Anda di halaman 1dari 123

RETARDASI MENTAL

DEFINISI
 Keterbelakangan mental atau lazim disebut
retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan
dimana keberadaan dengan intelegensia yang
kurang (mengalami hendaya dalam kognisi)
sejak masa sejak lahir atau sejak masa anak-
anak dan keterlambatan atau hendaya dalam
fungsi social dan perawatan diri.
Penyebab
 RM terjadi oleh karena otak tidak berkembang
secara optimal dengan latar belakang;
◦ Adanya masalah dalam kandungan, berupa masalah pada
ibu seperti ,
 Kekurangan gizi
 Ketergantungan alkohol
 Penyakit infeksi tertentu
◦ Adalah masalah pada saat anak dilahirkan, seperti adanya
kesulitan dalam proses persalinan, lilitan tali pusat
sehingga mengganggu dalam proses persalianan, dsb
Penyebab (2)
◦ Masalah pada tahun-tahun pertama kehiduapan anak,
seperti infeksi pada otak, kuning yang berkepanjangan,
kejang yang tidak terkontrol, kecelakaan, serta adanya
malnutrisi
◦ Masalah dalam pola asuh seperti kurangnya stimulasi,
kekerasan pada anak, penelantaran, dsb
◦ Faktor genetik, seperti down’s syndrome

 Pada umumnya anak dengan RM sulit dicari satu


penyebab yang pasti
Derajat keparahan Perkiraan Rentang IQ Jumlah penyandang RM

RM Ringan (mild) 50-55 sampai sekitar 70 Kira-kira 85%

RM Sedang (moderate) 35-40 sampai 50-55 10%

RM Berat (severe) 20-25 sampai 35-40 3-4%

RM Parah (profound) Di bawah 20 atau 25 1-2%


RM ringan (mampu didik)
 Mulai tampak gejala pada usia sekolah dasar,
misalnya sering tidak naik kelas, selalu
memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan
rumah atau mengerjakan hal-hal yang berkaitan
dengan kebutuhan pribadi
 Anak dapat menyelesaikan pendidikan dasar (tamat
SD)
 80 % dari anak dengan RM termasuk dalam
golongan ini
RM sedang (mampu latih)
 Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan
adanya keterlambatan dalam perkembangan,
misalnya perkembangan wicara atau
perkembangan fisik lainnya
 Anak hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya
sendiri
 Pada umumnya tidak mampu menyelesaikan
pendidikan dasarnya
 Angka kejadian sekitar 12 % dari seluruh kasus RM
RM berat dan sangat berat
 Sudah tampak sejak anak lahir, yaitu
perkembangan motorik yang buruk dan
kemampuan bicara yang sangat minim
 Hanya mampu untuk dilatih belajar bicara dan
keterampilan untuk pemeliharaan tubuh dasar
 Angka kejadian 8 % dari seluruh RM
Adapun karakteristik diagnosis dari gangguan
retardasi mental menurut DSM-IV-TR
 Secara signifikan, setelah diukur dengan tes IQ yang terstandar, fungsi
intelektual berada dibawah rata-rata, IQ= 70 atau kurang dari 70
 Terdapat kekurangan atau gangguan dalam fungsi sosial adaptif minimal
pada 2 area berikut:
◦ Komunikasi
◦ Mengurus diri sendiri
◦ Kehidupan keluarga
◦ Keterampilan interpersonal
◦ Penggunaan sumber daya komunitas
◦ Kemampuan mengambil keputusan sendiri
◦ Keterampilan akademik fungsional
◦ Rekreasi
◦ Pekerjaan
◦ Kesehatan
◦ Keamanan
 Onset sebelum usia 18 tahun
Penanganan:
 Medis/obat-obatan
 Psikoterapi
 Pertolongan Dalam Bidang Pendidikan dan
Perawaatan.
RESIKO KELAHIRAN DOWN SYNDROME
 1/33

 1/40

1/50
Risk

 1/67

 1/100

 1/200

 0
 25  30  35  40  45  50

 Mother's Age
PENGERTIAN
 Kelainan bawaan sejak lahir yg
terjadi pada 1 diantara 700 bayi.
Mongolisme (Down’s Syndrome)
ditandai oleh kelainan jiwa atau
cacat mental mulai dari yg
sedang sampai berat.
 Tapi hampir semua anak yg

menderita kelainan ini dapat


belajar membaca & merawat
dirinya sendiri.
 Sindrom Down adalah suatu kumpulan gejala
akibat dari abnormalitas kromosom, biasanya
kromosom 21, yg tidak berhasil memisahkan
diri selama meiosis shg terjadi individu dgn
47 kromosom.
 Sindrom ini pertama kali diuraikan oleh

Langdon Down pada th 1866.


