Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH SOSIOLOGI

DAMPAK NEGATIF PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA

Disusun Oleh Kelompok 3 :


1. Masni
2. Suriani
3. Rifaldi
4. Firman
A. DISORGANISASI

1.pengertian Disorganisasi secara umum


Disorganisasi merupakan suatu proses yang berkaitan dengan perkembangan nilai nilai
sosial yang ada. Yang mana seiring dengan berkembangnya zaman, semua nilai sosial itu akan
berpadu dengan nilai sosial yang lainnya.
Percampuran nilai sosial, norma, nilai adat yang terjadi dapat menimbulkan suatu hal yang
menyimpang dari biasanya. Dan tentunya cenderung mengarah pada timbulnya konflik dan
juga perpecahan.

Namun, secara umum disorganisasi dapat diartikan sebagai gejala pergeseran yang terjadi
pada nilai nilai sosial yang ada. Dan pergeseran nilai itu akan terus berjalan seiring dengan
pudarnya tatanan sosial, norma dan aturan yang telah ada dalam suatu lembaga sosial.
Proses terjadinya disorganisasi ini lebih dikarenakan oleh pertemuan segala bentuk
kebudayaan. Seperti yang kita tahu,setiap kebudayaan, nilai adat, dan juga aturan yang ada di
setiap wilayah, tentunya memiliki pola pikir dan karakteristiknya masing masing.

2. Pengertian Disorganisasi Menurut Para Ahli


Berikut merupakan beberapa paparan mengenai pengertian disorganisasi yang
dikemukakan oleh para ahli.

 Menurut Idianto Muin, Disorganisasi adalah kondisi yang menunjukkan adanya


ketidakserasian yang cenderung mengarah pada kondisi yang menumbuhkan
kekacauan atau perpecahan yang terjadi pada bagian- bagian dari kesatuan dalam
kehidupan masyarakat.
 Menurut Soerjono Soekanto, Disorganisasi adalah proses memudarnya atau
menurunnya nilai- nilai dan norma- norma yang telah berkembang dalam tatanan
strutur masyarakat. Hal itu disebabkan karena adanya perubahan di dalam kehidupan.
 Menurut Elliot dan Merril, Disorganisasi adalah adanya proses peralihan dari pola
perilaku ataupun kebudayaan lama yang sudah ditinggalkan, sementara pola perilaku
ataupun kepercayaan yang baru belum terbentuk, yang kemudian mengakibatkan
adanya ketegangan pada interaksi antar kelompok.

3. Ciri-ciri Disorganisasi
Berikut merupakan ciri ciri disorganisasi.

 Munculnya pergeseran dalam tatanan hidup yang sudah berkembang sebelumnya.


 Banyak sekali tindakan dan perilaku yang bertentangan dengan norma yang ada.
 Munculnya banyak sekali tindakan yang berkaitan dengan pelangggaran hak asasi
manusia.
 Munculnya sikap individualisme.
 Masyarakat semakin bersikap agresif dan sewenang wenang.
 Adanya perubahan pola pikir yang terjadi pada masyarakat.
 Masyarakat lebih tertutup terhadap perubahan dan perbedaan yang ada.
 Lebih berkembang ke arah modernisasi.

4.Faktor penyebab disorganisasi


Berikut ini merupakan pemaparan mengenai faktor penyebab disorganisasi.

 Faktor Sosial Budaya


Faktor sosial budaya seringkali menjadi faktor utama yang melatarbelakangi terjadinya
tindakan disorganisasi dalam masyarakat. Faktor sosial budaya ini dimulai dengan adanya sifat
primodialisme. Yang mana setiap manusia hanya mementingkan kepentingan kelompoknya
saja dibandingkan dengan kelompok yang lain.

