Prosedur: Pada eksperimen ini, subjek ditempatkan dalam lab eksperimen yang mana
didalamnya terdapat 5-9 orang; 1 orang subjek penelitian dan sisanya aktor yang telah di setting
oleh ekperimenter. Ekperimenter memberitahukan bahwa penelitian ini terkait dnegan visual
judgment, dimana nanti akan diperlihatkan sebuah kartu yang terdiri dari dua bagian gambar.
Bagian I terletak di kiri dengan satu buah garis yang memiliki panjang tertentu, dan bagian II
terletak di kanan dengan tiga buah garis yang memiliki panjang berbeda.
Tugas utama: memberikan judgement terkait garis mana dibagian II yang memiliki panjang
yang sama dengan garis dibagian I. Para aktor yang telah di setting, di perintahkan untuk
memberikan jawaban yang salah.
Hasil Penelitian: Dari total 50 partisipan laki- laki, sebanyak 37 partisipan mengikuti jawaban
dominan salah padahal soal yang diberikan mudah dan jawabannya sangat jelas. Setelah
eksperimen selesai, subjek diwawancarai untuk mengungkapkan bagaimana perasaan dan
pengalamannya setelah melakukan percobaan. Pada dasarnya, terdapat dua alasan yang
menjelaskan mengapa para subjek mengikuti jawaban kelompok; pertama, subjek conform
karena mereka ingin sama dengan anggota lain meskipun mereka mengetahui bahwa jawaban
dari kelompok itu salah. Inilah yang nantinya disebut sebagai normative influenc. Kedua,
mereka tidak percaya diri dengan jawabannya dan menganggap jawaban orang lain lebih baik.
Alasan inilah yang kemudian disebut informatinal influence.
Selain itu, ada beberapa faktor pula yang mempengaruhi konformitas yang terdapat dalam
penelitian ini:
1. Besar kelompok. Maksudnya, jumlah orang yang dalam sebuah kelompok akan
berpengaruh pada tingkat konformitas yang muncul. Semakin besar jumlah orang
dalam kelompok, akan semakin besar pula tingkat konformitas yang muncul.
2. Kebulatan suara dalam sebuah kelompok pun juga dapat berpengaruh. Semakin bulat
suara yang ada, semakin mungkin pula seseorang conform dengan yang lainnya.
3. Kesulitan dari tugas yang diberikan. Semakin sulit tugas yang diberikan, semakin besar
pula kemungkinan seseorang akan melakukan konformitas.
Namun, disisi lain jika pemberian jawaban yang dilakukan secara private justru akan
mengurangi tingkat konformitas yang mungkin dilakukan oleh seseorang. Hal ini dikarenakan
pemberian jawaban yang dilakukan secara private dapat mengurangi tekanan sosial serta dapat
mengurangi ketakutan akan menjadi “berbeda” dengan yang lainnya, karena individu lain yang
ada dalam kelompok tersebut tidak mengetahui jawaban apa yang diberikan oleh subjek.
Kekurangan:
1. Dalam penelitian ini, individual differences tidak dikontrol, yang mana bisa jadi hal
tersebut mencemari hasil dari penelitian yang dilakukan.
2. Karakteristik subjek yang ada dalam penelitian ini pun tidak variatif. Semua subjek
dalam penelitian ini berjenis kelamin laki laki, dengan ras yang sama, sehingga hasil
penelitian ini pun hanya dapat digeneralisasikan secara terbatas. Terlebih lagi, latar
belakang budaya bisa jadi berpengaruh pula pada hasil. Seperti yang diungkapkan oleh
(Triandis & Suh, 2002) masyarakat dengan konteks budaya kolektivisitk cenderung
mengutamakan kepentingan kelompok diatas kepentingan individu, sehingga orang
orang dengan latar budaya kolektivisitik cenderung memiliki norma kelompok yang
lebih kuat. Dengan demikian, hasil dari penelitian ini belum tentu dapat diaplikasikan
pada semua konteks budaya.
