Standar Kompetensi :
Kemampuan mengidentifikasi, mengenal dan merekontruksikan sejarah Islam di
Andalusia.dan gerakan modernisasi dunia Islam, latar belakang dan dampaknya.
Dalam keberhasilannya pasukan yang dipimppin Thariq Ibn Ziyad dan Musa
Ibn Nushair dalam pengembangan kekuasaan Islam Bani Umayyah di Andalusia,
membuka lembaran baru sejarah politik Islam. Sebab dengan jatuhnya Andalusia dan
kota-kota penting lainnya di negeri itu, menambah luas daerah kekuasaan Islam
dinasti Bani Umayyah. Pengambilalihan kekuasaan dari tangan Thariq Ibn Ziyad oleh
Musa Ibn Nushair dan penyerahan kekuasaan Musa kepada anaknya, Abdul Aziz Ibn
Musa Ibn Nushair, menandai awal berdirinya kekuasaan Islam di sana.
Abdul Aziz Ibn Musa Ibn Nushair boleh disebut sebagai peletak pertama
berdirinya kekuasaan Islam di Andalusia sebab ia merupakan orang pertama yang
menjadi penguasa di negeri itu setelah dikalahkan oleh pasukan Islam. Kebijakan-
kebijakan politik pemerintahan yang dikeluarkannya merupakan bukti kepiaweannya
dalam memimpin negeri yang baru saja porak-poranda dilanda perang.
Keberhasilannya membangun masyarakat baru dan proses penyebaran Islam,
merupakan karya nyata yang tak bisa dipungkiri oleh siapa pun. Terlepas dari
kepentingan politik pribadi dan golongan, hal pasti yang dapat dikatakan disini adalah
bahwa Abdul Aziz-lah orang yang pertama kali menjalankan roda pemerintahan di
negeri Andalusia.
Selama masa pemerintahan kewalian, terdapat sejumlah orang wali yang
mewakili pemerintahan Bani Umayyah di Andalusia. Diantaranya adalah;
Abdul Aziz Ibn Musa Ibn Nushair (95-97 H / 715-717 M). Masa-masa
pemerintahannya merupakan periode awal pemerintahan Islam yang tunduk
kepada pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus. Gelar yang dipakai Abdul
Aziz saat itu bukan Amir, melainkan wali yang merupakan wakil pemerintahan
Islam Bani Umayyah yang berkedudukan di Andalusia. Semua kebijakannya yang
dikelurkan harus mendapatkan persetujuan khalifah. Di antara usaha yang
dilakukannya, selain yang telah disebutkan sebelumnya, adalah perluasan wilayah
Islam dan menaklukkan kota-kota yang saat itu belum tunduk di bawah
kekuasaannya. Kota-kota itu adalah Evora, Santarem, Malaga dan Ellira.
Harun Ibn Abdurrahman al-Tsaqafi (98-100 H / 717-719 M).
Saman Ibn Malik al-Khaulani (100-102 H / 719-721 M).
Anbasah (104-107 H / 723-726 M). Pada masa pemerintahannya, ia berhasil
menguasai wilayah Gallia, Septimia dan wilayah dekat sungai Rhone.
Abd Al-Rahman Al-Ghafiqi (111/730 H). Pada masa pemerintahannya ia dapat
menguasai wilayah Hertogdom dan Aquitania yang masuk ke dalam wilayah
kekuasaan Perancis.
Semua wali di atas adalah sangat berjasa dalam usaha perluasan dan
pengembangan wilayah Islam di Eropa. Atas persetujuan khalifah Bani Umayyah di
Damaskus, mereka terus melakukan pengembangan wilayah hingga mencapai
wilayah perancis. Usaha ini terus dilakukan hingga dikemudian hari datang anak cucu
Muawiyyah yang mengambil alih jbatan dari para wali tersebut. Di antaranya adalah
Abdurrahman al-Dakhil, yang dikenal dengan sebutan Saqar Qurays (Garuda Qurays)
karena keberhasilannya menyelamatkan diri dari serangan pasuakn Bani Abbas dan
berkuasa di Andalusia. Sejak kedatangannya, sistem pemerintahan menggunakan
gelar Amir atau gubenur jenderal. Hanya saja para Amir yang berkuasa di Andalusia
tidak memiliki hubungan politik dengan pemerintahan Bani Abbas yang telah
mengambil alih kekuasaan Bani Umayyah pada tahun 750 M/132 H. Bahkan mereka
menjadi penentang kekuasaan Bani Abbas.
Mengingat jarak yang begitu jauh keberadaan kekuasaan para Amir dengan
pusat kekhaliffahan Bani Abbas, maka khalifah tidak banyak berhasil menguasai
mereka, selain kerena orientasi kebijakan pemerintah Bani Abbas sangat berbeda
dengan pemerintahan Bani Umayyah sebelumnya. Kalau Bani Umayyah orientasinya
adalah kekuasan dan perluasan wilayah, maka Bani Abbas memiliki orientasi
pengembangan peradaban. Sementara untuk menjaga wilayah diserahkan kepada para
gubenur atau bahkan diberikan kepada para penguasa lokal asal saja mereka masih
tetap dibawah kekuasaan Bani Abbas dan mengakui keberadaannya. Hal ini ditandai
dengan munculnya beberapa negara independen yang dikenal dengan nama al-
Dawlah al-Mustaqillah.
La Tansa
Tamrinat 1
Amanah :
Selain ancaman dan serangan tersebut di atas, sekitar tahun 160 H/775 M, datang
serangan yang dilakukan oleh Yusuf Ibn Abdurrahman al-Fikry, mantan penguasa
Spanyol dan Sulaiman Ibn Al-Araby. Mereka bekerja sama dengan Karl Martel
untuk menggulingkan Abdurrahman. Akan tetapi usaha mereka legi-legi
mengalami kegagalan. Kemenangan ini membuat posisi Abdurrahman Al-Dakhil
semakin kuat, sehingga ia dapat melakukan berbagai kegiatan pembangunan,
sesuai yang direncanakannya. Usaha pertamanya adalah pembangunan masjid
agung di Cordova, yaitu masjid Al-Hamra. Pembangunan itu dilanjutkan pada
masa anaknya, yaitu Hisyam I (172-180 H/ 788-796 M).
Beberapa jasa Abdurrahman al-Dakhil diantaranya adalah : Membangun masjid
dan beberapa gedung-gedung perguruan beserta lembaga-lembaga ilmiah, seperti
Universitas Cordova yang sangat terkenal dan melahirkan banyak ilmuan muslim
berkaliber dunia. Selain itu, ia juga membangun irigasi untuk keperluan pertanian,
sehingga hampir semua ladang yang dulunya tidak ditanami, pada masa
pemerintahannya tumbuh dengan berbagai tanaman yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat Andalusia saat itu.
a. Bidang pendidikan
Di antara jasanya yang paling besar adalah mempergiat perkembangan ilmu
pengetahuan dan penelitian serta perluasan pengguanaan bahasa Arab sebagai
bahasa ilmu pengetahuan dan budaya serta bahasa percakapan sehari-hari.
Sehingga lambat laun bahasa Arab mengalahkan bahasa Arab mengalahkan
bahasa Latin dalam berbagai kegiatan di semenanjung Liberia itu.
c. Bidang hukum
Di masa pemerintahan Hisyam I, mulai berkembang mazhab Maliki. Mazhab
hukum Islam itu dibawa dan dikembangkan di Andalusia oleh para
pengikutnya yang mendapat perlindungan Hisyam I. Dalam masalah
penegakan hukum, Hisyam I ikut memberikan dorongan agar semua hak-hak
seseorang diperhatikan dengan baik dan dilindungi. Karena keadilan dan
ketertiban yang ada, maka pemerintahan Hisyam I yang hanya berklangsung
selama 7 tahun 7 bulan, berjalan dengan baik hingga ia meninggal dunia pada
tahun 180 H/796 M.
Al-Awsath telah menerima jabatan sebagai seorang amirdalam usia yang masih
cukup muda, yaitu usia 31 tahun. (penguasa) Islam di Andalusia, menggantikan
posisi ayahnya. Berbeda dengan sikap dan kebijakan ayahnya, Al-Hakam. Al-
Hakam tidak berlaku adil, kurang peduli terhadap kepentingan masyarakat,
sehingga ia sangat dibenci. Sementara Al-Awsath disukai, karena kebijakannya
yang memihak masyarakat dan sikapnya yang tegas dan berani, terutama dalam
mengatasi berbagai pemberontakan yang ada.
Mengatasi pemberontakan
Kebebasan beragama
Abdurrahman dikenal sebagai seorang pemimpin Islam yang tegas dan bijaksana.
Ia akan segera menghancurkan semua gerakan yang akan menantang
kekuasaannya. Untuk mewujudkan keinginannya itu, ia mengeluarkan beberapa
kebijakan untuk perbaikan pemerintahannya. Di antara kebijakan itu adalah
sebagai berikut:
Konflik internal Umat Islam antara Khalifah Bani Umayyah dengan Khalifah
Fathimiah di Afrika saat itu, melahirkan ide besar Abdurrahman III. Untuk
menguasai jalur Laut Tengah dan benua Afrika, Khalifah memerlukan
angkatan laut yang cukup besar. Untuk itulah ia membentuk armada angkatan
laut yang dilengkapi dengan 300 buah kapal perang. Dengan kekuatan ini,
pasukan Umayyah berhasil menguasai Ceuta (Septah) di ujung benua Afrika
Utara, sehingga dengan mudah menguasai wilayah-wilayah lain di sekitar
Ceuta.
Pada awalnya kota Cordova merupakan kota kecil yang tidak memiliki daya
tarik bagi bangsa lain. Namun setelah khalifah Abdurrahman III berhasil
menguasai kota Cordova, maka ia menjadikan kota Cordova sebagai kota
terbesar dan termegah di dunia saat itu. Kebesaran dan kemegahan kota
tersebut ditandai dengan adanya istana dan bangunan gedung-gedung mewah,
masjid-masjid besar, jembatan yang kokoh dan panjang yang melintasi sungai
Wail Kabir dan Madinah Al-Zahra, sebagai salah satu kota kecil dan mungil
yang terletak di salah satu penjuru Cordova. Pada masa itu, Cordova memiliki
300 masjid besar, 100 istana megah, 1.300 gedung dan 300 buah tempat
pemandian umum.
Selain itu, pembangunan irigasi dan pertanian menjadi ciri utama kota
tersebut, sehingga hasil pertanian menjadi salah satu barang komoditi yang
bisa diperdagangkan. Disamping itu, terdapat perkembangan lain di kota ini,
dan hal yang tak kalah pentingnya adalah pengembangan ilmu, pengetahuan
dan peradaban Islam, sehingga Cordova di kenal sebagai pusat peradaban
Islam di Barat.
Selain itu, Untuk mengatasi konflik antara Bani Umayyah di Andalusia dengan
Dinasti Fathimiah di Afrika Utara, ia mengutus Ghalib untuk menekan kekuatan
Fathimiah. Ghalib berhasil menaklukan wilayah Afrika Utara dan beberapa suku
Barber, seperti suku Barber di Maghrawa, Mikansa dan Zenate mengakui
kepemimpinan Al-Hakam.
Al-Hakam bukan hanya sebagai seorang khalifah yang baik, tapi juga cerdik dan
terdidik. Sehingga ia bisa menempatkan kebijakan sesuai pada tempatnya.
Apabila dibutuhkan sikap tegas, maka semua itu sudah dipikirkan dengan masak
semua akibat yang akan terjadi. Karena dengan cara-cara seperti ini, keamanan
dan kedamaian dapat diwujudkan. Ketika situasi semakin aman, maka
pembangunan akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Al-Hakam Setelah berhasil mengamankan situasi pilitik dalam dan luar negeri, ia
melaksanakan pembangunan pendidikan. Ia mengirim sejumlah utusan keseluruh
wilayah Timur untuk membeli buku-buku dan manuskrip-manuskrip, atau
menyalinnya jika buku yang dibutuhkan tidak dapat dibeli, sekalipun dengan
harga yang mahal. Semua buku dan manuskrip itu diperintahkan untuk dibawa ke
Cordova sebagai bahan ajar bagi semua orang yang ingin menuntut ilmu
pengetahuan.
Dengan kekuatan militer dari suku Barber ini, ia berhasil menundukkan kekuatan
Kristen di wilayah Andalusia, dan berhasil memperluas pengaruh Bani Umayyah
di Barat laut Afrika. Akhirnya, ia berhasil memegang seluruh cabang kekuasaan
negara. Sementara sang khalifah tidak lebih hanya sebagai boneka permainannya.
Selain itu, surat-surat resmi dan maklumat negara diterbitkan atas nama Hajib Al-
Mansur. Untuk memperkuat posisinya, tak jarang ia melakukan tindakan keji,
seperti menyingkirkan calon-calon khalifah atau para pangeran Islam yang akan
menduduki jabatan khalifah Bani Umayyah di Andalusia.
1. Kedokteran
Diantara ahli kedokteran yang terkenal pada saat itu antara lain adalah Abu Al-
Qasim Al-Zahrawi. Di Eropa ia dikenal dengan nama Abulcassis. Beliau adalah
seorang bedah ahli terkenal dan menjadi dokter istana. Ia wafat pada tahun 1013
M. Di antara karyanya yang terkenal adalah Al-Tasrif terdiri dari 30 jilid. Selain
Al-Qasim, terdapat seorang filosuf besar bernama Ibn Rusyd yang juga ahli di
bidang kedokteran. Di antara karya besarnya adalah Kulliyat Al-Thib.
2. Ilmu Tafsir
Beberapa ulama’ tafsir yang mucul masa masa itu adalah : Al-Baqi, Ibn Makhlad,
Al-Zamakhsyari dengan karyanya Al-Kasysyaf, dan Al-Thabary. Selain mereka,
terdapat ahli tafsir terkenal saat itu, yaitu Ibn ’Athiyah. Kebanyakan tafsir yang
dibuat mengandung cerita israiliyat. Kebanyakan tafsir yang dibuat mengandung
cerita israiliyat. Kumpilan tulisannya itu kemudian dibukukan oleh Al-Qurthubi.
3. Ilmu Fiqh
Demikian juga dengan ulama’ fiqih. Pada saat itu telah bermunculan sebagai
tanda berkemangnya ilmu fiqih. Diantara nama-nama ulama’ fiqih (fuqaha) yang
muncul. Mereka antara lain adalah Abdul Malik Ibn Habib Al-Sulami, Yahya Ibn
Laits dan Isa Ibn Dinar. Mereka adalah ahli fiqh mazhab Maliki. Di antara mereka
yang paling berperan dalam pengembangan mazhab ini adalah Abdul Malik Ibn
Habib dan Ibn Rusyd dengan karyanya Bidayah Al-Mujtahid. Ibnu Rusyd
menggunakan metode perbandingan terhadap pemikiran-pemikiran fiqh yang
berkembang saat itu.
Selain perkembangan dalam bidang ilmu fiqh, terdapat pula perkembangan ilmu
ushul al-fiqh (filsafat hukum Islam). Ibn Hazm dan Al-Syatibi adalah dua tokoh
terkenal sangat produktif dalam bidang ini. Di antara karyanya adalah Al-Ihkam fi
Ushul Al-Ahkam karya Ibn Hazm dan Al-Muwafaqat karya Al-Syatibi.
5. Ilmu Hadits
Selain ilmu yang penulis sebutkan di atas juga ada beberapa ilmu lainnya ,
seperti ; ilmu Hadits. ilmu hadits saat itu juga menjadi perhatian para ulama di
Andalusia. Kebanyakan mereka belajar dari Timur, seperti di Bagdad. Di antara
ahli ilmu hadits adalah Abdul Walid Al-Baji yang menulis buku Al-Muntaqal.
Ada saat itu pula muncul penulis-penulis terkenal, yaitu Ibn Abdi Rabbi’ dan Ali
Ibn Hazm. Keduanya adalah penulis dan pemikir muslim kenamaan pada abad ke-
11 M. Mereka telah menulis lebih dari 400 judul dalam bidang sejarah, teologi,
hadits, logika, syair dan cabang-cabang ilmu lainnya. Pada masa ini juga muncul
banyak ilmuan yang menekuni bidang sejarah dan geografi. Mereka antara lain
adalah Ibn Khaldun, Ibn al-Khatib, Al-Bakry, Abu Marwan Hayyan Ibn Khallaf,
yang lebih dikenal dengan sebutan Ibn Hayyan. Salah satu karya monumental Ibn
Haldun adalah Al-Mukaddimah.
7. Astronomi
Ilmu astronomi pada saat itu juga mengalami perkembangan yang luar biasa. Para
ahli ilmu perbintangan muslim saat itu berkeyakinan bahwa radiasi bintang-
bintang besar pengaruhnya terhadap kehidupan dan kerusakan di muka bumi ini.
Al-Majiriyah dari Cordova, Al-Zarqali dari Toledo dan Ibn Aflah dari Seville,
merupakan para pakar ilmu perbintangan yang sangat terkenal saat itu.
8. Ilmu Fisika
Sementara itu kemajuan dalam bidang ilmu fisika ditandai dengan munculnya
sejumlah fisikawan muslim terkenal. Di antara mereka adalah Al-Zahrawi dan Al-
Zuhry. Selain terkenal dalam bidang fisikawan, mereka terkenal sebagai dokter.
Al-Zahrawi hidup pada masa Al-Hakam II, sedang Al-Zuhry pada masa Abu
Yusuf Ya’kub Al-Mansur, Ubaidillah Al-Muzaffar Al-Bahily, selain sebagai
fisikawan, juga dikenal sebagai pujangga.
9. Filsafat
Dalam beberapa sejarah Islam telah disebutkan, bahwa Islam di Andalisia telah
memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan intelektual muslim.
Agama ini menjadi jembatan penghubung antara peradaban dan ilmu pengetahuan
Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12 M. Minat untuk mengkaji dalam bidang
filsafat dan ilmu pengetahuan sudah dilakukan pada masa pemerintahan Bani
Umayyah, yakni sejak abad ke-9 M pada masa pemerintahan Muhammad Ibn
Abdurrahman (832-976 M), ketika ia memerintahkan kaum ilmuan dan orang-
orang kepercayaannya untuk mencari data dan naskah-naskah dari Timur di bawa
ke Barat untuk dikembangkan lebih lanjut. Sehingga perpustakaan-perpustakaan
dan universitas-universitas di Cordova penuh dengan karya-karya intelektual
muslim.
Selain Ibn Bajjah, filosuf terkenal kedua adalah Abu Bakar Ibn Thufail, lahir di
Granada. Ia banyak menulis ilmu kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya
filsafatnya yang cukup terkenal adalah Hay Ibn Yaqdzan (Si Hidup bin Si
Bangkit). Kemudian pada akhir abad ke-12, lahirlah seorang filosuf terkenal
bernama Ibn Rusyd, lahir di Cordova pada tahun 1126 M. Ia memiliki keahlian
tersendiri dalam mengomentari karya-karya filsafat Aristoteles. Pemikiran yang
dikembangkannya sangat rasional. Karena begitu besarnya pengaruh pemikiran
Ibn Rusyd di kalangan kaum intelektual Barat, maka pemikiran yang
dikembangkannya dikenal dengan istilah Avveroisme. Ideologi pemikiran inilah
yang membuka cakrawala pemikiran filsafat bangsa Barat. Sehingga bangsa Barat
mengalami perkembangan yang sangat maju pada masa-masa sesudahnya.
Islam berkuasa di Andalusia bertahan cukup lama, mulai dari tahun 711 M
hingga tahun 1492 M. Ini berarti agama Islam berada di Eropa kurang lebih selama
781 tahun. Waktu yang begitu lama, telah banyak dimanfaatkan oleh para penguasa
dan masyarakat muslim untuk mengembangkan peradaban dunia. Setelah
memberikan catatan penting mengenai peran yang telah dimainkan kaum intelektual
muslim ketika itu. Mereka telah memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi
kemajuan peradaban dunia kini.
Sejarah panjang yang telah diukir oleh masyarakat muslim dan para penguasa
Dinasti Bani Umayyah II di Andalusia akhirnya mengalami kemunduran dan
kehancuran. Kemunduran dan kehancuran itu disebabkan oleh beberapa faktor.
Berikut uraian singkat mengenai hal tersebut.
Para penguasa muslim di Spanyol setelah Al-Hakam II, tidak ada yang secakap
para khalifah sebelumnya. Kegigihan para pendahulu mereka dalam menyebarkan
Islam dan mempertahankan wilayah kekuasaan, tidak dijadikan panutan. Hal ini
berakibat pada melemahnya pertahanan yang ada. Kelemahan itu semakin
menjadi ketika umat Kristen menemukan identitas dan perasaan kebangsaan
mereka. Sehingga mereka mampu menggalang kekuatan guna mengalahkan para
penguasa muslim.
Di Andalusia tidak seperti daerah lain yang ditaklukkan Islam. Para muallaf yang
berasal dari penduduk setempat tidak pernah diterima secara utuh oleh para
penguasa Arab Muslim. Kenyataan ini paling tidak masih diberlakukan hingga
abad ke-10 M. Hal itu ditandai dengan masih dipertahankannya istilah ibad dan
muwalladun, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan.
Kesulitan Ekonomi
Sebagaimana yang telah dicatat dalam sejarah Islam, bahwa pada paruh kedua
masa Islam di Andalusia, para penguasa begitu aktif pengembangan ilmu
pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga mengabaikan pengembangan sektor
ekonomi. Akibatnya, timbul kesulitan ekonomi yang memberatkan negra dan
tentu saja berpengaruh bagi perkembangan politik dan militer. Kenyataan ini
diperparah dengan datangnya musim paceklik yang dialami para petani. Para
petani ini umumnya adalah masyarakat mantan budak yang telah dimerdekakan,
sehingga mereka tidk mampu membayar pajak. Tersendatnya pembayaran pajak
ini mengganggu perekonomian negara.
La Tansa
- Kedokteran
- Ilmu Tafsir
- Ilmu Fiqh
- Ilmu Ushul Al-Fiqh
- Ilmu Hadits
- Sejarah dan Geografi
- Astronomi
- Ilmu Fisika
- Filsafat
Tamrinat 2
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !
Amanah :
Dinasti Muwahhidun merupakan salah satu kerajaan Islam yang didirikan oleh
bangsa Barbar Islam II setelah Dinasti Murabithun. Dinasti ini pernah menguasai
wilayah yang terbentang dari pulau-pulau yang terbentang di Samudra Atlantik
hingga perbatasan Mesir dan Andalusia (Eropa). Ini merupakan prestasi besar yang
dilakukan bangsa Barbar Islam di Afrika Utara setelah Murabithun.
Dinasti ini didirikan oleh Ibnu Tumart pada tahun 1121 M. Ibnu Tumart
dilahirkan di Sus, Maroko. Ia berasal dari suku Masmudah, salah satu suku yang
terkenal dengan keberaniannya, mulia, kaya dan tersebar diseluruh Maroko. Hal-hal
diatas merupakan faktor penunjang dari keberhasilan Ibnu Tumart dalam
menjalankan pergerakannya.
