Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ AKULTURASI DAN KONTAK BUDAYA “

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
 Imam Abdul Gafur
 Adam Malik
 Nur Murniati
 Ulan Uliani
 Masitah

MADRASAH ALIYAH NAHDATUL WATHAN


BANYUMULEK
2021
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Telah kita ketahui bahwa setiap individu itu unik yaitu tidak ada dua individu
yang sama persisi baik dari sifat, karakter, maupun lainnya. Tiap masing-masing individu
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, baik itu dalam kalangan anak-anak,
remaja maupun dewasa hingga lansia. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis
kepribadian dan sifat- sifatnya.

Dalam psikologi lintas-budaya, penting membedakan antara akulturasi pada


tingkat kelompok dan tingkat individu. Terdapat dua alasan dalam membedakan
fenomena tersebut, yang pertama pada tingkat populasi perubahan dalam struktur sosial,
landasan ekonomi, dan organisasi politik yang kadang terjadi. Sementara pada tingkat
individual, perubahan- perubahan terjadi pada fenomena semacam jati diri, nilai, dan
sikap. Alasan kedua, tidak setiap individu yang beraktualisasi berpartisipasi dalam
perubahan-perubahan kolektif yang sedang berlangsung untuk banyak hal atau dalam
cara yang sama. Jadi, jika kita suatu ketika ingin memahami hubungan antara kontak
budaya dan keluaran psikologis untuk individu- individu, kita perlu menaksir (dengan
menggunakan pengukuran terpisah) perubahan pada tingkat populasi dan partisipasi
individu dalam perubahan- perubahan ini, kemudian menghubungkan dua pengukuran itu
ke konsekuensi-konsekuensi psikologis untuk indvidu.

2. Rumusan Masalah

a) Apa yang dimaksud dengan akulturasi?

b) Apa yang dimaksud dengan kontak dan partisipasi?

c) Apa saja dan jelaskan dimensi psikologis suatu kontak budaya?

3. Tujuan Penulisan

a) Menjelaskan apa yang dimaksud dengan akulturasi.

b) Dapat menjelaskan kontak dan partisipasi.

c) Dapat menyebutkan dan menjelaskan dimensi psikologis suatu kontak budaya


BAB II PEMBAHASAN

1. Akulturasi

Akulturasi merupakan suatu proses yang individu ikuti dengan merespon suatu
konteks budaya yang berubah. Akulturasi merupakan suatu anteseden tersimpulkan dari
keberagaman yang teramati dalam perilaku. Akulturasi hanya satu bentuk perubahan
budaya, yaitu disebabkan oleh kontak dengan budaya-budaya lain (konteks sosiologis).
Akulturasi merupakan proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dl suatu masyarakat,
sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu, dan
sebagian berusaha menolak pengaruh itu.
Penelitian-penelitian yang menyangkut proses sosial yang terjadi bila manusia
dalam suatu masyarakat dengan suatu kebudayaan tertentu dipengaruhi oleh unsur-unsur
dari suatu kebudayaan asing yang sedemikian berbeda sifatnya, sehingga unsur-unsur
kebudayaan asing tadi lambat-laun diakomodasikan dan diintegrasikan kedalam
kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadian dari kebudayaannya sendiri, disebut
penelitian mengenai gejala akulturasi (acculturation).
Menurut Herskovitz (1939) akulturasi dipahami sebagai fenomena yang akan
terjadi tatkala kelompok-kelompok individu yang memiliki budaya berbeda terlibat dalam
kontak yang terjadi secara langsung, disertai perubahan terus-menerus, sejalan pola-pola
budaya asal dari kelompok itu atau dari kedua kelompok itu. 3 Akulturasi dibedakan dari
perubahan budaya yang hanya merupakan salah satu aspeknya, dan asimilasi yang pada
saat tertentu merupaka suatu fase akulturasi. Akulturasi juga dibedakan dari difusi yang
pada saat sama berlangsung dalam semua contoh akulturasi, tidak hanya sebagai suatu
fenomena yang kadang mengambil tempat tanpa tipe kontak antara orang yang
dikhususkan dalam definisi di atas, tetapi juga membangun hanya satu aspek proses
akulturasi.
Dalam psikologi lintas-budaya, penting membedakan antara akulturasi pada tingkat
kelompok dan tingkat individu. Terdapat dua alasan dalam membedakan fenomena
tersebut, yang pertama pada tingkat populasi perubahan dalam struktur sosial, landasan
ekonomi, dan organisasi politik yang kadang terjadi. Sementara pada tingkat individual,
perubahan-perubahan terjadi pada fenomena semacam jati diri, nilai, dan sikap. Alasan
kedua, tidak setiap individu yang beraktualisasi berpartisipasi dalam perubahan-
perubahan kolektif yang sedang berlangsung untuk banyak hal atau dalam cara yang
sama. Jadi, jika kita suatu ketika ingin memahami hubungan antara kontak budaya dan
keluaran psikologis untuk individu-individu, kita perlu menaksir (dengan menggunakan
pengukuran terpisah) perubahan pada tingkat populasi dan partisipasi individu dalam
perubahan-perubahan ini, kemudian menghubungkan dua pengukuran itu ke konsekuensi-
konsekuensi psikologis untuk indvidu.
Beberapa unsur yang biasa dikaji dalam psikologi lintas-budaya adalah:

