Gg. Mental+Down Syndrome
Gg. Mental+Down Syndrome
DOWN SYNDROME
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus
Disusun oleh :
Mahdita Sekar AMY M2A OO5 048
Novita M2A 005 055
Pratiwi Wijayanti M2A 005 058
Qorizky Muharani M2A 005 061
Scholastika Gita A M2A 005 072
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2007
BAB I
LATAR BELAKANG
Hubungan seks (coitus) yang dilakukan saat pasangan atau salah satu
pasangan stres, bisa menghasilkan keturunan (anak) yang kelak mengidap down
syndrome. Hipotesa itu diungkapkan ahli penyakit down syndrome Dr. Dadang
Syarief Effendi "Pada saat coitus atau hubungan seks dimungkinkan terjadi
pembuahan. Namun, jika hubungan seks dilakukan dalam kondisi stres, pada saat
pembuahan proses pembelahan kromosom terjadi secara tidak sempurna. Secara
normal, manusia memiliki 23 pasang kromosom. Pada penderita down syndrome,
kromosom nomor 21 membelah menjadi tiga bagian (trisomi). Padahal pada
mutasi yang normal, kromosom tersebut seharusnya membelah menjadi dua
bagian," katanya.
Selain stres, melahirkan di usia tua juga bisa menyebabkan anak yang
dilahirkan mengidap down syndrome. Mutasi gen pada saat sperma dan ovum
bertemu, menyebabkan hasil pembuahan terkena down syndrome.
contoh USG janin yang diprediksi mengalami Down Syndrome
D. Karakteristik
1. Bagian belakang kepala rata (Flattening of the back of the head),
2. Mata sipit karena adanya tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak
mata,
3. Alis mata miring (slanting of the eyelids),
4. Telinga lebih kecil, sehingga mudah terserang infeksi
5. Mulut yang mungil, lidah tebal dan pangkal mulut yang cenderung
dangkal. Di samping itu, otot mulut mereka juga kerap lemah, sehingga
menghambat kemampuan bicara. Pertumbuhan gigi geligi mereka pun
lambat dan tumbuh tak beraturan. Gigi yang berantakan ini juga
menyulitkan pertumbuhan gigi permanen.
6. Otot lunak,
7. Persendian longgar (loose ligament),
8. Tangan mungil ruas jari kelingking mereka kadang tumbuh meiring atau
malah tidak ada sama sekali
9. Di telapak tangan mereka terdapat garis melintang yang disebut simian
crease
10. Kaki yang mungil, simian crease juga terdapat di kaki mereka, yaitu di
telunjuk dan ibu jari yang cenderung lebih jauh dari pada kaki orang
normal. Keadaan telunjuk dan ibu jari yang berjauhan itu disebut juga
sandal foot.
11. Hidung mereka cenderung lebih kecil dan datar. Ini tak jarang diikuti
dengan saluran pernapasan yang kecil pula, sehingga mereka sering
kesulitan bernapas
12. Rambut mereka lemas, tipis, dan jarang
E. Onset
Ketika hamil, ibunya tidak pernah merasa ada sesuatu yang salah pada
kehamilannya. Setelah beberapa bulan kelahiran, baru ia menyadari ada sesuatu
yang salah pada putrinya. Di usianya yang sudah tujuh bulan, dimana bayi-bayi
lain sudah mulai duduk, ia bahkan belum bisa tengkurap. Ibunya memang merasa
heran, tapi karena pengetahuan yang kurang, keadaan ini dibiarkan saja.
F. Prevalensi
Mencapai 1 dalam 1000 kelahiran. Di Amerika Serikat, setiap tahun lahir
3000 sampai 5000 anak dengan kelainan ini. Sedangkan di Indonesia
prevalensinya lebih dari 300 ribu jiwa. Usia ibu diantara 35-39 tahun, maka
kemungkinan melahirkan anak dengan sindrom down adalah 1 berbanding 280
BAB III
TREATMENT
A. TREATMENT RETARDASI MENTAL
Pendekatan yang dapat diberikan kepada anak retardasi mental adalah:
1. Occuppasional Therapy (Terapi Gerak)
Terapi ini diberikan kepada anak retardasi mental untuk melatih gerak
funsional anggota tubuh (gerak kasar dan halus).
