Anda di halaman 1dari 5

FISIOGRAFI REGIONAL

Di Sorong terdapat enam jenis bentangan alam sebagai santiran geologi yang beraneka yang
mengalasinya.

Perbukitan kasar ('bukit bertonjolan') yang berarah timur-timurlaut berkembang di pantai utara
daratan Itian Jaya, dan Pulau Batanta serta Salawati Utara. Puncak tertingginya,di bagian utara
Pulau Salawati, 931 m di atas permukaan laut, dengan timbulan yang kuat.

Lembah antargunung bersesuaian dengan dua lembangan yang terpengaruh penyesaran di


bagian timurlaut daratan Irian Jaya: Lembah Warsamson dan Lembah Dore Hum (di barat Teluk
Dore Hum).

Perbukitan dan pegunungan Inengkras ('gunung dan bukit berkras') berkembang pada
batugamping yang tersingkap di Pegunungan Morait dan di baratdayanya, di Pulau Batanta
bagian tengah dan barat, dan di Pulau Mansuar.

Daerah perbukitan rendah meluas ke barat meliputi Pulau Salawati (di Pematang Waibu),
menempati jalur yang berarah ke barat sampai ke baratdaya meliputi bagian tengah daratan
Irian Jaya di Kampung Klasaman dan lapangan minyak Klamogun, mencakup gugus Kepulauan
Fam, dan di Pulau Kofiau berkembang berguntung.

Dataran dan rataan aluviunz dan antar-pasut ('dataran litoral dan aluvium dan rataan') 0-50 m di
atas muka laut menutup bagian selatan daratan Irian Jaya; bagian timur, selatan dan baratdaya,
Pulau Salawati; dan sejum- lah pulau di Selat Sele.

Terumbu koral dan undak terangkat ('undak dan terumbu koral terangkat') membentuk seluruh
atau bagian tertentu pulau yang termasuk Kepulauan Schildpad, Mainsfield, Boo, Fam, Kofiau,
dan Doif.

STRATIGRAFI REGIONAL
Berdasarkan corak stratigrafi, wilayah Sorong dapat dibagi menjadi empat mandala geologi.
Dari selatan ke utara, mandala itu yaitu: Bongkah Kemum, Sistem Sesar Sorong, Bongkah
Tamrau, dan Mandala Batanta-Waigeo.

Bongkah Kemum meliputi batuan sedimen klastika, batuan malihan, batuan terobosan,
karbonat, dan endapan permukaan yang umurnya berkisar dari Silur-Devon sampai Holosen.
Batuan tertua yang tersingkap adalah Formasi Kemum (SDk), yang terdiri dari batusabak, filit,
kuarsit, batupasir-malih sela, dan konglomerat malih. Pada singkapan, formasi itu telah
diterobos oleh Granit Melaiurna Karbon Bawah (Cm), yang mungkin mempunyai hubungan
dengan yang dijumpai di dua lobang bor satu di Pulau salawati, yang satu lagi di daratan Irian
Jaya di baratdaya. Kedua satuan itu tertindih tak selaras oleh batuan klastika silika dan
batugamping tak murni Kelompok Aifam (CPz) yang berumur Karbon Atas sampai Perem Atas,
yang pada gilirannya tertindih tidak selaras oleh lintapan tak lengkap Kelompok Besar
Batugamping New Guinea, yang meliputi Batugamping Faumai (Tef) yang berumur Eosen
Tengah sampai Eosen Atas,batupasir dan batulumpur Formasi Sirga (Toms) yang berumur
Oligosen Atas sampai Miosen Bawah dan menjemari dengan karbonat dan batuan gampingan
Miosen Batugamping Klamogun dan Batugamping Kais (Tmkl dan Tmka) dan Formasi Klasafet
(Tmk). Formasi Klasafet itu tertindih batuan klastika silikat Formasi Klasaman (TQk) yang
berumur Miosen Atas sampai Plistosen. Konglomerat Sele (Qps) yang berumur Plistosen dan
endapan aluvium dan litoral (Qa) Kuarter menindih tak selaras semua satuan yang lebih tua.