B. Eksperimen Milgram: Kepatuhan (Obidience) pada Otoritas
Prosedur: Partisipan akan dikenalkan dengan partisipan lain yang mana merupakan aktor yang
telah di setting oleh eksperimenter. Partisipan dan aktor akan dibagi menjadi dua peran utama
yakni guru dan murid. Meskipun sebenarnya telah di setting dari awal bahwa yang akan
menjadi murid adalah sang aktor, jadi pembagian peran dalam bentuk lotre ini telah
dimanipulasi agar terlihat natural dan tidak menimbulkan kecurigaan pada partisipan yang
mana nantinya dapat berpengaruh kepada hasil penelitian.
Tugas utama: dalam satu ruangan, terdapat partisipan (guru) yang di temani eksperimenter
memakai baju lab putih. Sedangkan diruangan yang berbeda, ada aktor yang berperan sebagai
murid.
a. Tugas guru: membacakan rangkaian soal yang akan di jawab oleh murid. Apabila murid
memberikan jawaban yang salah, maka guru harus memberikan tegangan listrik melalui
kabel yang sudah dipasangkan di tangan murid. Tegangan listrik teersebut akan
meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah kesalahan, dimulai dari 15 volt sampai
450 volt. Yang mana sebenarnya tegangan listrik itu tidak benar- benar di berikan
kepada murid, bahkan respon/jeritan yang di anggap jeritan murid itu hanyalah rekaman
yang diputar. Namun, untuk meyakinkan patrisipan, mereka terlebih dahulu di berikan
percobaan dengan tegangan listrik sungguhan.
b. Tugas murid (aktor settingan): menjawab soal yang diberikan guru dengan menekan
tombol pada mesin yang telah disediakan (aktor di setting untuk selalu menjawab salah,
sehingga guru dituntut untuk selalu memberikan tegangan listrik kepada murid)]
c. Tugas eksperimenter: mengawasi partisipan dalam memberikan hukuman kepada sang
aktor dan apabila partisipan meminta untuk berhenti, otoritas inilah yang akan
memberikan perintah dan meyakinkan partisipan untuk terus menjalankan eksperimen
karena jika ada suatu hal yang tidak di inginkan, yang akan bertanggung jawab adalah
peneliti.
Hasil penelitian: dari total 40 partisipan, lebih dari 50%, yakni 26 partisipan melanjutkan
memberikan hukuman hingga tegangan yang paling tinggi (450 volt). Dengan kata lain,
mayoritas partisipan memberikan hukuman berupa tegangan listrik membahayakan kepada
orang lain hanya karena mendapat perintah dari pihak otoritas. Padahal, partisipan tidak akan
mendapatkan hukuman apapun jika ia berhenti melakukan eksperimen.
Meski demikian, terlihat cukup jelas bahwa pada sebuah titik tertentu, partisipan
nampak kebingungan dan merenung sejenak serta mempertanyakan beberapa hal. Ekspresi
wajah yang ditunjukkan partisipan pun nampak menunjukkan adanya keraguan yang muncul
di dalam diri mereka (ada yang menyipitkan mata, menggigit jarinya, menggaruk kepala,
berkeringat, dsb). dapat dilihat bahwa partisipan sedang berada pada dua pilihan; yakni patuh
pada seseorang berbaju putih, atau menolak mematuhi perintah karena jeritan murid yang
menggambarkan bahwa ia sedang menderita. Terlebih lagi, karena pemilihan peran ini melalui
lotre, maka bisa jadi ia yang menjadi murid dan menderita juga.
Pelemparan tanggungjawab pada pihak yang memberikan perintah ini merupakan salah
satu bentuk mekanisme pertahanan diri atau self defense mechanism yang terjadi akibat adanya
sebuah ketegangan dalam diri seseorang. Salah satu penyebab dari ketegangan ini bisa jadi
karena adanya perasaan bersalah yang muncul pada diri seseorang karena telah menyakiti
orang lain. Jika mengacu pada salah satu teori moral terbaru yang diungkapkan oleh Tangney,
Stuewig, & Mashek (2007), perasaan bersalah muncul sebagai salah satu konsekuensi setelah
seseorang melakukan sesuatu yang buruk, baik kepada diri sendiri maupun pada orang lain.
