Anda di halaman 1dari 13

Cara Cepat Matematika untuk Menghitung

UN, SPMB (UMPTN, SNM PTN),


dan Pilkada
Posted on April 15, 2008 by apiqquantum| 22 Komentar

Beberapa saat setelah pilkada Jabar usai, hasil perolehan suara sudah dapat kita baca. Hasil
perolehan suara ini bukan prediksi. Bukan pula hasil sementara. Tetapi ini adalah hasil
perhitungan sebenarnya dengan toleransi kesalahan hanya 1%. Metode perhitungan ini kita kenal
dengan quick count – hitung cepat. Dalam istilah matematika (statistik) metode ini sering dikenal
sebagai metode sampling – berbeda dengan sensus .

Akurasi quick count memang mengagumkan. Penghematan biaya juga sangat besar. Bandingkan
dengan perhitungan manual. Pagi ini, dua hari telah berlalu dari pilkada Jabar, panitia baru
berhasil menghitung sampai 20% data pemilih. Diperkirakan perhitungan selesai 23 April – 10
hari setelah pelaksanaan pilkada. Sedangkan quick count hanya butuh beberapa jam dengan
akurasi tidak kalah tepat.

Penyelenggaraan UN (ujian nasional) mestinya juga bisa menggunakan quick count. Tidak harus
setiap siswa mengikuti UN untuk menentukan kelulusannya. Cukup hanya memilih 400 siswa
secara random, kita sudah dapat mengetahui kualitas pendidikan kita. Hanya 400 siswa ini saja
yang mengikuti UN sebagai sampel. Tidak perlu menghabiskan dana 250 milyard seperti UN
sekarang. Pun juga tidak membuat stress para siswa dan sekolah di berbagai daerah.

Tetapi apakah kita dapat percaya dengan hasil quick count UN itu? Secara ilmiah – matematis –
dapat kita buktikan bahwa quick count UN itu sah. Masalahnya, apakah para pengambil
kebijakan di negeri kita ini percaya dengan matematika?

Dasar dari semua quick count adalah ilmu probabilitas dan statistik. Dalam UN dan SPMB
sering diujikan materi statistik. Tentu saja materi yang dasar-dasar saja. Mari kita diskusikan soal
yang sering muncul dalam UN, SPMB (UMPTN, SNM PTN).

Contoh soal:

Di kelas A terdiri dari 40 siswa memperoleh nilai rata-rata matematika 65. Sedangkan kelas B
yang terdiri dari 35 siswa memperoleh nilai rata-rata 80. Berapakah nilai rata-rata gabungan
kelas A dan kelas B?

Pertama; Untuk menghitung rata-rata kita perlu mengetahui total seluruh nilai dibagi dengan
total seluruh siswa.
Total nilai kelas A =
= rata-rata kelas A x banyaknya siswa A
= 65 x 40 = 2600

Total nilai kelas B =


= rata-rata kelas B x banyaknya siswa B
= 80 x 35 = 2800

Total seluruh nilai = N


= total nilai kelas A + total nilai kelas B
= 2600 + 2800
= 5400

Sedangkan total seluruh siswa = S


= siswa kelas A + siswa kelas B
= 40 + 35 = 75

Kita peroleh, rata-rata gabungan =


= Total seluruh nilai / total seluruh siswa
= N/S
= 5400/75
= 72   (Selesai)

Adakah cara lain yang lebih sederhana?


Tentu ada. Gunakan pergeseran data. Misalnya, geser 65 menjadi 0.

Kedua; Geser 65 menjadi 0. Dan 80 menjadi 15.


Rata-rata =
= ([0 x 40] + [15 x 35]) / 75
=7

Rata-rata sebenarnya = 7 + 65 = 72 (Selesai).

Bagaimana pendapat Anda? 

Selamat berjuang kawan… semoga sukses!

Salam hangat…

 (agus Nggermanto; Pendiri APIQ)


Metode Belajar Matematika: Cara
Menguasai Rumus Cepat Matematika
Posted on Maret 14, 2008 by apiqquantum| 165 Komentar

“Bagaimana cara belajar matematika yang benar?”


“Belajar matematika adalah belajar hidup. Matematika adalah jalan hidup.”

Trachtenberg mempertaruhkan jiwanya menentang Hitler. Trachtenberg, setelah menyelami


prinsip-prinsip matematika, menyimpulkan bahwa prinsip kehidupan adalah keharmonisan.
Peperangan yang terus berkobar, menyulut kebencian tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
matematika. Matematika adalah keindahan.

