Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Frozen Yogurt atau Frozen Yoghurt atau yang akrab disebut Froyo,
adalah makanan penutup (dessert) yang disajikan beku dan mengandung
Yogurt atau produk susu lainnya yang kini mulai menjadi pencuci mulut
favorit masyarakat Indonesia akhir akhir ini.

Forzen Yogurt (Froyo) diperkenalkan pertama kali pada tahun 1970an


sebagai makanan penutup alternatif selain eskrim. Walaupun pada
awalnya rasanya yang sedikit asam tidak terlalu digemari selayaknya
eskrim, kini Froyo hadir dengan rasa yang lebih beragam dan
menyesuaikan dengan selera masyarakat tanpa mengurangi kandungan
kesehatannya. Akhir tahun 2007 Froyo langsung menjadi jajanan favorit
masyarakat Indonesia mulai dari dewasa, remaja hingga anak anak.
Penyajiannya sangat menarik dan megandung bakteri positif serta rendah
lemak. Ini yang membuat kaum wanita sangat menggemari makanan
pencuci mulut ini.

Counter yang menjual Froyo pun kini sudah banyak ditemui di kota
kota besar di Indonesia. Seperti Yogen Fruz, Red Mango, Heavenly Blush,
Tutti Fruity, J.Cool From J.CO, serta Sour Sally yang paling menjadi favorit
kalangan remaja khususnya remaja putri.

Froyo yang awalnya hanya menjadi makanan pencuci mulut kini


memberikan makna lain kepada para penikmatnya. Kehadiran Sour Sally,
Counter Froyo yang mengimpor pruduknya dari Amerika pada awal 2008
di Jakarta menciptakan gaya hidup serta kebiasaan baru kepada
masyarakat khusunya remja putri. Mereka tidak lagi mencari jajanan atau
makanan penutup yang menyehatkan. Tapi dengan duduk
sambil memegang Froyo di Sour Sally menciptakan kesan
yang berbeda dengan memakan eskrim atau produk Froyo
dari Counter lain. Sour Sally memberikan kesan “Gaul,
Girly, Fun” serta berkelas (mengingat harga per-cup nya yang sedikit di
atas rata rata produk Froyo yang lain). Sehingga menjadi sebuah
“kewajiban” bagi kalangan remaja tersebut untuk mampir dan menikmati
secangkir Froyo di Sour Sally, karena kegiatan tersebut juga mampu
menciptakan suasana yang menyenangkan bagi mereka.

I.2 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui penggunaan metode Dream Marketing pada


kegiatan Marketing Sour Sally

2. Untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan remaja khususnya


remaja putri dalam produk Froyo yang sekarang ini menjadi lahan
bisnis yang cukup prospektif.

3. Hasil studi akan digunakan sebagai bahan untuk tugas semester


lima mata kuliah Manajemen Pemasaran.
BAB II

ANALISIS ISI

II.1 Tentang Produk

Sour Sally telah menjadi fenomena tersendiri di Jakarta serta kota


kota besar lainnya seperti Bandung dan Surabaya. Di geari-gerainya
orang-orang rela mengantri ntuk menikmati yogurt mereka yang segar
dan healthy ini. Dengan tampilan ikon yang lucu, butik yogurt Sour Sally
menawarkan kesegaran yogurt rasa plain original, green tea, Twist
(perpaduan Original plain dan green tea) serta yang terbaru yaitu bubble
gum. dengan pilihan 20 jenis topping yang segar, ringan, lezat, dan sehat,
mulai dari aneka buah sampai cereal. Selain yogurt, tersedia juga
Smoothies dan Shaved Ice. Sour Sally Fro-Yo merupakan asli merek
Indonesia kendati bahan-bahan yang digunakan masih diimpor dari
Amerika.
Sour Sally membiarkan customernya memilih, mencampur dan
memenuhi selera dan mood mereka masing masing. Toppingsnya juga
menyesuikan dengan olahan buah khas Indonesia seperti nangka dan
mangga. Sour Sally juga menyediakan Sereal yang biasa dimakan untuk
makan pagi seperti Corn Flakes dan Choco Chips.

