Anda di halaman 1dari 2

Sidoarjo Bangkit dengan Potensi Batik Jetis

Siapa yang tak kenal Sidoarjo, sejak


terjadinya luapan lumpur lapindo, tak seorangpun
akan asing dengan Kabupaten Sidoarjo.
Kabupaten Sidoarjo terletak di sebelah selatan
Kota Surabaya. Sidoarjo terkenal dengan kerupuk
udang, terasi, petis dan bandengnya,
Tanggulangin (masih Sidoarjo juga)
dengan kerajinan tasdan koper, Wedoro
dengankerajinan sepatu dan sandal yang masih
termasuk daerah sidoarjo, lalu Porong dengan
ote-ote dan lumpur lapindonya, semuanya itu ada
di Kabupaten Sidoarjo. Dan kini Sidoarjo bangkit
dengan potensi batik jetis.

Sidoarjo juga punya Kampoeng batik


dengan nama Batik Jetis, Kampoeng ini
memproduksi batik tulis dengan motif yang khas
dari Sidoarjo.
Batik sekarang ini telah menjadi trend di semua kalangan masyarakat, baik dalam acara-acara formal
maupun non formal. Dalam era modernisasi dan globalisasi ternyata batik tulis tradisional masih di
cintai dan dilestarikan oleh masyarakat yang sudah berwawasan global dan modern. Salah satunya
adalah batik tradisional jetis yang berada di Kabupaten Sidoarjo. Lokasinya di pusat kota Sidoarjo,
tepatnya dijalan Diponegoro, di situ akan ada Gapura dengan motif batik lalu ada ornamen canting
batik.

Kampoeng Batik Jetis ini sebenarnya telah ada


puluhan tahun yang lalu. Keahlian batik ini
diperoleh dan dikuasi secara turun-temurun.
Motifnya juga motif kuno, tidak banyak perubahan
dari motif yang dulu dipakai oleh para pendahulu.
Ada abangan dan ijo-ijoan (gaya Madura), motif
beras kutah, motif krubutan (campur-campur) lalu
ada motif burung merak, dan motif-motif
lainnya. Motif kain batik asal Jetis didominasi flora
dan fauna khas Sidoarjo yang memiliki warna-
warna cerah, merah, hijau, kuning, dan hitam.
Keunggulan batik tulis Jetis justru pada warna
yang mencolok. Bahkan ketika perajin
menawarkan batik tulis dengan warna lembut,
pasar kurang merespons.
Di dalam kampoeng Jetis tersebar rumah para
perajin batik yang merupakan salah satu sentra
Batik terbesar di Sidoarjo Di kampoeng ini akan
ditemukan bangunan-bangunan dengan arsitektur
roemah tempoe doeloe yang cukup menarik untuk
disimak, jendela besar dan jeruji besi yang antik, dapat kita bayangkan pada masa jayanya daerah
tersebut cukup ramai dan banyak terdapat rumah para juragan batik beserta perajinnya menempati
daerah tersebut.
Namun selang beberapa tahun yang lalu jumlah perajin semakin menurun, banyak yang beralih
profesi ataupun menutup usahanya, hal ini disebabkan karena semakin langkanya generasi muda
yang terjun untuk meneruskanwarisan budaya membatik sebagai suatu usaha yang dapat menjamin
kehidupan. Dapat kita ketahui bahwa upaya para penerus usaha batik ini sangat tangguh menjalankan
usahanya dengan kondisi yang tidak menentu seperti bahan baku yang tidak stabil harganya, kualitas
kain, perajin batik/buruh pembatik yang semakin sedikit dan lain-lain. Sebagai tindak lanjut dari
Komitmen Bapak Bupati Sidoarjo agar Sidoarjo bangkit, maka pada tanggal 3 Mei 2008 telah
diresmikan “Kampoeng Batik Jetis, Sidoarjo” sebagai salah satu tujuan wisata.
Saat ini pengusaha batik tulis di daerah ini berjumlah 30-an pengrajin yang tergabung dalam koperasi
dengan mempekerjakan ratusan ibu-ibu pembatik. Harga batik tulis jetis ini lebih mahal 5 kali
dibanding dengan batik cetak. Harganya berkisar antara Rp 150.000 – Rp 2,5 juta per lembar sesuai
kerumitan corak.
Tingginya permintaan kain batik untuk dijadikan busana dengan berbagai model, memotivasi perajin
untuk terus meluncurkan corak baru. Kampoeng Batik Jetis kini terus berbenah, terutama untuk
menghasilkan corak batik sesuai selera pasar. Perajin pun terus mengembangkan kreasinya dengan
tidak hanya menjual kain batik tulis, tetapi sudah berupa kemeja siap pakai. Kreativitas lain
ditampilkan dengan memproduksi sepatu dan sandal dengan bahan kain batik tulis, termasuk tas dan
pernak-pernik lain. Kreativitas perajin benar-benar diuji agar mampu menguasai pasar lokal dari
serbuan tekstil impor yang bercorak batik.

Anda mungkin juga menyukai