Diriwayatkan dengan shalih dari hadits Jabir bin Abdullah bahwa di antara utusan
Tsaqif ada seorang lelaki yang terkena penyakit lepra. Maka Nabi segera mengutus
seseorang menemuinya untuk memberikan perintah, “Pulanglah, kami sudah
membaiatmu”.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahihnya secara Muallaq dari hadits Abu
Hurairah, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“Larilah dari orang yang terkena lepra seperti kalian lari dari singa.”
Dalam Sunan Ibnu Majah diriwayatkan dari hadits Ibnu Abbas bahwa Nabi SAW
bersabda:
Sementara dalam Shahih Al- Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa beliau
bersabda:
“ Berbicaralah dengan orang yang terkena lepra dengan jarak antara engkau dan dia kira-
kira satu tombak atau dua tombak.”
Lepra adalah sejenis penyakit ganas karena menyebabnya virus hitam di sekujur
tubuh lalu merusak sistem metabolisme organ tubuh bersangkutan, bahkan dapat merusak
ruas dan ujung organ tubuh sehingga oragan tubuh tersebut hancur dan berjatuhan kerat
demi kerat. Disebut juga sebagai penyakit singa.
Penyakit lepra, merupakan salah satu penyakit kulit yang sejak jaman dahulu kala
telah ada, lepra itu dua macam:
1. Tampak pada bentuk kotoran-kotoran pada permukaan kulit, tatkala berkumpul
bintik-bintik pada permukaan kulit dahi, maka menimbulkan beban pada kulit,
dan memberikan pada wajah pandangan serupa wajah singa.
2. Disitu bentuk lain dari lepra tampak sebagai bentuk kulit-kulit diatas permukaan
kulit. Ia menimpa urat-urat syaraf yang menghlangkan rasa, membedakan panas
dan dingin, dan tidak mampu merasakan raba atau sakit. Macam ini tidak
menular.
Diriwayatkan dengan shalih dari hadits Jabir bin Abdullah bahwa di antara utusan
Tsaqif ada seorang lelaki yang terkena penyakit lepra. Maka Nabi segera mengutus
seseorang menemuinya untuk memberikan perintah, “Pulanglah, kami sudah
membaiatmu”.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahihnya secara Muallaq dari hadits Abu
Hurairah, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“Larilah dari orang yang terkena lepra seperti kalian lari dari singa.”
Hadits ini menurut jalur Ibnu Shalah termasuk hadits maushul. Dikeluarkan juga
secara maushul oleh Abu Nu’aim dalam Mustakhraj-nya, juga oleh Ibnu Khuzaimah dan
Ibnu Hibban dalam shahih mereka.
Dalam Sunan Ibnu Majah diriwayatkan dari hadits Ibnu Abbas bahwa Nabi SAW
bersabda:
“ Berbicaralah dengan orang yang terkena lepra dengan jarak antara engkau dan dia
kira-kira satu tombak atau dua tombak.”
1
Dikeluarkan oleh Ahmad, Ath-Thayalisi, Ath-Thabrani, Al-Baihaqi dan Ibnu
Khuzaimah di kitab At-Tawakul
Dikeluarkan oleh Ibnu Sinni dan Abu Nu’aim dalam kitabnya Ath-Thibb, dan
hadits ini memiliki kelemahan.
Di dalam buku At-Thibbun Nabawi atau ‘Metode Pengobatan Nabi’ hadits ini
diragukan keshahihannya. Dinyatakan bahwa di antara semua hadits yang sama – sama
shahih tidak ada kontradiksinya. Kalaupun terjadi kontradiksi, bisa jadi salah satu dari
hadits tersebut sebenarnya bukan hadits Rasulullah akibat kekeliruan sebagian perawi
hadits meskipun mereka orang yang dapat dipercaya dan kuat hapalannya. Adapun dua
hadits yang sama- sama shahih, sama – sama tegas namun saling bertentangan dilihat dari
sudut manapun, dimana salah satunya tidak memasukkan hukum hadits yang lain, sama
sekali tidak pernah terjadi. Masalah timbul karena kekurangpahaman terhadap riwayat
atau hadits, tentang pembedaan hadis shahih dan tidak shahih, atau ketidakpahaman
tentang maksud hadits sehingga dipahami tidak sebagaimana mestinya.
