GTL Bab Ii
GTL Bab Ii
Van bemmelen (1949) secara mum membagi fisiografi pulau jawa dan Madura
= Serta bagian timur pulau jawa dengan selat dan pulau Madura
Untuk daerah jawa barat sendiri van bemmelen membagi lagi menjadi enam bagian, seperti pada
gambar berikut :
= Pantai utara jakarta
Zona Dataran Pantai ¦akarta menempati bagian utara ¦awa membentang barat-
timur mulai dari Serang, ¦akarta, Subang, Indramayu hingga Cirebon. Darah ini
bermorfologi pedataran dengan batuan penyusun terdiri atas aluvium sungai/pantai dan
= Zona bogor
Menempati bagian selatan Zona Dataran Pantai ¦akarta, membentang mulai dari
maksimum sekitar 40 km. Batuan penyusun terdiri atas batuan sedimen Tersier dan
batuan beku baik intrusif maupun ekstrusif. Morfologi perbukitan terjal disusun oleh
= Zona Bandung
km, membentang mulai dari Pelabuhanratu, menerus ke timur melalui Cianjur, Bandung
hingga Kuningan. Sebagian besar Zona Bandung bermorfologi perbukitan curam yang
dipisahkan oleh beberapa lembah yang cukup luas. Van Bemmelen (1949) menamakan
lembah tersebut sebagai depresi diantara gunung yang prosesnya diakibatkan oleh
tektonik (intermontane depression). Batuan penyusun di dalam zona ini terdiri atas
batuan sedimen berumur Neogen yang ditindih secara tidak selaras oleh batuan vulkanik
berumur Kuarter. Akibat tektonik yang kuat, batuan tersebut membentuk struktur lipatan
besar yang disertai oleh pensesaran. Zona Bandung merupakan puncak dari Geantiklin
¦awa Barat yang kemudian runtuh setelah proses pengangkatan berakhir (van Bemmelen,
1949).
= Pegunungan selatan
batas antara kedua zona fisiografi tersebut dapat diamati di Lembah Cimandiri,
Zona Bandung berbatasan langsung dengan dataran tinggi (pletau) Zona Pegunungan
Selatan. Morfologi dataran tinggi atau O ini, oleh Pannekoek (1946) dinamakan
memisahkan antara zona bogor dan zona bandung serta memisahkan zona bandung
Secara geografis Cianjur terletak pada titik koordinat 106o42¶-107o25¶ Bujur Timur dan
6o21¶-7o32¶ Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 km2 dengan jumlah
penduduk pada tahun 2007 sebanyak 2.138.465 jiwa. Secara administratif Pemerintah kabupaten
1. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta.
4. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut.
Secara geografis , Kabupaten Cianjur dapat dibedakan dalam tiga wilayah pembangunan yakni
1. ]
2. ]
3. ]
Sebagian besar wilayah Cianjur adalah pegunungan, kecuali di sebagian pantai selatan
berupa dataran rendah yang sempit. Lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura,
masyarakat. Keadaan itu ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan kecil yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian. Sungai terpanjang di Cianjur
Dari luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 hektar, pemanfaatannya meliputi 83.034
Ha (23,71 %) berupa hutan produktif dan konservasi, 58,101 Ha (16,59 %) berupa tanah
pertanian lahan basah, 97.227 Ha (27,76 %) berupa lahan pertanian kering dan tegalan, 57.735
Ha (16,49 %) berupa tanah perkebunan, 3.500 Ha (0,10 %) berupa tanah dan penggembalaan /
pekarangan, 1.239 Ha (0,035 %) berupa tambak / kolam, 25.261 Ha (7,20 %) berupa pemukiman
Sebaran batuan dasar berdasarkan pada Peta Geologi Lembar ¦akarta skala 1:100.000.
