3. Kriminalitas
Adalah tindakan sosial yang bersifat disosiatif.
Contoh : Pembunuhan, perampokan, penculikan dll.
4. Kenakalan Remaja
Adalah sebuah perbuatan negatif yang dilakukan oleh seorang remaja.
Contoh : Seks bebas, tawuran.
1. Homogenitas Kelompok
2. Besar kecilnya kelompok
3. Mobilitas geografis
4. Efektivitas komunikasi
3. Integrasi Koersif
Integrasi terakhir ini terbentuk berdasarkan kekuasaan yang dimiliki penguasa. Dalam hal penguasa menerapkan
cara-cara koersif (kekerasan). Contohnya adalah perusuh yang berhenti mengacau karena polisi membakar gas
air mata.
Proses-proses Integrasi
1. Akulturasi
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan
tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan
diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
Contoh akulturasi : saat budaya rap dari negeri asing digabungkan dengan bahasa jawa, sehingga menge-
rap dengan menggunakan bahasa jawa.
2. Asimilasi
Asimilasi adalah pembaruan dau kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga
membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang
atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimisali meliputi usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan,
sikap dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.
Faktor-faktor Pendorong
Faktor-faktor yang mendorong atau mempermudah terjadinya asimilasi antara lain:
Apabila terjadi disintegrasi sosial, situasi di dalam masyarakat itu lama-kelamaan akan menjadi chaos (kacau).
Pada keadaan demikian, akan dijumpai anomie (tanpa aturan), yaitu suatu keadaan di saat masyarakat tidak
mempunyai pegangan mengenai apa yang baik dan buruk, dan tidak bisa melihat batasan apa yang benar dan
salah.
Dalam kebingungan tersebut, masyarakat berusaha untuk kembali pada tahap integrasi dimana lembaga politik,
ekonomi, pemerintahan, agama, dan sosial berada didalam keadaan yang selaras, serasi, dan seimbang. Proses ini
disebut dengan reintegrasi.
Dalam pandangan Sukanto, reintegrasi atau reorganisasi adalah proses pembentukan kembali norma-norma dan
nilai-nilai baru untuk menyesuaikan diri dengan lembaga-lembaga yang mengalami perubahan.
Reintegrasi sosial adalah sebagian upaya untuk membangun kembali kepercayaan, modal sosial, dan kohesi sosial.
Proses ini bukanlah proses yang mudah. Proses ini cukup sulit dan memakan waktu yang lama.