Atas penentangannya ini, Hitler menghadiahi Trachtenberg hukuman penjara. Bagi


Trachtenberg, perjara bukan apa-apa. Di dalam penjara, dia justru memiliki kesempatan
memikirkan matematika tanpa banyak gangguan. Karena sulit mendapatkan alat tulis-menulis,
Trachtenberg mengembangkan pendekatan matematika yang berbasis mental-imajinasi.

Seribu tahun sebelum itu, AlKhawaritzmi mengembangkan disiplin matematika baru: aljabar.
AlKharitzmi beruntung hidup dalam lingkungan agama Islam yang kuat. Ajaran Islam, secara
inheren, menuntut keterampilan matematika tingkat tinggi. Misalnya, Islam menetapkan aturan
pembagian waris yang detil. Pembagian waris sistem Islam melibatkan banyak variabel
matematis. Variabel-variabel yang beragam ini menantang penganut Islam – termasuk
AlKhawaritzmi – untuk mencari pemecahan yang elegan.

Pemecahan terhadap sistem persamaan yang melibatkan banyak variabel ini membawa ke arah
disiplin baru matematika: aljabar. AlKhawaritzmi menulis buku khusus tentang aljabar yang
sangat fenomenal. Buku yang berjudul Aljabar ini menjadi panutan bagi matematikawan seluruh
dunia. Sehingga nama AlKhawaritzmi menjadi dikenal sebagai Aljabar AlKhawaritzmi (Algebra
Algorithm).

Sistem kalender Islam yang berbasis pada komariah (bulan, lunar) memberikan tantangan
tersendiri. Penetapan awal bulan menjadi krusial di dalam Islam. Berbeda dengan kalender
syamsiah (matahari, solar). Dalam kalender syamsiah, kita tidak begitu sensitif apa berbedaan
tanggal 1 Juni dengan 2 Juni. Tetapi pada sistem komariah, perbedaan 1 Ramadhan denga 2
Ramadhan berdampak besar.

Itulah sebabnya, astronomi Islam dapat maju lebih awal. Astronomi memicu lebih
berkembangnya teori trigonometri. Aturan sinus, cosinus, dan kawan-kawan berkembang pesat
di tangan para astronom Islam waktu itu.

Ajaran agama Islam adalah jalan hidup. Untuk bisa melaksanakan ajaran Islam diperlukan
matematika. Matematika menjadi jalan hidup.
Sehebat itukah peran matematika?
Haruskah kita mengambil matematika sebagai jalan hidup?

Tidak selalu! Tidak semua orang perlu mengambil matematika sebagai jalan hidup. Tidak harus
semua orang meniru AlKhawaritzmi dan Trachtenberg.

Beberapa orang belajar matematika hanya untuk kesenangan. Beberapa orang yang lain belajar
karena kewajiban. Ada pula yang belajar matematika agar naik jabatan. Ada juga agar lulus UN,
SPMB, UMPTN. Ada juga untuk menjadi juara.

Masing-masing tujuan, berimplikasi kepada cara belajar matematika yang berbeda. Misalnya bila
Anda belajar matematika untuk kepentingan lulus UN, SPMB, UMPTN 2008 akan berbeda
dengan belajar untuk memenangkan olimpiade matematika.

Matematika UN, SPMB, UMPTN 2008 hanya menerapkan soal pilihan ganda. Implikasinya
Anda hanya dinilai dari jawaban akhir Anda. Proses Anda menemukan jawaban itu tidak
penting. Jadi Anda harus memilih siasat yang cepat dan tepat.

Gunakan berbagai macam rumus cepat dalam matematika. Rumus cepat ampuh Anda gunakan
untuk UN, SPMB, UMPTN. Tetapi rumus cepat matematika tidak akan berguna untuk olimpiade
atau kuliah kalkulus kelak di perguruan tinggi. Anda harus sadar itu.

Contoh rumus cepat matematika yang sering (hampir selalu) berguna ketika UN, SPMB,
UMPTN adalah rumus tentang deret aritmetika.

Contoh soal:
Jumlah n suku pertama dari suatu deret adalah Sn = 3n^2 + n. Maka suku ke-11 dari deret
tersebut adalah…

Tentu ada banyak cara untuk menyelesaikan soal ini.

Cara pertama, tentukan dulu rumus Un kemudian hitung U11. Cara ini cukup panjang. Tetapi
bagus Anda coba untuk meningkatkan keterampilan dan pemahaman konsep deret. Rumus Un
dapat kita peroleh dari selisih Sn – S(n-1) .

