Anda di halaman 1dari 5

Gonda Yumitro | Konsep Dasar Pemikiran Politik dalam islam

Copyright Gonda Yumitro gonda@umm.ac.id


http://gondayumitro.staff.umm.ac.id/2010/03/01/konsep-dasar-pemikiran-politik-dalam-islam/

Konsep Dasar Pemikiran Politik dalam islam

A. Pendahuluan
Selama ini pembahasan tentang politik didominasi oleh pemahaman politik barat.
Apapun yang dibicarakan tentang politik baru akan terasa lengkap dan menarik,
atau membuat bangga yang menyampaikan ketika pendapat dari para ahli politik
barat yang mereka sitir.

Yang perlu diketahui bahwa politik barat mempunyai beberapa karakteristik dalam
membangun opini mereka. Beberapa hal tersebut antaralain:
a. Perebutan kekuasaan
b. Cenderung membicarakan konflik dibandingkan kerjasama
c. Senantiasa bersifat rasional dan menolak wahyu
d. Setiap perbuatan yang dilakukan mesti dihubungkan dengan kepentingan
Pemikiran ini mendominasi dunia politik, terutama setelah perjanjian west phalia
(1648). Perjanjian ini membahas tentang konsep negara modern dengan konsep
nation state. Maksudnya bahwa setiap negara baru akan diakui eksistensinya
apabila memenuhi beberapa syarat dasar negara, yaitu:
a. wilayah
b. penduduk
c. pemerintah yang berdaulat
d. pengakuan negara lain
Konsep ini sebenarnya juga diterima dan sama dengan islam dalam syarat negara.
Hanya saja dalam pengertian yang lebih spesifik, muncul beberapa persoalan yang
sangat membedakannya dengan islam. Beberapa perbedaan tersebut secara
mendasar, paling tidak terletak pada hal:
a. loyatiltas masyarakat kepada negara
b. Keyakinan bahwa raja mempunyai hak sendiri dan tuhan juga mempunyai hak
yang lain
c. Mereka lebih berprinsip untuk menikmati hidup di dunia
d. Yang paling penting dalam politik adalah bahwa kita eksist.

Cara berpikir seperti ini sangat terpengaruh oleh warna pemikiran yunani kuno dan
di era sekarang terlihat jelas dengan thesisnya Huntington yang
mempertentangkan antara Islam dan Barat sebagai benturan peradaban.

B. Sejarah Politik Islam


Adapun sejarah politik Islam tidak bisa dipisahkan dari beberapa kejadian pada
masa Rasulullah. Beberapa hal yang dilakukan rasulullah misalnya, terutama
setelah hijarah ke Madinah.

page 1 / 5
Gonda Yumitro | Konsep Dasar Pemikiran Politik dalam islam
Copyright Gonda Yumitro gonda@umm.ac.id
http://gondayumitro.staff.umm.ac.id/2010/03/01/konsep-dasar-pemikiran-politik-dalam-islam/

a. minta pendapat beberapa sahabat


b. siap menghukum fatimah jika mencuri
c. beberapa hadits tentang kepemimpinan dan pentingnya menjadi pemimpin yang
adil
d. sistem administrasi yang rapi dan Natsir bangun
Konsep politik ini kemudian dipertegas kembali pada masa pemerintahan
khulafaurrashidin. Hanya saja islam pada masa ini diwarnai oleh pergantian
kepemimpinan, terutama di masa-mas akhir yang diwarnai oleh pertumpahan
darah. Masing-masing masa pergantian mempunyai kharakternya masing-masing.
Baru kemudian Islam memasuki masa kekhalifahan yang tidak lagi terpusat di
Madinah, melainkan berpindah ke Damaskus (Umayyah), Baghdad (Abbasiyah), dan
Turky (Turky Ustmani). Masing-masing kekhalifahan mempunyai karakter politik
yang khas pada zamanya. Dan pada mas austamani dikenal sebagai keruntuhan
kekhalifahan Islam.

