An Initiative Vs Guilty
An Initiative Vs Guilty
Menurut Erik Erikson, inti dari tahap ini adalah keharusan untuk
berhadapan dengan perasaan tentang diri yang bertentangan yaitu inisiatif
versus rasa bersalah. Konflik yang kemudian muncul yaitu dari tumbuhnya
sense of purpose--yang memungkinkan anak untuk merencanakan aktivitas
dan melaksanakannya, dengan pertumbuhan rasa bersalah (berupa kata
hati)--yang mungkin dimiliki oleh seseorang anak terhadap rencana tersebut.
Perkembangan Moral
Perkembangan moral merupakan perkembangan yang berkaitan
dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukanoleh
manusia dalam interaksinya dnegan orang lain. Ketika dilahirkan anak-anakk
tidak memiliki moral (imoral). Atetapi didalam dirimya terdapat potensi
moral yang siap dikembangkan. Melalui pengalamannya berinteraksi dengan
orang lain, anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik/ boleh
dikerjakan dan mana yang buruk.
Teori belajar sosial melihat tingkah laku moral sebagai respons atas
stimulus, Dalam hal ini proses-proses penguatan, penghukuman, dan
peniruan digunakan untuk menjelaskan perilaku moral anak-anak. Bila anak
diberi hadiah atas perilaku yang sesuai dengan aturan dan kontrak sosial,
mereka akan mengulamgi perilaku tersebut. Sebaliknya bila mereka
dihukum atas perilaku yang tidak bermoral, maka perilaku itu akan
berkurang atau hilang.
Tingkat Tahap
1. Prakonvensional Moralitas 1. Orientasi Kepatuhan dan
Anak mengenal moralitas berdasar hukuman
dampak yang ditimbulkan suatu Pemahaman tentang baik dan
perbuatan. Anak tidak melanggar buruk ditentukan otoritas.
aturan karena takut akan ancaman Kepatuhan terhadap atruan yaitu
hukuman dari otoritas untuk menghindari hukuman dari
otoritas
2. Orientasi Hedonistik-
Instrumental
Perbuatan dinilai baik bila
berfungsi sebagai instrument
untuk memenuhi
kebutuhan/kepuasan diri
2. Konvensional 3. Orientasi anak yang baik
Suatu perbuatan dinilai baik oleh Tindakan berorientasi pada orang
anak, bila mematuhi harapan lain. Suatu perbuatan dinilai baik
otoritas atau kelompok sebaya bila menyenangkan bagi orang
lain.
4. Orientasi keteraturan dan
otoritas
Perilaku yang dinilai baik adalah
menunaikan kewajiban,
menghormati otoritas, dan
memelihara ketertiban sosial