A. Pendahuluan
Selama ini pembahasan tentang politik didominasi oleh pemahaman politik barat.
Apapun yang dibicarakan tentang politik baru akan terasa lengkap dan menarik,
atau membuat bangga yang menyampaikan ketika pendapat dari para ahli politik
barat yang mereka sitir.
Yang perlu diketahui bahwa politik barat mempunyai beberapa karakteristik dalam
membangun opini mereka. Beberapa hal tersebut antaralain:
a. Perebutan kekuasaan
b. Cenderung membicarakan konflik dibandingkan kerjasama
c. Senantiasa bersifat rasional dan menolak wahyu
d. Setiap perbuatan yang dilakukan mesti dihubungkan dengan kepentingan
Pemikiran ini mendominasi dunia politik, terutama setelah perjanjian west phalia
(1648). Perjanjian ini membahas tentang konsep negara modern dengan konsep
nation state. Maksudnya bahwa setiap negara baru akan diakui eksistensinya
apabila memenuhi beberapa syarat dasar negara, yaitu:
a. wilayah
b. penduduk
c. pemerintah yang berdaulat
d. pengakuan negara lain
Konsep ini sebenarnya juga diterima dan sama dengan islam dalam syarat negara.
Hanya saja dalam pengertian yang lebih spesifik, muncul beberapa persoalan yang
sangat membedakannya dengan islam. Beberapa perbedaan tersebut secara
mendasar, paling tidak terletak pada hal:
a. loyatiltas masyarakat kepada negara
b. Keyakinan bahwa raja mempunyai hak sendiri dan tuhan juga mempunyai hak
yang lain
c. Mereka lebih berprinsip untuk menikmati hidup di dunia
d. Yang paling penting dalam politik adalah bahwa kita eksist.
Cara berpikir seperti ini sangat terpengaruh oleh warna pemikiran yunani kuno dan
di era sekarang terlihat jelas dengan thesisnya Huntington yang
mempertentangkan antara Islam dan Barat sebagai benturan peradaban.
page 1 / 5
Gonda Yumitro | Konsep Dasar Pemikiran Politik dalam islam
Copyright Gonda Yumitro gonda@umm.ac.id
http://gondayumitro.staff.umm.ac.id/2010/03/01/konsep-dasar-pemikiran-politik-dalam-islam/
page 2 / 5
Gonda Yumitro | Konsep Dasar Pemikiran Politik dalam islam
Copyright Gonda Yumitro gonda@umm.ac.id
http://gondayumitro.staff.umm.ac.id/2010/03/01/konsep-dasar-pemikiran-politik-dalam-islam/
upaya meluruskan sejarah perlu dilakukan. Dan umat islam, jika ternyata memang
ada kesalahan sejarah harus berani mengakui dengan jujur. Tidak perlu ada yang
ditakutkan. Bukankah kesalahan sejarah tidak berarti kesalahan ajaran. Hal ini
justru menjadi kritik bagaimana pemahaman umat islam terhadap agama mereka
yang masih sangat lemah.
Demikian juga sikap kelompok liberal. Pluralisme, demokrasi, hak asasi manusia,
senantiasa menjadi senjata dan menyamakannya secara persisi dengan nilai-nilai
islam. Tentu hal ini membahayakan. Pemahaman yang salah dan tidak
komprehensif sangat menyesatkan. Apalagi dengan melepaskan sama sekali
simbol-simbol keagamaan dan syariat yang jelas.
Perdebatan ini akan berlangsung terus tanpa mau kembali melihat sejarah. Yakni
tidak memulai perdebatan dalam konteks isu kekinian, melainkan berusaha
memahami dalil-dalil qoth’i tentang politik dari alqur’an dan sunnah. Dan kemudian
berusaha melihat sejarah bagaimana rasulullah dan generasi terdahulu memahami
tafsir dalil-dalil tersebut. Asumsi dan keyakinan yang perlu ditumbuhkan adalah
bahwa merekalah orang yang paling memahami islam. Perumpamaan dengan
permainan pesan berantai merupakan contoh serupa. Yang terakhir menerima
pesan, sangat mungkin berbeda dalam menangkap pesan yang disampaikan orang
pertama.
page 3 / 5
Gonda Yumitro | Konsep Dasar Pemikiran Politik dalam islam
Copyright Gonda Yumitro gonda@umm.ac.id
http://gondayumitro.staff.umm.ac.id/2010/03/01/konsep-dasar-pemikiran-politik-dalam-islam/
page 4 / 5
Gonda Yumitro | Konsep Dasar Pemikiran Politik dalam islam
Copyright Gonda Yumitro gonda@umm.ac.id
http://gondayumitro.staff.umm.ac.id/2010/03/01/konsep-dasar-pemikiran-politik-dalam-islam/
membawa kalimat yang sama, yatu tauhid. Maknanya adalah bahwa manusia harus
menjadikan Allah sebagai satu-satunya tuhan dan tidak menyekutukan dengan
tuhan-tuhan yang lain. Konsekeuensi tauhid tersebut adalah penerimaan manusia
terhadap hukum-hukum yang ditentukan oleh Allah.
Meskipun demikian, realitanya, manusia tetap saja banyak yang tidak taat dan
berhukum dengan hukum Allah. Hukum Allah ini biasanya disebut dengan syariah.
Karena nabi terakhir yang diutus adalah nabi Muhammad dengan membawa risalah
islam, maka syariah tersebut sering disebut syariah islamiah. Ukurannya adalah
ketaatan kepada ketentuan dalam Alquran dan sunah.
Lagi-lagi syariat ini adalah alat Allah untuk menjadikan manusia agar selalu ada
dalam kebaikan (ma'rifat) dan terjauh dari hal-hal yang munkar (dibawah kendali
setan). Hal ini tentu saja dalam berbagai asfek kehidupan termasuk politik. Dan
politik dalam islam adalah politik yang didasari oleh tiga faktor pokok, yaitu:
a. tauhid – maksudnya politik benar-benar dibawah kerangkan bahwa Allah adalah
satu-satunya pencipta, yang menjaga, dan yang akan menghancurkan. Selain itu
Allah punya kekuasaan untuk memerintah dan menjaga. Termasuk dalam
menentukan hukum yang harus kita pakai dalam bermasyarakat.
b. risalah – merupakan aturan yang ditentukan Allah melalui rasul yang tercantum
dalam Alquran, hadits, ijma’, ijtihad, qiyas dan akal. Pola sistem kemasyarakat dan
politik yang dipakai adalah kombinasi dari wahyu Allah dengan tuntutan rasul
dalam memahami ayat-ayat qauliyah yang sering disebut sebagai sistem syariah.
c. khilafah. --khilafah disebut sebagai wakil, maksudnya yang mewakili Allah
dimuka bumi. Dalam hal ini kepemimpinan dirasakan untuk sesama, buka sekedar
kepentingan kelompok dan golongan. Makna eqaulity sangat dihargai dalam islam.
page 5 / 5