Batuan dasar yang tertua berupa batuan terobosan yaitu berupa batuan andesite hornblende dan
porfiri diorite hornblende (ha), andesite biotite (ba), shoshonit (sh), vitrofir, porfir basalt dan
dolerit (vi), mangerit (ma), eseksit dan gabbro eseksit (es), andesite (a) dan andesit basalt (ab)
yang kemudian di atasnya diendapkan lapisan secara selaras yang berupa batuan batu lempung,
napal, batu pasir kuarsa dari formasi rajamandala (omc) yang menjemari dengan batu gamping
(oml) dari formasi rajamandala. Selanjutnya diendapkan lapisan-lapisan tipis batu pasir tipis
dengan batu lempung (md) yang termasuk dalam formasi jampang. Selanjutnya di atas formasi
jampang di endapkan secara selaras formasi citarum dengan batuan penyusun berupa anggota
Diendapkan secara selaras di atas formasi citarum terdapat formasi jatiluhur yang terdiri
dari napal dan batu lempung dengan sisipan batupasir gampingan, anggota napal (Mdm) dimana
napal berwarna abu-abu tua, batu lempung napalan, dan serpih lempungan dengan sisipan
batupasir kuarsa, kuarsit, dan batu gamping napalan yang menjemari dengan batu gamping koral
bersisipan batu gamping pasiran dan napal (Formasi Klapanunggal). Diatas formasi
klapanunggal di endapkan secara selaras Formasi cantayan yang terdiri dari batu gamping koral
di selatan waduk jatiluhur, batu lempung, serpih tufaan mengandung belerang, lignit dan
konkresi-konkresi batu lempung, sisipan batu gamping, batu pasir berlapis baik, serpih pasiran,
terdiri dari batuan andesit menyisip di antara batu lempung, yang diendapkan selaras dengan
anggota formasi nyalindung yang terdiri dari batupasir glaukonit bersifat gampingan, lempung
berumur tersier, batugamping, napal dan breksi laut. Kemudian di atas formasi nyalindung
terendapkan secara tidak selaras formasi cilanang yang terdiri dari napal tufaan berseling dengan
batupasir tufaan dan breksi tufaan, mengandung lapisan-lapisan konglomerat, batupasir glaukonit
bersifat gampingan, lempungan dengan konkresi-konkresi, batu gamping koral pejal dan keping
Dan di atas formasi cilanang diendapkan secara tidak selaras batuan-batuan yang
berumur quarter seperti (pb) breksi tufaan, lava, batu pasir, conglomerate, (qoa) alluvium tua
seperti konglomerat dan batum pasir sungai , (qoh) tuff hornblende, (qot) hasil gunung api tertua,
(qos) batu pasir tufaan dan conglomerate, (qol) endapan danau seperti lempuung, konglomerat,
(qob) hasil gunug api tua, breksi, lahar, lava, (qyk) breksi dan lava di daerah gn limo, (qyb)
aliran basal dari gn. Geger bentang, (qyc) bukit0bukit kecil terutama bongkahan basalt, (qyt) tuff
dari gn tangkuban perahu, (qyd) tuff dari gn danu dan Gn tangkuban perahu, (qyl) lava dari Gn
gede, (qyg) breksi dan lahar dari Gn gede, (ql) endapan-endapan danau bersifaat tufaan, (qa)
Di daerah timur laut dari daerah penelitian terdapat sesar naik dan sesar mendatar dimana
arah straight dan dipnya berkisar antara 30-49 kemudian pada daerah timur dari daerah penelitian
hanya terdapat sedikit struktur.disekitar pr panyaweuyan terdapat sesar naik dan antiklin di
sekitar wilayah tersebut juga di temukan adanya fosil koraminifera.wilayah yang paling banyak
terdapat struktur berada di arah tenggara hingga selatan dari daerah penelitian,pada daerah
itubanyak mengalami sesar naik antiklin maupun sesar-sesar lainnya dimana besar straihgt
Banyaknya struktur di daerah ini disebabkan oleh karna litologi penyusun dari daerah ini
adalah batuan sedimen oleh karna itu di daerah ini banyak mengalami gangguan struktur.di
sebelah barat dari lokasi penelitian tidak ditemukan indikasi adanya struktur hal ini disebabkan
karna litologi batuan penyusun dari daerah ini adalah batuan beku,oleh karna itu daerah ini
jarang ada struktur jika dilihat dari sifat materil batuan bekuyang kompak dan padat.di bagian
barat laut hingga utara struktur banyak ditemukan seperti adanya antiklin,sesar,serta lokasi
ditemukannya fosil koraminifera halini disebabkan oleh karna litologi batuan penyusun dari
daerah ini merupakan batuan sedimen yang mudah mengalami gangguan struktur.
beberapa formasi yang erat hubungannya dengan stratigrafi daerah penelitian dan diuraikan dari
Formasi-formasi ini terdiri dari lapisan-lapisan napal tufaan berseling dengan batupasir tufaan
gampingan, lempungan dengan konkresi-konkresi, batu gamping koral pejal dan keeping di sisi
selatan lembar peta. Fosil melimpah dengan moluska sebanyak 189 species, 33% diantaranya
masih hidup.