a) Ada kebutuhan melakukan kontak atau interaksi terus-menerus dan berhadap-


hadapan langsung antara budaya-budaya itu.
b) Akibat-akibatnya berupa beberapa perubahan dalam fenomena budaya atau
psikologis diantara orang-orang dalam kontak, biasa berlanjut untuk generasi-
generasi berikutnya.
c) Dengan mengangkat kedua aspek itu bersama-sama, kita dapat membedakan antara
suatu proses dan kedudukan ada aktivitas dinamis selama dan sesudah kontak dan
ada suatu hasil proses yang mungkin relatif stabil

Sistem akulturasi umum dimana ada dua budaya dalam kontak. Dilihat dari
asasnya, setiap budaya dapat mempengaruhi budaya lainnya secara sama. Tetapi dalam
praktek, budaya yang satu dengan cenderung menguasai budaya lain yang akhirnya
menggiring ke arah pembedaan antara “kelompok dominan” dan “kelompok
berakulturasi”. Dengan ini, tak lantas dapat dikatakan bahwa perubahan-perubahan dalam
budaya dominan tidak menarik atau tidak penting. Akulturasi kadang mengakibatkan
perluasan populasi, makin beragamnya budaya, menimbulkan reaksi-reaksi sikap
(prasangka dan diskriminasi), dan perkembangan kebijakan (misal, dalam daerah
imigrasi, pluralisme budaya, kedwibahasaan, dan persekolahan). Satu akibat kontak dan
pengaruh itu adalah aspek-aspek kelompok yang berakulturasi menjadi
tertransformasikan sedemikian rupa sehingga ciri-ciri budaya menjadi tidak sepadan
dengan ciri-ciri dalam kelompok asal pada saat pertama kali kontak.
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya suatu proses akulturasi,
diantaranya:

a) Faktor Internal (dalam), antara lain:


 Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)
 Adanya penemuan baru:
 Discovery: penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada.
 Invention: penyempurnaan penemuan baru dan
 Innovation / Inovasi: pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam
kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang
telah ada. Penemuan baru didorong oleh kesadaran masyarakat akan
kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat,
diantaranya adalah:
• Konflik yang terjadi dalam masyarakat
• Pemberontakan atau revolusi

b) Faktor Ekstern (luar), antara lain:


• Perubahan alam
• Peperangan
• Pengaruh kebudayaan lain melalui difusi (penyebaran kebudayaan),
akulturasi (pembaruan antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat
khasnya), asimilasi (pembaruan antar budaya yang menghasilkan budaya
yang sama sekali baru dan batas budaya lama tidak tampak lagi)

Beberapa faktor pendorong perubahan sosial:

a) Sikap menghargai hasil karya orang lain


b) Keinginan untuk maju
c) Sistem pendidikan yang maju
d) Toleransi terhadap perubahan
e) Sistem pelapisan yang terbuka
f) Penduduk yang heterogen
g) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu
h) Orientasi ke masa depan
i) Sikap mudah menerima hal baru