2. Play therapy (Terapi bermain)
Terapi yang diberikan kepada anak retardasi mental dengan cara
bermain, misalnya: memberikan pelajaran tentang hitungan, anak
diajarkan dengan cara sosiodrama, bermain jual-beli.
3. Activity Daily Living (ADL) atau Kemampuan
Merawat Diri
Untuk memandirikan anak retardasi mental, mereka harus diberikan
pengetahuan dan keterampilan tentang kegiatan kehidupan sehari-hari
(ADL) agar mereka dapat merawat diri sendiri tanpa bantuan orang lain
dan tidak tergantung kepada orang lain.
4. Life Skill (Keterampilan hidup)
Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di
bawah rata-rata biasanya tidak diharapkan bekerja sebagai administrator.
Bagi anak retardasi mental yang memiliki IQ dibawah rata-rata, mereka
juga diharapkan untuk dapat hidup mandiri. Oleh karena itu, untuk bekal
hidup, mereka diberikan pendidikan keterampilan. Dengan keterampilan
yang dimilikinya mereka diharapkan dapat hidup di lingkungan keluarga
dan masyarakat serta dapat bersaing di dunia industri dan usaha.
5. Vocational Therapy (Terapi Bekerja)
Selain diberikan latihan keterampilan. Anak retardasi mental juga
diberikan latihan kerja. Dengan bekal keterampilan yang telah
dimilikinya, anak retardasi mental diharapkan dapat bekerja.
B. TREATMENT SINDROM DOWN
1. Mengajarkannya ketrampilan untuk merawat diri sehingga mereka menjadi
mendiri
2. Melakukan kegiatan atau permainan bahasa yang dapat menarik perhatian
mereka
3. Memilih alat permainan sesuai tahap perkembangan anak-anak
4. Senam otak adalah sejenis kegiatan therapy berbentuk senam yang ditujukan
untuk memberikan kondisi relaksasi pada otak. Pada umumnya senam otak
hanyalah gerakan-gerakan sederhana yang bisa dilakukan agar otak menjadi
lebih rileks.
BAB IV
PEMBAHASAN
Meskipun tidak secara pasti diketahui berapa IQ yang dimiliki Tr, akan
tetapi dari beberapa karakteristik baik fisik maupun perilakunya menunjukkan
bahwa Tr pun mengalami retardasi mental. Apalagi Down Syndrome merupakan
salah satu penyebab dari terjadinya retardasi mental. Juga didukung oleh kriteria
yang dikeluarkan oleh American Asociation on Mental Deficiency, Tr pun
mengalami kesulitan dalam perilaku adaptif dan kondidi yang dialaminya
berkembang dalam usianya yang belum menginjak 18 tahun.
Hal yang sangat disayangkan kemudian adalah Tr tidak dimasukkan
sekolah lagi. Tr, layaknya anak dengan retardasi mental dan Down Syndrome
lainnya, juga dapat bersekolah meskipun tetap membutuhkan bantuan individual
secara khusus. Dengan pendidikan dan dukungan yang tepat, Tr dapat diajari
untuk belajar membaca, menulis, dan mengerjakan tugas aritmatika sederhana.
Tr juga memerlukan bantuan dalam kemampuan adaptasinya, yaitu
keterampilan untuk hidup, mengurus diri sendiri, bekerja, dan bergaul dalam
komunitas. Guru dan orang tua dapat membantunya untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan tersebut baik di rumah maupun di sekolah. Beberapa
keterampilan yang bisa diajarkan :
SARAN
1. bagi orang tua yang memiliki anak Down Syndrome dan retardasi
mental tidak perlu malu menerima keadaan anaknya dan mengusahakan
konsultasi dengan pihak yang berkompeten agar dapat memberikan pendidikan
yang tepat dan dukungan yang baik bagi anak.
2. menerapkan terapi yang tepat untuk tumbuh kembang anak yang
optimal meski memiliki kebutuhan khusus.
Daftar Pustaka
Rathus, S.A., Nevid, J.J. 2005. Abnormal Psychology. New Jersey: Prentice Hall,
Englewood Cliffs.
Down Syndrome.
http://www.kidshealth.org/parent/medical/genetic/down_syndrome.html.
dfiakses tanggal 27 September 2007