C. Politik Dalam Islam


Sebagai agama yang sempurna, islam mengatur semua asfek kehidupan manusia,
mulai urusan sederhana seperti adab makan, tidur, ke kamar mandi dan
seterusnya, sampai urusan keumatan bertetangga, bermasyarakat, dan bernegara.
Sayangnya, selama ini banyak yang memahami islam dalam pengertian sangat
sempit, yaitu sebatas ritual ibadah saja. Seorang yang rajin sholat ke masjid,
mengerjakan puasa dan membayar zakat, atau mungkin dipanggil pak haji dengan
jenggot yang panjang dan berpakaian sorban, maka dinilai sebagai orang yang
sempurna keislamannya. Islam tidak dimaknai dalam pengertian yang lebih luas.
Seakan mereka yang berada di kelompok ini meyakini bahwa dengan cara inilah
salah satu jalan untuk masuk sorga. Mereka menganggap urusan selain itu adalah
masalah duniawi, yang seakan tidak perlu terlalu diperhatikan.
Akibatnya, islam dinilai sebagai agama yang tidak mampu mengikuti
perkembangan jaman. Umat islam dikesankan dengan kelompok orang yang
tradisional, bersarung, kotor, tidak berpendidikan, kasar, dan sekian banyak image
tidak baik lainnya.
Sebaliknya, menghadapi kondisi tersebut, sebagian umat islam justru secara
membabi buta mengadopsi semua ajaran bahkan nilai yang berasal dari luar.
Mereka begitu bangga dengan kemajuan dunia barat. Dan mereka menilai bahwa
memang sudah saatnya bagi islam untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan
zaman. Biasanya kelompok inilah yang dikenal sebagai kaum liberalis.
Kedua sikap ekstrim tersebut tentu tidak menguntungkan. Dalam konsep politik,
kelompok pertama menilai bahwa semua cukup hanya dengan alqur’an dan
sunnah. Tentu umat islam setuju. Namun, penjelasan yang tidak rinci menjadi
persoalan tersendiri. Bagaimana umat islam diminta untuk memahami alqur;an dan
sunnah, dan bagaimana pula mereka bisa bersikap kritis terhadap sejarah masa lalu
pemerintahan islam.
Maksudnya bahwa kemunculan islamophobia yang berkembang di dunia barat,
sangat mungkin karena kesalahan dalam menafsirkan sejarah. Oleh karena itu,

page 2 / 5
Gonda Yumitro | Konsep Dasar Pemikiran Politik dalam islam
Copyright Gonda Yumitro gonda@umm.ac.id
http://gondayumitro.staff.umm.ac.id/2010/03/01/konsep-dasar-pemikiran-politik-dalam-islam/

upaya meluruskan sejarah perlu dilakukan. Dan umat islam, jika ternyata memang
ada kesalahan sejarah harus berani mengakui dengan jujur. Tidak perlu ada yang
ditakutkan. Bukankah kesalahan sejarah tidak berarti kesalahan ajaran. Hal ini
justru menjadi kritik bagaimana pemahaman umat islam terhadap agama mereka
yang masih sangat lemah.
Demikian juga sikap kelompok liberal. Pluralisme, demokrasi, hak asasi manusia,
senantiasa menjadi senjata dan menyamakannya secara persisi dengan nilai-nilai
islam. Tentu hal ini membahayakan. Pemahaman yang salah dan tidak
komprehensif sangat menyesatkan. Apalagi dengan melepaskan sama sekali
simbol-simbol keagamaan dan syariat yang jelas.
Perdebatan ini akan berlangsung terus tanpa mau kembali melihat sejarah. Yakni
tidak memulai perdebatan dalam konteks isu kekinian, melainkan berusaha
memahami dalil-dalil qoth’i tentang politik dari alqur’an dan sunnah. Dan kemudian
berusaha melihat sejarah bagaimana rasulullah dan generasi terdahulu memahami
tafsir dalil-dalil tersebut. Asumsi dan keyakinan yang perlu ditumbuhkan adalah
bahwa merekalah orang yang paling memahami islam. Perumpamaan dengan
permainan pesan berantai merupakan contoh serupa. Yang terakhir menerima
pesan, sangat mungkin berbeda dalam menangkap pesan yang disampaikan orang
pertama.