Daur perubahan yang terjadi dari akulturasi sangat labil dan tergantung pada
banyak karakteristik kelompok dominan dan nirdominan. Untuk kedua kelompok,
penting mengetahui tujuan, lama, dan menetapnya kontak serta kebijakan-kebijakan yang
diterapkan. Ciri-ciri psikologis dan budaya dua populasi dapat juga berakibat pada
keluaran proses akulturasi.
Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya
akulturasi. Akulturasi merupakan perpaduan 2 budaya dimana kedua kedua unsur
kebudayaan bertemu dapat hidup berdampingan dan sling mengisi serta tidak
menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-
Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima
begitu saja melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi
kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli.5 Hal ini
disebabkan karena:

a) Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi


sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan
kebudayaan Indonesia.
b) Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local genius merupakan
kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan
mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah


ada di Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih
terpelihara sampai sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan
kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan Indonesia.
Akulturasi merupakan suatu proses yang mengambil tempat dari waktu ke waktu
dan hasil-hasil perubahannya dalam perilaku dan dalam individunya. Pengukuran
perubahan antara dua pokok atau lebih dalam suatu waktu merupakan topik yang
memiliki literatur yang dapat dipertimbangkan dalam psikologi perkembangan dan
psikologi pendidikan, tetapi tidak banyak berkaitan dengan antropologi atau psikologi
lintas budaya. Kekurangan ini ditandai dalam antropologi dengan suatu volume untuk
menyelenggarakan kerja lapangan berjangka panjang dan berkelanjutan.
Contoh akulturasi Indonesia-Hindu/ Budha adalah masuknya epos Ramayana atau
Mahabarata dalam cerita wayang. Contoh lain adalah adanya beberapa arsitektur candi
dalam bangunan keagamaan di Indonesia. Contoh akulturasi Indonesia-Islam
adalahmasuknya sastra dan kesusastraan Arab dalam kesusastraan Indonesia. Contoh lain
adalah masuknya unsur arsitektur masjid dari Timur Tengah yang melengkapi bangunan
keagamaan di Indonesia.
Wujud akulturasi budaya meliputi:

1. Bahasa

Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan
bahasa Sansekerta yang dapat kita temui sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta
memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Sansekerta pada
awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu tertulis) peninggalan kerajaan Hindu-
Budha pada abad 5-7 M, contohnya prasasti Yupa dan Kutai, prasasti peninggalan
kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta
digantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan
kerajaan Sriwijaya 7-13 M. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf
Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali
dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui prasasti Dinoyo (Malang) yang
menggunakan huruf Jawa Kuno.

2. Religi/ Kepercayaan

Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha


masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan
Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu-Budha ke Indonesia, masyarakat Indonesia
mulai menganut/ mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha yang
berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan
dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme.
Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua
kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Untuk itu agama Hindu dan Budha yang
berkembang di Indonesia, berbeada dengan agama Hindu-Budha yang dianut oleh
masyarakat India. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang
diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi
yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, uapacara terseut tidak dilaksanakan oleh umat
Hindu di India.

3. Organisasi Sosial Kemasyarakatan

Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat


dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah
masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka
sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang
diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun.
Pemerintahan raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun- temurun
seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah
diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang
terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana. Wujud
akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem
kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta.
Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan
Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan
pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata).
Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia
tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-
benar diterapkan di seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian,
karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.

4. Sistem Pengetahuan

Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan


waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut
perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan
tahun masehi adalah 78 tahun. Sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun
masehinya 654 + 78 = 732 M.

5. Peralatan Hidup dan Teknologi

Salah stu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni
bangunan Candi. Seni bangunan candi tersebut memang mengandung unsur budaya India
tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di
India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi pembuatannya melalui
dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan
yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.

6. Kesenian

Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan
seni pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief
dinding candi, gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah /
cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Budha.6
2. Kontak dan Partisipasi

Kontak budaya adalah proses persatuan antara kebudayaan yg berbeda karen


individu yang mengembannya saling berinteraksi.
Bentuk-bentuk dari kontak kebudayaan yang menimbulkan proses akulturasi antara lain:

a) Kontak dapat terjadi antara seluruh masyarakat atau antara bagian-bagian saja
dalam masyarakat, dapat juga terjadi antara individu-individu dari dua kelompok.
b) Kontak dapat pula diklasifikasikan antara golongan yang bersahabat dan golongan
yang bermusuhan.
c) Kontak dapat pula timbul antara masyarakat yang menguasai dan masyarakat
yang dikuasai secara politik atau ekonomi.
d) Kontak kebudayaan dapat terjadi antara masyarakat yang sama besarnya dan
berbeda besarnya.
e) Kontak kebudayaan dapat terjadi antara aspek-aspek materiil dan non materiil dari
kebudayaan yang sederhana dengan kebudayaan yang sederhana atau kebudayaan
yang kompleks dengan kebudayaan yang kompleks pula.
3. Dimensi Psikologis Suatu Kontak Budaya

Dalam tinjauannya mengenai kontak kebudayaan, Bochner (1982)


mengidentifikasi variable-variabel psikologis yang berfrekuensi tinggi sebagai suatu
akibat dari interaksi-interaksi yang terjadi mulai dari perkembangan secara umum tentang
tipologi situasi-situasi kontak antarbudaya tersebut. Adapun dimensi-dimensi kontak
budaya meliputi :

a) Masyarakat berbeda dalam keberadaannya secara internal homogen.