Ada pendapat bahwa perintah untuk menghindari dan menjauhi penyakit lepra
adalah karena masalah alamiah, yakni berpindahnya penyakit karena sentuhan, pergaulan
dan bau ke tubuh orang sehat. Itu terjadi karena pergaulan dan sentuhan secara berulang
kali. Adapun sekedar makan dengannya sebentar saja untuk suatu kebutuhan mendesak,
tidaklah mengapa. Dan tidak akan terjadi penularan dengan sekali berkumpul dalam
waktu singkat. Nabi melarangnya sebagai pencegahan terjadinya bahaya dan demi
2
Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Abu Daud.
menjaga kesehatan tubuh. Boleh saja bergaul dan berkumpul untuk suatu keperluan, sama
sekali tidak ada kontradiksi soal itu.
Segolongan ahli medis menyatakan bahwa orang yang terkena lepra yang makan
bersama seseorang adalah penderita lepra khusus yang berbeda dengan lepra (kusta)
lainnya. Tidak setiap lepra (kusta) sama. Penularan juga tidak terjadi pada setiap orang.
Ada orang yang tidak terkena bahaya lepra tersebut dan tidak tertulari. Yakni penderita
lepra ringan, dari virus lepra tersebut, kemudian tidak berkesinambungan, dan kondisinya
kembali seperti semula, tidak menjalar ke seluruh tubuh. Tentu penyakit itu lebih tidak
mampu lagi menjangkiti orang lain.
Segolongan ahli medis lain menyatakan : Yang benar bahwa sebagian dari hadits
itu mahfudz (terpelihara dalam ingatan), sementara yang lain tidak mahfuzh. Mereka juga
mengulas tuntas hadits, “Tidak ada penyakit menular…” Mereka menegaskan bahwa
Abu Hurairah meriwayatkan hadits itu lebih dulu, kemudian ia ragu dan
meninggalkannya. Adapun hadits Jabir yang menceritakan bahwa Nabi SAW pernah
menggandeng tangan orang yang terkena penyakit lepra, lalu mengajaknya makan
bersama beliau dalam satu nampan,” hadits itu tidak shahih. Yang paling tegas mengenai
derajat hadits ini adalah yang dikatakan oleh Imam At-Tirmidzi, “ Hadits ini gharib.”
Namun beliau tidak menyatakan shahih atau hasan atas hadits tersebut. Sementara
Syu’bah dan yang lainnya menyatakan, “Hindarilah hadits – hadits gharib.”
Nabi Muhammad SAW. telah bersabda dalam Al Hadits: “ Allah tidak akan
menurunkan penyakit kecuali menurunkan obatnya.”
Penyakit kusta sudah ada obatnya yang manjur sehingga dapat disembuhkan.
Memang pada zaman ini sudah ditemukan obat – obaatan yang dapat menyembuhkan
kusta. Seperti minyak chaulmoogra, obat – obat sulfon, amithazon dan lain sebagainya.
Obat yang termanjur ialah DDS (diaminodipheni-sulfon), lamprene dan rifampicin.
Biasanya dipakai kombinasi obat – obatan di dalam pengobatan lepra.
Bahaya yang timbul bila penderita tidak makan obat dengan teratur adalah
timbulnya resistensi. Ini berarti telah kebal menghadapi obat tersebut sehingga penyakit
tidak sembuh. Penderita kusta yang tidak mau berobat pasti tidak akan sembuh. Penderita
semacam ini harus dijauhi sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW . Oleh karena
penyakit kusta yang belum sembuh menularkan penyakitnya. Jadi kalau tidak terlalu
dekat dengan penderita kusta yang tidak mau berobat kita dapat terjangkit. Tepat
benarlah sabda Nabi Muhammad SAW.
Kita harus menjauhi penderita kusta yang tidak mau berobat teratur. Sebaliknya
penderita kusta yang mau berobat pasti akan sembuh atau paling sedikit penyakitnya
sudah tidak menular lagi. Dan kalau sudah sembuh tidak boleh kita jauhi, bahkan harus
kita santuni, meskipun masih cacat, tetapi mereka sudah bukan penderita kusta lagi.
Al-Fanjari, Ahmad Syauqi. 1996. Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam. Jakarta ; Bumi
Aksara.
Su’dan, R.H. 1997. Al-Qur’an: dan panduan kesehatan masyarakat. Jakarta ; Dana
Bhakti Prima Yasa.