Dalam konteks kepatuhan pada pihak otoritas, perasaan bersalah yang muncul ini bisa
jadi dianggap sebagai sesuatu yang tidak nyaman. Namun, karena partisipan mendapatkan
perintah pemberian hukuman dari orang lain, mekanisme pertahanan diri yang terjadi pada
individu pun secara otomatis berusaha melemparkan tanggungjawab dari tindakannya pada si
pemberi perintah, sehingga ketegangan yang ada dalam diri dapat berkurang, yang pada
akhirnya menyebabkan seseorang berani bahkan tanpa ragu untuk memberikan hukuman yang
bersifat menyakiti orang lain. Contoh lain adalah padapara tentara nazi yang tega menyiksa
orang orang yang ada di consentration camp, Auschwitz, atau para tentara israel yang tetap
patuh dan tanpa belas kasihan membunuh orang Palestina.
Kelebihan: Mampu menjelaskan beberapa peristiwa yang berkaitan dengan kepatuhan kepada
pihak otoritas. Seperti Holocaust yang terjadi pada saat perang dunia kedua; para tentara nazi
secara tega menyiksa orang orang yang ada di concentration camp. Atau para tentara dari
pemimpin pemerintahan otoriter, seperti korea utara, yang berani menghukum orang lain secara
sadis hanya karena diperintahkan oleh Kim Jong Un.
Kekurangan: Perbedaan antar individul tidak diperhitungkan dalam teori ini. Padahal ada
beberapa orang yang pada dasarnya cenderung penurut, tapi ada pula beberapa orang yang
memiliki kecenderungan untuk membangkang ketika diberikan perintah. Power dari otoritas
ini pun tidak dijelaskan. Karena perkembangan dari ilmu psikologi terbaru menunjukkan
bahwa ada beberapa tipe power yang dimiliki oleh otoritas. yang bisa jadi berperan dalam
sejauh mana seorang individu akan mematuhi perintah.
Selanjutnya seluruh percobaan ini dilakukan persis seperti kejadian nyata. Para
sukarelawan yang telah ditetapkan menjadi "tahanan" didatangi kerumahnya dengan mobil
polisi sungguhan, ditangkap, digeledah dan diborgol didepan umum. Sesampainya di penjara,
mereka digeledah lagi dengan menelanjangi masing-masing tahanan kemudian dimasukkan ke
dalam sel penjara dengan ditutup matanya dan dibiarkan beberapa saat. Setelah itu mereka
dirantai kakinya dan dipakaikan baju penjara dengan kode masing-masing di punggung. Hal
tersebut dilakukan untuk mereplika perlakuan, pelecehan dan penghinaan yang sama yang
didapat tahanan sungguhan.
Hasil penelitian: Baru pada hari kedua para tahanan melakukan pemberontakan. Penjaga
kemudian membuat sistem penghargaan dan hukuman untuk mengelola para tahanan. Dalam
empat hari pertama, tiga tahanan menjadi sangat trauma sehingga mereka dibebaskan. Selama
percobaan, beberapa penjaga menjadi kejam dan tirani, sementara sejumlah tahanan menjadi
depresi dan kehilangan arah.
Kekurangan: percobaan ini menuai beberapa kritik dari berbagai pihak, seperti mulai diserang
dengan alasan metodologis dan etis, juga beberapa ilmuwan sosial yang beranggapan bahwa
percobaan ini menyalahi etika dan aturan penelitian dengan subjek manusia dan mendapatkan
protes dari Christina Maslach seorang psikolog Universitas California, Barkeley.
REFERENSI
Britannica.com. (5 Oktober, 2016). Eksperimen Penjara Stanford | Sejarah & Fakta. Di akses
https://www.britannica
https://mindexplorerjournal.com/2017/09/09/eksperimen-konformitas
https://mindexplorerjournal.com/2017/08/01/milgram-experiment/&
wikipedia.org. (8 Oktober, 2021). Percobaan Penjara Stanford. Di akses 8 Oktober 2021 pada
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Percobaan_penjara_Stanford&ved=
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Percobaan_Milgram&ved=
Pada
https://id.mi.wikipedia.org/wiki/Percobaan_konformitas_Asch&ved=2ahUKEwi