence sebagai Cara Mengurangi Prasangka
Kenyataan bahwa sikap terhadap kelompok ras atau kelompok etnis tertentu bisa dipengaruhi oleh
lingkungan sosial,maka pengubahan sikap tersebut juga bisa dengan memanfaatkan pengaruh sosial
yang ada.Teori ini dapat memberikan arahan kepada kita mengenai pendekatan intervensi yang dapat
dikembangkan untuk mengubah sikap terhadap kelompok/ras tertentu.
f. Coping Terhadap Prasangka
Sejumlah studi menemukan banyaknya efek negatif yang ditemukan pada individu yang menjadi
target diskriminasi.Individual yang tergolong minoritas sering mendapatkan pengalaman yang
disebutnya sebagai ‘stereotype threat’ yaitu kesadaran orang-orang minoritas bahwa ia akan
dievaluasi berdasarkan status minoritasnya.Kondisi semacam ini tentu saja dapat mengganggu
berkembangnya rasa percaya diri dalam berbagai setting sosial yang ada.

Pola Pola Hubungan Antar Kelompok

1. Akulturasi: Jenis gabungan yang berasl dari dua macam kebudayaan dan masih memiliki sisa
kebudayaan pada masing-masing.

2. Dominasi: Jenis gabungan berasal dari sebuah ras yang akan menguasai ras lainnya.

3. Paternalisme: Jenis dominasi yang dilakukan oleh kelompok pendatang. Umumnya adalah tindakan
yang dilakukan oleh sebuah kelompok pendatang guna memberikan pembatasan akan kebebasan yang
dimiliki oleh seseorang maupun sebuah kelompok.

4. Integrasi: Jenis hubungan yang memberikan pengakuan akan adanya sebuah perbedaan dan juga
dapat melakukan pembauran maupun campuran yang berada diantara kebudayaan.

5. Pluralisme: Jenis hubungan yang dimana terjadi pada kelompok majemuk yang memiliki artian bahwa
akan terdapat berbagai macam perbedaan yang berada kelompok tersebut.

Anda mungkin juga menyukai