• Down Syndrom merup kelainan kromosom
autosomal yg paling banyak terjadi pada
manusia. Diperkirakan 20 % anak dgn down
syndrom dilahirkn oleh ibu yg berusia diatas 35
th.
• Synrom down merup cacat bawaan yg
disebabkan adanya kelebihan kromosom x.
• Syndrom ini juga disebut Trisomy 21, karena 3
dari 21 kromosom menggantikan yg normal.
• 95 % kasus syndrom down disebabkan oleh
kelebihan kromosom.
Faktor yg berperan dlm terjadinya kelainan
kromosom (Kejadian Non Disjunctional )
• Genetik: menurut hasil penelt epidemiologi
mengatakan ada peningkatan resiko berulang bila
dalam keluarga terdapat anak dgn syndrom down.
• Radiasi: ada sebag besar penelt bhw sekitar 30 %
ibu yg melahirkan anak dgn syndrom down
pernah mengalami radiasi sebelum terjadi
konsepsi.
• Infeksi & Kelainan Kehamilan
• Autoimun dan Kelainan Endokrin Pada ibu t/u
autoimun tiroid atau penyakit yg dikaitkan dgn
tiroid.
• Umur Ibu: bila umur ibu diatas 35 th
diperkirakan terdapat perub hormonal yg dapat
menyebabkan “non dijunction” pada
kromosom. Perub endokrin seperti
meningkatnya sekresi androgen, menurunnya
kadar hidroepiandrosteron, menurunnya
konsentrasi estradiolsistemik, perub
konsentrasi reseptor hormon dan peningkatan
kadar LH dan FSH secara tiba-tiba sebelum dan
selama menopause. Selain itu kelainan
kehamilan juga berpengaruh.
• Umur Ayah: selain itu ada faktor lain spt
gangguan intragametik, organisasi nukleolus,
bahan kimia & frek koitus.
GEJALA KLINIS
BBL bayi kurang dari normal.
Bbrp Bentuk Kelainan Anak dgn Syndrom Down:
• Sutura Sagitalis Yg Terpisah
• Fisura Palpebralis Yg Miring
• Jarak Yg Lebar Antara Kaki
• “Plantar Crease” Jari Kaki I Dan II
• Hiperfleksibilitas
• Peningkatan Jaringan Sekitar Leher
• Bentuk Palatum Yg Abnormal
• Hidung Hipoplastik
• Kelemahan Otot Dan Hipotonia
• Mulut Terbuka Dan Lidah Terjulur
• Lekukan Epikantus (Lekukan Kulit
Yg Berbentuk Bundar) Pada Sudut
Mata Sebelah Dalam
• Single Palmar Crease Pada
Tangan
• Jarak Pupil Yg Lebar
• Oksiput Yg Datar
• Tangan Dan Kaki Yg Pendek Serta
Lebar
• Bentuk / Struktur Telinga Yg
Abnormal
• Kelainan Mata, Tangan, Kaki,
Mulut, Sindaktili
• Mata Sipit
GEJALA LAIN
 Anak yg menderita kelainan ini umumnya
lebih pendek dari anak yg umurnya sebaya.
 Kepandaiannya lebih rendah dari normal.
 Lebar tengkorak kepala pendek, mata sipit

dan turun, dagu kecil, lidah kelihatan


menonjol keluar dan tangan lebar dgn jari-
jari pendek.
 Pada beberapa orang, memp kelainan jantung

bawaan.
 Juga sering ditemukan kelainan sal
pencernaan seperti atresia esofagus, atresia
duodenum, juga memiliki resiko tinggi
menderita leukimia limfositik akut.
 Dgn gejala seperti itu anak dapat mengalami

komplikasi retardasi mental, kerusakan hati


bawaan, kelemahan neurosensori, infeksi
saluran nafas berulang, kelainan GI.
PROGNOSIS
 44 % syndrom down hidup sampai 60 th dan
hanya 14 % hidup sampai 68 th. Tingginya
angka kejadian penyakit jantung bawaan
pada penderita ini yg m’akibatkan 80 %
kematian. Meningkatnya resiko terkena
leukimia pada syndrom down adalah 15 kali
dari populasi normal. Penyakit Alzheimer yg
lebih dini akan menurunkan UHH setelah
umur 44 th.
Anak syndrom down akan mengalami
beberapa hal berikut :
 Gangguan tiroid
 Gangguan pendengaran akibat infeksi telinga

berulang dan otitis serosa


 Gangguan penglihatan karena ada perub

pada lensa dan kornea


 Usia 30 th menderita demensia (hilang

ingatan, penurunan kecerdasan dan perub


kepribadian)
PENATALAKSANAAN
Penanganan Secara Medis
 Pendengaran : sekitar 70-80 % anak syndrom

down terdapat gg pendengaran dilakukan tes


pendengaran sejak dini.
 Penyakit jantung bawaan
 Penglihatan : perlu evaluasi sejak dini.
 Nutrisi : akan terjadi gangguan pertumb pada
masa bayi / prasekolah.
 Kelainan tulang : dislokasi patela, subluksasio

pangkal paha.
Pendidikan
• Intervensi Dini

Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi


orang tua untuk memberi lingk yg memadai bagi
anak dgn syndrom down, bertujuan untuk latihan
motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak
mampu berbahasa. Selain itu agar anak mampu
mandiri spt berpakaian, makan, belajar, BAB/BAK,
mandi,yg akan memberi anak kesempatan.
• Taman Bermain

Misal dgn peningkatan ketramp motorik kasar


dan halus melalui bermain dgn temannya, karena
anak dapat melakukan interaksi sosial dgn
temannya.
 Pendidikan Khusus (SLB-C)
Anak akan mendapat perasaan ttg identitas
personal, harga diri & kesenangan. Selain itu
mengasah perkembangan fisik, akademis dan
dan kemampuan sosial, bekerja dengan baik
dan menjalin hub baik.
 Penyuluhan Pada Orang Tua
 ADHD (GPPH)  masalah ‘konsentrasi’ dan ‘perilaku
hiperaktif’

 ADD (GPP)  hanya masalah ‘konsentrasi’


Karakteristik (berdasarkan DSM V):
1. Inattention
2. Hyperactivity
3. Impulsive

Kriteria diagnostic  DSM V


(Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders)
1. Perhatian
1. 6 / > gejala tidak mampu memusatkan perhatian seperti di bawah ini menetap
min.6 bulan pada derajat maladaptif dan tidak sesuai dg tk. perkembangannya:

a. Sering gagal memusatkan perhatian pada hal kecil /membuat kesalahan yang
ceroboh (tidak hati-hati) dalam pekerjaan sekolah, pekerjaan / kegiatan lain.
b. Sering sulit mempertahankan perhatian saat melaksanakan tugas / kegiatan
bermain
c. Sering seperti tidak mendengarkan saat diajak bicara langsung
d. Sering tidak mengikuti petunjuk dan gagal menyelesaikan pekerjaan sekolah
dan tugas (tidak disebabkan oleh perilaku menentang atau kegagalan
memahami petunjuk)
e. Sering sulit mengatur tugas dan kegiatan
f. Sering menghindar, tidak suka/enggan terlibat dalam tugas yang memerlukan
ketekunan berkesinambungan.
g. Sering menghilangkan benda yang diperlukan untuk melaksanakan tugas /
kegiatan
h. Perhatian sering mudah dialihkan oleh rangsangan dari luar
i. Sering lupa dalam kegiatan sehari-hari
2. Hiperaktivitas & Impulsive
2. 6 / > gejala hiperaktivitas dan impulsivitas seperti dibawah ini menetap min.6
bulan pada derajat maladaptif dan tidak sesuai dg tk perkembangannya :

• Sering tangan dan kakinya tidak bisa diam, tidak bisa duduk diam.
• Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas / di situasi lain dimana
diharapkan untuk tetap diam.
• Sering berlari-lari / memanjat berlebihan dalam situasi yang tidak sesuai
untuk hal tersebut.
• Sering mengalami kesulitan bermain / mengikuti kegiatan waktu senggang
dengan tenang.
• Sering dalam keadaan “siap bergerak” (atau bertindak seperti digerakkan
mesin)
• Sering bicara berlebihan
• Sering melontarkan jawaban sebelum pertanyaan selesai ditanyakan.
• Sering sulit menunggu giliran.
• Sering menyela / memaksakan diri terhadap orang lain (misal : memotong
percakapan/mengganggu permainan).
Tambahan

1. Gejala tersebut yang menimbulkan masalah terjadi


sebelum usia 12 tahun.
2. Kegagalan yang ditimbulkan oleh gejala-gejala
tersebut tampak pada 2/> tempat (di sekolah atau di
tempat bermain dan di rumah)
3. Ada permasalahan yang bermakna secara klinis pada
fungsi sosial, akademik, dan okupasional
4. Gejala-gejala tersebut tidak disebabkan oleh
gangguan yang lain: perkembangan pervasif,
skizofrenia / psikotik dan tidak diakibatkan
gangguan mental lain (misalnya : gangguan cemas,
gangguan kepribadian)
Jenis

1. Kombinasi pada kedua area  ADHD/C


Paling banyak dijumpai
2. Dominan pada area ‘konsentrasi’  ADHD/I
3. Dominan pada area ‘hiperaktif’  ADHD/HI
Prevalensi

 3-5% dari populasi anak usia sekolah


 Anak laki-laki lebih banyak

dibandingkan anak perempuan 


perempuan (konsentrasi)
 laki-laki (hiperaktif & impulsif)
Penyebab
 Belum diketahui secara pasti
 Faktor internal  genetik, gangguan sistem saraf &

otak
 Faktor eksternal  lingkungan, pola asuh, kondisi

keluarga
Komorbiditas
 Gangguan kesulitan belajar  Learning dissabilities
 Gangguan Perilaku  tunalaras, conduct disorder,

oppotitional disorder, autisme


 Gangguan kecemasan  anxiety disorder, bipolar
IDENTIFIKASI
 Tidaklah mudah
 Berdasarkan karakteristik
 Alat identifikasi & asesmen:
◦ Observasi
◦ Wawancara
◦ Tes (formal & informal)
Kesulitan Diagnosis ADHD
 Kriteria diagnosis : dapat muncul pada anak biasa
walaupun tidak seberat pada ADHD.
 Diperlukan observasi lebih dari satu / dua orang yaitu
guru, orang tua, dokter  diagnosis lebih akurat.
 Observasi ini tidak selalu sama dari masing-masing
observer.
 Gejala pada anak perempuan biasanya lebih halus :
ke arah “sulit berkonsentrasi” & jarang “Impulsif /
hiperaktif”.
Contoh Intervensi

Perilaku Akademik Medication

1. Self- 1. Peer Tutoring 1. Stimulan


monitoring 2. Instructional (ritalin,
2. Peer- modification methylphenid
monitoring 3. Computer- ate, dll)
3. Instructional Assisted 2. Antidepresan
choice Instruction 3. Obat lain
4. Contingency
management
EDUKASI KELUARGA SUBJEK ADHD
 ADHD bukan kesalahan anak disengaja  gangguan
fungsi otak (+)
 Anak ADHD membutuhkan bantuan untuk tetap
tenang dan memusatkan perhatian.

 Pemahaman dari orangtua dan guru.

 Hasil pengobatan lebih baik + Arahan orangtua dan


guru.

 Anak ADHD dapat menyesuaikan diri dengan lebih


baik & berhasil.
Tips - Inattention
 Posisi duduk di tempat yg tenang
 Posisi duduk dekat dg role model yg baik
 Kurangi jumlah tugas
 Jarak antar tempat duduk dibuat agak jauh
 Beri ‘extra’ waktu utk menyelesaikan tugas
 Beri tugas yang dpt diselesaikan dlm wkt pendek
 Beri instruksi yg jelas & singkat
 Bagi tugas yang panjang mjd potongan2 tugas yg
sedikit
Tips - Impulsiveness
 Abaikan/ jgn beri perhatian/respon pd perilaku anak
yg kurang tepat
 Beri perhatian/respon pd perilaku positif anak
 Tetapkan sistem ‘reward & punishment’
 Posisi duduk dekat dg guru atau role model yg positif
 Buat kontrak perilaku yg boleh dilakukan & yg tidak

(behavior contract)
 Awasi anak dg intensif
 Beri pujian pada perilaku positif anak
Tips - Hyperactivity
 Ijinkan anak utk berdiri saat mengerjakan tugas
 Awasi anak scr intensif
 Beri kesempatan anak utk bergerak
 Ingatkan anak utk mengecek tugasnya setelah selesai
 Beri jeda waktu saat memberikan tugas pd anak
 Beri ‘extra’ waktu utk menyelesaikan tugas
AUTIS

Hamb
atan
Emosi

Hamb
atan
sosial

Hambat
an
Perilaku
SIGN OF AUTISM
Spectrum Autism
Kelebiha
n anak

imitatin Memory
g pothograp
Gangguan Perkembangan Pervasif
(Pervasive Developmental Disorders /PDD)

PPD terdiri dari beberapa jenis yaitu :

 Autism
 Syndrome Aspergers
 Syndrome Retts
 Childhood Disintegrative Disorder (CDD)
 Pervasive Developmental Disorder or Not
Otherwise Specified (PDD:NOS)
 Diagnosa ini hanya dapat dilakukan oleh
tim dokter atau praktisi ahli
bersadarkan pengamatan seksama
terhadap perilaku anak autisme dan
disertai konsultasi dengan orang tua
anak

 Anak yang telah didiagnosa dan masuk


dalam kategori PDD mempunyai
persamaan dalam hal keterbatasan
bersosialisasi dan berkomunikasi akan
tetapi tingkat spektrumnya berbeda
satu dengan lainnya.
AUTISM

Adanya gangguan dan keterlambatan pada aspek


kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan
interaksi sosial
6 Gejala Utama Autism

1. Kegagalan untuk mengembangkan


kehidupan sosial normal
2. Gangguan bicara, bahasa dan
komunikasi
3. Respon tidak normal terhadap objek
benda/situasi
4. Respon tidak normal terhadap
stimulasi sensoris
5. Perbedaan perkembangan dan
keterlambatan perkembangan
6. Dimulai sejak usia bayi atau anak
Syndrome Aspergers

 Gejala khas gangguan interaksi sosial


ditambah adanya minat dan aktivitas yang
terbatas
 Secara umum tidak menunjukkan
keterlambatan bahasa, bicara, tetapi
kesulitan memahami komunikasi non verbal
serta kata – kata yang banyak arti
 Memiliki tingkat intelegensi rata – rata
sampai diatas rata – rata
 Sebagian besar penderita Syndrome Asperger

bisa hidup secara mandiri


Syndrome Retts

 Kondisi yang bersifat degeneratif


 Hanya menimpa anak perempuan
 Gejala dapat dimulai usia 6 bulan hingga usia

18 bulan
 Pertumbuhan kepala lambat
 Kehilangan kemampuan menggunakan

gerakan tangan
 Berkembang seperti gejala khas autism
Childhood Disintegrative Disorder (CDD)

 Pertumbuhan yang normal pada usia 1


sampai 2 tahun
 2- 10 tahun kemampuan terus menurun
 Gejala tambahan, menunjukkan fungsi
abnormal sedikitnya dua hal dari :Interaksi
sosial dan komunikasi
 Pola perilaku terbatas : perhatian dan
aktivitas
Pervasive Developmental Disorder or Not Otherwise
Specified (PDD:NOS)
 Karakteristik utama kesulitan dengan keterampilan

interaksi sosial dan komunikasi


 Tanda terlihat dari bayi namun diagnosa baru bisa

ditegakkan pada usia 4 tahun


 Tidak melewati tahap babbling/mengoceh

 Kesulitan merespon saat orang berekspresi

 Saat masuk ke lingkungan sekolah tampak


bersemangat tapi tidak mampu berinteraksi
dengan layak.
What is Pica?

 Pica can be classified as an eating disorder.


 It causes a person to develop an uncontrollable desire
to eat substances that have little or no nutritive value in
large amounts.
 Conditions for these actions to be considered pica:
 They must persist for more than one month at an age
where eating such objects is considered
developmentally inappropriate (some children eat non
edible substances because of curiosity, but not craving)
 Not part of a cultural practice and severe enough to
cause clinical attention.
What causes pica?
 A deficiency in iron, zinc, or another nutrient may lead to pica. The
body will try to replace the low levels of nutrients through “food”.
 Mental health conditions, such as obsessive-compulsive disorder
(OCD) and schizophrenia can develop pica to cope
 People with eating disorders such as Anorexia Nervosa may attempt
to ease hunger by eating nonfood substances to get a feeling of
fullness
 Cultural factors — in families, religions, or groups in which eating
nonfood substances is a learned practice
 Parental neglect, lack of supervision, or food deprivation — often
seen in children living in poverty
 Developmental problems, such as mental retardation, autism, other
developmental disabilities, or brain abnormalities
 Pregnancy due to the increase in iron demand by the developing
baby.
How does pica affects the brain?
 The specific causes of pica are unknown, but
certain conditions and situations can increase
a person's risk:
 Nutritional deficiencies, such as iron or zinc,

that may trigger specific cravings (however,


the nonfood items craved usually don't
supply the minerals lacking in the person's
body)
Negative Effects of Pica
 Pica is a serious eating disorder that can
result in severe health problems such as:
 Lead poisoning
 Intestinal blockages
 Parasitic infections
 Choking
 Malnutrition/Starvation
 Infection
 Death-if left untreated
How To Identify Pica
 There is no specific test to decide whether
someone has pica they can only:
 Test your blood for low levels of zinc or iron
 Test your blood for lead or arsenic poisoning
Treatment for Pica
 This may include Iron supplementation for
Anemia
 Mental Health Counseling
 Medication to help with OCD or
psychological disorders
 Removal of items from the surroundings
Prognosis

 Prognosis success varies. In many cases, the


disorder lasts several months, then
disappears on its own. In some cases, it may
continue into the teen years or adulthood,
especially when it occurs with developmental
disorders.
Definition in the Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders

 The persistent refusal to talk in one or more social


situations, including school
 Consistent failure to speak in specific social situations in
which there is an expectation for speaking (e.g., school),
despite speaking in other situations
 The disturbance interferes with educational or occupational
achievement or with social communications
 The duration of the disturbance is at least 1 month (not
limited to the first month of school)
 Failure to speak is not limited to lack of knowledge or
comfort with social language required (e.g., bilingual or
immigrant children)

(American Psychiatric Association, 1994)


Symptoms:
 Excessive shyness
 Fear of social embarrassment
 Social isolation
 Withdrawal
 Impulsive traits
 Negativism
 Clinging behavior
 Temper tantrums
 Controlling or oppositional behaviors
Theories of causation
 Immigrant family background
 Significant early childhood trauma
 Injury that affects the mouth
 Possible family secrets

 Anxiety is most commonly an underlying


feature!
Problems of Selective Mutism
 Provides limited opportunity for social
interaction and growth
 Delays the development of appropriate oral

reading and work attack skills


 Hinders the involvement in normal school

activities
Prevalence

 Estimated to occur in less than .8 per


1,000 of the population
 Slightly more common in females than
males
 Onset is usually before 5 years
◦ Many times disturbances may not come into
attention until entry into school
 One or both parents of a selectively
mute child have a history of anxiety
symptoms, including shyness, social
anxiety, or panic attacks
◦ Suggests the child’s anxiety is a familial
History
 Previously called elective mutism,
renamed in 1987
 Covers broad spectrum from psychoanalytic
schools of Europe in 1800s to contemporary
behavioral interventions
 In early German literature, selectively mute
children were removed from the home and place
in residential treatment centers
 A Norway study by Wergeland (1979) described
selectively mute children who were removed
from their homes from 8 months to 3 years
◦ Found that untreated children were better at follow-up
than the children who had been removed from their
homes
History con’t

 Little attention paid to associated speech


and
language problems in children with
selective mutism until Baltaxe (1994) who
examined 12 years of records at the UCLA
Neuropsychiatric Institute:
◦ Of the 24 patients identified:
 75% had articulation problems
 86% failed auditory processing measures
 60% demonstrated receptive language problems
 75% showed expressive deficits

(Baltaxe, 1994)

Psychoanalytic View
Psychoanalysts: children who are orally
fixated wish to punish their parents
◦ They may be maintaining a family secret,
displacing hostility toward the mother, or
regressing to a pre-verbal stage
 Atoynatan (1986) believed the mutism was
a vehicle for the mother’s unexpressed
hostility
◦ Through it, the child achieves an exclusive
relationship with the mother

(Atoynatan, 1986)
Behavioral View
 Selective mutism is the product of a long
series of negatively reinforced learning
patterns
 Approaches reduce anxiety about talking
and/or reinforcing the child for speaking

(Giddan et. Al, 1997)


SLP roles in Selective Mutism
 Communication and Linguistic specialist
◦ Often the first consulted when a child is not
talking in school
 Coordinate efforts of a multidisciplinary team
◦ Psychologist, psychotherapist, social worker,
classroom teacher, special education teacher,
parents, peers
 Important contributors to the programs
designed for the child
 Education for other professionals, teachers,
parents/family
 Help the teacher develop different methods of
assessment of the child’s reading abilities
 Advocate/Confidant for the child
Diagnosing
 SLPs first must refer the parents and child
to a mental health practioner!
 Assess the child’s receptive language

◦ To make linguistic diagnoses, the SLP will have to


rely on language samples recorded on audio- or
videotape at home
 Then, remediation of the linguistic aspect of
the problem can only be addressed once
speech has been initiated in the therapy
setting
Treatment Types
 Two pronged approach:
◦ Individual psychotherapy to help reduce the
general anxiety
◦ A behavioral program at school to slowly
shape appropriate communication
 Treatment revolves around:
◦ contingency management: rewards speaking
behavior and ignores non-speaking behavior
◦ stimulus fading: introduces a new person to a
situation where the child normally speaks
◦ response initiation: encouraging child to
initiate communication
(Schum, 2002)
Treatment Types
 (Krohn, Weckstein, & Wright, 1992)
developed a
response initiation approach
 Begins with a psychiatric evaluation,
information
presented to parents, and a brief period
of therapy
◦ Children given message that speaking is
necessary
 Therapist schedules a complete day when
child will spend the day with the therapist
◦ The child is required to speak one word to the
therapist before leaving the therapist’s office

Psychoeducational Approach

 Multidisciplinary approach, includes


psychologist, SLP, classroom teacher,
parents
 Psychotherapy and Speech and Language
Therapy
 Encourage nonverbal gestures:
◦ Making eye contact, following directions,
nonverbal participation in group activities,
pantomime activities,
 Leads to Stimulus Fading
 Response Initiation, whispering
 Expand on verbalizations by having child
Psychoeducational Approach
con’t
 Child must agree to whisper in SLP
sessions
◦ Generalize to classroom teacher, an aide,
others in the school environment, peers
 Shaping, encourage use of other
vocalizations
◦ Cough, sounds with a kazoo, animal sounds
◦ Increase volume, child must be interested and
animated about topics
 Generalize voice to specific words, class
subjects, and finally different settings
 Must use reinforcing Rewards!
Peer Approach

 Involve the child with peers in various activities


 Most selectively mute children are well accepted
and liked
 SLP identifies which peers show a mutual
interest in the child
 Collaborates with teacher to set up instructional
situations in which the child is paired with a
preferred peer
 Peer can also attend speech and language
therapy sessions
 Generalize from short activities to therapy
sessions to home visits to activities outside
home and school
Videotape/Audiotape Approach
 Self Modeling
◦ Child can see what it will be like when the child
talks
 Tape at home, listened to at therapy
 Good for children who are resistant to
behavioral therapy
 Video freeforward:
◦ Videotapes of the child talking obtained in
situations in which the child talks fluently are
edited with videotapes of the child in situations
in which the child does not talk so that the edited
intervention videotape depicts that child talking
in situations in which he or she has been mute.
(Blum, N.J. et. Al, 1998)
Treatment Issues

 The longer the child is silent, the more


entrenched the behavior gets
 Course of treatment is unpredictable

◦ Based on length of time the behavior has


existed, personality factors, willingness of the
significant others to focus on the problem
 Selectively mute children often found in
immigrant populations
◦ Due to cultural and linguistic differences
between home and school
Treatment Issues con’t

 Recent medical literature reports use of


antidepressants to treat selective mutism
◦ Helpful in treating anxiety symptoms, does not
treat mute behaviors
 Routine and structure important for an
anxious child, know what is to come
◦ Often “slow to warm up”, let the child observe first
 (Schum, 2002) suggests using terms such as
“shy” and “nervous” to describe feelings
when they are reluctant to speak, and
“brave” when they speak
(Schum, 2002)
Treatment Issues con’t
 Selectively mute children are often
inadvertently rewarded for not talking
◦ Follow rules, quiet
◦ Fellow classmates often reinforce, support, and
enable silence by speaking for the child
 Easy for people to become frustrated with the
child
Definition
 Failure to thrive  mula-mula pd awal
th.1900 dipakai utk menguraikan:
◦ keadaan malnutrisi1
◦ dan keadaan depresi pd bayi2

 Failure to thrive  suatu deskripsi dan bukan


menyatakan suatu diagnostik:
◦ pada anak yg BB-nya tidak naik-naik3
◦ atau peningkatan BB secara bermakna di bawah BB
anak lainnya yg seusia dan berjenis kelamin sama4.

87
Table 1. Definitions of Failure To Thrive (FTT)
 Attained growth
◦ Weight < 3rd percentile on NCHS growth chart
◦ Weight for height < 5th percentile on NCHS growth chart
◦ Weight 20% or more below ideal weight for height
◦ Triceps skin fold thickness < 5 mm
 Rate of growth
◦ Depressed rate of weight gain
 < 20 g/d from 0-3 months of age
 < 15 g/d from 3-6 months of age
◦ Fall-off from previously established growth curve
 Downward crossing of > 2 major percentiles on NCHS growth
chart
◦ Documented weight loss

88
Figure 1. The curve of patient with FTT

Delayed 8 weeks or more

89
Figure 2. The curves of patient with FTT

(Weight)

(Height)

(Head
normal circumference)

90
Etiology(1)

 Faktor-faktor penyebab gagal tumbuh pada


bayi dan anak, meliputi:
◦ Penyakit medis yg serius/berat
◦ Disfungsi interaksi antara anak dan pengasuhnya
◦ Kemiskinan
◦ Misinformasi orangtua
◦ Child abuse

91
Figure 3. Nonorganic FTT

92
Etiology(2) Etiology(2)

 Mayoritas kasus penyebabnya bukan penyakit


organik; tapi gagal tumbuh sering karena problem
psikososial

 Apakah penyebabnya penyakit primer organik atau


psikososial  anak akan mengalami malnutrisi dg
konsekuensi fisik dan psikologik berisiko long-term
physical and psycho-developmental squelae.

93
Figure 4. Organic etiology
(intestinal malrotation)

Abnormal bands

94
Figure 5. Pedigree patient with FTT

95
Figure 6. Pedigree patient with FTT
Carrier
F1 :

Unaffected Unaffected Carrier grand


F2 :
grand father grand mother or grand father mother

Unaffected
F3 :
Mr. A Mrs. A

F4 : Unaffected

8 year old 18 month old


unaffected Affected
96
Table 2. Causes of inadequate weight gain

1. Inadequate intake:
Poverty, misperceptions about diet & feeding practices, error in formula
constitution, dysfunctional parent-child interaction, mechanical problems with
suck-swallow-feeding, systemic disease resulting in anorexia/food refusal.
2. Calorie wasting:
Persistent vomiting, mal-absorption and/or chronic diarrhea, renal losses.

3. Increased caloric requirements:


Congenital heart disease, chronic respiratory disease, neoplasm,
hyperthyroidism, chronic or recurrent infection.

4. Altered growth potential/regulation:


prenatal insult, chromosomal abnormality, endocrinopathies.

97
Keys of aspects of the evaluation

 Evaluasi pertumbuhan sekarang dan yg


terdahulu:
◦ Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
◦ Perkembangan / kebiasaan
◦ observasi makanannya
◦ situasi-spesifik dan interaksi global anak-
orangtua
◦ Pemeriksaan laboratorium selektif tergantung
hasil pemeriksaan di atas

98
Diagnosis(1)
 Bila anak pertumbuhannya buruk 
fokuskan pada:
◦ Identifikasi gejala dan peny. yg mendasari.
◦ Tingkat beratnya malnutrisi.
◦ Penting mencari tanda-tanda spt. kekerasan fisik
(physical abuse) / terlantar/tidak diinginkan atau
tingkah-laku yg menyimpang

 Interaksi orangtua-anak
◦ Perhatikan waktu anak makan  cara ini utk
mengidentifikasi tingkah-laku spesifik atau
masalah interaksi selama makan.

99
Diagnosis Diagnosis(2)
 Perkembangan Psychomotor:
◦ Bila anak gagal tumbuh psikososial berat 
manifestasi bermacam-macam dari hyperalert,
perhatiannya berlebihan sampai menolak kontak
mata dan apathetic withdrawal.

◦ Beberapa anak manifes perkembangan


terhambat, terutama pada area bahasa dan
tingkah-laku adaptif sosial  tergantung pada
stimulasi lingkungan.

10
0
Diagnosis (3)
Diagnosis (3)

 Pemeriksaan laboratorium:
◦ Tergantung riwayat penyakit, pem. fisik, data
pertumbuhan, dan peny. organik.

◦ Studi laboratorium utk menentukan status nutrisi


dan masalah anemia defisiensi besi.

◦ Pemeriksaan Lab.: darah lengkap, serum


elektrolit, serum kreatinin, total protein/albumin,
urinalysis, kultur urine, and bone age (bila tinggi
badan juga buruk).

10
1
Management(1)

 Evaluasi dan tatalaksana  secara obat-jalan.

 Gagal tumbuh psikososial  perlu MRS bila berisiko


tinggi, mengalami kekerasan fisik / terlantar,
malnutrisi berat atau scr medis tidak stabil, atau
tatalaksana obat-jalan mengalami kegagagalan.

 Tatalaksana gagal tumbuh psikososial bersifat individu


tergantung kebutuhan spesifik anak dan keluarga.

10
2
Management(2)
 Rehabilitasi nutrisional difokuskan pd upaya
 mengoreksi:
◦ Interaksi anak-orangtua
◦ Misinformasi orangtua
◦ Tuntunan makanan spesifik
◦ Kebutuhan psikososial keluarga.

 Pendekatan tim multidisiplin:


◦ Meliputi pekerja sukarela / pekerja sosial,
nutrisionis, spesialis perilaku anak, dan
community-based outreach services.

10
3
 Child abuse atau perlakuan salah pada anak
telah menjadi suatu problema yang penting
dalam bidang sosial dan medis yang
menyebabkan kesakitan, kecacatan fisik,
emosional, dan kematian,
 selama 75 tahun terakhir ini, perundang-

undangan yang mengatur tentang kekejaman


terhadap binatang lebih diutamakan daripada
perundang-undangan yang mengatur tentang
kekejaman terhadap anak2.
Definisi
Child abuse pada anak didefinisikan sebagai
segala perlakuan buruk yang dilakukan
terhadap anak ataupun adolesen oleh para
orangtua, wali, atau orang lain yang
seharusnya memelihara dan merawat anak
itu.
 Patricia (1985) mendefinisikan sebagai
suatu kelalaian tindakan/perbuatan oleh
orangtua atau yang merawat anak yang
mengakibatkan terganggu kesehatan fisik,
emosional, serta perkembangan anak. Ini
mencakup penganiayaan fisik dan emosi,
kelalaian dan eksploitasi seksual.
 Hukum masyarakat Amerika Serikat
mendefinisikan child abuse (1974) sebagai
child maltreatment, yaitu trauma fisik atau
mental, penganiayaan seksual, kelalaian
pengobatan terhadap anak di bawah usia 18
tahun oleh orang yang seharusnya
memberikan kesejahteraan baginya. Dengan
demikian, kesejahteraan anak dirusak atau
terancam
Perlakuan salah pada anak di Amerika Serikat,
sekitar 32% terjadi di bawah usia 5 tahun;
27% antara usia 5--9 tahun; 27% antara usia
10--14 tahun; dan 14% antara usia 15--18
tahun. Lebih dari 50% dari semua
penganiayaan dan pengabaian, terjadi pada
anak yang lahir prematur atau berat lahir
rendah.
 Di Indonesia, Narendra melaporkan (1992)
4,87% kasus cedera pada anak yang dirawat
di rumah sakit disebabkan oleh kesengajaan.
Etiologi

Karakteristik orangtua dan keluarga


Faktor-faktor yang banyak terjadi dalam keluarga dengan child
abuse
antara lain
 Para orangtua juga penderita perlakuan salah pada masa
kanak-kanak.
 Orangtua yang agresif dan impulsif.
 Keluarga dengan hanya satu orangtua.
 Orangtua yang dipaksa menikah saat belasan tahun sebelum
siap secara emosional dan ekonomi.
 Perkawinan yang saling mencederai pasangan dalam
perselisihan.
 Tidak mempunyai pekerjaan.
 Jumlah anak yang banyak.
 Adanya konflik dengan hukum.
 Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.
 Kondisi lingkungan yang terlalu padat.
 Keluarga yang baru pindah ke suatu tempat yang baru dan
tidak mendapat dukungan dari sanak keluarga serta kawan-
kawan.
Karakteristik anak yang mengalami perlakuan salah
Beberapa faktor anak yang berisiko tinggi untuk
perlakuan
salah adalah:
 Anak yang tidak diinginkan.
 Anak yang lahir prematur, terutama yang
mengalami komplikasi neonatal, berakibat adanya
keterikatan bayi dan orangtua yang
membutuhkan perawatan yang berkepanjangan.
 Anak dengan retardasi mental, orangtua merasa
malu.
 Anak dengan malformasi, anak mungkin ditolak.
 Anak dengan kelainan tingkah laku seperti
hiperaktif mungkin terlihat nakal.
 Anak normal, tetapi diasuh oleh pengasuh karena
orangtua bekerja
Beban dari lingkungan: Lingkungan hidup dapat
meningkatkan beban terhadap perawatan
anak.
Klasifikasi
 Penganiayaan fisik
Kekerasan ringan atau berat berupa trauma,
atau penganiayaan yang dapat menimbulkan
risiko kematian. Yang termasuk dalam
katagori ini meliputi memar, perdarahan
internal, perdarahan subkutan, fraktur, trauma
kepala, luka tikam dan luka bakar, keracunan,
serta penganiayaan fisik bersifat ritual.
 Penganiayaan seksual
Penganiayaan seksual dapat berupa inces
(penganiayaan seksual oleh orang yang masih
mempunyai hubungan keluarga), hubungan
oro-genital, pornografi, prostitusi, eksploitasi,
dan penganiayaan seksual yang bersifat ritual.
 Pengabaian
Pengabaian disengaja, tetapi dapat juga karena
ketidaktahuan ataupun akibat kesulitan ekonomi. Yang
termasuk dalam kategori ini meliputi:
- Pengabaian nutrisi atau dengan sengaja kurang
memberikan makanan, paling sering dilakukan pada
bayi yang berat badan rendah. Gagal tumbuh, yaitu
suatu kegagalan dalam pemenuhan masukan kalori
serta kebutuhan emosi anak yang cukup.
- Pengabaian medis bagi anak penderita suatu penyakit
akut atau kronik sehingga mengakibatkan
memburuknya keadaan, bahkan kematian.
- Pengabaian pendidikan anak setelah mencapai usia
sekolah, dengan tidak menyekolahkannya.
- Pengabaian emosional, dimana orangtua kurang
perhatian terhadap anaknya.
- Pengabaian keamanan anak. Anak kurang
pengawasan sehingga menyebabkan anak mengalami
risiko tinggi terhadap fisik dan jiwanya.
 Sindroma Munchausen
Sindroma Munchausen merupakan
permintaan pengobatan terhadap penyakit
yang dibuat-buat dengan pemberian
keterangan medis palsu oleh orangtua, yang
menyebabkan anak banyak mendapat
pemeriksaan/prosedur rumah sakit
 Orangtua berpindah dari satu dokter ke dokter yang
lain sampai satu saat akhirnya bercerita bahwa ada
sesuatu yang salah dengan anak mereka.
 Penyakit anak yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya.
 Anak yang gagal tumbuh tanpa alasan yang jelas.
 Anak wanita yang tiba-tiba berubah tingkah
lakunya, menyendiri atau sangat takut dengan
orang asing, harus diwaspadai kemungkinan
terjadinya penganiayaan seksual.
 Pada anak yang lebih tua, mungkin dapat
menceritakan jejasnya, tetapi kemudian mengubah
uraiannya karena rasa takut akan pembalasan atau
untuk mencegah pembalasan orang tua.
kondisi yang erat hubungannya dengan perlakuan salah
pada anak,
 Riwayat keluarga dari penganiayaan anak yang lalu.
 Kecelakaan yang berulang-ulang, dengan
fraktur/memar/jaringan yang berbeda waktu
sembuhnya.
 Orangtua yang lambat mencari pertolongan medis.
 Orangtua yang mengaku tidak mengetahui bagaimana
jejas tersebut terjadi.
 Riwayat kecelakaan dari orangtua berbeda atau
berubah-ubah pada anamnesis.
 Keterangan yang tidak sesuai dengan penyebab jejas
yang tampak atau stadium perkembangan anak.
 Orangtua yang mengabaikan jejas utama dan hanya
membicarakan masalah kecil yang terus-menerus.
Riwayat Penyakit dan Pemeriksaan Fisik
Penganiayaan fisik
 Luka memar, terutama di wajah, bibir, mulut,
telinga, kepala, atau punggung.
 Luka bakar yang patognomonik dan sering terjadi:
rokok, pencelupan kaki-tangan dalam air panas,
atau luka bakar berbentuk lingkaran pada bokong.
Luka bakar akibat alat listrik seperti oven atau
setrika
 Trauma kepala, seperti fraktur tengkorak, trauma
intrakranial, perdarahan retina, dan fraktur tulang
panjang yang multipel dengan tingkat
penyembuhan yang berbeda
 Trauma abdomen dan toraks lebih jarang
dibanding trauma kepala dan tulang pada
penganiayaan anak. Penganiayaan fisik lebih
dominan pada anak di atas usia 2 tahun
Pengabaian
 Pengabaian medis, yaitu tidak mendapat

pengobatan yang memadai pada anak


penderita penyakit kronik karena orangtua
menyangkal anak menderita penyakit
kronik, tidak mendapat imunisasi dan
perawatan kesehatan lainnya
 Kegagalan yang disengaja oleh orangtua

juga mencakup kelalaian merawat


kesehatan gigi dan mulut anak sehingga
mengalami kerusakan gigi
Penganiayaan seksual
Tanda dan gejala dari penganiayaan seksual
terdiri dari:
 Nyeri vagina, anus, dan penis serta adanya

perdarahan atau sekret di vagina.


 Disuria kronik, enuresis, konstipasi
 Pubertas prematur pada wanita.
Penatalaksanaan
 Karena perlakuan salah pada anak ini
merupakan akibat dari penyebab yang
kompleks, maka penanganan harus dilakukan
oleh suatu tim dari multidisiplin ilmu yang
terdiri dari dokter anak, psikiater, psikolog,
petugas sosial, ahli hukum, pendidik, dan
lain-lain
 Di Indonesia telah ada kebijakan
pemerintah yang tertuang dalam dalam
Kesepakatan Bersama antara :Menteri Sosial
RI No.: 75/HUK/2002, Menteri Kesehatan
No. :1329/Menkes/SKB/X/2002, Menteri
Negara Pemberdayaan Perempuan RI No.:
14/Men PP/Dep.V/X/2002, dan Kepala
Kepolisian Negara RI No.: B/3048/X2002
Tentang Pelayanan Terpadu Korban
Kekerasan Terhadap Perempuan dan anak.
 perlu dibentuk sistem jaminan social bagi
anak. Kalau selama ini budget yang begitu
besar terserap untuk BLT, Askeskin, dan
lainnya. Akan lebih efektif jika integrasikan
menjadi satu sistem jaminan social termasuk
di dalamnya untuk kesejahteraan dan
perlindungan anak.
 meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan dan perlindungan anak, selain sosialisasi
yang intensif mengenai UU no 23 tahun 2002
tentang perlindungan anak, juga proses edukasi
pada masyarakat mengenai perkambangan anak,
pola asuh anak, dan pendisiplinan anak, sehinga
orang tua paham bagaimana harus menghadapi
anak.
 Pelatihan Life Skill . Yang di maksud dengan
pelatihan life skill meliputi penyelesaian konflik
tanpa kekerasan, ketrampilan menangani stress,
manajemen sumber daya, membuat keputusan
efektif, komunikasi interpersonal secara efektif,
tuntunan atau guidance dan perkembangan anak,
termasuk penyalahgunaan narkoba.

Anda mungkin juga menyukai