 Faktor Politik
Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri atas berbagai adat istiadat dan juga
kebudayaan. Tentunya tiap rakyatnya juga memiliki perbedaan pendapat satu sama lain.
Adanya perbedaan pendapat ini seringkali menimbulkan permasalahan yang besar, apabila erat
kaitannya dengan prosesi pemilu dalam ranah politik.
Adanya perbedaan pandangan mengenai paslon yang dicalonkan oleh suatu partai, nyatanya
dapat memperenggang hubungan yang sudah terjalin. Seringkali saat konflik sudah memanas,
seseorang tidak akan berpikir jernih terhadap hal yang ia lakukan. Sehingga mereka akan
menghimpun berbagai kekuatan yang memiliki pandangan yang sama.

 Faktor Ekonomi
Disorganisasi yang dilandasi oleh faktor ekonomi. Seringkali berkaitan dengan
munculnya kesenjangan sosial antara kelompok atas dan kelompok bawah. Hal itu apabila
terjadi dalam jangka waktu yang lama, dapat mengacu pada perpecahan antar lapisan
masyarakat

5. Contoh Tindakan Disorganisasi


Berikut ini merupakan tindakan yang mencerminkan disorganisasi yang sudah banyak terjadi
di masyarakat.
 Euforia Pemilihan Umum
Pemilihan umum yang dilaksanakan di Indonesia seringkali menjadi ujung tombak timbulnya
konflik besar. Yang mana konflik itu dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan pendapat yang
terjadi antara pendukung antar paslon.

Pendukung paslon A akan mengunggul unggulkan semua kelebihan yang dimiliki oleh calon
paslonnya, yang tanpa sadar mereka juga merendahkan paslon lainnya. Hal kecil seperti itulah
yang dapat memicu perpecahan dan polemik politik yang marak terjadi tiap 5 tahun sekali.

 Ajang Pemilihan Puteri Indonesia


Ajang pemilihan perwakilan yang seharusnya dapat digunakan sebagai ajang hiburan ini,
malah menjadi cikal bakal dari konflik antar daerah. Yang tentunya tiap daerah akan
mengagung agungkan perwakilannya dengan menjatuhkan perwakilan lainnya.

Bahkan tak jarang, masyarakat juga bersikap rasisme terhadap kondisi fisik yang dimiliki oleh
perwakilan lainnya. Hal itu tentunya memicu kemarahan dari pihak lainnya.

6. Dampak Terjadinya Disorganisasi


Berikut merupakan dampak yang ditimbulkan dari adanya disorganisasi.

 Terjadi transisi kebudayaan yang semakin ke arah modern.


 Timbulnya personality disorganized.
 Hilangnya norma yang telah berkembang di masyarakat.
 Kebudayaan turun temurun mulai memudar seiring dengan perkembangan yang terjadi.
 Masyarakat lebih bersikap apatis.
 Semakin maraknya tindakan tindakan yang melawan hukum, seperti kriminalitas.
B.CULTUR SHOCK

1.pengertian cultur shock


Istilah "culture shock" pertama kali diperkenalkan oleh Oberg (1960)
untuk menggambarkan respon yang mendalam dan negatif dari depresi,
frustasi, dan disorientasi yang dialami oleh orang-orang yang hidup dalam
suatu lingkungan budaya yang baru. Istilah ini menyatakan ketiadaan arah,
merasa tidak mengetahui harus berbuat apa atau bagaimana mengerjakan
segala sesuatu di lingkungan yang baru, dan tidak mengetahui apa yang tidak
sesuai atau sesuai (Dayaksini, 2004).
culture shock merupakan suatu permasalahan yang melibatkan perasaan,
cara
berpikir dan berperilaku pada diri individu saat menghadapi perbedaan
pengalaman maupun budaya ketika berada di daerah/ negara lain dari
daerah/negara asal