Cara kedua, sedikit lebih cerdik dari cara pertama. Kita tidak perlu menentukan rumus Un.
Karena kita memang tidak ditanya rumus tersebut. Kita langsung menghitung U11 dengan cara
menghitung selisih
S11 – S10 = U11
[3(11^2) + 11] – [3(10^2) + 10]
= 3.121 – 3.100 + 11 – 10
= 3.21 + 1
= 64

Cara ketiga, adalah rumus matematika paling cepat dari kedua rumus di atas. Tetapi sebelum
menerapkan cara ketiga, kita harus memahami konsepnya terlebih dahulu dengan baik.
Are you ready?
Bentuk baku dari n suku pertama deret aritmetika adalah
Sn = (b/2)n^2 + k.n
Un = b(n-1) + a
a = S1 = U1

Anda harus pahami konsep di atas dengan baik. Cobalah untuk beberapa soal yang berbeda-beda.
Tanpa pemahaman konsep yang baik, rumus cepat ini akan berubah menjadi rumus berat.

Dengan hanya melihat soal (tanpa menghitung di kertas) bahwa


Sn = 3n^2 + n

Kita peroleh
b = 6 (dari 3 x 2)
a = 4 (dari S1 = 3 + 1)

U11 = 6.10 + 4 = 64 (Selesai)

Semua perhitungan di atas dapat kita lakukan tanpa menggunakan alat tulis. Semua kita lakukan
hanya dalam imajinasi kita. Ulangi beberapa kali. Anda pasti akan menguasainya dengan baik.

Trik untuk menguasai rumus cepat matematika adalah kuasai pula rumus standarnya – rumus
biasanya. Dengan menguasai dua cara ini Anda akan semakin terampil menggunakan rumus
cepat matematika.

Bagaimana pendapat Anda?

Salam hangat….Selamat berjuang Kawan!

(agus Nggermanto; pendiri APIQ)


*ingin lebih kreatif? silakan kunjungi tulisan saya yang lain.
APIQ: Inovasi Pembelajaran Matematika. APIQ membuka program kursus matematika kreatif
yang mengembangkan kecerdasan anak dengan cara fun, gembira, dan mengasyikkan serta lebih
cepat. APIQ menumbuhkan motivasi belajar anak dengan pendekatan Quantum Learning,
Quantum Quotient, dan Experiential Learning. Berbeda dengan pendekatan metode pendidikan
atau pembelajaran matematika yang pada umumnya menempatkan aljabar sebagai fundamental,
APIQ justru menempatkan aritmetika sebagai fundamental utama matematika. Pendekatan
aritmetika menjadikan matematika lebih konkret tidak abstrak seperti aljabar. APIQ mempelajari
matematika secara utuh dari aritmetika, aljabar, geometri, statistik, kalkulus, dan lain-lain. APIQ
menyiapkan program untuk anak usia 4 tahun (TK), SD, SMP, SMA, sampai lulus SMA
(preuniversity). APIQ membuka peluang bagi Anda yang berminat membuka cabang franchise.
Anda dapat menghubungi APIQ di apiq.wordpress.com atau (022) 2008621 atau 0818 22 0898
atau quantumyes@yahoo.com . APIQ berasal dari kata Aritmetika Plus Inteligensi Quantum.
Cara Berhitung Cepat Pembagian
dan Perkalian
Posted on Juni 25, 2009 by apiqquantum| 19 Komentar

Entah karena semangat atau karena sedang marah, Paman APIQ berjalan dengan cepat sambil
membawa tumpukan kertas. Tampaknya Paman sedang mencari-cari tiga bocah kecil Al, Geo,
dan Meti.

“Lihat nih…!” dengan nada ketus Paman APIQ menyodorkan tumpukan kertas ke atas meja.

Al, Geo, Meti, diam saja. Mereka sedikit melirik tumpukan kertas itu. Terlihat beberapa tulisan
tentang matematika.

1842 : 6 = …. = 37
3236 : 4 = …. = 89
5463 : 9 = …. = 67
6448 : 8 = …. = 86
4949 : 7 = …. = 77

“Hihihi….hiks….” Meti cekikikan.

Al dan Geo mau ikut cekikan tetapi takut karena tidak tahu pasti mengapa Meti bisa cekikikan
begitu.

“Ada apa Meti !?” Paman APIQ bertanya dengan tegas.


“Lucu Paman…”
“Apanya yang lucu…!”
“Ya…itu…pekerjaan matematika itu!”

Al dan Geo buru-buru melihat pekerjaan matematika yang ada di tumpukan kertas itu….

1842 : 6 = …. = 37
3236 : 4 = …. = 89
5463 : 9 = …. = 67
6448 : 8 = …. = 86
4949 : 7 = …. = 77

“Oooo….Hihihi….hiks….” Geo ikut cekikikan.


Al makin penasaran saja. Meski tidak tahu pasti, Al ikut-kutan cekikan saja.

