Anda di halaman 1dari 3

SAPRIADI

19.3100.017

1. Kemukakan bagaimana budaya berkembang dan berubah dalam interaksi global!

Kemajuan teknologi dan mobilitas fisik, misalnya, telah dilengkapi dengan mobilitas sosial
dan intelektual yang jauh lebih padat dan intensif. Media komunikasi yang semakin canggih
telah menyebabkan masyarakat terintegrasi ke dalam suatu tatanan yang lebih luas, dari yang
bersifat lokal menjadi global (Featherstone, 1991;

Miller, 1995; Strathern, 1995 melalui Abdullah, 2010: 3). Kondisi ini justru melahirkan
kegamangan karena teknologi secara radikal mengubah cara hidup, cara pikir, dan pola relasi
antarsesama. Perubahan kebudayaan menunjukkan adanya suatu periode transisional pola-
pola ekonomi, sosial, dan kultural yang terus berubah dan membentuk kontur masa depan,
mengindikasikan „struktur perasaan‟ yang gamang dari serangkaian praktek kultural (Barker,
2010:160). Barker menyebutkan contoh penampilan dan status budaya pop yang dipercepat
oleh media elektronik mempertegas terbukanya sekat-sekat yang menambah kegamangan.
Beberapa hal yang mempertegas kegamangan ini menurut Prior adalah sebagai berikut: 1)
hilangnya tapal-tapal batas; 2) tidak ada lagi batas waktu dan jarak; 3) kehidupan
dikendalikan oleh pasar global; 4) tidak ada kepastian dan kejelasan hidup; 4) kecenderungan
menuju individualisme yang semakin besar dan sukar untuk dibalik kembali; 5)
kecenderungan tradisi-tradisi besar menafsir tradisi-tradisi kecil dan mendepaknya; 6) adanya
kompetensi; 7) kewenangan, administrasi, dan birokrasi telah didesakralisasi (Prior,
2008:120-123).

Dalam pemahaman yang hampir sama Barker merumuskan perubahan tersebut dengan
menjelaskan sebagai inti dari “struktur perasaan” postmodern adalah: 1) suatu pengertian
tentang sifat kehidupan yang fragmentaris, mendua, dan tidak menentu; 2) kesadaran tentang
sentralitas ketakmenentuan; 3) pengakuan adanya perbedaan kultural; dan percepatan dalam
perjalanan hidup (Barker, 2010:160). Untuk menghadapi derasnya arus globalisasi yang
mengaburkan batas budaya serta sebagai tantangan perubahan kebudayaan, kerja sama
berdasarkan keberagaman dan kebhinekaan Indonesia perlu diupayakan. Di tingkat lokal
keberagaman itu mewujud pada peran budaya lokal sebagai soko guru kehidupan masyarakat
(lokal).

Pada tataran ini senantiasa berlangsung gejala budaya dua arah, yakni gejala budaya glokal
(dari global menjadi lokal) dan gejala budaya lobal (dari lokal menjadi global) (Mulyana,
2005: v). Apa peran kearifan lokal menghadapi sistem nilai tradisional (lokal) yang mulai
digantikan sistem nilai modern (global). Ada upaya-upaya untuk memperbaiki keadaan
seperti peningkatan kualitas hidup, kemandirian ekonomi, peduli lingkungan, HAM,
kesetaraan dan keadilan gender, dan sebagainya. Oleh Prior, upaya memperbaiki keadaan ini
dirumuskan: 1) Pandangan di atas membuat sebuah relasi yang damai antara perubahan
kebudayaan yang terasa lebih radikal dengan adanya kemajuan teknologi –terutama teknologi
SAPRIADI
19.3100.017
media- di semua lini kehidupan pada satu sisi; dan kesadaran untuk memposisikan kembali
dan memberi ruang bagi nilai-nilai budaya atau kearifan lokal pada sisi lainnya. Salah satu
upaya yang perlu dilakukan demi mewujudkan relasi yang damai antara perubahan
kebudayaan dan kearifan lokal adalah dengan

‌menyikapi kebudayaan dan kearifan lokal di dalamnya secara diferensial.

2. Apa saja faktor-faktor pemicu terjadinya hibridasi budaya?, Uraiakan

Perubahan sosial sendiri merupakan perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam


masyarakat, yang memengaruhi sistem dalam sosial yang meliputi beberapa aspek seperti
sikap, nilai, dan pola perilaku di lingkungan masyarakat. Dimana, perubahan sosial memiliki
beberapa karakteristik yaitu:

• Sifat dari masyarakat yang ingin selalu berkembang atau berubah, baik yang terjadi
secara cepat atau lambat.

• Perubahan yang ada pada lembaga-lembaga sosial juga terjadi mengikuti pola perubahan
sosial yang terjadi di lembaga masyarakat karena mereka merupakan suatu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan.

• Perubahan yang terjadi pada umumnya berdampak pada disorganisasi, namun hanya
bersifat sementara. Dampak tersebut terjadi karena adanya penyesuaian diri terhadap
perubahan yang terjadi.

• Tidak ada yang dapat membatasi perubahan dengan bidang spiritual atau kebendaan
karena keduanya saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.

• Sikap dalam menyikapi atau menghadapi perubahan yang terjadi sangat dibutuhkan agar
orang tersebut tidak terbawa oleh arus, melainkan dialah yang menentukan kemana arah
perubahan yang akan terjadi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat didorong oleh faktor-faktor tertentu yang
memudahkan terjadinya perubahan tersebut. Adapun faktor ini meliputi 4 kategori, yakni faktor
internal, faktor eksternal, faktor pendorong, dan faktor penghambat.

• Faktor Internal adalah faktor yang melandasi terjadinya suatu perubahan dari dalam diri
masyarakat itu sendiri. Faktor internal itu sendiri, meliputi: bertambah atau berkurangnya
penduduk, Penemuan – penemuan baru, Pertentangan masyarakat (konflik sosial),
Terjadinya pemberontakan atau revolusi.
SAPRIADI
19.3100.017
• Faktor Eksternal adalah faktor yang melatarbelakangi terjadinya perubahan sosial dari
lingkungan sekitar masyarakat, misalnya lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia,
Peperangan, dan Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

• Faktor Pendorong disini dapat berupa kontak dengan kebudayaan lain, sistem pendidikan
formal yang maju, sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju,
toleransi, sistem pelapisan masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen,
ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, orientasi ke masa
depan, dan adanya nilai bahwa manusia harus berikhtiar untuk memperbaiki
hidupnya.√•Faktor Penghambat terjadinya perubahan sosial bisa terjadi karena beberapa hal
yaitu, lantaran kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, perkembangan ilmu
pengetahuan yang terlambat, sikap masyarakat yang masih mengagungkan tradisi masa
lampau dan cenderung konservatif, adanya kepentingan yang sudah tertanam kuat (vested
interest), rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan, prasangka
terhadap hal-hal baru atau asing terutama yang datang dari barat, hambatan-hambatan yang
bersifat ideologis, kebiasaan tertentu dalam masyarakat yang cenderung sukar diubah karena
sudah mendarah daging, dan nilai bahwa hidup pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin
diperbaik

Anda mungkin juga menyukai