Mengkonsumsi cemilan sehat seperti Froyo memang telah menjadi


tren gaya hidup masyrakat Indonesia khususnya masyarakat ibu kota.
Namun Sour Sally-lah yang berhasil mencetuskan motto “makan enak,
tanpa rasa bersalah”.
Gerainya yang kini sudah tersebar di mall-mall besar di Jakarta,
Bandung dan Surabaya juga sangat khas. Dengan perpaduan warna hijau
– putih serta memiliki icon anak perempuan, memberikan kesan girly
kepada siapa saja yang melihatnya. Banyak yang tertarik untuk mampir
ke gerai Sour Sally karena design interiornya yang seperti kamar remaja
putri. Dalam websitenya www.hellosoursally.com, pemiliknya memang
sengaja “menempelkan” image quirky, refreshing dan homely. Semua itu
dapat dilihat dari tembok, pencahayaan, furniture yang digunakan sampai
ke detail kecil seperti cangkir, sendok dan ornamen ornamen yang
terdapat di ruangannya. Donnie Poernomo, pemilik dari Sour Sally
menginginkan setiap pembeli yang datang ke counternya keluar dengan
kesenangan serta pengalaman berbagai rasa. Tak lupa, ia juga menginkan
siapapun yang menikmati froyo di Sour Sally merasa seperti di rumah.
Sour Sally juga mempunyai account jejaring sosial Twitter sehingga
promosi dapat dilakukan dengan pendekatan obrolan sehari hari yang
dapat dilihat oleh semua followersnya. Bagi yang belum mengenal Sour
Sally akan merasa tertinggal dan harus mencoba saat salah satu teman
yang ia follow menyebutkan Sour Sally di Twitternya.

II.2 Marketing Mix produk Sour Sally

Berikut ini adalah pejelasan akhir dari makalah ini, Marketing Mix
untuk produk Sour Sally.

a. Produk : U.S. Premium Non-Fat Frozen Yogurt,

100% Fat Free,


Girly,

Healthy,

Modern.

b. Place : Ibu Kota dan kota-kota besar

Mall – mall besar Ibu Kota

Terdapat 14 outlet yang tersebar di Jakarta, Bandung dan Surabaya

c. Promotion :Iklan kreatif, unik dan khas pada media cetak khususnya
media cetak remaja,

website yang sangat atraktif, unik, catchy dan girly,

strategi promosi dan kampanye yang menarik,

Menjadi trensetter di produk sejenis,

Promo yang beragam yang hadir setiap bulannya,


Penuh warna yang menarik,

Menyediakan member card yang memberikan berbagai


keuntungan,

Dapat membuat konsumen merasa memiliki, dengan jargon My


Sour Sally

Menyampaikan pesan bahwa konsumen dapat “makan enak


tanpa rasa bersalah”.

d. Price :harga premium Frozen Yogurt IDR 17,500 - IDR 49,500

Shaved Ice Yogurt (including 4 toppings) IDR 37,500 - IDR


54,500

Smoothies IDR 28,500 - IDR 31,500 (additional topping add


IDR 7,000)

Others

Ice Lemon Tea IDR 8,000

Ice Green Tea IDR 15,000

Mineral Water IDR 13,500


e. Segmentasi : MF 14 – 24 AB+, tetapi lebih dikhususkan kepada
remaja putri
II.3 Konsep Dreamketing

Menurut Rolf Jensen (1999) masyarakat kini adalah *dream society: *


pasar dimana orang tidak membeli produk karena fungsinya, tetapi
membeli sejumlah mimpi yang dikemas kedalam produk tersebut.

Menurut Gian Luigi Buitoni (1992) Dreamketing ada untuk menyentuh


mimpi-mimpi pelanggan, tidak seperti marketing yang berusaha
menyentuh pasar. Berkat internet dan teknologi lainnya, menggapai pasar
bukanlah lagi tantangan yang sulit. Tantangan sekarang adalah menarik
perhatian pelanggan yang setia yang bisa memilih satu dari ribuan
alternatif pada suatu produk. Satu-satunya cara adalah dengan
menyentuh mimpi-mimpi para pelanggan.

Ada 3 mimpi dibalik pengambilan keputusan konsumen:

• Mimpi akan pengakuan sosial dan rasa bangga.

• Mimpi akan kebebasan, yaitu untuk dapat terbebas dari segala


batasan.

• Mimpi akan suatu idola atau ikon tertentu.