D. Filsafat Kehidupan Manusia


Konsep politik dalam Islam tidak terlepas dari posisi manusia dalam kehidupan.
Manusia merupakan makhluk dijadikan sebagai khalifah oleh Allah di muka bumi.
Allah telah menciptakan segalanya, kemudian manusia yang diminta untuk
memakmurkan bumi. Tentu saja mereka harus menjalaninya sesuai dengan hukum
alam dan undang-undang yang sudah disiapkan oleh Allah.
Dalam hal ini, logika yang dipakai adalah ibarat barang elektronik yang sekarang
berkembang. Seorang pembeli hendaknya menggunakan barang elektronik tadi
sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh pabrik supaya tidak menyebabkan
kerusakan yang tidak diinginkan. Manusia juga demikian, harus menggunakan
hukum yang telah Allah turunkan. Jadi, peran manusia dalam politik bukan untuk
membuat hukum yang baru.
Adapun, aturan yang berusaha untuk mengimbangi perkembangan zaman, pada
hakikatnya harus tetap sesuai dengan hukum yang baku dari Allah. Perkembangan
hukum dilakukan untuk hal-hal yang membawa kebaikan. Demikianlah posisi
hubungan antara Allah dengan manusia dan alam ketika pertama kali nabi Adam
dan Hawa diturunkan ke muka bumi.
Hanya saja dalam perjalanannya, banyak manusia yang tidak taat dengan aturan
tadi. Mereka melakukan berbagai kesalahan dan kemaksiatan. Intinya bahwa
mereka terjauh dari tuntunan yang diinginkan oleh Allah. Semakin hari, kondisi ini
bertambah para sehingga Allah mengutus kepada mereka para nabi yang
mengingatkan manusia dari jalan yang benar. Nabi terakhir yang diutus adalah nabi
Muhammad Salallahu’alaihi wassalam yang menyempurnakan ajaran-ajaran agama
sebelumnya.

page 3 / 5
Gonda Yumitro | Konsep Dasar Pemikiran Politik dalam islam
Copyright Gonda Yumitro gonda@umm.ac.id
http://gondayumitro.staff.umm.ac.id/2010/03/01/konsep-dasar-pemikiran-politik-dalam-islam/

Ajaran rasulullah sebagai agama sempurna mengatur semua aspek kehidupan


termasuk urusan politik. Oleh karena itu, umat islam perlu mewujudkan suasana
politik sesuai dengan prinsip –prinsip dan landasan berpolitik yang dicontohkan
rasul. Point utama yang diinginkan dalam sistem politik islam adalah penegakan
syariat. Dengan syariat ini, manusia diharapkan bisa hidup selalu dalam ma ‘rufat
(kebaikan) dan jauh dari hal-hal yang munkarat (jelek).

E. Allah sebagai Penguasa dan Pencipta


Allah adalah yang menciptakan manusia dan segala makhluk yang ada di alam
semesta. Semua orang percaya akan hal ini, termasuk mereka yang mengaku ateis
sekalipun. Mereka sadar bahwa mesti ada kekuatan yang berada di luar kekuatan
mereka. Mereka tidak mungkin mampu mengatasi kekuatan itu. Dalam alquran
banyak tantang Allah terhadap mereka orang -orang yang mendustakan misalnya
dengan ayat yang mengatakan, dalam kisah perdebatan nabi Musa dan Fir'aun.
“Jika engkau memang mempunyai kekuasaan, maka cobalah untuk menerbitkan
matahari dari barat. “
Konsep ini dalam kajian keislaman dikenal sebagai tauhid rububiyah. Artinya
keyakinan akan kekuatan maha agung. Hanya saja, manusia berbeda dalam
menginterprestasikan kekuatan tersebut, sehingga mulainya terjadi perbedaan
pemahaman tentang siapa yang dimaksud dengan Tuhan tadi.
Ada orang-orang yang menyakini bahwa kekuatan tersebut adalah Allah, tetapi
tidak sedikit yang mengira kalau pohon yang besar, batu, berhala, dan berbagai
benda lainnya termasuk nenek moyang mereka yang dijadikan sebagai Tuhan.
Dalam konsep islam, dengana kayakinan bahwa Allahlah yang menciptakan alam
semesta dan Allahlah yang wajib disembah, maka muncul pemahaman bahwa Allah
pulalah yang berhak diikuti hukumnya.
Hubungan Allah dengan manusia, bagaikan pembuat mobil dan pemakainya.
Pemakai mobil yang ingin selamat tentu harus mengikuti panduan dan petunjuk
dari sang pembat mobil. Tidak mungkin karena mogok, maka mobil dicarikan rantai
dengan asumsi bahwa mobil sama dengan motor. Artinya hukum dalam hal ini tidak
bisa hanya dengan mereka-reka saja. Hukum atau aturan yang harus diikuti
hendaknya sesuatu yang sudah ditentukan oleh Allah.
Manusia harus sadar betul bahwa mereka diciptkan dan dijadikan khalifah di muka
bumi ini oleh Allah adalah penciptakana terakhir setelah diciptakan semualangit
dan bumi serta berbagai kebutuhan lainnya. Allah memang sudah merencakan
semuanya, sebagaimana dialog Allah dengan para malaikat yang diceritakan dalam
beberapa surat Alquran.
“Sungguh aku akan menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi”
kemudian para malaikat berkata,“Apakah engkau akan menciptakan orang-orang
yang akan saling mnumpahkan darah wahai Allah”. Allah menjawab “ bahwa aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”
Demikian posisi manusia di hadapan Allah. Atas kasih sayang-Nya, karena sifat
manusia yang memang cenderung melakukan kerusakan di muka bumi, maka Allah
mengutus nabi dan rasul untuk menyelamatkan mereka. Semua nabi dan rasul ini

page 4 / 5
Gonda Yumitro | Konsep Dasar Pemikiran Politik dalam islam
Copyright Gonda Yumitro gonda@umm.ac.id
http://gondayumitro.staff.umm.ac.id/2010/03/01/konsep-dasar-pemikiran-politik-dalam-islam/

membawa kalimat yang sama, yatu tauhid. Maknanya adalah bahwa manusia harus
menjadikan Allah sebagai satu-satunya tuhan dan tidak menyekutukan dengan
tuhan-tuhan yang lain. Konsekeuensi tauhid tersebut adalah penerimaan manusia
terhadap hukum-hukum yang ditentukan oleh Allah.
Meskipun demikian, realitanya, manusia tetap saja banyak yang tidak taat dan
berhukum dengan hukum Allah. Hukum Allah ini biasanya disebut dengan syariah.
Karena nabi terakhir yang diutus adalah nabi Muhammad dengan membawa risalah
islam, maka syariah tersebut sering disebut syariah islamiah. Ukurannya adalah
ketaatan kepada ketentuan dalam Alquran dan sunah.
Lagi-lagi syariat ini adalah alat Allah untuk menjadikan manusia agar selalu ada
dalam kebaikan (ma'rifat) dan terjauh dari hal-hal yang munkar (dibawah kendali
setan). Hal ini tentu saja dalam berbagai asfek kehidupan termasuk politik. Dan
politik dalam islam adalah politik yang didasari oleh tiga faktor pokok, yaitu:
a. tauhid – maksudnya politik benar-benar dibawah kerangkan bahwa Allah adalah
satu-satunya pencipta, yang menjaga, dan yang akan menghancurkan. Selain itu
Allah punya kekuasaan untuk memerintah dan menjaga. Termasuk dalam
menentukan hukum yang harus kita pakai dalam bermasyarakat.
b. risalah – merupakan aturan yang ditentukan Allah melalui rasul yang tercantum
dalam Alquran, hadits, ijma’, ijtihad, qiyas dan akal. Pola sistem kemasyarakat dan
politik yang dipakai adalah kombinasi dari wahyu Allah dengan tuntutan rasul
dalam memahami ayat-ayat qauliyah yang sering disebut sebagai sistem syariah.
c. khilafah. --khilafah disebut sebagai wakil, maksudnya yang mewakili Allah
dimuka bumi. Dalam hal ini kepemimpinan dirasakan untuk sesama, buka sekedar
kepentingan kelompok dan golongan. Makna eqaulity sangat dihargai dalam islam.

page 5 / 5

Anda mungkin juga menyukai