Formasi-formasi ini terdiri dari lapisan-lapisan batupasir glaukonit bersifat gampingan, lempung
berumur tersier, batugamping, napal dan breksi laut. Mengandung foraminifera kecil, koral dan
moluska. 18% di antaranya masih hidup. Tersingkap di sisi barat daya lembar peta.
Formasi subang ini terdiri dari batuan andesit menyisip di antara batu lempung, dimana
umumnya batu lempung mengandung lapisan-lapisan dan nodula batu gamping keras, napal dan
lapisan-lapisan batu gamping abu-abu setebal 2-3m, kadang-kadang mengandung batu pasir
Formasi cantayan ini terdiri dari batu gamping koral di selatan waduk jatiluhur, batu lempung,
serpih tufaan mengandung belerang, lignit dan konkresi-konkresi batu lempung, sisipan batu
gamping, batu pasir berlapis baik, serpih pasiran, lempung serpihan, breksi laut dan konglomerat.
Breksi polemic mengandung komponen bersifat basalt, andesite, dan batu gamping koral,
bersisipan batupasir andesite pada bagian atas. Dibeberapa tempat mengandung juga batuan-
!
"
cO
O , terdiri dari batugamping koral, napal dan batupasir
kuarsa, pada umumnya melapuk menengah dan berlapis. Batugamping tersusun oleh cangkang
moluska dan koral, berwarna putih kecoklatan, sebagian klastik kasar, padu, agak keras, hasil uji
kuat tekan di lapangan memakai Schmidt Hammer (UCS lapangan) di beberapa lokasi antara
100-250 kg/cm2 . Napal berwarna kelabu, agak keras dan padu, hasil uji kuat tekan di lapangan
memakai Schmidt Hammer (UCS lapangan) di beberapa lokasi antara 100-150 kg/cm2.
Batupasir kuarsa berwarna kelabu kehijauan, banyak mengandung kuarsa, pasir berbutir halus
sampai sedang, membundar tanggung sampai bundar, agak keras dan padu, hasil uji kuat tekan
dilapangan memakai Schmidt Hammer (UCS lapangan) di beberapa lokasi antara 150-275
kg/cm2. Tanah pelapukan umumnya berupa lempung lanauan, mengandung pecahan cangkang
moluska dan koral,berwarna coklat kehitaman, lunak, plastisitas tinggi. Tebal rata-rata 1,50 m, di
#
Formasi jatiluhur ini terdiri dari napal dan batu lempung dengan sisipan batupasir gampingan,
anggota napal (Mdm) dimana napal berwarna abu-abu tua, batu lempung napalan, dan serpih
lempungan dengan sisipan batupasir kuarsa, kuarsit, dan batu gamping napalan. Batu pasir
kuarsa (Mdq) merupakan lapisan-lapisan tipis sampai tebal, jalur-jalur tipis batubara dan lembar-
lembar kecil muskovit dengan lensa-lensa batu gamping, pada beberapa tempat juga terdapat
menengah. Batulempung berwarna abuabu kebiruan, agak padu dan agak keras, setempat
menyerpih dan mudah hancur, tebal lapisan antara 0,50-2,00 m, hasil uji kuat tekan di lapangan
memakai Schmidt Hammer (UCS lapangan) di beberapa lokasi antara 100-250 kg/cm2.