“O….o….hihihi….” Al cekikan dengan ragu-ragu.


Tiba-tiba Al tertawa dengan sekeras-kerasnya,
“Huahaha…hahaha…haha….!”

“Tenang….! Semuanya tenang dulu,” Paman APIQ melerai suasana.

“Soal matematika tadi bukan dikerjakan oleh anak SD. Tetapi dikerjakan oleh anak SMP dan
SMA. Hasilnya? Ya… seperti itu.”

“Mungkin mereka terburu-buru, Paman,” Meti membela diri sebagai seorang siswa.

“Mungkin saja mereka terburu-buru. Tetapi tetap saja tidak boleh melakukan kesalahan semacam
itu.”

“Aku bisa menebak mengapa mereka salah…!”


“Apa itu?” tanya Paman APIQ.

4949 : 7 = …. = 77

Sepertinya jawaban di atas benar. Apalagi sedang buru-buru. Karena dapat kita lihat bahwa 49 :
7 = 7,
maka 4949 : 7 = 77.

Tetapi jawaban kita ini salah.

Seperti yang telah Paman APIQ jelaskan tentang pembulatan, mari kita uji dengan pembulatan:

77 x 7 = ….?

bulatkan menjadi

77 x 10 = 770

770 terlalu jauh dengan 4949 kan?

Paman APIQ telah mengajarkan kita bahwa kita dapat menggunakan berbagai istilah dengan
kreatif.

200 kita baca dua ratus


400 kita baca empat ratus
1000 kita baca sepuluh ratus
4900 kita baca empat puluh sembilan ratus
dan seterusnya…

4949 kita baca empat puluh sembilan ratus empat puluh sembilan.
Maka
4900 : 7 = 700
49 : 7 = 7

Jadi

4949 : 7 = 707.

Contoh:
5463 : 9 = …

54 ratus : 9 = …
63 : 9 = …

5463 : 9 = …. = 607

Contoh:
4249 : 7 = … = 607
2436 : 4 = ….
3515 : 5 = ….
6432 : 8 = ….

(Jawab: 804, 703, 609)

Akan lebih menarik juga bila bermain dengan perkalian di atas.

Contoh:

705 x 4 = … = 2820

7 ratus x 4 = 28 ratus
5 x 4 = 20

maka 705 x 4 = 2820

Contoh:
607 x 8 = …
409 x 4 = …
808 x 8 = …

(Jawab: 6464, 1636, 4856)

Paman APIQ tampak bangga dengan penjelasan dan pemahaman Meti terhadap konsep
aritmetika dan matematika. Al dan Geo juga terkesima dengan penjelasan Meti.

Salut untuk Meti, Al, dan Geo…!


Bagaimana menurut Anda?

Salam hangat…
(angger; agus Nggermanto: Pendiri APIQ)
Mengubah Desimal Ke Pecahan Biasa
Posted on November 5, 2009 by apiqquantum| 8 Komentar

“Bagaimana cara mengubah pecahan desimal ke pecahan biasa?”


“Tinggal lihat berapa angka di belakang koma,” jawab Meti.

1 angka di belakang koma maka menjadi per 10

Contoh:

0,5 = 5/10
0,3 = 3/10
1,2 = 12/10 = 1 2/10 = 1 1/5

2 angka di belakang koma maka menjadi per 100

Contoh:

0,75 = 75/100 = 3/4


0,25 = 25/100 = 1/4
4,25 = 425/100 = 4 25/100 = 4 1/4

3 angka di belakang koma maka menjadi per 1000, dan seterusnya.

“Paman APIQ, katanya ada juga pecahan desimal yang panjang tidak terbatas. Bagaimana
maksudnya?” tanya Al.

Misal:
0,3333333….. = ?

“Mari sedikit kita gunakan teknik aljabar,” ajak Paman APIQ.

0,333… = a

Kalikan dengan 10 maka menghasilkan 10a.

10a = 0,333… x 10 = 3,333….

Kurangkan 10a – a = 9a

9a = 3,333…. – 0,333…
9a = 3
a = 3/9 = 1/3
Jadi, a = 1/3 = 0,333333…..

Bagaimana menurut Anda?

Salam hangat…
(angger; agus Nggermanto: Pendiri APIQ)

This entry was posted in APIQ, inovasi pembelajaran matematika and tagged APIQ, berhitung
cepat, matematika, matematika kreatif, pecahan, pecahan desimal. Bookmark the permalink.
← Inovasi Animasi Matematika Kreatif Power Point: Pythagoras (Phytagoras)
Kombi Milenium: Inovasi Matematika Kreatif Permainan Berhitung Aritmetika →

Anda mungkin juga menyukai