Anda di halaman 1dari 5

Salah satu bentuk perubahan sosial berdasarkan dampak atau pengaruh di masyarakat berupa

perubahan kecil. Perubahan kecil merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-
unsur struktur sosial dan tidak membawa pengaruh langsung bagi masyarakat. Sebagai.
contohnya seperti perubahan mode rambut, perubahan gadget (alat komunikasi), dan perubahan
mode sepatu. Perubahan kecil tidak membawa dampak yang besar bagi masyarakat luas
karena hanya diikuti oleh sebagain masyarakat kecil (golongan tertentu). Perubahan
tersebut hanya akan mengubah industri pakaian pada perubahan mode pakaian, sehingga tidak
berpengaruh terhadap perubahan lembaga kemasyarakatan

Asimilasi adalah pembauran satu kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas
kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru.[1] Asimilisi muncul apabila ada
golongan masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda begaul langsung secara
intensif dengan waktu yang lama.[2] Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi
perbedaan antara orang atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi
usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan
kepentingan serta tujuan bersama.

Hasil dari proses asimilasi yaitu semakin tipisnya batas perbedaan antarindividu dalam suatu
kelompok, atau bisa juga batas-batas antarkelompok. Selanjutnya, individu melakukan
identifikasi diri dengan kepentingan bersama. Artinya, menyesuaikan kemauannya dengan
kemauan kelompok. Demikian pula antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.

Asimilasi dapat terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan berikut:

 Terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda


 Terjadi pergaulan antarindividu atau kelompok secara intensif dan dalam waktu yang
relatif lama
 Kebudayaan masing-masing kelompok tersebut saling berubah dan menyesuaikan diri

a ikut ambil peran dalam penyebaran pengetahuan bebas. Mari bergabung dengan
sukarelawan Wikipedia bahasa Indonesia!

Daftar isi


Awal


Faktor-faktor


o
Faktor pendorong

Faktor penghalang

Tingkatan

Lihat pula

Referensi

Daftar pustaka

Asimilasi (sosial)

 Halaman
 Pembicaraan

 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Lihat riwayat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk kegunaan lain, lihat asimilasi.

Asimilasi adalah pembauran satu kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas
kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru.[1] Asimilisi muncul apabila ada
golongan masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda begaul langsung secara
intensif dengan waktu yang lama.[2] Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi
perbedaan antara orang atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi
usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan
kepentingan serta tujuan bersama.

Hasil dari proses asimilasi yaitu semakin tipisnya batas perbedaan antarindividu dalam suatu
kelompok, atau bisa juga batas-batas antarkelompok. Selanjutnya, individu melakukan
identifikasi diri dengan kepentingan bersama. Artinya, menyesuaikan kemauannya dengan
kemauan kelompok. Demikian pula antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.

Asimilasi dapat terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan berikut:

 Terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda


 Terjadi pergaulan antarindividu atau kelompok secara intensif dan dalam waktu yang
relatif lama
 Kebudayaan masing-masing kelompok tersebut saling berubah dan menyesuaikan diri

Faktor-faktor
Faktor pendorong

Faktor-faktor umum yang mendorong atau mempermudah terjadinya asimilasi antara lain faktor
toleransi, kesamaan kepentingan ekonomi, simpati terhadap budaya lain dan amalgamasi.[3]
Toleransi yang menghasilkan asimilasi dapat terjadi jika kelompok minoritas mampu
menghilangkan identitasnya, sedangkan kelompok mayoritas mampu menerima kelompok
minoritas sebagai bagian baru dari kelompoknya.[4]

Faktor penghalang

Faktor-faktor umum yang dapat menjadi penghalang terjadinya asimilasi antara lain:

 Kelompok yang terisolasi atau terasing (biasanya kelompok minoritas)


 Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan baru yang dihadapi
 Prasangka negatif terhadap pengaruh kebudayaan baru. Kekhawatiran ini dapat diatasi
dengan meningkatkan fungsi lembaga-lembaga kemasyarakatan
 Perasaan bahwa kebudayaan kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan
kelompok lain. Kebanggaan berlebihan ini mengakibatkan kelompok yang satu tidak mau
mengakui keberadaan kebudayaan kelompok lainnya
 Perbedaan ciri-ciri fisik, seperti tinggi badan, warna kulit atau rambut
 Perasaan yang kuat bahwa individu terikat pada kebudayaan kelompok yang
bersangkutan
 Golongan minoritas mengalami gangguan dari kelompok penguasa

Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia
dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri
tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.[1] Umumnya,
unsur-unsur kebudayaan asing yang digabungkan dengan kebudayaan setempat dapat
mudah disesuaikan dengan kondisi setempat, sehingga mudah dipakai dan memberikan
manfaat.[2] Penolakan penggabungan kebudayaan hanya diterapkan terhadap sistem
kepercayaan, ideologi, dan falsafah hidup.[3]