Batupasir gampingan, berwarna kelabu muda, pasir berbutir halus-kasar, membundar tanggung,
agak padu, agak keras, tebal lapisan antara 0,20-0,50 m. Tanah pelapukan umumnya berupa
tinggi. Tebal rata-rata 1,50 m, dibeberap tempat nilai penetrometer saku (qu) antara 1,00-2,25
Formasi ini umumnya terdiri dari greywacke yang berselang-seling dengan batulanau atau
batulempung tufaan serta konglomerat dan breksi volkanik pada bagian bawahnya. Fragmen
batugamping dan batulempung dapat dijumpai dalam lapisan breksi, konglomerat, dan
graywacke. Lapisan-lapisan greywacke berwarna hijau kelabu, pada bagian dasarnya terdapat
sedikit fragmen batugamping dengan fosil foraminifera besar dan fragmen batulempung
berdiameter sekitar 25 cm. Lapisan-lapisan batupasir ini kaya campuran tufa dan fragmen
formasi di daerah ini sekitar 850 meter. Formasi ini tertutupi secara tidak selaras oleh Formasi
Saguling
Di daerah ini, Formasi Citarum bersentuhan secara struktur dengan Formasi Rajamandala yang
berumur lebih tua. Singkapan persentuhan sesar dapat diamati pada perbukitan Rajamandala
sejajar jalan raya (Lokasi tipe singkapan di Citatah). Batas selaras formasi ini di atas Formasi
Lokasi tipenya di Lembah S.Citarum, pada S.Cinongnang. Formasi terdiri dari graywacke. Tebal
formasi mencapai 1,372 meter. Nama lainnya dalam literatur adalah: Tjitarum Beds (van
Bemmelen, 1949, pp. 639); Tjitarum Sandstein (Martin; 1887; pp. 369-370). Fosil diagnostik
yang dijumpai adalah O s RUTTEN; O
PROVALE; O sp.; O sp.; O OO .
#"
Formasi ¦ampang terdiri dari breksi vulkanik, batupasir tufaan dengan sisipan batulanau dan
batufempung, breksi dan tufa, tebal 1000 m, umur Miosen Awal. Nama Andesit Tua sering
diberikan untuk satuan ini. Di daerah utaranya seumur dengan Formasi ¦ampang adalah Formasi
Citarum, terdiri dari tufa dan greywacke tebal 1250 m. Kedua satuan ini merupakan satu sistem
kipas laut dalam, dimana Formasi ¦ampang adalah bagian dalam dan Formasi Citarum
merupakan bagian kipas luar. Ciri-ciri batuannya merupakan endapan aliran gravitasi seperti lava
Formasi jampang ini terdiri dari lapisan-lapisan tipis batu pasir tufaan dan batu lempung yang
umumnya berwarna hijau karena klorit. Breksi tufaan bersifat gampingan bersusun andesit dan
dasit. Batupasir gampingan, napal, serpih dan tuf pasiran berwarna putih. Formasi ini tersingkap
Formasi ini terdiri dari batugamping dan napal pasiran ( ). Batugamping tersebut berwarna
putih kecoklatan berupa batugamping koral ( ), masif membentuk perbukitan.
Tebal lapisan batugamping ini sekitar 9 meter. Ketebalan formasi ini berkisar antara 0-200
meter. Fauna dalam batugamping berumur Aquitanian. Pada bagian bawah formasi ini terdapat
napal pasiran yang banyak mengandung konkresi lempung. Lapisan ini selaras berada di atas
batulempung napalan dan batupasir kuarsa yang mengandung fosil
(umurnya Oligosen).
Lokasi tipe formasi ini di Gunung Masigit, dekat Rajamandala, ¦awa Barat serta penyebarannya
terbatas dekat lokasi tipenya. Nama lainnya dalam literatur adalah: Masigit Limestone (van
Bemmelen, 1949, pp. 109, 639); Tagogapu Beds; Tagogapoe Lagen atau Tagogapu Limestone
(Leupold dan van der Klerk, 1931, pp. 639). Di daerah ini, Formasi Rajamandala tersingkap di
atas Formasi Citarum yang berumur lebih muda (persentuhan sesar). Singkapan di daerah ini
Batas formasi ini selaras dan berangsur kearah bawah menjadi batupasir kuarsa bersemen
karbonat dan batulempung tergerus kuat yang merupakan satuan Formasi Batuasih. Lapisan
batulempung napalan dan batupasir kuarsa bersemen karbonat selaras di atas napal (marls) yang
mengandung fosil Globigerina, dan graywacke dengan perselingan batuan sedimen laut.