2.Faktor Yang Mempengaruhi Cultur Shock


Menurut Furnham dan Bochner (dalam Manz, 2003) faktor-faktor yang
mempengaruhi individu mengalami culture shock saat berinteraksi dengan
budaya baru adalah sebagai berikut:
1) Adanya perbedaan budaya, kualitas,kuantitas dan lamanya culture shock
yang dialami individu yang dipengaruhi oleh tingkat perbedaan budaya
antara lingkungan asal dan lingkungan baru individu. Culture shock lebih
cepat jika budaya tersebut sangat berbeda, seperti sosial, perilaku, adat
istiadat, agama, pendidikan, norma dalam masyarakat, dan bahasa.
Semakin berbeda kebudayaan antar dua individu yang berinteraksi,
semakin sulit kedua individu tersebut membangun dan memelihara
hubungan yang baik ( Bochner, 2003; Septina Sihite, 2012).
2) Adanya perbedaan individu. Berkaitan dengan perbedaan dalam
kepribadian dan kemampuan individu menyesuaikan diri di lingkungan
barunya. Selain itu juga merujuk pada variabel demografis seperti usia,
jenis kelamin, kelas sosial-ekonomi dan pendidikan.
3) Pengalaman lintas budaya individu sebelumnya, pengalaman individu di
masa lalu saat berada di lingkungan baru yang sangat berpengaruh pada
proses adaptasi seperti pengalaman bagaimana individu menerima
perlakuan dari penduduk lokal.

3.Gejala-Gejala Cultur Shock


Ada beberapa gejala culture shock yang dapat di alami oleh individu
yang berada di lingkungan baru (Guanipa, 1998; Khoirun Niam, 2009),
diantaranya ialah:
1) Kesedihan, kesepian, dan kelengangan
2) Preokupasi (pikiran terpaku hanya pada sebuah ide saja, yang biasanya
berhubungan dengan keadaan yang bernada emosional) dengan kesehatan.
3) Kesulitan untuk tidur, tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit
4) Perubahan perilaku, tekanan atau depresi
5) Kemarahan, sifat cepat marah, keengganan untuk berhubungan dengan
orang lain
C.CULTUR LAG

1.Definisi Cultural Lag

Cultural lag dalam bahasa Indonesia disebut dengan ketertinggalan budaya. Dalam buku Pendidikan
Kewarganegaraan: Membangun Kewarganegaraan Demokratis, ketidakcocokan budaya adalah elemen
lain dari budaya yang berubah.

Ketertinggalan budaya ini terjadi karena tidak aktifnya salah satu faktor budaya. Cultural lag juga
dikenal sebagai ketidakseimbangan satu faktor budaya untuk mengakomodasi faktor budaya lain yang
telah berubah. Sementara itu, William F. Ogburn menjelaskan teori pergeseran budaya dari perspektif
sosiologis. Teori tersebut menjelaskan bahwa budidaya dan pertumbuhan pasti akan selalu berbeda.
Secara keseluruhan teori, ketertinggalan budaya menjelaskan perbedaan tingkat kemajuan budaya yang
berbeda. Dimana budaya tumbuh cepat, sedang budaya yang lain berjalan lambat.

Perbedaan tingkat kemajuan adalah bagian dari mobilitas budaya. Konsep ketertinggalan memiliki
beberapa arti tersendiri, seperti periode waktu munculnya penemuan baru dan penerimaan penemuan
tersebut.

Ketertinggalan budaya tersebut merupakan bagian dari fenomena sosial yang sering terjadi di
masyarakat. Perubahan budaya menggambarkan apa yang terjadi dalam suatu sistem sosial ketika
mengalami perubahan dan pengaruhnya tidak seimbang. Seringkali, cultural lag merupakan akibat dari
gesekan antara penemuan baru dengan adat istiadat masyarakat sekitar yang ada.

Menurut kamus sosiologi, cultural lag adalah periode antara masuknya perkembangan teknologi baru
(budaya material) ke dalam suatu budaya atau suatu masyarakat. Cultural lag dapat didefinisikan
sebagai waktu yang dibutuhkan suatu budaya untuk mengejar inovasi teknologi. Ketertinggalan budaya
juga bisa disebut ketidaksesuaian budaya.