Kriteria masyarakat homogenitas dapat diaplikasikan pada beberapa atau semua


sendi sosial dan non-sosial masyarakat seperti, bentuk-bentuk fisik, struktur klas, iklim,
sumber daya material, bahasa, dan sebagainya. Secara teoritis, masyarakat yang
menetapkan kebudayaan dalam dimensi homogen, merupakan ciptaannya sendiri. Mereka
melihat banyak atau ada sedikit kesamaan yang didentifikasi sebagai etnik. Misalnya
keadaan masyarakat Australia sekarang yang merupakan campuran antara penduduk asli
(aborigin) dengan penduduk pendatang (eropa-putih) yang lebih dominan. Hal ini bisa
dilihat dari bentuk fisik mereka, dan dari penampilan kesehariannya.

b) Masyarakat diklasifikasikan menurut perbedaan-perbedaan eksternal pada


masyarakat.
Perbedaan-perbedaan eksternal itu antara lain meliputi : iklim sosial masyarakat,
geografi, sumber-sumber ekonomi, dan pola-pola kebudayaan yang terdapat dalam suatu
masyarakat. Seperti contoh “melakukan pendekatan yang mengklasifiksikan kebudayaan
menurut kebudayaan yang “sederhana” dan kebudayaan yang” kompleks” atau pendektan
pada kebudayaan asli dan kebudayaan oendatang. Dari penelitian tersebut didapati bahwa
jarak antara kebudayaan asli dengan pendatang makin bertambah jauh.

4. Hasil-Hasil Kontak Antarbudaya

Kontak antarbudaya yang satu dan kebudayaan yang lainnya akan menghasilkan
dampak pada struktur sosial masing-masing, rangkaian institusional yang ada, proses-
proses politis, dan system nilai masyarakat yang terkena kontak itu.

a. Efek Kelompok

Dilihat dari perspektif sejarah yang mengurut kejadian-kejadian yang muncul


pada tingkat kelompok, itu adalah sebagai hasil dari suatu kontak budaya
antarkelompok,semua pengeruh tersebut mengarah ke ebentuk perilaku kolektif, dimana
keterlibatan seseorang secara kelompok merupakan ciri utama dari keterlibatan
seseorang. Secara serempak kejadian-kejadian tersebut dapat diklasifikasikan kedalam
empat ketegori utama yaitu genocide (pemusnahan), asimilasi, segregasi dan integrasi.

b. Efek Individual

Dampak (hasil) suatu kontak budaya dapat muncul pada dimensi kelompok dan
dapat pula berwujud padalevel (dimensi) individual, atau reaksi psikologis secara
individual. Dalam mempelajari efek kelompok suatu kontak kebudayaan, perspektif yang
digunakan adalah perspektif sosiologis, yang secara khusus menerka (melihat)
perubahan-perubahan dalam struktur kelompok dan norma-norma sejak berlangsungnya
kontak tersebut sampai setelah kontak berlangsung atau selesai. Lain halnya dengan efek
kontak antarbudaya pada tingkat individu, perspektif yang lebih dominan digunakan
untuk menelaah gejala ini adalah perspektif psikologis, yang melihat jenis-jenis respons
secara individual atas kontak antarbudaya yang berlangsung (terjadi) , ada empat tipe
respons psikologis individual yaitu : passing (melepas kebudayaan sendiri), chauvinist,
marginal dan mediating.
5. Sikap Terhadap Akulturasi

Tiga pendekatan berbeda yang dianut selama kontak budaya yang tampak dalam
literatur yaitu relasi antar kelompok, modernitas psikologis, dan sikap akulturasi. Sikap
individu yang berakulturasi terhadap masyarakat dominan akan mamiliki beberapa kaitan
dengan cara ia masuk ke dalam proses akulturasi. Jika sikap-sikap kelompok sendiri
sangat positif dan sikap kelompok luar sngat negatif, maka pengaruh akulturasi mungkin
sudah terasing, tertahan, tertolak atau apa saja yang dapat ditafsirkan sebagai kurang
efektif. Dipihak lain, jika pola sikap yang berlawanan cocok di antara
individu-individu yang mengalami akulturasi maka pengaruh-pengaruh akulturasi
mungkin lebih dapat diterima.
Cara-cara individu atau kelompok yang sedang berakulturasi ingin berhubungan
dengan masyarakat dominan diistilahkan dengan strategi-strategi akulturasi. Strategi-
strategi itu secara konseptual merupakan hasil suatu interaksi antara gagasan yang
diturunkan dari literatur tentang hubungan antarkelompok.
Ketika seorang individu yang mengalami akulturasi tidak memelihara budaya dan
jati diri dan melakukan interaki sehari-hari dengan masyarakat dominan, maka jalur atau
strategi asimilasi didefinisikan. Kalau ada suatu nilai yang ditempatkan pada pengukuran
budaya asal seseorang dan suatu keinginan menghindari interaksi dengan orang lain,
maka alternatif separasi didefinisikan. Kalau ada suatu minat dalam kedua-duanya baik
memelihara budaya asal dan melakukan interaksi dengan orang lain, integrasi opsinya.

6. Perubahan Sosial dan Perilaku

Kebudayaan tidak hanya menerima pengaruh dari perugahan teknologi, akan


tetapi kebudayaan dapat pula mempengaruhi arah dan sifatnya. Kebudayaan merupakan
kondisi dasar dari perubahan sosial, dan juga senantiasa ada hubungan tertentu antara
perubahan-perubahan sosial dengan perubahan sikap, kepercayaan dan aktivitas
kebudayaan.
Para psikolog dan sosiolog perhan mencoba untuk mengukur sikap- sikap
manusia. Dalam hal ini, maka ada perbedaan apabila ingin dilakukan pengukuran
terhadap sikap kelompok. Perubahan sikap terwujud dalam pelbagai prilaku, melalui
efeknya terhadap kebiasaan, adat istiadat, cara atau daya hidup, maupun ekspresinya
dalam kesenian, hiburan maupun bahan pustaka. Hal itu dapat dijadikan indikator
terjadinya perubahan kebudayaan.
BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

Akulturasi merupakan proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dl suatu


masyarakat, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan
asing itu, dan sebagian berusaha menolak pengaruh itu.
Penelitian-penelitian yang menyangkut proses sosial yang terjadi bila manusia
dalam suatu masyarakat dengan suatu kebudayaan tertentu dipengaruhi oleh unsur-unsur
dari suatu kebudayaan asing yang sedemikian berbeda sifatnya, sehingga unsur-unsur
kebudayaan asing tadi lambat-laun diakomodasikan dan diintegrasikan kedalam
kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadian dari kebudayaannya sendiri, disebut
penelitian mengenai gejala akulturasi (acculturation).
Kontak budaya adalah proses persatuan antara kebudayaan yg berbeda karen
individu yang mengembannya saling berinteraksi. Kontak kebudayaan dapat terjadi
antara aspek-aspek materiil dan non materiil dari kebudayaan yang sederhana dengan
kebudayaan yang sederhana atau kebudayaan yang kompleks dengan kebudayaan yang
kompleks pula.
Dimensi kontak budaya meliputi:

• Masyarakat berbeda dalam keberadaannya secara internal homogen.


• Masyarakat diklasifikasikan menurut perbedaan-perbedaan eksternal pada
masyarakat.
2. Saran

Kami sadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
kritik dan saran saudara/i dengan senang hati kami terima demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropolog II, Jakarta: Universitas Indonesia Press,


1990.
Matsumoto, David. Pengantar Psikologi Lintas Budaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004.
Nazwa, Alfia. Budaya Indonesia hasil Akulturasi Budaya Hindu-Budha dan Islam,
(Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008.
Soekanto, Soerjono. Beberapa Teori Tenatng Setruktur Masyarakat, (Jakarta Utara : PT
Raja Grafindo Persada, 1993.
Yusuf, Yusmar. Psikologi Antar Budaya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991.
Zainuddin, Wujud Akulturasi Kebudayaan Hindu Budha Dengan Kebudayaan Indonesia,
(http://3gplus.wordpress.com/2008/04/09/wujud-akulturasi- kebudayaan-hindu-
budha-dengan-kebudayaan-indonesia.html), diakses 17 Maret 2015

Anda mungkin juga menyukai