Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
Imam Abdul Gafur
Adam Malik
Nur Murniati
Ulan Uliani
Masitah
1. Latar Belakang
Telah kita ketahui bahwa setiap individu itu unik yaitu tidak ada dua individu
yang sama persisi baik dari sifat, karakter, maupun lainnya. Tiap masing-masing individu
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, baik itu dalam kalangan anak-anak,
remaja maupun dewasa hingga lansia. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis
kepribadian dan sifat- sifatnya.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
1. Akulturasi
Akulturasi merupakan suatu proses yang individu ikuti dengan merespon suatu
konteks budaya yang berubah. Akulturasi merupakan suatu anteseden tersimpulkan dari
keberagaman yang teramati dalam perilaku. Akulturasi hanya satu bentuk perubahan
budaya, yaitu disebabkan oleh kontak dengan budaya-budaya lain (konteks sosiologis).
Akulturasi merupakan proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dl suatu masyarakat,
sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu, dan
sebagian berusaha menolak pengaruh itu.
Penelitian-penelitian yang menyangkut proses sosial yang terjadi bila manusia
dalam suatu masyarakat dengan suatu kebudayaan tertentu dipengaruhi oleh unsur-unsur
dari suatu kebudayaan asing yang sedemikian berbeda sifatnya, sehingga unsur-unsur
kebudayaan asing tadi lambat-laun diakomodasikan dan diintegrasikan kedalam
kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadian dari kebudayaannya sendiri, disebut
penelitian mengenai gejala akulturasi (acculturation).
Menurut Herskovitz (1939) akulturasi dipahami sebagai fenomena yang akan
terjadi tatkala kelompok-kelompok individu yang memiliki budaya berbeda terlibat dalam
kontak yang terjadi secara langsung, disertai perubahan terus-menerus, sejalan pola-pola
budaya asal dari kelompok itu atau dari kedua kelompok itu. 3 Akulturasi dibedakan dari
perubahan budaya yang hanya merupakan salah satu aspeknya, dan asimilasi yang pada
saat tertentu merupaka suatu fase akulturasi. Akulturasi juga dibedakan dari difusi yang
pada saat sama berlangsung dalam semua contoh akulturasi, tidak hanya sebagai suatu
fenomena yang kadang mengambil tempat tanpa tipe kontak antara orang yang
dikhususkan dalam definisi di atas, tetapi juga membangun hanya satu aspek proses
akulturasi.
Dalam psikologi lintas-budaya, penting membedakan antara akulturasi pada tingkat
kelompok dan tingkat individu. Terdapat dua alasan dalam membedakan fenomena
tersebut, yang pertama pada tingkat populasi perubahan dalam struktur sosial, landasan
ekonomi, dan organisasi politik yang kadang terjadi. Sementara pada tingkat individual,
perubahan-perubahan terjadi pada fenomena semacam jati diri, nilai, dan sikap. Alasan
kedua, tidak setiap individu yang beraktualisasi berpartisipasi dalam perubahan-
perubahan kolektif yang sedang berlangsung untuk banyak hal atau dalam cara yang
sama. Jadi, jika kita suatu ketika ingin memahami hubungan antara kontak budaya dan
keluaran psikologis untuk individu-individu, kita perlu menaksir (dengan menggunakan
pengukuran terpisah) perubahan pada tingkat populasi dan partisipasi individu dalam
perubahan-perubahan ini, kemudian menghubungkan dua pengukuran itu ke konsekuensi-
konsekuensi psikologis untuk indvidu.
Beberapa unsur yang biasa dikaji dalam psikologi lintas-budaya adalah:
Sistem akulturasi umum dimana ada dua budaya dalam kontak. Dilihat dari
asasnya, setiap budaya dapat mempengaruhi budaya lainnya secara sama. Tetapi dalam
praktek, budaya yang satu dengan cenderung menguasai budaya lain yang akhirnya
menggiring ke arah pembedaan antara “kelompok dominan” dan “kelompok
berakulturasi”. Dengan ini, tak lantas dapat dikatakan bahwa perubahan-perubahan dalam
budaya dominan tidak menarik atau tidak penting. Akulturasi kadang mengakibatkan
perluasan populasi, makin beragamnya budaya, menimbulkan reaksi-reaksi sikap
(prasangka dan diskriminasi), dan perkembangan kebijakan (misal, dalam daerah
imigrasi, pluralisme budaya, kedwibahasaan, dan persekolahan). Satu akibat kontak dan
pengaruh itu adalah aspek-aspek kelompok yang berakulturasi menjadi
tertransformasikan sedemikian rupa sehingga ciri-ciri budaya menjadi tidak sepadan
dengan ciri-ciri dalam kelompok asal pada saat pertama kali kontak.
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya suatu proses akulturasi,
diantaranya:
Daur perubahan yang terjadi dari akulturasi sangat labil dan tergantung pada
banyak karakteristik kelompok dominan dan nirdominan. Untuk kedua kelompok,
penting mengetahui tujuan, lama, dan menetapnya kontak serta kebijakan-kebijakan yang
diterapkan. Ciri-ciri psikologis dan budaya dua populasi dapat juga berakibat pada
keluaran proses akulturasi.
Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya
akulturasi. Akulturasi merupakan perpaduan 2 budaya dimana kedua kedua unsur
kebudayaan bertemu dapat hidup berdampingan dan sling mengisi serta tidak
menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-
Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima
begitu saja melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi
kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli.5 Hal ini
disebabkan karena:
1. Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan
bahasa Sansekerta yang dapat kita temui sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta
memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Sansekerta pada
awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu tertulis) peninggalan kerajaan Hindu-
Budha pada abad 5-7 M, contohnya prasasti Yupa dan Kutai, prasasti peninggalan
kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta
digantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan
kerajaan Sriwijaya 7-13 M. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf
Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali
dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui prasasti Dinoyo (Malang) yang
menggunakan huruf Jawa Kuno.
2. Religi/ Kepercayaan
4. Sistem Pengetahuan
Salah stu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni
bangunan Candi. Seni bangunan candi tersebut memang mengandung unsur budaya India
tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di
India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi pembuatannya melalui
dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan
yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.
6. Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan
seni pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief
dinding candi, gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah /
cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Budha.6
2. Kontak dan Partisipasi
a) Kontak dapat terjadi antara seluruh masyarakat atau antara bagian-bagian saja
dalam masyarakat, dapat juga terjadi antara individu-individu dari dua kelompok.
b) Kontak dapat pula diklasifikasikan antara golongan yang bersahabat dan golongan
yang bermusuhan.
c) Kontak dapat pula timbul antara masyarakat yang menguasai dan masyarakat
yang dikuasai secara politik atau ekonomi.
d) Kontak kebudayaan dapat terjadi antara masyarakat yang sama besarnya dan
berbeda besarnya.
e) Kontak kebudayaan dapat terjadi antara aspek-aspek materiil dan non materiil dari
kebudayaan yang sederhana dengan kebudayaan yang sederhana atau kebudayaan
yang kompleks dengan kebudayaan yang kompleks pula.
3. Dimensi Psikologis Suatu Kontak Budaya
Kontak antarbudaya yang satu dan kebudayaan yang lainnya akan menghasilkan
dampak pada struktur sosial masing-masing, rangkaian institusional yang ada, proses-
proses politis, dan system nilai masyarakat yang terkena kontak itu.
a. Efek Kelompok
b. Efek Individual
Dampak (hasil) suatu kontak budaya dapat muncul pada dimensi kelompok dan
dapat pula berwujud padalevel (dimensi) individual, atau reaksi psikologis secara
individual. Dalam mempelajari efek kelompok suatu kontak kebudayaan, perspektif yang
digunakan adalah perspektif sosiologis, yang secara khusus menerka (melihat)
perubahan-perubahan dalam struktur kelompok dan norma-norma sejak berlangsungnya
kontak tersebut sampai setelah kontak berlangsung atau selesai. Lain halnya dengan efek
kontak antarbudaya pada tingkat individu, perspektif yang lebih dominan digunakan
untuk menelaah gejala ini adalah perspektif psikologis, yang melihat jenis-jenis respons
secara individual atas kontak antarbudaya yang berlangsung (terjadi) , ada empat tipe
respons psikologis individual yaitu : passing (melepas kebudayaan sendiri), chauvinist,
marginal dan mediating.
5. Sikap Terhadap Akulturasi
Tiga pendekatan berbeda yang dianut selama kontak budaya yang tampak dalam
literatur yaitu relasi antar kelompok, modernitas psikologis, dan sikap akulturasi. Sikap
individu yang berakulturasi terhadap masyarakat dominan akan mamiliki beberapa kaitan
dengan cara ia masuk ke dalam proses akulturasi. Jika sikap-sikap kelompok sendiri
sangat positif dan sikap kelompok luar sngat negatif, maka pengaruh akulturasi mungkin
sudah terasing, tertahan, tertolak atau apa saja yang dapat ditafsirkan sebagai kurang
efektif. Dipihak lain, jika pola sikap yang berlawanan cocok di antara
individu-individu yang mengalami akulturasi maka pengaruh-pengaruh akulturasi
mungkin lebih dapat diterima.
Cara-cara individu atau kelompok yang sedang berakulturasi ingin berhubungan
dengan masyarakat dominan diistilahkan dengan strategi-strategi akulturasi. Strategi-
strategi itu secara konseptual merupakan hasil suatu interaksi antara gagasan yang
diturunkan dari literatur tentang hubungan antarkelompok.
Ketika seorang individu yang mengalami akulturasi tidak memelihara budaya dan
jati diri dan melakukan interaki sehari-hari dengan masyarakat dominan, maka jalur atau
strategi asimilasi didefinisikan. Kalau ada suatu nilai yang ditempatkan pada pengukuran
budaya asal seseorang dan suatu keinginan menghindari interaksi dengan orang lain,
maka alternatif separasi didefinisikan. Kalau ada suatu minat dalam kedua-duanya baik
memelihara budaya asal dan melakukan interaksi dengan orang lain, integrasi opsinya.
1. Kesimpulan
Kami sadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
kritik dan saran saudara/i dengan senang hati kami terima demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA