Qital
Qital
yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat
baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia
amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Artikel Quran :
TAFSIR SURAT AL-BAQARAH AYAT : 216
Jumat, 06 Maret 09
Tafsir Ayat : 216
Ayat ini mengandung hukum wajibnya berjihad di jalan Allah setelah sebelumnya kaum
muslimin diperintahkan untuk meninggalkannya, karena mereka masih lemah dan tidak mampu.
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berhijrah ke Madinah dan jumlah kaum muslimin
bertambah banyak dan kuat, Allah memerintahkan mereka untuk berperang, dan Allah
mengabarkan bahwasanya peperangan itu sangatlah dibenci oleh jiwa karena mengandung
keletihan, kesusahan, menghadapi hal-hal yang menakutkan dan membawa kepada kematian.
Tapi sekalipun demikian berjihad itu merupakan kebaikan yang murni, karena memiliki ganjaran
yang besar dan menghindarkan dari siksaan yang pedih, pertolongan atas musuh dan
kemenangan dengan ghanimah dan sebagainya, yang memang menimbulkan rasa tak suka.
شّر ّلُكْم
َ شْيًئا َوُهَو
َ حّبوا
ِ سى َأن ُت
َع
َ " َوDan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat
buruk bagimu". Hal itu seperti tidak ikut pergi berjihad demi menikmati istirahat, itu adalah
suatu keburukan, karena akan mengakibatkan kehinaan, penguasaan musuh terhadap Islam dan
pengikutnya, terjadinya kerendahan dan hina dina, hilangnya kesempatan mendapat pahala yang
besar dan (sebaliknya) akan memperoleh hukuman.
Ayat ini adalah umum lagi luas, bahwa perbuatan-perbuatan baik yang dibenci oleh jiwa manusia
karena ada kesulitan padanya itu adalah baik tanpa diragukan lagi, dan bahwa perbuatan-
perbuatan buruk yang disenangi oleh jiwa manusia karena apa yang diperkirakan olehnya bahwa
padanya ada keenakan dan kenikmatan ternyata buruk tanpa diragukan lagi.
Perkara dunia tidaklah bersifat umum, akan tetapi kebanyakan orang bahwa apabila ia senang
terhadap suatu perkara, lalu Allah memberikan baginya sebab-sebab yang membuatnya berpaling
darinya bahwa hal itu adalah suatu yang baik baginya, maka yang paling tepat baginya dalam hal
itu adalah ia bersyukur kepada Allah, dan meyakini kebaikan itu ada pada apa yang terjadi,
karena ia mengetahui bahwa Allah Ta’ala lebih sayang kepada hambaNya daripada dirinya
sendiri, lebih kuasa memberikan kemaslahatan buat hambaNya daripada dirinya sendiri, dan
lebih mengetahui kemaslahatannya daripada dirinya sendiri, sebagaimana Allah Ta’ala
berfirman, نَ ل َتْعَلُمو
َ ل َيْعَلُم َوَأنُتْم
ُ " َواAllah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui". Maka yang
pantas bagi kalian adalah kalian sejalan dengan segala takdir-takdirNya, baik yang
menyenangkan ataupun yang menyusahkan kalian.
Dan tatkala perintah berperang tidak dibatasi, pastilah akan mencakup bulan-bulan haram dan
selainnya, Allah Ta’ala mengecualikan peperangan pada bulan-bulan haram seraya berfirman,
(ayat berikutnya –pent.)
جاِهِلّيًة
َ ت ِمْيَتًة
َ سُه ِباْلَغْزِو َما
َ ث َنْف
ْ حّد
َ ت َولَمَْيْغُز َوَلْم ُي
َ ن َما
ْ َم
"Barang siapa meninggal dunia sedang ia tidak pernah ikut berperang dan ia juga tidak pernah
berniat untuk berperang, maka ia meninggal dunia dalam keadaan jahiliyah.” (Muttafaq ‘alaih)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda pada waktu Fathu Makkah (pembebasan kota
Makkah):
سُتْنِفْرُتْم َفاْنِفُروا
ْ جَهاٌد َو ِنّيٌة َوِإَذا ا
ِ ن
ْ ح َوَلِك
ِ جَرةَ َبْعَد اْلَفْت
ْ ل ِه
َ
“Tidak ada hijrah setelah Fathu Makkah (pembukaan kota Makkah), akan tetapi yang ada yaitu
hijrah untuk jihad dan untuk niat baik. Bila kalian di minta untuk maju perang, maka majulah !”
(Muttafaq ‘alaih)
Imam Az-Zuhri mengatakan, “Jihad itu wajib bagi setiap individu, baik yang dalam keadaan
berperang maupun yang sedang duduk (tidak ikut berperang). Orang yang sedang duduk, apabila
dimintai bantuan, maka ia harus memberikan bantuan, jika diminta untuk maju berperang, maka
ia harus maju perang, dan jika tidak dibutuhkan, maka hendaknya ia tetap di tempat (tidak ikut).”