Anda di halaman 1dari 7

Review Penelitian Asch, Milgram dan Zimbargo

A. Eksperimen Konformitas Asch

Menurut Baron & Byrne (2005) konformitas


adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana
individu mengubah sikap dan tingkah laku
mereja agar sesuai dengan norma sosial yang
ada. Pada tahun 1951, Solomon Asch
melakukan suatu penelitian eksperimen sosial
yang mengungkapkan tekanan sosial untuk
konformitas dalam mempengaruhi opini atau
sikap seseorang agar sesuai dengan norma
sosial yang ada. Atau dapat dikatakan sejauh mana kekuatan konformitas dalam suatu
kelompok terhadpa individu.

Prosedur: Pada eksperimen ini, subjek ditempatkan dalam lab eksperimen yang mana
didalamnya terdapat 5-9 orang; 1 orang subjek penelitian dan sisanya aktor yang telah di setting
oleh ekperimenter. Ekperimenter memberitahukan bahwa penelitian ini terkait dnegan visual
judgment, dimana nanti akan diperlihatkan sebuah kartu yang terdiri dari dua bagian gambar.
Bagian I terletak di kiri dengan satu buah garis yang memiliki panjang tertentu, dan bagian II
terletak di kanan dengan tiga buah garis yang memiliki panjang berbeda.

Tugas utama: memberikan judgement terkait garis mana dibagian II yang memiliki panjang
yang sama dengan garis dibagian I. Para aktor yang telah di setting, di perintahkan untuk
memberikan jawaban yang salah.

Hasil Penelitian: Dari total 50 partisipan laki- laki, sebanyak 37 partisipan mengikuti jawaban
dominan salah padahal soal yang diberikan mudah dan jawabannya sangat jelas. Setelah
eksperimen selesai, subjek diwawancarai untuk mengungkapkan bagaimana perasaan dan
pengalamannya setelah melakukan percobaan. Pada dasarnya, terdapat dua alasan yang
menjelaskan mengapa para subjek mengikuti jawaban kelompok; pertama, subjek conform
karena mereka ingin sama dengan anggota lain meskipun mereka mengetahui bahwa jawaban
dari kelompok itu salah. Inilah yang nantinya disebut sebagai normative influenc. Kedua,
mereka tidak percaya diri dengan jawabannya dan menganggap jawaban orang lain lebih baik.
Alasan inilah yang kemudian disebut informatinal influence.
Selain itu, ada beberapa faktor pula yang mempengaruhi konformitas yang terdapat dalam
penelitian ini:

1. Besar kelompok. Maksudnya, jumlah orang yang dalam sebuah kelompok akan
berpengaruh pada tingkat konformitas yang muncul. Semakin besar jumlah orang
dalam kelompok, akan semakin besar pula tingkat konformitas yang muncul.
2. Kebulatan suara dalam sebuah kelompok pun juga dapat berpengaruh. Semakin bulat
suara yang ada, semakin mungkin pula seseorang conform dengan yang lainnya.
3. Kesulitan dari tugas yang diberikan. Semakin sulit tugas yang diberikan, semakin besar
pula kemungkinan seseorang akan melakukan konformitas.

Namun, disisi lain jika pemberian jawaban yang dilakukan secara private justru akan
mengurangi tingkat konformitas yang mungkin dilakukan oleh seseorang. Hal ini dikarenakan
pemberian jawaban yang dilakukan secara private dapat mengurangi tekanan sosial serta dapat
mengurangi ketakutan akan menjadi “berbeda” dengan yang lainnya, karena individu lain yang
ada dalam kelompok tersebut tidak mengetahui jawaban apa yang diberikan oleh subjek.

Kekurangan:

1. Dalam penelitian ini, individual differences tidak dikontrol, yang mana bisa jadi hal
tersebut mencemari hasil dari penelitian yang dilakukan.
2. Karakteristik subjek yang ada dalam penelitian ini pun tidak variatif. Semua subjek
dalam penelitian ini berjenis kelamin laki laki, dengan ras yang sama, sehingga hasil
penelitian ini pun hanya dapat digeneralisasikan secara terbatas. Terlebih lagi, latar
belakang budaya bisa jadi berpengaruh pula pada hasil. Seperti yang diungkapkan oleh
(Triandis & Suh, 2002) masyarakat dengan konteks budaya kolektivisitk cenderung
mengutamakan kepentingan kelompok diatas kepentingan individu, sehingga orang
orang dengan latar budaya kolektivisitik cenderung memiliki norma kelompok yang
lebih kuat. Dengan demikian, hasil dari penelitian ini belum tentu dapat diaplikasikan
pada semua konteks budaya.
B. Eksperimen Milgram: Kepatuhan (Obidience) pada Otoritas