Singkapan batas formasi yang selaras dan berangsur menjadi batupasir kuarsa dan batulempung
Formasi Batuasih dapat diamati pada lokasi singkapan di Cipanas ( Lokasi singkapan di
Cipanas). Formasi ini hanya berkembang di cekungan Bogor ( Stratigrafi Cekungan Bogor).
barrier reef pada umur Oligosen Akhir - Miosen Awal. Terdapat 5 fasies karbonat pembentuk
satuan ini (1) Planktonic Packstone - Wackestone, (2) Fasies Lepidocyclina Packstone (3) Fasies
Rudstone, (4) Fasies Boundstone dan (5) Fasies Milliolid Packstone. Rekontruksi hubungan
sebaran fasies menunjukkan lereng depan terumbu berada di bagian Utara sedang bagian
belakang terumbu terdapat di Selatan. Diagenesa yang teramati pada Batugamping Formasi
Rajamandala adalah sementasi, mikritisasi, pelarutan, dan kompaksi. Diagenesa terjadi mulai
Fosil yang ditemukan dalam formasi ini adalah: !; .
Umur Formasi Rajamandala adalah Oligo-Miosen (N5). Lingkungan pengendapan laut dangkal
SKL Tata air merupakan salah satu peta SKL pokok yang paling penting dalam
pembuatan peta SKLK ( Satuan Kesesuaian Lahan Kawasan ) permukiman dan pariwisata
daerah Cianjur dan sekitarnya. Di dalam peta SKLK permukiman dan pariwisata pemanfaatan
sumber air permukaan, air tanah maupun sumber mata air panas sangatlah penting untuk
ketersediaan sumber air bersi untuk penunjang permukiman dan sebagai sumber air bersih
Hal-hal yang menjadi parameter dalam pembuatan peta satuan kesesuaian lahan tata air
adalah litologi batuan, kondisis fisik secara umum, keterdapatan sumber air permukaan maupun
air tanah ( air bawah permukaan ) yang kemudian di dapatkan potensi dan kendalanya. Peta SKL
tata air dibuat dengan menggunakan peta dasar berupa peta Geologi dan peta Hidrogeologi.
Tata air daerah Cianjur ¦awa Barat,termasuk kedalam potensi tata air yang baik, karena
daerah ini memiliki sumber mata air permukaan dan air tanah yang relative banyak dan didukung
pula dengan litologi yang amat mendukung dan topografi yang beragam. Terdapat kawasan
sumber mata air panas yang dapat dikembangkan sebagai kawasan pariwisata. Dengan adanya
objek wisata tersebut dan pemanfaatan mata air panas sebagai pembangkit listrik tenaga uap dan
Klasifikasi potensi tata air di daerah Cianjur dan sekitarnya, ¦awa Barat berdasarkan
litologi [endukung, topografi, serta kondisi fisik daerah tersebut, maka satuan ikesesuaian lahan
yaitu lava dan lahar (Qyg, Qyb, Qyl, Qyk, Pb, dan Pl ), breksi dan batuan piroklastika tuff
( Qyd, Qyt, Qoh ). Daerah ini berumur kuater dan hampir tidak terdapat stuktur geologi.
Kemiringan topografi sedang hingga curam. Merupakan resapan yang baik untuk air
tanah dan Daerah ini sangat memungkinkan terjadinya aktivitas volkanisme karena
daerah ini terletak di kaki Gunung Gede Pangrango, Gunung Gegerbenteng, dan Gunung
Limo. Topografi terjal dengan ketinggian berkisar antara 100-2000 m. terletak di bagian
2.Baik
batuan sedimen di sepanjang alur sungai dengan kemiringan topografi yang sangat landai
mata air untuk ketersediaan air bersih. Tetapi dapat terjadi pencampuran dengan air
3. Sedang
Tata air sedang ini tersebar di bagian selatan dan utara dengan Litologi berupa
batuan sedimen dan batuan gunung api tua. Dengan litologi batuan sedimen berupa napal,
batu pasir, batu lempung serta breksi ( Pt, Mn, Mtjs, Msb, Mss, Msc, Mttc, Mtts, Mttb,
Mdm, Qmc, Md, Mts, Mtb, Mdb, dan Mdq) dan juga terdapat litologi batu gamping
terumbu ( Qml, Mtjl, Mttl, Mk dan Mdl ). Selain itu juga tata air sedang juga di dominasi
oleh batuan gunung api tua yaitu Qos, Qot, dan Qob.
turun,kekar, perlipatan, dan lain-lain. Kemiringan topografi datar hingga sedang, dengan
sumber mata air yang relative sedikit, dilihat dari peta hidrogeologi.