Ketika seseorang mengonsumsi berbagai produk dari tiga mimpi


tersebut, ada 3 motif yang ada di balik setiap proses pembelian:

• Symbolic Consumption: konsumen melihat dan


mempersepsiakn suatu produk/merk dari sisi subjektif, bukan
produk sebagaimana adanya (secara fungsi).

• Hedonistic Consumption: motif untuk mencari kesenangan


semata. Kenikmatan dan kepuasan diri adalah segalanya.

• Aesthetic Consumption: motif untuk mencari sisi kecantikan,


keindahan, dan estetika dari produk yang akan dibeli.
II.4 Analisis Dreamketing pada produk Sour Sally

Sekarang ini hampir semua remaja yang hidup di kota besar pasti
telah mencoba atau bahkan menjadi pelanggan tetap counter Froyo Sour
Sally. Counter dengan design dan ukuran yang unik ini mampu
mengundang banyak konsumen untuk datang dan rela mengantri untuk
mendapatkan Froyonya.

Sebuah blog menyebutkan bahwa remaja gaul ibu kota kini dapat
dilihat dari pakaiannya yang meniru artis artis luar negeri, menggunakan
blackberry dan memegang secangkir Sour Sally twist di tangannya.
Keadaan ini juga didukung dengan tayangan Gossip Girl yang menjadi
totonan wajib remaja sekarang yang sering menampilkan karakternya
mengkonsumsi Froyo di counter yang girly, claasy dan modern. Sehingga
ada keinginan dari masyarakat untuk meniru karakter yang terdapat di
dalam tayangan tersebut.

Ada pula yang datang mengunjungi counter Sour Sally karena


dengan hang out disana dapat menimbulkan perasaan yang
menyenangkan dan meningkatkan prestis karena harga Froyo yang
premium. Sebagian bependapat mereka ketinggalan jaman saat belum
mencoba Sour Sally.

Dari pernyataan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa


konsumen tidak lagi mementingkan pemilihan Sour Sally dari rasa atau
dari fungsi utama Froyo itu sendiri. Sour Sally berhasil menciptakan
atribut tersendiri bagi orang orang yang membeli produknya.

Mimpi di balik pengambilan keputusan :

• Mimpi akan pengakuan sosial dan rasa bangga.


Ini terbukti karena beberapa testimonial mengatakan bahwa
mereka mempunyai kebanggaan tersendiri saat mereka
berjalan jalan sambil membawa cup Sour Sally. Ada
kemungkinan karena harga dari satu Sour Sally, mungkin juga
Sour Sally membuat remaja tidak menjadi alien di antara
teman teman bermainnya.

• Mimpi akan kebebasan, yaitu untuk dapat terbebas dari segala


batasan.

Sour Sally memberikan konsumen kebebasan untuk memilih


sendiri rasa dan topping untuk Froyonya.

• Mimpi akan suatu idola atau ikon tertentu.

Banyak sekali idola yang berfoto dengan memgang secangkir


Sour Sally, sehingga masyarakat menjadi penasaran dengan
apa yang dikonsumsi ole idola mereka. Mereka juga meniru
beberapa tokoh yang hang out di counter Froyo yang
dekorasinya mirip dengan Sour Sally (PinkBerry, namun tidak
membuka outlet di Indonesia) sehingga mereka menirunya.

3 motif yang ada di balik setiap proses pembelian:

• Symbolic Consumption:

Konsumen yang membeli Sour Sally tidak lagi menomer


satukan rasa atau manfaat dari Froyo itu sendiri, tetapi image
Gaul, Girly, Classy dan modern sehingga konsumen memiliki
persepsi tertentu pada dirinya sendiri saat membeli Sour Sally.
Ditambah dengan icon Sally yang lucu, unik dan menarik yang
mampu mengajak orang orang yang sedang berjalan jalan di
mall untuk mampir dan mencicipi Froyonya.

• Hedonistic Consumption
Konsumen dan pelanggan Sour Sally tidak lagi
mempertimbagkan harga yang tergolong premium ( harga satu
cup nya dapat membeli satu paket ayam di counter fast food).
Mereka mementingkan kesenangana dan kesan yang timbul
setelah mereka membeli Sour Sally. Perilaku ini juga dapat
menimbulkan kesan bahwa mereka tidak keberatan untuk
mengeluarkan uang dengan jumlah yang tidak sedikit demi
“kesenangan” dan kepuasan yang akan mereka dapat.