2.Faktor Pemicu Terjadinya Cultural Lag


1. Kurangnya Pengetahuan dan Pemikiran Masyarakat
Orang yang terbelakang budaya mungkin tidak menyadari keberadaan budaya baru. Oleh karena itu,
mereka merasa sulit untuk memahami sepenuhnya perkembangan ini.

Mari kembali ke contoh pada orang tua. Ketika ada orang tua yang dibelikan model ponsel smartphone
terbaru dari anaknya dan orang tua itu mencoba mengoperasikan smartphone tersebut dengan mencoba
menghubungkan ke Internet setiap hari. Namun, orang tua itu masih belum mengetahui bagaimana cara
internet bekerja dan keaslian informasi yang berasal dari internet. Hal itu menjadikan ketertinggalan
budaya yang terjadi pada orang tua itu karena ia tidak mampu beradaptasi dengan budaya menggunakan
smartphone seperti yang digunakan oleh hampir seluruh masyarakat modern pada saat ini.

2.Kurangnya kontak dengan budaya lain


Menjadi begitu terobsesi dengan satu budaya sehingga Anda menarik diri dari budaya lain juga
memiliki efek negatif, bagi kalian. Ketika orang memilih menutup diri dan tidak bersosialisasi dengan
orang dari budaya lain, atau tidak memiliki akses sosialisasi, menjadi sulit bagi mereka untuk
berhubungan dengan budaya di luar dirinya. .

Jadi ketika ada budaya baru, mereka cenderung kurang update dalam memahaminya. Oleh karena itu,
sangat penting bagi kita untuk mempelajari budaya lain untuk menambah wawasan kita dan membuka
pikiran kita untuk berkembang.

3.Heterogenitas masyarakat yang tinggi


Masyarakat yang berbeda-beda atau beragam harus lebih mampu menerima atau beradaptasi dengan
perubahan budaya dan sosial. Sayangnya, heterogenitas menyebabkan beberapa kelompok cepat
menerima perubahan, dan beberapa lambat menerima perubahan.

3.Contoh dari Cultural Lag


a. Pelanggar lalu lintas Orang yang kurang disiplin
Saat berpartisipasi dalam berlalu lintas, termasuk contoh perilaku yang tidak pantas. Misalnya,
terjadi peningkatan pembelian mobil dan sepeda motor. Terjadi kemacetan di beberapa ruas jalan
sehingga terjadi pelanggaran lalu lintas. Mobil dan sepeda motor yang seenaknya melanggar peraturan
lalu lintas dapat membahayakan keselamatan.

b. Penggunaan Internet
Internet sangat berguna untuk menghubungkan seseorang dalam jaringan global. Banyak sekali
informasi yang didapat melalui internet. Disisi lain, Internet memiliki dampak negatif pada masyarakat.
Adanya berita bohong dan kesimpangsiuran menimbulkan provokasi. Internet menyebabkan kelompok
atau individu saling berebut informasi yang belum tentu benar.

c. Menggunakan teknologi
Beberapa daerah mengalami kesulitan mengakses peralatan listrik dan elektronik. Namun, dalam
beberapa kasus orang masih belum bisa menguasai teknologi. Mereka akan meniru dan menggunakan
bila perlu. Seperti yang kita ketahui, perkembangan teknologi setiap hari berkembang pesat. Selalu ada
update dari teknologi yang ada. Namun sayangnya, perkembangan ini hanya bisa dirasakan oleh
masyarakat yang tinggal di perkotaan.

4.cara mengatasi ketertinggalan budaya


Cara mengatasi ketertinggalan budaya tentu saja melalui kebijaksanaan. Kecerdasan manusialah
yang akan mencoba menemukan cara untuk membuat segalanya lebih cepat dan lebih mudah.

Orang lain benar-benar dapat membantu orang-orang yang mengalami keterbelakangan budaya.
Misalnya dengan memberdayakan, mensosialisasikan perubahan, memfasilitasi akses pendidikan dan
mencapai pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai