Anda di halaman 1dari 18

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

Dosen: Diah Iskandar SE. M.Si

MODUL 1

SISTEM MANAJEMEN DATABASE

Sub Pokok Bahasan :


- Flat File versus Pendekatan Database
- Elemen-elemen Lingkungan Database
- Model Database Relasional

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Memahami pendekatan database untuk mengelola sumber daya data organisasi.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa akan dapat:


1. Memahami masalah-masalah operasional yang melekat dalam pendekatan
flat file terhadap manajemen data, yang akhirnya melahirkan konsep
database.
2. Memahami relasi di antara elemen-elemen yang membentuk lingkungan
database.
3. Mengetahui karakteristik operasional dari model database relasional.

METODE PEMBELAJARAN

1. Kuliah Mimbar
2. Tanya Jawab
3. Latihan

ALAT BANTU PEMBELAJARAN

1. LCD/Overhead Projector
2. White Board dan Spidol
REFERENSI

1. James A. Hall, 2001. Sistem Informasi Akuntansi, Penerbit Salemba Empat,


Jakarta.
2. Nugroho Widjajanto, 2001. Sistem Informasi Akuntansi, Penerbit Erlangga.

MODUL 1

SISTEM MANAJEMEN DATABASE

A. PENDAHULUAN
Modul ini akan membahas pendekatan database untuk mengelola sumber
daya data organisasi. Model database merupakan sebuah filosofi khusus yang pen-
capaian tujuannya didukung oleh strategi-strategi, teknik, perangkat keras, dan pe-
rangkat lunak tertentu yang sangat berbeda dengan lingkungan flat file.
Penjelasan terdahulu telah menjelaskan perbedaan antara dua pendekatan
manajemen data: model flat file dan model database. Oleh karena cara terbaik untuk
menunjukkan keunggulan model database adalah membandingkannya dengan
model flat file,
 Bagian pertama, menjelaskan bagaimana masalah-masalah tradisional dalam
flat file diatasi melalui pendekatan database.
 Bagian kedua, menjelaskan dengan rinci fungsi dan relasi antara empat
elemen utama dari lingkungan database: pemakai (user), sistem manajemen
database (DBMS), administrator database (DBA), dan database fisik (DBF).
 Bagian ketiga, berbicara tentang karakteristik dari model relasional.

B. FLAT FILE VERSUS PENDEKATAN DATABASE


Gambar 9-1 memperlihatkan pendekatan flat file dalam manajemen data.
Dalam lingkungan ini, pemakai memiliki file-file data mereka. Kepemilikan eksklusif
terhadap data ini merllpakan konsekuensi alami dari dua masalah yang berkaitan
dengan era sistem-warisan (legacy-system era). Sebagai berikut:
 Masalah pertama adalah kultur bisnis yang menimbulkan hambatan di antara
3

unit-unit organisasi, yang menghalangi integrasi data secara luar dalam suatu
entitas.
 Masalah kedua berasal dari keterbatasan teknologi manajemen flat file yang
mensyaratkan file data harus distrukturkan untuk kepentingan unik
pemakainya. Jadi, data sama, tetapi digunakan dengan cara yang agak
berbeda oleh para pe-makai yang berbeda, harus distruktur ulang dan
diproduksi ulang secara fisik di dalam file-file yang berbeda.
Untuk lebih jelasnya, file-file itu berisi gambar-gambar yang secara konsep-
tual dilambangkan dengan huruf-huruf. Setiap huruf menunjukkan satu atribut data
(field), satu record, atau isi seluruh file. Perhatikan juga bahwa data elemen B ter-
dapat dalam semua file pemakai. Ini disebut dengan pemborosan data (data
redundancy), yang menjadi penyebab utama dari masalah-masalah manajemen data
penting dalam tiga bidang:
 penyimpanan data (data storage),
 pembaruan data (data updaring), dan
 kekinian informasi (currency of information).
Di dalam setiap bidang ini, dan dalam masalah keempat, ketergantungan
tugas-data (task-data dependency), yang tidak langsung berkaitan dengan pem-
borosan data, dijelaskan di bawah ini.

Gambar 9-1. Manajemen Data Flat File

Penyimpanan Data
Sistem informasi yang efisien hanya satu kali menangkap dan menyimpan
data dan membuatnya tersedia ke semua pemakai yang membutuhkannya. Hal ini

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Diah Iskandar SE. M.Si


SISTEM INFORMASI AKUNTANSI 2
tidak mungkin terjadi dalam lingkungan flat file. Untuk memenuhi kebutuhan data
khusus dari setiap pemakai, organisasi harus mengeluarkan biaya untuk prosedur
pengumpulan majemuk dan untuk prosedur penyimpanan majemuk. Sebagian data
yang digunakan bersama akan diduplikasi lusinan kali, ratusan kali, atau bahkan
ribuan kali sehingga biaya penyimpanan datanya menjadi sangat tinggi.

Pembaruan Data
Organisasi-organisasi memiliki banyak sekali data yang disimpan dalam file-
file induk dan file-file referensi yang memerlukan pembaruan periodik agar mencer-
minkan perubahan operasional dan ekonomi. Misalnya, perubahan nama atau
alamat seorang pelanggan harus terekam dalam file induk yang tepat. Sepotong
informasi ini mungkin penting bagi beberapa departemen pemakai, seperti
departemen pen-jualan, penagihan, kredit, pelayanan pelanggan, promosi penjualan,
dan pen-jualan katalog. Jika para pengguna sistem informasi memiliki file-file yang
terpisah, setiap perubahan harus dilakukan secara terpisah untuk setiap pemakai. lni
tentunya akan menambah biaya manajemen data secara signifikan.

Kekinian Informasi
Kontras dengan masalah pembaruan data majemuk adalah masalah
gagalnya memperbarui semua file pemakaian yang dipengaruhi oleh perubahan data
tertentu. Jika pesan pembaruan ini tidak disebarkan dengan benar, sebagian
pemakai mungkin tidak mencatat perubahan tersebut, dan kemudian akan
melakukan pe-kerjaan dan mengambil keputusan berdasarkan data yang sudah
usang.

ketergantungan tugas-data
Masalah lain flat file adalah ketidakmampuan pemakai untuk mendapatkan
informasi tambahan ketika dia memerlukan perubahan. Masalah ini disebut keter-
gantungan tugas-data. Informasi yang dimiliki pemakai terbatas oleh data yang di-
miliki dan dikontrolnya. Misalnya, dalam Gambar 9-1, jika kebutuhan informasi dari
Pemakai 1 adalah untuk perubahan Data L, program Pemakai 1 tidak akan men-
dapatkan akses ke data ini. Walaupun Data L ada dalam file-file pemakai lain, ingat
kembali kultur lingkungan ini. Para pemakai sistem informasi ini tidak saling
berinteraksi. Mereka bertindak secara independen. Dengan demikian, Pemakai 1
5

mungkin tidak menyadarinya adanya Data L di dalam bagian lain organisasi. Di


dalam lingkungan ini, sulit untuk membangun sebuah mekanisme formal untuk
penggunaan data secara bersama. Oleh karena itu, Data L harus diciptakan oleh
Pemakai 1 dari awal. Ini tentu saja memakan waktu, membatasi kinerja Pemakai 1,
menambah pemborosan data, dan biaya manajemen data pun menjadi lebih tinggi.

Pendekatan Database
Gambar 9-2(a) menyajikan sebuah ulasan sederhana tentang pendekatan
database dengan pemakai dan keperluan data yang sama seperti dalam Gambar 9-
1. Perubahan paling jelas dari model flat file adalah pengelompokan data menjadi se-
buah database umum yang dapat digunakan secara bersama oleh semua pengguna
sistem informasi.

Masalah-Masalah Tradisional Diatasi


Penggunaan data secara bersama-sama (tidak adanya kepemilikan data)
merupakan konsep utama dari pendekatan database. Mari kita lihat bagaimana
masalah-masalah ini diatasi.

 Tidak ada kelebihan data. Setiap elemen data disimpan hanya sekali
sehingga menghilangkan pemborosan data dan mengurangi biaya
penyimpanan data.
 Satu kali pembaruan data. Karena setiap elemen data hanya terdapat
pada satu tempat, dibutuhkan hanya satu kali pembaruan data.
 Nilai kekinian data. Perubahan terhadap database yang dilakukan
oleh seorang pemakai akan berlaku bagi semua pemakai.
 Saling ketergantungan (interdependensi) tugas-data. Para pemakai
memiliki akses sepenuhnya ke wilayah penyimpanan data informasi.

Mengontrol Akses Ke Database


Pendekatan database menempatkan semua informasi dalam satu keranjang.
Oleh karena itu renting sekali untuk menjaga keranjang itu. Contoh dalam Gambar 9-
2(a) tidak memiliki ketentuan untuk mengontrol akses ke database. Asumsikan Data
X itu merupakan informasi yang sensitif dan rahasia dan hanya Pemakai 3 yang
diberi otorisasi untuk mengaksesnya. Bagaimana organisasi dapat mencegah
pemakai lain untuk mendapatkan akses yang tidak sah terhadap informasi tersebut?

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Diah Iskandar SE. M.Si


SISTEM INFORMASI AKUNTANSI 2
Sistem Manajemen Database
Gambar 9-2(b) menambah elemen baru dalam Gambar 9(a). Yang berdiri di
antara program pemakai dan database fisik adalah sistem manajemen database
(DBMS-Database Management System). Tujuan DBMS adalah untuk menyediakan
kontrol akses terhadap database. DBMS merupakan sebuah sistem perangkat lunak
khusus yang diprogram untuk mengetahui elemen data mana yang bisa diakses
(mendapatkan otorisasinya) oleh pemakai. Program pemakai mengirimkan per-
mintaan data kepada DBMS, yang mensahkan dan mengotorisasi akses ke
database, sesuai dengan tingkat otoritas pemakai. Jika pemakai meminta data yang
dia tidak punya otoritasnya, permintaan itu akan ditolak. Jadi, prosedur untuk
menetapkan otoritas pemakai sistem informasi di dalam sebuah organisasi
merupakan masalah kontrol penting yang harus diperhatikan oleh seorang akuntan.

Tiga Model Konseptual


Pendekatan database yang biasa digunakan oleh sistem informasi bisnis
adalah
 model hierarkis
 model jaringan
 model relasional
Karena kemiripan konseptual tertentu, database hierarki dan jaringan disebut
sebagai model-model navigasional dan strukturisasi. Cara data diorganisir dalam
sistem-sistem database awal ini mendorong para pemakai untuk menjelajahi
(navigate) di antara elemen-elemen data dengan menggunakan jalur-jalur yang
sudah distruktur sebelumnya. Model relasional jauh lebih fleksibel karena memung-
kinkan para pemakainya menciptakan jalur yang baru dan unik melalui database
untuk memecahkan masalah-masalah bisnis yang lebih luas cakupannya.

Gambar 9-2(a) Konsep Database


7

Gambar 9-2(b) Konsep Database

C. ELEMEN-ELEMEN LINGKUNGAN DATABASE


Gambar 9-3 menampilkan rincian lingkungan database dalam empat elemen
utama: pemakai, DBMS, administrator database, dan database fisik. Dalam bagian
ini kami akan menjelaskan elemen-elemen ini.
Pemakai
Gambar 9-3 menunjukkan bagaimana para pemakai mengakses database
dalam dua cara:
 Pertama, akses tersebut dapat dicapai melalui program-program pemakai
yang di-siapkan oleh profesional sistem. Program-program yang dimiliki
pemakai me-ngirim permintaan akses data (panggilan) ke DBMS, yang
mensahkan permintaan tersebut dan mengambil data untuk diproses.
Dengan cara akses seperti ini, ke-hadiran DBMS menjadi transparan bagi
para pemakai.
 Kedua untuk akses database adalah melalui pertanyaan langsung, yang tidak
me-merlukan program-program formal dari pemakai. DBMS memiliki fasilitas
per-tanyaan di dalamnya yang memungkinkan para pemakai (yang memiliki

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Diah Iskandar SE. M.Si


SISTEM INFORMASI AKUNTANSI 2
Permintaan yang diajukan ke sist
Administrator Database

Proses Pengembangan Sistem

DBMS
Program Pemakai Bahasa Difinisi Data
Host
(DDL)
Operating System
otoritas) untuk memproses data secara independen dari program-program
Pemakai Sistem

Program Pemakai profesional.


Bahasa Manipulasi Data (DML)

Program Pemakai
Bahasa Query
Program Pemakai

Gambar 9-3. Elemen-elemen Konsep Database

Sistem Manajemen Database


DBMS menyediakan sebuah lingkungan yang terkontrol untuk membantu
(atau mencegah) pemakai mengakses database dan untuk secara efisien mengelola
sumber daya. Setiap model DBMS mencapai tujuan ini dengan cara yang berbeda,
tetapi ada beberapa ciri yang umum, di antaranya:

1. Pengembangan program. DBMS berisi perangkat lunak pengembangan aplikasi.


2. Backup dan pemulihan. Selama pemrosesan, DBMS secara periodik membuat
file-file backup untuk database fisik.
9

3. Penggunaan database untuk pelaporan. Fitur ini mencatat data statistik tentang
data-data yang sedang digunakan, dan siapa yang menggunakannya.
4. Akses database. Fitur yang paling penting dari DBMS adalah mengizinkan pe-
makai yang memiliki otorisasi untuk mengakses database. Gambar 9-3 menun-
jukkan tiga modul perangkat lunak, antara lain:
 bahasa definisi data (DDL-data definition language)
 bahasa manipulasi data (DML-data manipulation language) dan
 bahasa query (QL-query language).

Bahasa Definisi Data (DDL-Data Definition Language) adalah sebuah bahasa


program yang digunakan untuk mendefinisikan database fisik ke DBMS.
Terdapat tiga tingkat, disebut sudut pandang (view), dalam definisi ini: sudut
pandang internal, sudut pandang konseptual (skema), dan sudut pandang
pemakai (subskema).
- Sudut Pandang Internal. Sudut pandang internal (internal view) menyajikan
pengaturan record secara fisik dalam database. lni merupakan penyajian ting-
kat paling rendah, di mana satu langkah dipindahkan dari database fisik.
Sudut pandang internal ini menjelaskan struktur record, hubungan di antara
mereka, dan pengaturan fisik serta urutan record dalam satu file.
- Sudut Pandang Konseptual (Skema). Sudut pandang konseptual atau skema
menyajikan database secara logika dan secara abstrak, bukan bagaimana
database itu secara fisik disimpan. Sudut pandang ini memungkinkan prog-
ram-program pemakai untuk memanggil data tanpa mengetahui atau tanpa
perlu menspesifikasi bagaimana data-data itu diatur atau kapan mereka di-
simpan dalam database fisik.
- Sudut Pandang Pemakai (Subskema). Sudut pandang pemakai (user view)
mendefinisikan bagaimana seorang pemakai tertentu melihat database. lni
adalah bagian dari database di mana seorang pemakai individual memiliki oto-
risasi untuk mengaksesnya.

Bahasa Manipulasi Data (DML-Data Manipulation Language) adalah bahasa


program yang dimiliki sendiri, yang digunakan oleh DBMS tertentu untuk meng-
ambil, memproses, dan menyimpan data. Keseluruhan program data dapat ditulis
dalam DML atau, dengan cara lain, perintah-perintah dari DML terpilih dapat

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Diah Iskandar SE. M.Si


SISTEM INFORMASI AKUNTANSI 2
disisipkan ke dalam program-program yang tertulis dengan bahasa universal,
seperti PL/1, COBOL, dan FORTRAN. Menyisipkan perintah-perintah DML
memb-uat program-program standar mampu, yang pada awalnya ditulis untuk
lingkung-an flat file, diubah dengan mudahnya ke pekerjaan dalam sebuah
lingkungan database.

Bahasa Query (Query Language). Kemampuan query DBMS memungkinkan pe-


makai akhir dan pemrogram profesional untuk mengakses data dalam database
secara langsung tanpa perlu program-program konvensional. Bahasa Query
Terstruktur (SQL) dari IBM (Structured Query Language - SQL diucapkan,
sekuel) telah menjadi bahasa query standar untuk DBMS mainframe dan
komputer-mikro. SQL merupakan bahasa generasi keempat, merupakan bahasa
non-prose-dural dengan banyak perintah merupakan perangkat yang sangat
berguna untuk menginput, mengambil, dan memodifikasi data dengan
mudahnya.

Administrator Database
Posisi administratif dari administrator database (DBA -- Database Adminis-
trator) tidak ada dalam lingkungan flat file. DBA ini bertanggung jawab untuk me-
ngelola sumber daya database. Penggunaan database secara bersama-sama oleh
banyak pemakai memerlukan koordinasi, peraturan, dan petunjuk untuk melindungi
integritas database.
Dalam organisasi-organisasi besar, fungsi DBA mungkin terdiri atas seluruh
anggota departemen personalia teknik yang berada di bawah tanggung jawab se-
orang administrator database. Dalam organisasi-organisasi yang lebih kecil, tang-
gung jawab DBA terletak di tangan seseorang yang berada dalam kelompok
pelayan-an komputer. Tugas-tugas seorang DBA terletak pada bidang-bidang berikut
ini: perencanaan database; desain database; implementasi database; operasi dan
peme-liharaan database; dan perubahan serta pertumbuhan database. Tabel 9.1
me-nampilakn rincian tugas-tugas spesifik yang ada dalam wilayah-wilayah
pekerjaan tersebut.
Gambar 9-6 menunjukkan sebagian penghubung organisasi dari DBA.
Secara khusus, yang penting dilihat di sini adalah relasi antara DBA, pemakai akhir,
dan para ahli/profesional sistem yang terdapat di dalam organisasi
Manajemen

Administrator
Pemakai Akhir
Database
Profesional Sistem 11

Kegiatan Operasi

Gambar 9-6 Interaksi Organisasi dari Administrasi Database

Tabel 9-1, Fungsi-fungsi Administrator Database


Perencanaan Database: Implementasi :

Mengembangkan strategi Menentukan kebijakan


database organisasi akses
Mendefinisikan lingkungan Menerapkan kontrol
database keamanan
Mendefinisikan persyaratan Menspesifikasi prosedur
data tes
Mengembangkan kamus data Menetapkan standar
pemrograman

Desain: Operasi dan


Database logis(skema) Pemeliharaan :
Sudut pandang pemakai Mengorganisasikan
eksternal (subskema) kembali database jika
Database sudut pandang dibutuhkan oleh pemakai.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Diah Iskandar SE. M.Si


SISTEM INFORMASI AKUNTANSI 2
internal Memeriksa standar dan
Kontrol database prosedur.

Perubahan dan
Pertumbuhan :
Menrencanakan
perubahan dan
pertumbuhan
Mengevaluasi teknologi
baru

Kamus Data. Fungsi penting lainnya dad DBA adalan penciptaan dan
pemeliharaan kamus data. Kamus data menjelaskan setiap elemen data yang ter-
dapat dalam database. Fungsi ini memungkinkan semua pemakai (dan pemrogram)
untuk berbagi pandangan umum terhadap sumber daya data sehingga sangat mem-
bantu dalam menganalisis kebutuhan pemakai.

Database Fisik
Pendekatan ini merupakan tingkat terendah dari database. Database fisik
tersusun dari titik-titik mangnetis pada disket magnetis. Tingkat database lainnya
(sudut pandang pemakai, sudut pandang konseptual, dan sudut pandang internal)
merupakan representasi abstrak dari tingkat fisik.
Di tingkat fisik, database merupakan kumpulan record dan file. Database
relasional didasarkan pada struktur file sekuensial dengan indeks (index sequential
file). Struktur ini, ditampilkan dalam Gambar 9-7, menggunakan sebuah indeks yang
berhubungan dengan organisasi file sekuensial. Struktur ini memfasilitasi akses
langsung ke record individual dan pemrosesan batch untuk seluruh file. Indeks yang
banyak itu dapat digunakan untuk menciptakan referensi-silang, yang disebut daftar
terbalik (inverted list), yang justru semakin meningkatkan fleksibilitas akses data.
Dua indeks ditunjukkan dalam Gambar 9-7. Satu indeks berisi nomor pegawai (kunci
prim_r) untuk record yang ditempatkan secara unik dalam file. Indeks kedua berisi
alamat record yang diatur menurut penghasilan dari tahun-sampai sekarang. Dengan
menggunakan field yangNo.
tidak unik sebagai kunci sekunder, semua record karyawan
Pelanggan
(Kunci)
dapat dilihat dengan urutan menaik atau menurun, sesuai dengan jumlah peng-
Nama
Alamat
Saldo Saat Ini
1875
J. Smith
18 Elm St.
1820,00
1876
21 First St.
Tuples Nama Tabel = Pelanggan 2400,00
Artibut
(records)
1943
J. Hobbs
165 High St.
549,87
2345 13
Y. Martin
321 Barclay
5256,76
hasilannya. Selain itu, record individual
.
dengan saldo pendapatan yang dipilih dapat
.
ditampilkan. Indeks dapat diciptakan untuk setiap atribut dalam file sehingga me-
.
mungkinkan data dilihat dari banyak
. perspektif.
.
.
D. MODEL DATABASE RELASIONAL .
.
E. F. Codd yang pertama . kali mengajukan prinsip-prinsip model relasional di
.
akhir tahun 1960-an. Model formal ini didasarkan Fada aljabar relasional dan serang-
.
kaian teori, yang menjadi basis. teoritis bagi sebagian besar operasi manipulasi data.
5678
Model relasional menampilkan data dalam bentuk tabel dua-dimensi.
T. Stem
432 Main
Gambar 9-8 merupakan St. satu contoh tabel database yang diberi nama
salah
643,67
Pelanggan.

Gambar 9-8. Tabel Relasional yang Diberi Nama Pelanggan

Terminologi Database
Model relasional memiliki terminologinya sendiri. Tabel database ini disebut
relasi. Di baris pertama relasi itu adalah atribut (elemen-elemen data) yang mem-
bentuk kolom-kolom. Perpotongan kolom dan baris-baris yang terbentuk dalam relasi
adalah tuples. Sebuah tuple yang diberi definisi tepat oleh Codd ketika dia pertama
kali memperkenalkannya, yaitu korespondensi dengan sebuah record. Dari sini,

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Diah Iskandar SE. M.Si


SISTEM INFORMASI AKUNTANSI 2
istilah record dan tabel akan digunakan dalam kaitannya dengan tuple dan relasi
(record dengan tuple, label dengan relasi).
Tabel-tabel yang dirancang dengan tepat memiliki empat karakteristik:
1. Semua peristiwa pada titik perpotongan sebuah baris dan sebuah kolom merupa-
kan sebuah nilai tunggal. Tidak diizinkan nilai majemuk (pengulangan kelompok).
2. Nilai atribut di setiap kolom semuanya harus dari kelas yang sama.
3. Setiap kolom dalam tabel tersebut harus diberi nama secara unik. Namun demi-
kian tabel-tabel yang berbeda mungkin saja berisi kolom-kolom dengan nama
yang sama.
4. Setiap baris dalam tabel harus unik setidaknya untuk satu atribut. Atribut ini
merupakan kunci utama.

