Namun, secara umum disorganisasi dapat diartikan sebagai gejala pergeseran yang terjadi
pada nilai nilai sosial yang ada. Dan pergeseran nilai itu akan terus berjalan seiring dengan
pudarnya tatanan sosial, norma dan aturan yang telah ada dalam suatu lembaga sosial.
Proses terjadinya disorganisasi ini lebih dikarenakan oleh pertemuan segala bentuk
kebudayaan. Seperti yang kita tahu,setiap kebudayaan, nilai adat, dan juga aturan yang ada di
setiap wilayah, tentunya memiliki pola pikir dan karakteristiknya masing masing.
3. Ciri-ciri Disorganisasi
Berikut merupakan ciri ciri disorganisasi.
Faktor Politik
Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri atas berbagai adat istiadat dan juga
kebudayaan. Tentunya tiap rakyatnya juga memiliki perbedaan pendapat satu sama lain.
Adanya perbedaan pendapat ini seringkali menimbulkan permasalahan yang besar, apabila erat
kaitannya dengan prosesi pemilu dalam ranah politik.
Adanya perbedaan pandangan mengenai paslon yang dicalonkan oleh suatu partai, nyatanya
dapat memperenggang hubungan yang sudah terjalin. Seringkali saat konflik sudah memanas,
seseorang tidak akan berpikir jernih terhadap hal yang ia lakukan. Sehingga mereka akan
menghimpun berbagai kekuatan yang memiliki pandangan yang sama.
Faktor Ekonomi
Disorganisasi yang dilandasi oleh faktor ekonomi. Seringkali berkaitan dengan
munculnya kesenjangan sosial antara kelompok atas dan kelompok bawah. Hal itu apabila
terjadi dalam jangka waktu yang lama, dapat mengacu pada perpecahan antar lapisan
masyarakat
Pendukung paslon A akan mengunggul unggulkan semua kelebihan yang dimiliki oleh calon
paslonnya, yang tanpa sadar mereka juga merendahkan paslon lainnya. Hal kecil seperti itulah
yang dapat memicu perpecahan dan polemik politik yang marak terjadi tiap 5 tahun sekali.
Bahkan tak jarang, masyarakat juga bersikap rasisme terhadap kondisi fisik yang dimiliki oleh
perwakilan lainnya. Hal itu tentunya memicu kemarahan dari pihak lainnya.
Cultural lag dalam bahasa Indonesia disebut dengan ketertinggalan budaya. Dalam buku Pendidikan
Kewarganegaraan: Membangun Kewarganegaraan Demokratis, ketidakcocokan budaya adalah elemen
lain dari budaya yang berubah.
Ketertinggalan budaya ini terjadi karena tidak aktifnya salah satu faktor budaya. Cultural lag juga
dikenal sebagai ketidakseimbangan satu faktor budaya untuk mengakomodasi faktor budaya lain yang
telah berubah. Sementara itu, William F. Ogburn menjelaskan teori pergeseran budaya dari perspektif
sosiologis. Teori tersebut menjelaskan bahwa budidaya dan pertumbuhan pasti akan selalu berbeda.
Secara keseluruhan teori, ketertinggalan budaya menjelaskan perbedaan tingkat kemajuan budaya yang
berbeda. Dimana budaya tumbuh cepat, sedang budaya yang lain berjalan lambat.
Perbedaan tingkat kemajuan adalah bagian dari mobilitas budaya. Konsep ketertinggalan memiliki
beberapa arti tersendiri, seperti periode waktu munculnya penemuan baru dan penerimaan penemuan
tersebut.
Ketertinggalan budaya tersebut merupakan bagian dari fenomena sosial yang sering terjadi di
masyarakat. Perubahan budaya menggambarkan apa yang terjadi dalam suatu sistem sosial ketika
mengalami perubahan dan pengaruhnya tidak seimbang. Seringkali, cultural lag merupakan akibat dari
gesekan antara penemuan baru dengan adat istiadat masyarakat sekitar yang ada.
Menurut kamus sosiologi, cultural lag adalah periode antara masuknya perkembangan teknologi baru
(budaya material) ke dalam suatu budaya atau suatu masyarakat. Cultural lag dapat didefinisikan
sebagai waktu yang dibutuhkan suatu budaya untuk mengejar inovasi teknologi. Ketertinggalan budaya
juga bisa disebut ketidaksesuaian budaya.
Mari kembali ke contoh pada orang tua. Ketika ada orang tua yang dibelikan model ponsel smartphone
terbaru dari anaknya dan orang tua itu mencoba mengoperasikan smartphone tersebut dengan mencoba
menghubungkan ke Internet setiap hari. Namun, orang tua itu masih belum mengetahui bagaimana cara
internet bekerja dan keaslian informasi yang berasal dari internet. Hal itu menjadikan ketertinggalan
budaya yang terjadi pada orang tua itu karena ia tidak mampu beradaptasi dengan budaya menggunakan
smartphone seperti yang digunakan oleh hampir seluruh masyarakat modern pada saat ini.
Jadi ketika ada budaya baru, mereka cenderung kurang update dalam memahaminya. Oleh karena itu,
sangat penting bagi kita untuk mempelajari budaya lain untuk menambah wawasan kita dan membuka
pikiran kita untuk berkembang.
b. Penggunaan Internet
Internet sangat berguna untuk menghubungkan seseorang dalam jaringan global. Banyak sekali
informasi yang didapat melalui internet. Disisi lain, Internet memiliki dampak negatif pada masyarakat.
Adanya berita bohong dan kesimpangsiuran menimbulkan provokasi. Internet menyebabkan kelompok
atau individu saling berebut informasi yang belum tentu benar.
c. Menggunakan teknologi
Beberapa daerah mengalami kesulitan mengakses peralatan listrik dan elektronik. Namun, dalam
beberapa kasus orang masih belum bisa menguasai teknologi. Mereka akan meniru dan menggunakan
bila perlu. Seperti yang kita ketahui, perkembangan teknologi setiap hari berkembang pesat. Selalu ada
update dari teknologi yang ada. Namun sayangnya, perkembangan ini hanya bisa dirasakan oleh
masyarakat yang tinggal di perkotaan.
Orang lain benar-benar dapat membantu orang-orang yang mengalami keterbelakangan budaya.
Misalnya dengan memberdayakan, mensosialisasikan perubahan, memfasilitasi akses pendidikan dan
mencapai pembangunan.