Anda di halaman 1dari 3

A.

Asimilasi
Setiap manusia memiliki identitas, dan identitas manusia itu dapat beragam,
sesuai dengan situasi dan kondisi tempat mereka berada. Etnik adalah salah satu
bentuk kategori identitas berdasarkan latarbelakang kesukuan. Batasan kelompok
etnik menurut Barth1 sangat ditentukan oleh batas-batas dan ciri khas yang ditetapkan
oleh kelompok itu sendiri yang kemudian membentuk polanya sendiri. Suseno
mengatakan bahwa identitas etnik merupakan suatu nilai kemasyarakatan yang
dipaksakan begitu saja untuk diterimakan kepada para pendukung kebudayaan pada
masa-masa formatif clari usia mereka2.
Di samping indikator penentuan etnik sebagaimana yang dikemukakan oleh
Suseno di atas, Narroll juga menyebut beberapa kriteria yang dijadikan oleh
sekelompok orang untuk mengidentifikasi kelompok etniknya, yaitu3:
a) Secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan
b) Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam
suatu bentuk budaya
c) Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri
d) menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat
dibedakan dari kelompok populasi lain.
Setiap kelompok memberi batasan-batasan tersendiri tentang identitas dan
karakter etniknya masing-masing. Dengan batas-batas tersebut, menurut Barth4, setiap
anggota kelompok dapat mengidentifikasi mana kelompok etniknya dan mana
kelompok etnik lain. Nilai-nilai etnik yang dijalankan oleh setiap anggota kelompok
menjadi pertanda untuk membedakan identitas setiap etnik. Identitas etnik
berhubungan dengan nilai-nilai budaya yang dianutnya sehingga dalam berinteraksi
dengan individu lainnya identitas etnik akan muncul, dan identitas tersebut biasanya
dipertahankan oleh etnik tersebut.
Asimilasi dan akulturasi memang merupakan dua konsep yang sering muncul
dalam wacana relasi antaretnik. Kedua konsep tersebut selalu terkait antara satu
dengan yang lainnya. Kim mengatakan bahwa asimilasi merupakan derajat tertinggi
akulturasi. Di tengah keterkaitan antara asimilasi dan akulturasi tersebut, dalam batas-
batas tertentu keduanya memiliki aspek perbedaan. Mulyana misalnya menilai bahwa
1
Romli. K (2015). “AKULTURASI DAN ASIMILASI DALAM KONTEKS INTERAKSI ANTAR ETNIK.”
Jurnal Ijtimaiyya. 8 (1).
2
Ibid, 3
3
Ibid, 5
4
Ibid, 6
akulturasi merupakan proses dua arah, sedangkan asimilasi merupakan proses satu
arah5. Asimilasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial yang ditandai dengan
adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara
orangperorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha
untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan
memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
Tingkatan Proses Asimilasi (multi-stages of assimilation) Milton M. Gordon
(1968) mengemukakan suatu model asimilasi yang terjadi dalam proses yang multi
tingkatan (multi-stages of assimilation). Model asimilasi ini memiliki tujuh tingkatan:
1. Asimilasi budaya atau perilaku (cultural or behavioral assimilation); berhubungan
dengan perubahan pola kebudayaan guna menyesuaikan diri dengan kelompok
mayoritas
2. Asimilasi struktural (structural assimilation); berkaitan dengan masuknya
kelompok minoritas secara besar-besaran ke dalam klik, perkumpulan, dan pranata
pada tingkat kelompok primer dari golongan mayoritas
3. Asimilasi perkawinan (marital assimilation); berkaitan dengan perkawinan antar-
golongan secara besar-basaran
4. Asimilasi identifikasi (identificational assimilation); berkaitan dengan kemajuan
rasa kebangsaan secara eksklusif berdasarkan kelompok mayoritas
5. Asimilasi penerimaan sikap (attitude receptional assimilation); menyangkut tidak
adanya prasangka (prejudice) dari kelompok mayoritas
6. Asimilasi penerimaan perilaku (behavior receptional assimilation); ditandai dengan
tidak adanya diskriminasi dari kelompok mayoritas
7. Asimilasi kewarganegaraan (civic assimilation), berkaitan dengan tidak adanya
perbenturan atau konflik nilai dan kekuasaan dengan kelompok mayoritas6
Dalam pengertian yang berbeda, khususnya berkaitan dengan interaksi antar
kebudayaan, asimilasi diartikan sebagai proses sosial yang timbul bila ada: (1)
kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya, (2) individu-individu
sebagai anggota kelompok itu saling bergaul secara langsung dan intensif dalam
waktu yang relatif lama, (3) kebudayaan-kebudayaan dari kelompok manusia tersebut
masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri 7. Biasanya golongan-golongan

5
Firmansyah. R (2016). “Konsep Dasar asimilasi & akulturasi dalam Pembelajaran budaya.” Telkom University
6
Pratiwi.H. “ASIMILASI DAN AKULTURASI: Sebuah Tinjauan Konsep.”

7
Ibid, 2
yang dimaksud dalam suatu proses asimilasi adalah suatu golongan mayoritas dan
beberapa golongan minoritas.
Dalam hal ini, golongan minoritas merubah sifat khas dari unsur
kebudayaannya dan menyesuaikannya dengan kebudayaan golongan mayoritas
sedemikian rupa sehingga lambat laun kahilangan kepribadian kebudayaannya, dan
masuk ke dalam kebudayaan mayoritas. Dengan dapat dikatakan bahwa perubahan
identitas etnik dan kecenderungan asimilasi dapat terjadi jika ada interaksi
antarkelompok yang berbeda, dan jika ada kesadaran masing-masing kelompok.

DAFTAR PUSTAKA
Romli. K (2015). “AKULTURASI DAN ASIMILASI DALAM KONTEKS
INTERAKSI ANTAR ETNIK.” Jurnal Ijtimaiyya
Firmansyah. R (2016). “Konsep Dasar asimilasi & akulturasi dalam Pembelajaran
budaya.” Telkom University
Pratiwi.H. “ASIMILASI DAN AKULTURASI: Sebuah Tinjauan Konsep.”

Anda mungkin juga menyukai