Tata air relative sedang, terdapat begitu banyak struktur dengan litologi berupa
batuan sedimen dan batuan-batuan gunung api tua yang cukup mendukung sebagai zona
resapan dan aliran air , ketersediaan air bersih dalam jumlah sedang. Dan merupakan
zona gelinciran dan berpotensi cukup besar terjadinya bencana geologi di daerah ini.
4. Buruk
Tata air buruk tersebar di daerah utara ( daerah Gunung Sanggabuana ) yang
merupakan hampir keseluruhan berupa intrusi dengan Litologi berupa batuan batuan beku
andesit dan lava ( Ha, Ba, Sh, V, Ma, Es, a dan b ) dengan tekstur kristalin yang kompak
dengan kemiringan topografi yang terjal, dan jarang terdapat struktur membuat tata
airnya relatif buruk dengan sangat sedikit sekali sumber mata air ( dilihat dari peta
hidrogeologi ) dan resapan air yang sedikit pula, sehingga ketersediaan air bersih sangat
Merupakan wilayah danau Saguling yang terletak di sebelah tenggara dari daerah
Cianjur, dengan litologi berupa endapan danau ( Qol ) yaitu berupa endapan epiklastik
dan endapan-endapan danau yang bersifat tufaan. Tekstur batuannya sangat baik untuk
penyimpanan air, oleh karena itu tata air sangat baik untuk ketersediaan air bersih.
Dapat dikembangkan menjadi bendungan dan wilayah asset wisata, tetapi daerah
2. Baik
Wilayah danau ¦atiluhur dan Cirata dengan litologi pendukung batuan sedimen
dengan porositas dan permeabilitas yang baik sehingga dapat menjadi system tata air
yang baik untuk ketersediaan air bersih. Dapat dikembangkan untuk bendungan dan
daerah banjir.
Kawasan volklanik yaitu kaki Gunung Tangkuban Perahu, amat sangat dekat
dengan kawasan waduk cirata dengan kemiringan landai-sedang. Litologi berupa aliran
lava dan lahar dari Gunung Tangkuban Perahu( Qob dan Qos ). Merupakan daerah
wisata sumber mata air panas, dapat digunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Uap (
PLTU ) dan sebagai energy Geothermal. Tetapi Kuantitas dan Kualitasnya belum
Dalam menyusun peta SKLK (Satuan Kesesuaian Lahan Kawasan) di perlukan data yaitu
berupa peta daya dukung tanah untuk pemanfaatan sebagai pemukiman dan pariwisata. Hal-hal
yang menjadi parameter dalam pembuatan peta satuan kesesuaian lahan daya dukung tanah
adalah litologi batuan, topografi, elevasi dan kelerengan yang kemudian didapatkan potensi dan
kendalanya.
Klasifikasi potensi daya dukung tanah daerah Cianjur, ¦awa Barat berdasarkan litologi,
jenis topografi serta kelerengan dan elevasi yang mendominasi daerah tersebut, maka satuan
Litologi penyusun berupa batuan sedimen seperti breksi, pasir, napal dan endapan
alluvium,dan batuan beku seperti lava basalt, vitovir dan andesit. Tergolong daerah
pegunungan dengan elevasi > 1000 m dengan lereng >30 %. Rawan terhadap letusan
2. Tinggi
Litologi penyusun berupa batuan sedimen seperti pasir, lempung, gamping, breksi,napal
dan juga batuan beku seperti tuff. Tergolong daerah pegunungan dengan elevasi > 1000
m dengan lereng >30 %. Rawan terhadap letusan gunung api, terdapat juga sesar geser
dan sesar naik sehingga mempengaruhi gerakan tanah pada daerah ini
3. Sedang
Litologi penyusun daerah ini berupa batuan sedimen seperti gamping, breksi, pasir,
lempung, napal dan endapan alluvium, juga terdapat batuan beku seperti andeit, vitrovir,
kelerengan < 30 %, daerah ini mempunyai bayak sungai dan di pengaruhi oleh sesar
4. Rendah
Litologi daerah ini didominasi oleh batuan beku seperti pasir, lempung, breksi, gamping
dan endapan alluvium, terdapat juga batuan beku seperti andesit dan tuff. Tergolong
daerah dataran dengan elevasi < 200 m denga kelerengan < 30 %, daerah ini sangat di
pengaruhi oleh struktur terutama sesar naik sehingga gerakan tanahnya cukup besar.