Sistem Sesar Sorong adalah jalur bancuh (Tjia, 1973b), mencakup kepingan batuan sedimen
klastika, karbonat, granit, dan ultramafik dan batuan gunungapi, dengan ukuran yang berkisar
dari kerakal sampai bongkah dengan panjang eberapa kilometer. Kepingan itu menempati
kedudukannya yang satu terhadap yang lain yang sekarang ini disebabkan oleh pergerakan
Sistem sesar Sorong antara Miosen Akhir dan Kuarter. Beberapa dari bongkah itu nisbi terpadu,
terpetakan pada sekala 1:250.000 dan nyata berasal dari mandala geologi yang berdampingan;
di antaranya telah dipetakan bongkah Formasi Kemum (SDk), Formasi Tamrau (JKt), Formasi
Waiyaar (JKwa) Batugamping Faumai (Tef), Formasi Klasafet (Tmk), Formasi Klasaman (TQk),
Batuan Gunungapi Dore (Tmdo), dan Batugampg Sagewin (Tmsa). Formasi Waiyaar
merupakan batuan terpadu besar yang terpetakan dan diperkirakan hanya tersingkap pada
Sistem Sesar sorong, tetapi diyakini mendasari batuan Miosen yang tersingkap pada Blok
Tamrau di barat daya pulau Salawati. Satuan itu bersentuhan dengan atau setidaknya sebagian
terdiri 17 sesarkan terhadap Breksi Yefman (SFy), jenis batuan tak lazim yang cara
pembentukannya merupakan teka-teki. Batuan yang lain tidaklah berasal setempat dan
tersusun dari kalsilutit (SFC), batuan ultramafik dan mafik (SFu), dan Granit Sorong (SFso).
Bagian yang terbesar Sistem Sesar Sorong tersusun dari himpunan kepingan batuan tak padu
dan tak homogen, yang masing-masing terlalu kecil untuk dipetakan dan secara keseluruhan
disebut sebagai bancuh tak terparakkan (SFx). Konglomerat Asbakin (TQas) tersusun dari
kecur asal-bancuh, runtungan, dan diendapkan beberapa waktu antara Miosen Akhir dan
Plistosen menindih SFx di pantai sekitar Kampung Asbakin, dan selimut Konglomerat Sele
(Qps) pada seluruh lebar Sistem Sesar Sorong beberapa kilometer di timur Sorong. Endapan
danau Kuarter (QI) tampaknya menutup banyak dari Sistem Sesar Sorong di Lembah
Warsamson, dan endapan sungai (Qa) menyembunyikan sebagian daripadanya di lembah
Sungai Mega.

Bongkah Tamrau, satuan tertua adalah Formasi Tamrau (JKt) yang berumur Jura Tengah
sampai Kapur Atas, dan tersusun dari batuan klastika silika malihan wilayah derajat-rendah;
singkapan terdapat di timurlaut. Satuan itu tertindih talc selaras oleh karbonat Miosen Formasi
Koor (Tmko). Senasabah Form asi Koordebih ke barat di daratan Irian Jaya dan di Pulau
Salawati, adalah Batugamping Sagewin (Tmsa), menindih dan menjemari dengan Batuan
Gunungapi Dore (Tmdo) yang berumur Miosen, batuan gunungapi andesit dan basal, batuan
curapi, dan sedikit terobosan yang menempati bagian utara Pulau Salawati dan bagian utara
daratan Irian Jaya (antara Sorong dan Tanjung Dore). Batuan Gunungapi Dore di Pulau
Salawati mungkin menutupi Formasi Waiyaar (JKwa) yang sama waktu pembentukannya
dengan Formasi Tamrau, yang hanya tersingkap di sekitar Sistem Sesar Sorong, mereka juga
mungkin menutupi satu atau beberapa batuan Mesozoikum serupa yang terdapat di daratan.
Endapan sungai, litoral dan pantai Kuarter (Qa) menindih batuan yang lebih tua.

Mandala Batanta-Waigeo (yang juga mencakup Waigeo dan kepulauan sekitarnya di utara
Sorong) merangkumi pulau dan gugus pulau diutara dan barat Pulau Salawati dengan dasarnya
berupa batuan gunungapi Tersier atau mungkin batuan ultramafik sampai mafik Mesozoikum.
Batuan Mesozoikum? itu diwakili oleh Ofiolit Gag (Mg) di Kepulauan Fam. Boleh jadi batuan
yang ägak sedikit muda di Pulau Batanta-tergolong Formasi Saranami (MTs), batuan klastika
silika malihan regional derajat-rendah (selama Kala Paleogen?) dan batuan gunungapi andesit
yang bersentuhan-sesar dengan Batuan Gunungapi Batanta (Temb) yang berum ur Eosen Atas
sampai Miosen Bawah. Batuan Gunungapi Batanta menindih dan menjemari dengan Formasi
Yarifi (Tomy) (klastika gunungapi dan batuan gunungapi) dan Batugamping Dayang (Tomd)
yang berumur Oligo-Miosen. Ketiga satuan ini tertindih tak selaras oleh Batugamping Waigeo
(Tmpwa) yang berumur Miosen Atas sampai Pliosen; Formasi Yarifi dan Batuan Gunungapi
Batanta tertindih tak selaras oleh batuan klastika kasar sampai halus Formasi Marchesa (TQm)
di Batanta Timur yang berunwr Plio-Plistosen. Salah satu dari Batuan Gunungapi Batanta,
Formasi Yarifi, Batugamping Dayang, dan Formasi Waigeo tersingkap di pulau dan gugus pulau
di utara dan barat Pulau Batanta. Koral terangkat (QC) dan endapan pantai dan sungai (Qa)
menindih batuan yang lebih tua.

STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL


Keempat mandala geologi yang dapat dikenali di wilayah Sorong terpisahkan yang satu dengan
yang lain oleh sesar. Bongkah Kemum dibatasi di utara oleh Sistem Sesar Sorong. Bongkah
Tamrau dibatasi oleh Sistem Sesar Sorong di selatan, dan dari Mandala Batanta-Waigeo
terpisahkan oleh Sesar Sagewin di lepas pantai, yang ditafsirkan terentang sepanjang Selat
Sagewin dan memanjang ke timur-timurlaut. Kepulauan Kofiau, Boo, Fam dan Doif, dan Pulau
Mansuar, juga termasuk Mandala Batanta-Waigeo.

Bongkah Kemum menempati sebagian besar SORONG, dan dialasi kerak benua. Batuan
endapan malihan dasar bongkah ini (Formasi Kemum) teriuk dan termalihkan pada Devon Akhir
sampai Karbon Awal. Dalam Bongkah Kemum dipetakan tiga kawasan: Tinggian Ayamaru,
yang memanjang dari TAMINABUAN sampai bagian paling timur SORONG; Jalur Lipatan
Morait yang menekup Tinggian Ayamaru di timurlaut; dan Cekungan Salawati yang meliputi
Pulau Salawati bagian selatan dan tengah dan bagian baratdaya daratan 'Irian Jaya.
Tingian Ayarnaru (Visser & Hermes, 1962) adalah corak dengan batasan yang tak jelas, yang
memisahkan cekungan Bintuni di timur (pada bagian TAMINABUAN, RANSIKI, FAK FAK, dan
STEENKOOL) dari Cekungan Salawati.
Jalur Lipatati Morait mempunyai alas yang terangkat berdampingan dengan Sistem Sesar
Sorong. Struktur itu mencerminkan kesenjangan dalam pengangkatan, yang di Sisi utara lebih
kuat dengan Formasi Kemum tersingkap di sana.
Cekungan Salawati meluas dari bagian barat daratan Irian Jaya ke separuh bagian selatan
Pulau Salawati. Di utara, cekungan itu terpotong oleh Sistem Sesar Sorong. Di timur, batasnya
sulit ditentukan, karena di sana berakhir di Tinggian Ayamaru, yang tertutup oleh lapisan tipis
endapan cekungan dan yang lebih muda, (Qa) yang mengendap ketika laju pengendapan lebih
besar daripada pengangkatan. Keselatan dan barat cekungan itu meluas ke Laut Seram, dan di
sana batasnya sukar dipastikan.

Sistem Sesar Sorong menjulur dari daratan Irian Jaya bagian utara, tempat sesar itu sebagian
mengikuti garis pantai, menyeberangi Selat Sele dan menuju bagian utara Pulau Salawati.
Sistem Sesar Sorong umumnya ditafsirkan sebagai sesar wilayah geser-jurus menyamping ke
kiri yang membentuk jalur perenggutan antara empeng Australia-India di selatan dan
lempeng-lempeng disebelah utara (Visser Hermes, 1962; Jta, 1973; Hamilton, 1979; Dow &
Sukamto, 1983; leters drr, 1989).

Bongkah Tamrau tersingkap di ujung timurlaut dan baratlaut daratan Irian Jaya dan bagian
utara Pulau Salawati. Satuan tertua yang dipetakan di sana adalah Formasi Tamrau.

Mandala Batanta-Waigeo, Batuan mandala ini tersingkap di Pulau Batanta, di Pulau Waigeo
(WAIGEO), di beberapa pulau yang ada di antara kedua pulau itu, dan pulau-pulau di barat
Pulau Salawati (dan di utara garis unjuran ke barat Sistem Sesar Sorong). Segi kesamuderaan
mandala ini ditunjukkan oleh keterdapatan secara meluas batuan gunungapi busur kepulauan
dan batuan ultramafik. Batas antara mandala ini di Pulau Batanta dan Bongkah Tamrau
ditafsirkan terdapat di sepanjang sesar yang mengikuti Selat Sagewin (Sesar Sagewin).