Pada masa awal hidup hingga akhir hayat hidupnya, manusia memperoleh suatu proses
budaya. Proses sosialisasi dan pendidikan budaya yang ditanamkan menjadi perilaku dan
kepribadian yang sudah melakat pada sistem saraf di setiap individu. Dengan proses
belajar ini manusia harus berinteraksi dan berkomunikasi antar sesama, proses ini
didapatkan pada setiap individu yang dinmakan enkulturasi. Budaya dan individu
memiliki hubungan dalam proses enkulturasi sehingga manusia mampu menyesuaikan
diri dengan keadaan. Jika ada individu imigran yang masuk pada wilayah pribumi maka
imigran ini belajar menyesuaikan dan menciptakan situasi-situasi yang relevan pada
masyarakat pribumi. Pola menyesuaikan individu imigran ke wilayah masyarakat pribumi
dengan adanya perubahan menyesuaikan yang baru inilah yang disebut akulturasi.[4] Ciri
khas dari budaya setempat tetap dipertahankan dan saling melengkapi dengan unsur
kebudayaan asing.[5] Contoh dari akulturasi sendiri dapat ditemukan pada tradisi nyadran
dan kenduri pada masyarakat jawa yang merupakan bentuk akulturasi budaya pra-islam
dengan kebudayaan islam.[6]

Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing
itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.[1] Umumnya, unsur-unsur kebudayaan asing
yang digabungkan dengan kebudayaan setempat dapat mudah disesuaikan dengan kondisi
setempat, sehingga mudah dipakai dan memberikan manfaat.[2] Penolakan penggabungan
kebudayaan hanya diterapkan terhadap sistem kepercayaan, ideologi, dan falsafah hidup.[3]

Proses

Tarian tradisional dengan kain batik dan hijab.

Pada masa awal hidup hingga akhir hayat hidupnya, manusia memperoleh suatu proses budaya.
Proses sosialisasi dan pendidikan budaya yang ditanamkan menjadi perilaku dan kepribadian
yang sudah melakat pada sistem saraf di setiap individu. Dengan proses belajar ini manusia harus
berinteraksi dan berkomunikasi antar sesama, proses ini didapatkan pada setiap individu yang
dinmakan enkulturasi. Budaya dan individu memiliki hubungan dalam proses enkulturasi
sehingga manusia mampu menyesuaikan diri dengan keadaan. Jika ada individu imigran yang
masuk pada wilayah pribumi maka imigran ini belajar menyesuaikan dan menciptakan situasi-
situasi yang relevan pada masyarakat pribumi. Pola menyesuaikan individu imigran ke wilayah
masyarakat pribumi dengan adanya perubahan menyesuaikan yang baru inilah yang disebut
akulturasi.[4] Ciri khas dari budaya setempat tetap dipertahankan dan saling melengkapi dengan
unsur kebudayaan asing.[5] Contoh dari akulturasi sendiri dapat ditemukan pada tradisi nyadran
dan kenduri pada masyarakat jawa yang merupakan bentuk akulturasi budaya pra-islam dengan
kebudayaan islam.[6]

Dampak
Dalam akulturasi sering kali terjadi perubahan dan perkembangan kebudayaan masyrakat
setempat, perubahan-perubahan tersebut dapat berdampak positif maupun negatif bagi
masyarakat. Adapun dampak-dampak tersebut adalah:[9]

Adisi adalah penambahan unsur-unsur kebudayaan lama dengan unsur-unsur kebudayaan baru
sehingga timbul perubahan struktural atau tidak sama sekali.

Sinkretisme adalah perpaduan unsur-unsur kebudayaan lama dengan unsur-unsur kebudayaan


baru dengan tidak meninggalkan jati diri masing-masing dan membentuk sistem kebudayaan
baru.

Substitusi adalah unsur-unsur kebudayaan yang telah ada atau terdahulu diganti oleh unsur-
unsur kebudayaan yang baru, terutama yang dapat memenuhi fungsinya. Dalam hal ini,
kemungkinan terjadi perubahan struktural sangat kecil.

Dekulturisasi adalah tumbuhnya unsur-unsur kebudayaan yang baru untuk memenuhi berbagai
kebutuhan baru karena perubahan situasi.

Rejeksi adalah penolakan unsur-unsur perubahan yang terjadi amat cepat sehingga sebagian
besar orang tidak dapat menerimanya. Hal ini dapat menimbulkan penolakan, bahkan
pemberontakan atau gerakan kebangkitan.

Anda mungkin juga menyukai