Asosiasi Tabel
Tabel-tabel database ada dalam kaitannya dengan tabel-tabel lainnya. lni di-
sebut asosiasi. Terdapat tiga asosiasi tabel fundamental: satu-dengan-satu, satu-
dengan-banyak, dan banyak-dengan-banyak.
 Asosiasi Satu-dengan-Satu. Gambar 9-9(a) menunjukkan asosiasi satu-
dengan-satu (1:1). lni berarti bahwa untuk setiap munculnya record dalam
tabel X, terdapat nol atau satu kemunculan dalam Tabel Y. Dalam istilah
bisnis, untuk setiap record karyawan dalam file karyawan, terdapat record
tunggal (atau nol untuk karyawan baru) dalam file penghasilan dari tahun-
sampai-saat ini.
 Asosiasi Satu-dengan-Banyak. Gambar 9-9(b) menunjukkan asosiasi satu-
dengan-banyak (1:M). Untuk setiap kemunculan record dalam Tabel X,
terdapat nol, atau banyak kemunculan dalam Tabel Y. Untuk
menggambarkannya, untuk setiap record pelanggan dalam tabel pelanggan,
terdapat nol, satu, atau banyak record pesanan penjualan dalam tabel
Pesanan Penjualan.
 Asosiasi Banyak-dengan-Banyak. Gambar 9-9(c) mengambarkan asosiasi
banyak-dengan-banyak (M:), yang merupakan relasi dua arah. Untuk setiap
ke-munculan record dalam Tabel X dan Y, terdapat no 1, satu, atau banyak
record dalam Tabel X dan Y. Asosiasi M:M sering kali terjadi antara record
persediaan perusahaan dan record pemasoknya. Sebuah item persediaan
(c)
(a) Asosiasi Banyak-dengan-Banyak (a)
Tabel Y M : M Tabel X Tabel X M : M Tabel X
Tabel1X Tabel
1 :X
: 1Satu-dengan-Satu
Asosiasi 1 Tabel
Asosiasi X Tabel
1 :X
1 :Satu-dengan-Banyak
M M
Tabel X Tabel X Tabel X Tabel X

15

tertentu dapat dipasok oleh satu atau lebih pemasok. Pada saat yang
bersamaan, pemasok tunggal memasok satu atau lebih item persediaan.

Gambar 9-9. Assosiasi-assosiasi record

Hubungan Antara Tabel-tabel Relasional


Hubungan di antara tabel-tabel relasional yang diperlukan untuk mewujudkan
asosiasi yang dijelaskan di atas dibentuk dengan menggunakan kunci-kunci yang di-
tanamkan, seperti yang ditampilkan dalam Gambar 9-10. Asosiasi-asosiasi itu di-
bentuk oleh sebuah atribut yang: sama untuk kedua tabel. Misalnya, kunci utama
untuk tabel Pelanggan (No. Pelanggan) ditanamkan sebagai sebuah kunci asing
dalam tabel Faktur Penjualan dan tabel Penerimaan Kas. Dengan cara yang sama,
kunci primer dalam tabel Faktur Penjualan (No. Faktur) merupakan kunci asing
dalam tabel Item Garis. Perhatikan bahwa tabel Item Garis menggunakan kunci
primer gabungan yang terdiri atas dua field-Nomor Faktur dan Nomor Item. Kedua

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Diah Iskandar SE. M.Si


SISTEM INFORMASI AKUNTANSI 2
field dibutuhkan untuk mengidentifikasi setiap record yang terdapat dalam tabel
secara unik, tetapi hanya bagian nomor faktur dari kunci itu yang menjadi peng-
hubung logis dengan tabel Faktur Penjualan.