Menurut Baron, Branscombe, Byrne,


(2008) Obidience atau kepatuhan adalah
salah satu pengaruh sosial yang disebabkan
adanya unsur power. Seseorang akan
mentaati dan mematuhi permintaan orang
lain untuk melakukan tingkah laku tertentu.
Pada tahun 1963, Milgram melakukan
sebuah penelitian ekperimen sosial di
Universitas Yale untuk mengetahui sejauh
mana individu akan mematuhi perintah dari seseorang yang memiliki otoritas untuk menyakiti
orang lain bahkan bertolak belakang dengan kehendak mereka.

Prosedur: Partisipan akan dikenalkan dengan partisipan lain yang mana merupakan aktor yang
telah di setting oleh eksperimenter. Partisipan dan aktor akan dibagi menjadi dua peran utama
yakni guru dan murid. Meskipun sebenarnya telah di setting dari awal bahwa yang akan
menjadi murid adalah sang aktor, jadi pembagian peran dalam bentuk lotre ini telah
dimanipulasi agar terlihat natural dan tidak menimbulkan kecurigaan pada partisipan yang
mana nantinya dapat berpengaruh kepada hasil penelitian.

Tugas utama: dalam satu ruangan, terdapat partisipan (guru) yang di temani eksperimenter
memakai baju lab putih. Sedangkan diruangan yang berbeda, ada aktor yang berperan sebagai
murid.

a. Tugas guru: membacakan rangkaian soal yang akan di jawab oleh murid. Apabila murid
memberikan jawaban yang salah, maka guru harus memberikan tegangan listrik melalui
kabel yang sudah dipasangkan di tangan murid. Tegangan listrik teersebut akan
meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah kesalahan, dimulai dari 15 volt sampai
450 volt. Yang mana sebenarnya tegangan listrik itu tidak benar- benar di berikan
kepada murid, bahkan respon/jeritan yang di anggap jeritan murid itu hanyalah rekaman
yang diputar. Namun, untuk meyakinkan patrisipan, mereka terlebih dahulu di berikan
percobaan dengan tegangan listrik sungguhan.
b. Tugas murid (aktor settingan): menjawab soal yang diberikan guru dengan menekan
tombol pada mesin yang telah disediakan (aktor di setting untuk selalu menjawab salah,
sehingga guru dituntut untuk selalu memberikan tegangan listrik kepada murid)]
c. Tugas eksperimenter: mengawasi partisipan dalam memberikan hukuman kepada sang
aktor dan apabila partisipan meminta untuk berhenti, otoritas inilah yang akan
memberikan perintah dan meyakinkan partisipan untuk terus menjalankan eksperimen
karena jika ada suatu hal yang tidak di inginkan, yang akan bertanggung jawab adalah
peneliti.

Hasil penelitian: dari total 40 partisipan, lebih dari 50%, yakni 26 partisipan melanjutkan
memberikan hukuman hingga tegangan yang paling tinggi (450 volt). Dengan kata lain,
mayoritas partisipan memberikan hukuman berupa tegangan listrik membahayakan kepada
orang lain hanya karena mendapat perintah dari pihak otoritas. Padahal, partisipan tidak akan
mendapatkan hukuman apapun jika ia berhenti melakukan eksperimen.

Meski demikian, terlihat cukup jelas bahwa pada sebuah titik tertentu, partisipan
nampak kebingungan dan merenung sejenak serta mempertanyakan beberapa hal. Ekspresi
wajah yang ditunjukkan partisipan pun nampak menunjukkan adanya keraguan yang muncul
di dalam diri mereka (ada yang menyipitkan mata, menggigit jarinya, menggaruk kepala,
berkeringat, dsb). dapat dilihat bahwa partisipan sedang berada pada dua pilihan; yakni patuh
pada seseorang berbaju putih, atau menolak mematuhi perintah karena jeritan murid yang
menggambarkan bahwa ia sedang menderita. Terlebih lagi, karena pemilihan peran ini melalui
lotre, maka bisa jadi ia yang menjadi murid dan menderita juga.