SUMBERDAYA MINERAL DAN ENERGI


Petroleum
Penjajakan paling awal untuk mencari minyak bumi di Cekungan Salawati di SORONG
berlangsung dari 1935 sam pai 1960 oleh NNGPM yang hasilnya diihtisarkan dalam laporan
lengkap oleh Visser & Hermes (1962). Sumur temuan sumur Klamono pertama di Cekungan
Salawati 1 yang dibor dalam 1936, tepat di seberang batas daerah Lembar, di TAMINABUAN
menjumpai Batugamping Miosen Kais yang mengandung minyak pada kedalaman 130 m.
Setelah lapangan Klamono ditemukan, NNGPM membor lebih lanjut 25 sumur adu-untung pada
antiklin permukaan atau rendahan gayaberat, pada batuan Cekungan Salawati, tetapi hanya
menemukan dua lapangan yang tak memberi hasil yaitu Klamumuk (diTAMINABUAN) dan sele
(di SORONG).
Sejak 1970 lebih banyak lagi lapangan minyak yang ditemukan oleh PERTAMINA, Trend
Exploration, dan Phillips Petroleum Co. Yang penting-penting adalah lapangan minyak Kasim,
Kasim Selatan, Jaya, Salawati, Walio, Cenderawasih, dan Linda; selain itu, lapangan Sele
terbukti memberi isyarat menguntungkan.
Dari 23 lapangan minyak yang menghasilkan (sampai Oktober 1987) yang diperkembangkan
pada terumbu Miosen di Cekungan Salawati, semuanya ada di SORONG, kecuali lapangan
Klamono, yang ada di TAMINABUAN.

Logam
Selama penjajakan dan penilaian endapan bernikel di Pulau Waigeo dan beberapa pulau di
dekatnya oleh PT Pacific Nikkel Indonesia pada 1969-71, Reynolds drr (1973) mencatat adanya
endapan bernikel di Kepulauan Fam. Meskipun mereka tak menunjukkan bahwa mereka telah
menyigi endapan tersebut, sumur uji yang dibuat baru-baru ini tahun 1977 membuktikan adanya
logam itu di sana. Di Pulau Gag laterit berkembang pada lereng sedang sampai curam, yang
mana tepian selatan pada lintang T 129053' berlanjut sampai SORONG, telah diteliti pada
waktu yang sama (Reynolds drr, 1973). PT Pacific Nikkei Indonesia menganalisa inti peridotit
keras tegar tak lapuk dengan ketebalan pinggiran lapuk 5 cm terdiri dari hampir seluruhnya
perubahan batuan.
Dari sebelas pasang inti dan pinggiran, nikel mempunyai perbandingan konsentrasi rata-rata
tertinggi (pinggir: inti) 3, 7, mencerminkan rata-rata 1, 76% Ni di pinggir dari bongkah, cobalt
mengandung rata-rata (),02% di pinggir, mencapai •mempunyai perbandingan konsentrasi
tertinæi kedua 5 Pacific Nikkel Indonesia memilih dari Pulau Gag 12000 ton contoh kasar dari
laterit tinggi sampai rendah bisa untuk ditempuh ke kanan untuk uji coba dan evaluasi
(Reynolds drr, 1973).

Kemungkinan pembangkit listrik tenaga air (PLTA)


Airterjun Warsamson, yang terletak 1 km dari pantai utara daratan Irian Jaya mempunyai
kemungkinan untuk pembangkit tenaga listrik dan penyediaan air untuk rumahtangga dan
pengairan, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan air Kota Sorong sekarang, tetapi juga untuk
kemungkinan kebutuhan bagi industri di masa mendatang.

Bahan Bangunan
Di wilayah Sorong terdapat sumber bahan bangunan yang melimpah. Andesit dan basal di
Bongkah Tamrau dan Pulau Batanta kiranya akan cocok untuk menyediakan batu giling atau
batu pecah untuk dipakai pada pengeras maupun pembangunan jalan. Batugamping Kais dan
lempung dari batuan klastika silika yang halus Formasi Klasafet, kiranya bisa digunakan dalam
pembuatan semen. Kuarsit dalam Formasi Sirga tersusun sampai 95 persen dari kuarsa, dan
mungkin sesuai untuk pembuatan kaca. Granit Melaiurna berwarna merah jambu cerah, terang,
dan kiranya menarik jika digunakan untuk batu hias.

Anda mungkin juga menyukai