DBMS membuat hubungan fisik di antara record yang terdapat dalam tabel-
tabel berkaitan dengan mencari tabel-tabel yang dispesifikasi untuk record-record
yang nilainya diketahui. Misalnya, jika seorang pemakai menginginkan semua faktur
untuk Pelanggan 1875, sistem tersebut akan mencari tabel Faktur Penjualan untuk
record dengan nilai kunci asing 1875. Kita melihat dari Gambar9-10 bahwa hanya
ada satu kemunculan-nomor faktur 1921. Untuk mendapatkan rincian item garis dari
faktur ini, pencarian dilakukan pada tabel Item Garis untuk record yang memiliki nilai
kunci asing 1921. Didapatkan dua record.

Aturan untuk Sistem Database Relasional


Dari seorang yang sangat memperhatikan penggunaan kata-kata, sebuah
sistem yang sepenuhnya relasional adalah sebuah sistem yang sesuai dengan 12
aturan ketal yang dijelaskan oleh Codd. Namun demikian, sebagai masalah praktis,
tidak semua peraturan Codd itu sama pentingnya. Sebagian penting dan sebagian
tidak. Oleh karena itu, ahli teori lainnya telah mengusulkan persyaratan yang tidak
terlalu ketat untuk menilai situasi relasional dari sebuah sistem. Jadi, sebuah sistem
itu relasional jika Mendukung fungsi aljabar relasional yang membatasi (restrict),
berupa rancangan (project) dan merupakan gabungan (join).
Persyaratan-persyaratan ini dijelaskan lebih lanjut di bawah ini:

 Terbatas: Ambil dari baris-baris tertentu dari sebuah tabel tertentu. Operasi
ini, (diilustrasikan dalam Gambar 9-11 (a), menciptakan sebuah tabel virtual
(secara fisik tidak ada) yang merupakan bagian dari tabel yang pertama.
 Rancangan: Ambil atribut (kolom) tertentu dari sebuah tabel yang
menciptakan sebuah tabel virtual. Tabel ini bisa dilihat dalam Gambar 9-
11(b).
 Gabungan: Buatlah sebuah tabel fisik yang baru dari dua tabel yang berisi
semua pasangan baris yang saling berhubungan, dari setiap tabel. Lihat
No. Faktur
Nama Pel. (kunci)
No Item Gambar 9-11(c).
Nama
Kuantitas
Alamat
Harga Walaupun terbatas, rancangan, dan gabungan bukan merupakan fungsi
Saldo Perunit
Total
Saat ini No. Faktur
1918 No. Pelanggan
1875 Jumlah
8312
J. Smith $ Peng. (kunci)
No.
18 Elm 1
St. Tanggal Pengiriman
No
84,50 - Pelanggan
1820,00 -
Jumlah Diterima
84,50
1876 -
Tanggal Diterima
G. Adams - -
2400,00 - -
Kunci 1943 Kunci
- Asing
- yang ditanamkan
Item Garis
Pelanggan
ci Asing yang ditanamkan
J. Hobbs Penerimaan
1921 1362 FakturKas
Penjualan
Kunci Asing yang ditanamkan
1912
165 Higth St. 1875 1875
9215
549,87 800,00 800,00
234510 2 / 10 / 2
98/ 30 / 98
45,00 -
Y. Martin - - 17
450,00
321 Barcclay -
-
1921
5256,76 - -
- 3914 -
aljabar
- 1
relasional yang lengkap, ketiganya
- - berguna. Kebanyakan kebutuhan infor-
- - -
masi
350,00bisnis dipuaskan dengan ketiga operasi
- - -
ini saja.
350,00
- -
-
- -
- - -
- -
-
-
-
-
5678
T.Stem
432 Main ST.
643,67

Gambar 9.10. Kaitan diantara Tabel-tabel Relasional

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Diah Iskandar SE. M.Si


SISTEM INFORMASI AKUNTANSI 2
X1
Y1
(a) Gabungan
(c) Terbatas
X1 Y1(a) Proyek Z1
Y1 Z1
X2
X2 Y2
Y2
Y2 Z2
Z2
X3 Y3
X3
Y1 Z3
Y1
Z1

Gambar 9-11. Fungsi Aljabar Relasional – Terbatas, Proyek dan Gabungan

Anda mungkin juga menyukai