Experimen ini menunjukkan bagaimana respon seseorang ketika dihadapkan pada


perintah dari sebuah pihak yang memiliki otoritas. Salah satu hal yang dapat menjelaskan hasil
penelitian tersebut adalah; kemungkinan bahwa alasan mayoritas partisipan memilih tunduk
kepada pihak otoritas adalah karena mereka merasa tidak bertanggungjawab atas segala hal
yang terjadi. Partisipan memposisikan dirinya sebagai “alat” bagi otoritas untuk mencapai
keinginannya, sehingga apa yang dilakukan partisipan bukanlah sebuah tindakan yang berasal
dari dalam dirinya sendiri. Dengan kata lain, tanggungjawab dari segala hal yang dilakukan
oleh partisipan ada pada pihak berwenang yang memberikannya perintah, yakni eksperimenter.
Sehingga apabila terjadi suatu hal yang membahayakan, itu bukan tanggungjawabnya. Hasil
dari eksperimen inilah yang pada akhirnya menjadi salah satu landasan dari agency theory.

Pelemparan tanggungjawab pada pihak yang memberikan perintah ini merupakan salah
satu bentuk mekanisme pertahanan diri atau self defense mechanism yang terjadi akibat adanya
sebuah ketegangan dalam diri seseorang. Salah satu penyebab dari ketegangan ini bisa jadi
karena adanya perasaan bersalah yang muncul pada diri seseorang karena telah menyakiti
orang lain. Jika mengacu pada salah satu teori moral terbaru yang diungkapkan oleh Tangney,
Stuewig, & Mashek (2007), perasaan bersalah muncul sebagai salah satu konsekuensi setelah
seseorang melakukan sesuatu yang buruk, baik kepada diri sendiri maupun pada orang lain.

Dalam konteks kepatuhan pada pihak otoritas, perasaan bersalah yang muncul ini bisa
jadi dianggap sebagai sesuatu yang tidak nyaman. Namun, karena partisipan mendapatkan
perintah pemberian hukuman dari orang lain, mekanisme pertahanan diri yang terjadi pada
individu pun secara otomatis berusaha melemparkan tanggungjawab dari tindakannya pada si
pemberi perintah, sehingga ketegangan yang ada dalam diri dapat berkurang, yang pada
akhirnya menyebabkan seseorang berani bahkan tanpa ragu untuk memberikan hukuman yang
bersifat menyakiti orang lain. Contoh lain adalah padapara tentara nazi yang tega menyiksa
orang orang yang ada di consentration camp, Auschwitz, atau para tentara israel yang tetap
patuh dan tanpa belas kasihan membunuh orang Palestina.

Kelebihan: Mampu menjelaskan beberapa peristiwa yang berkaitan dengan kepatuhan kepada
pihak otoritas. Seperti Holocaust yang terjadi pada saat perang dunia kedua; para tentara nazi
secara tega menyiksa orang orang yang ada di concentration camp. Atau para tentara dari
pemimpin pemerintahan otoriter, seperti korea utara, yang berani menghukum orang lain secara
sadis hanya karena diperintahkan oleh Kim Jong Un.

Kekurangan: Perbedaan antar individul tidak diperhitungkan dalam teori ini. Padahal ada
beberapa orang yang pada dasarnya cenderung penurut, tapi ada pula beberapa orang yang
memiliki kecenderungan untuk membangkang ketika diberikan perintah. Power dari otoritas
ini pun tidak dijelaskan. Karena perkembangan dari ilmu psikologi terbaru menunjukkan
bahwa ada beberapa tipe power yang dimiliki oleh otoritas. yang bisa jadi berperan dalam
sejauh mana seorang individu akan mematuhi perintah.

C. Percobaan Penjara Stanford (Stanford Prison Experiment)

Stanford Prison Experiment adalah sebuah percobaan


pada tahun 1971 yang dilakukan oleh Philip
Zimbardo, seorang psikolog dan profesor Emeritus di
Universitas Stanford. Penelitian ini guna mengukur
pengaruh permainan peran, pelabelan, dan harapan
sosial orang- orang normal yang ditempatkan dalam
penjara buatan selama dua minggu. Juga mencari tahu bagaimana perilaku orang- orang normal
apabila di kondisikan dalam situasi yang memungkinkan mereka untuk berbuat kejam.
Prosedur: peneliti memilih 24 pelamar yang dinilai sehat secara fisik dan mental. Subjek yang
dibayar $15 per hari dengan dibagi secara acak menjadi penjaga dan tahanan dengan jumlah
yang sama. Percobaan ini dilakukan di sebuah penjara buatan di Fakultas psikologi, Universitas
Stanford. Penjara tersebut dibuat menyerupai penjara sungguhan; dengan sel penjara yang
gelap tanpa adanya jendela dan tanpa adanya jam sehingga para subjek percobaan tidak
mengetahui waktu yang telah berlalu.

Selanjutnya seluruh percobaan ini dilakukan persis seperti kejadian nyata. Para
sukarelawan yang telah ditetapkan menjadi "tahanan" didatangi kerumahnya dengan mobil
polisi sungguhan, ditangkap, digeledah dan diborgol didepan umum. Sesampainya di penjara,
mereka digeledah lagi dengan menelanjangi masing-masing tahanan kemudian dimasukkan ke
dalam sel penjara dengan ditutup matanya dan dibiarkan beberapa saat. Setelah itu mereka
dirantai kakinya dan dipakaikan baju penjara dengan kode masing-masing di punggung. Hal
tersebut dilakukan untuk mereplika perlakuan, pelecehan dan penghinaan yang sama yang
didapat tahanan sungguhan.

Hasil penelitian: Baru pada hari kedua para tahanan melakukan pemberontakan. Penjaga
kemudian membuat sistem penghargaan dan hukuman untuk mengelola para tahanan. Dalam
empat hari pertama, tiga tahanan menjadi sangat trauma sehingga mereka dibebaskan. Selama
percobaan, beberapa penjaga menjadi kejam dan tirani, sementara sejumlah tahanan menjadi
depresi dan kehilangan arah.

Selama eksperimen berlangsung, tahanan dan penjaga penjara menjalani dengan


sungguh-sungguh peran yang diberikan bagi mereka sekalipun mereka menyadari kalau ini
hanyalah percobaan belaka. Bahkan Zimbardo mengakui bahwa selama eksperimen dia
terkadang lebih merasa seperti pengawas penjara daripada seorang psikolog penelitian. Dia
juga mengklaim bahwa "kekuatan sosial dan kemungkinan lingkungan" eksperimen telah
menyebabkan para penjaga berperilaku buruk. Melalui percobaan ini, bahkan dalam kurun
waktu kurang dari seminggu, Zimbardo sudah bisa menyimpulkan bahwa orang-orang normal
yang sehat secara psikologis, dapat melakukan kejahatan apabila dihadapkan pada situasi yang
memungkinkan mereka melakukannya.

Kekurangan: percobaan ini menuai beberapa kritik dari berbagai pihak, seperti mulai diserang
dengan alasan metodologis dan etis, juga beberapa ilmuwan sosial yang beranggapan bahwa
percobaan ini menyalahi etika dan aturan penelitian dengan subjek manusia dan mendapatkan
protes dari Christina Maslach seorang psikolog Universitas California, Barkeley.
REFERENSI

Britannica.com. (5 Oktober, 2016). Eksperimen Penjara Stanford | Sejarah & Fakta. Di akses

8 Oktober 2021 pada

https://www.britannica

Mindexplorerjournal.com. (1 Agustus, 2017). Eksperimen Milgram: Kepatuhan pada Otoritas.

Diakses 8 Oktober 2021 pada

https://mindexplorerjournal.com/2017/09/09/eksperimen-konformitas

------------------------------- (9 September 2017). Eksperimen Konformitas Asch. Diakses 8

Oktober 2021 pada

https://mindexplorerjournal.com/2017/08/01/milgram-experiment/&

wikipedia.org. (8 Oktober, 2021). Percobaan Penjara Stanford. Di akses 8 Oktober 2021 pada

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Percobaan_penjara_Stanford&ved=

----------------- (8 Oktober 2021). Percobaan Milgram. Diakses 8 Oktober 2021 pada

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Percobaan_Milgram&ved=

----------------- (3 Maret 2021). Percobaan Konformitas Asch. Di akses 8 Oktober 2021

Pada

https://id.mi.wikipedia.org/wiki/Percobaan_konformitas_Asch&ved=2ahUKEwi

Anda mungkin juga menyukai