Daerah ini berupa air yaitu waduk dan terdapat juga batuan sedimen seperti napal, breksi
endapan danau juga batuan beku seperti tuff dan andesit. Karena daerah ini berupa air
UNIT URAIAN
Litologi penyusun berupa batuan sedimen seperti breksi, pasir, napal
Sangat Tinggi dan endapan alluvium,dan batuan beku seperti lava basalt, vitovir dan
andesit. Tergolong daerah pegunungan dengan elevasi > 1000 m
dengan lereng >30 % . Rawan terhadap letusan gunung api dan
gerakan tanah
Sedang Litologi penyusun daerah ini berupa batuan sedimen seperti gamping,
3 breksi, pasir, lempung, napal dan endapan alluvium, juga terdapat
batuan beku seperti andeit, vitrovir, shoshonit, tuff. Tergolong daerah
perbukitan dengan elevasi 200-1000 m dengan kelerengan < 30 %,
daerah ini mempunyai bayak sungai dan di pengaruhi oleh sesar geser
dan sesar naik.
Rendah Litologi daerah ini didominasi oleh batuan beku seperti pasir, lempung,
2 breksi, gamping dan endapan alluvium, terdapat juga batuan beku
seperti andesit dan tuff. Tergolong daerah dataran dengan elevasi < 200
m denga kelerengan < 30 %, daerah ini sangat di pengaruhi oleh
struktur terutama sesar naik sehingga gerakan tanahnya cukup besar.
Sangat Rendah Daerah ini berupa air yaitu waduk dan terdapat juga batuan sedimen
1 seperti napal, breksi endapan danau juga batuan beku seperti tuff dan
andesit. Karena daerah ini berupa air maka daya dukungnya sangat
rendah untuk di dirikan bangunan
3. Kemudahan pengerjaan adalah skala yang menunjukan tinggi rendahnya kemudahan
suatu litologi atau lapisan batuan untuk dilakukan penerjaan atau penggalian, karena
didalam suatu daerah tidak hanya terdapat satu litologi saja. Pada daerah Cianjur yang
terletak di propinsi jawa barat, kemudahan pengerjaan dilakukan sebagai data untuk
mengetahui apakah daerah tersebut mudah untuk dikerjakan, untuk pembangunan sarana
=
Litologinya termasuk batuan sedimen yang terdapat banyak struktur oleh karena itu
daerah ini mudah untuk di kerjakan tetapi daerah ini memiliki banyak struktur (sesar)
=
Litologi daerah ini berupa batu sedimen dengan jumlah struktur sedikit dimana
topografi daerah ini sangat tinggi oleh karena itu daerah ini rawan longsor.
=
Litologi daerah ini berupa batuan beku hasil dari gunung api tua dimana batuannya
telah terkompaksikan dimana Pada daerah ini topografi cukup tinggi, oleh karna itu
Litologi penyusun daerah ini berupa batuan beku dan miskin struktur dan
mempunyai potensi dan kendala dimana hal ini pertimbangan dalam pemberiaan
nilaiuntuk setiap unit satuan kemampuan lahan kemudahan pengerjaan. Potensi dalam
SKL (satuan Kemampuan Lahan) kemudahan pengerjaan adalah daerah yang memiliki
litologi yang kurang kompak/ kurang padat dan berumur muda. Kendala dalam SKL
kemudahan pengerjaan adalah daerah yang memiliki litologi yang keras, kompak, padat,
1 Litologi penyusun daerah ini merupakan endapan danau dimana batuannya berupa QI,
Qoa, dan Qyl, Elevasi di daerah ini rata-rata 0-125m serta kelerengan sebesar .
Seperti yang diketahui bahwa endapan danau memiliki kemudahan pengerjaan yang
sangat baik karena materialnya yang masih mudah lepas.
POTENSI DAN KENDALA PETA SKL KEMUDAHAN PENGER¦AAN DAERAH
CIAN¦UR, ¦AWA BARAT
Peta Satuan Kesesuaian Lahan Kawasan ( SKLK ) adalah peta yang berisi unit-
unit kawasanyang mempunyai potensi, kendala, jumlah nilai, dan rekomendasi untuk
¦awa Barat didapatkan dari penggabungan 5 buah peta Satuan Kemampuan Lahan yang
mendukung Permukiman dan daerah pariwisata. Peta SKLK didapatkan dari hasil overlay
kelima buah peta SKL yang ada dan kemudian di plot menjadi satu dipeta SKLK semua
peta SKL yang ada dengan garis batas masing-masing peta SKL dengan jelas, kemudian
dilakukan penjumlahan ( BXN ) dari semua keseluruhan nilai peta SKL yang telah di
pariwisata daerah Cianjur dan sekitarnya, ¦awa Barat. Hasilnya adalah sebagai berikut :
merupakan wilayah waduk saguling, dataran kaki Gunung Tangkuban Perahu dan dataran
kaki Gunung Gede Pangrango yang terletak di sebelah timur dan tengah dari peta,
memiliki bentang alam dataran hingga perbukitan dengan relief bergelombang, terdapat
banyak sumber mata air dengan litologi pendukung yang baik untuk resapan air, dengan
daya dukung tanah yang sangat baik, tetapi cukup sulit untuk dilakukan pembangunan,
Tangkuban Perahu dan Gunung Gede Pangrango. Dan juga Topografi dengan kemiringan
Total nilai untuk Zona Kawasan Berpotensi adalah 41-50, merupakan wilayah
waduk ¦atiluhur dan waduk Cirata yang berda dibagian tengah dari peta dan daerah
daerah alluvium yang terletak di bagian utara peta. Pada zona kawasan berpotensi ini
memiliki bentang alam bergelombang hingga perbukitan, terdapat cukup sumber mata air
dengan litologi pendukung yang baik untuk resapan air, dengan daya dukung tanah yang
baik, dan didukung pula dengan kemudahan pembangunan yang baik di daerah ini.
Selain kawasan ini berpotensi untuk permukiman, kawasan ini juga sangat
disekitar waduk Cirata terdapat sumber mata air panas yang sangat baik untuk dijadikan
objek wisata, contohnya dijadikan objek wisata pemandian air panas seperti yang ada di
daerah Cipanas.
Namun kendalanya adalah daerah ini memiliki topografi yang terjal dngan
kelerengan««. Dan elevasi 300-1000m, rawan terjadi longsor dan banjir serta gerakan-
gerakan tanah.
Total nilai untuk Zona Kawasan tidak Berpotensi adalah 30-40, merupakan
kawasan yang terdapat di daerah selatan peta yang di dominasi oleh litologi batuan
sedimen yang memiliki begitu banyak struktur geologi baik itu patahan, lipatan dan
kekar-kekar dalam skala yang besar. Hal ini mengakibatkan banyaknya gerakan-gerakan
tanah yang aktif terjadi di daerah ini seperti gelinciran, dan juga di dukung dengan
sedikitnya mata air, daya dukung tanah yang rendah dan topografi yang sedang-terjal
sehingga kawasan ini tidah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan untuk sebuah
permukiman. Oleh karena itu, daerah ini merupakan zona kawasan yang tidak berpotensi.
¦AWA BARAT
NXB
= Pembuatan konstruksi
41-50 = terdapat cukup = topografi yang bangunan yang tahan akan
sumber mata air terjal dngan gerakan tanah dan tahan
Berpotensi kelerengan««. akan amblesan.
dengan litologi
Dan elevasi 300-
= Penanaman vegetasi untuk
pendukung yang baik 1000m
mencegah terjadinya banjir
untuk resapan air. = Rawan terjadi
longsor dan banjir
= Daya dukung tanah
serta gerakan-
yang baik. gerakan tanah
= kemudahan
pembangunan yang
baik di daerah ini