• Aesthetic Consumption:

Ada pula yang memilih untuk mengkonsumsi Froyo di Sour


Sally karena Sour Sally memberikan suasana yang berbeda dari
counter Froyo lainnya. Design interiornya sangat khas
perempuan sehingga konsumennya dapat merasakan bahwa
mereka sedang makan Froyo di kamar mereka sendiri sambil
bersanda gurau dengan teman temannya. Sour Sally juga
menjual kenyamanan pada Froyonya yang tidak didapatkan
bila konsumen membeli Froyo di tempat yang lain.
BAB III

Penutup
III.1 Kesimpulan

Dari keseluruhan bab yang telah dibahas maka dapat disimpulkan


bahwa kehadiran Sour Sally sebagai counter yang menjual frozen yogurt
selain menambah pilihan jajananserta makanan pencuci mulut yang sehat
dan bebeas lemak juga memiliki konsep dreamketing dalam kegiatan
pemasarannya.

Kehadiran Sour Sally sedikit banyak mempengaruhi gaya hidup serta


kebiasaan remaja ibu kota sekarang ini. Pemilihan Sour Sally sebagai icon
gaul dan prestis oleh para remaja tidak lepas dari keberhasilan pemilik
menerapkan konsep dreamketing pada produknya. Pemiliknya paham
sekali bahwa dewasa ini, keputusan pembelian suatu produk tidak lagi
didasari oleh fungsi, kebutuhan serta harga. Tidak cukup hanya menjual
froyo yang biasa saja. Maka Ia menciptakan froyo yang tak hanya menjual
rasa namun prestis dan image yang dapat terlihat saat konsumen
menikmati froyonya.

Dalam konsep dreamketing sendiri dijelaskan oleh Gian Luigi Buitoni


(1992) bahwa dreamketing ada untuk menyentuh mimpi mimpi dan
harapan konsumen, tidak lagi mengharapkan dari pasar.

Kehadiran Sour Sally dapat menjab mimpi dibalik pengambilan


keputusan pembelian di dalam konsep dreamketing. Yaitu; Sour Sally
berhasil menimbulkan prestis dan “kesamaan” secara bersamaan saat
konsumen membelinya, Sour Sally memberikan konsumen kebebasan
untuk memilih sendiri rasa dan topping untuk froyonya, serta Sour Sally
yang juga digemari oleh kalangan selbritas sehingga banyak yang ingin
menirunya.

Sedangkan dalam 3 motif dalam proses pengambilan keputusan;


dengan membeli froyo di Sour Sally maka konsumen juga membeli image
gaul, girly, fun serta classy. Pelanggan Sour Sally juga cenderung tidak
lagi memikirkan berapa uang yang harus mereka keluarkan untu satu
cangkir froyo yang akan mereka beli, yang mereka pentingkan adalah
kesenangan yang timbul saat mereka telah membeli froyo di Sour Sally.
Design interior pada Sour Sally juga memberikan peran yang penting,
karena sebagian konsumen yang datang juga karna dimanjakan oleh
suasana counter Sour Sally yang homely dan seperti makan froyo di
kamar sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

• www.wikipedia.com/frozenyogurt
• http://restomesin.wordpress.com/2010/01/06/froyo-frozen-
yoghurt/
• http://www.inilah.com/berita/gaya-
hidup/2009/07/22/131115/sour-sally-yogurt-enak-dan-sehat/

• http://beradadisini.wordpress.com/2008/08/13/sour-sally/
• http://vibizlife.com/food_details.php?
awal=0&page=1&id=15762&pg=
• http://onikchan.blogspot.com/2008/11/sour-sally-mta.html
• http://www.astaga.com/Sour%20Sally%20Mampir%20di
%20Kemang
• www.mysoursally.com
• http://devigirsang.blogspot.com/2009/01/healthy-snack-sour-
sally.html
• http://www.rileks.com/lifestyle/rekomen/kuliner/20147-yoghurt-sour-sally-fro-
yo-sehat-dan-enak.html
• http://jemarihaqi.wordpress.com/2009/06/04/masih-ada-gak/
Analisis Dreamketing

Tugas untuk memenuhi mata kuliah Manajemen Pemasaran

Oleh : Kinanti Desyva 210110070229

Mansar A
Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Padjadjaran

2010

Anda mungkin juga menyukai