Ibnu Tumart dalam catatan sejarah telah mendirikan pusat studi Islam
kenamaan, seperti Cordova, Alexandria, Makkah dan Bagdad. Di kota Bagdad, Ibnu
Tumart pernah belajar di Madrasah Nidlamiyah, sebuah perguruan tinggi terkemuka
di kota Bagdad. Dalam pengembaraan ilmiahnya ia banyak berdialog dengan
pemikiran-pemikiran yang aktual saat itu, di antaranya soal tidak diperlukannya lagi
bagi bagi penganut mazhab Maliki untuk belajar tafsir Al-Qur’an dan Al-Hadits,
karena keduanya telah dilakukan oleh Imam Malik. Kenyataan ini membuat Ibnu
Tumart merasa ditantang. Untuk mengimbangi pemikiran seperti itu, ia menyerukan
kepada umat Islam di Andalusia, agar menjadikan Al-Qur’an dan Al-Hadits serta
Ijma’ sahabat sebagai dasar dari ajaran Islam. Selain itu, ia menolak ra’yu dan Qiyas
sebagai dasar hukum.
Ibnu umart memanfaatkan waktu yang sedang mengalami stagnasi (mandek)
serta pendidikan yang rendah pada masa pemerintahan Dinasti Murabithun, dijadikan
sebagai motivasi dirinya untuk pergi ka Bagdad mencari ilmu. Sekembalinya dari
Bagdad ke Afrika Utara, Ibnu Tumart pada tahun 1100 M bertekad untuk melakukan
pemurnian ajaran Islam. Karena menurutnya, ajaran Islam dibawah pemerintahan
Dinasti Murabithun, mengalami penyimpangan. Gerakannya ini di dasari atas
keinginan untuk memurnikan ajaran Islam berdasarkan Tauhid. Karena itu,
gerakannya ini kemudian dikenal dengan sebutan Muwahhidun.
Apa yang dilakukannya tidak banyak mendapat respon dari masyarakat,
sehingga ia lebih memilih nomaden. Di tengah perjalanan, setelah keluar dari kota
Bogie tahun 1117 M, ia bertemu dengan Abdul Mu’in. Dialah orang ang akan
menggantikan posisinya kelak sebagai pemimpin kelompok Muwahhidun. Dari
Maroko, Ibnu Tumart dan Abdul Mu’in pindah ke Tinmal. Dari kota inilah Ibnu
Tumart melancarkan propagandanya.
Dengan usahanya yang maksimal akhirnya mendapatkan pengikut yang
banyak dan kepercayaan penuh dari orang-orang terkemuka di sukunya, pada tahun
1121 M. ia mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi dan bertekad untuk mendirikan
pemerintahan Islam yang didasari atas prinsip-prinsip ketauhidan.
Ibnu Tumart mengirimkan sejumlah pengikutnya ke berbagai tempat untuk
mengajak penduduk itu ke jalan yang benar sesuai dengan ajaran Islam dan
menyelamaykan diri dari ajaran kelompok Murabithun yang dianggap telah
menyekutukan Allah. Anjuran yang selalu diajarkan para pengikutnya adalah untuk
berakhlak mulia, taat pada undang-undang, sholat tepat pada waktunya, membawa
wirid yang dibuat Al-Mahdi dan buku-buku aqidah Muwahhidun.
Pengakuan dirinya sebagai Al-Mahdi, pengikutnya terus bertambah dan
berhasil menghimpun sejumlah orang Barbar yang ketuanya adalah sahabat atau
murid Ibnu Tumart. Dari sinilah kemudian Ibnu Tumart menyusun konsep dan
memberikan definisi yang jelas bagi kelompoknya.
Pertama, kelompok Muwahhidun merupakan suatu kesatuan sosial yang
beriman secara benar. Di luar mereka adalah kafir yang perlu diperangi. Kedua,
kesatuan sosial itu dipimpin oleh imam. Imam pertama adalah Al-Mahdi selanjutnya
adalah khalifah-khalifah. Ketiga, Al-Mahdi dibantu oleh 10 orang yang dipilih secara
ketat dan berfungsi sebagai kabinet pemerintahan. Kesepuluh orang ini dapat menjadi
komandan militer atau mewakili Al-Mahdi dalam imam sholat. Keempat, dewan 50
orang yang angota-angotanya terdiri dari cabang-cabang Barbar yang merupakan
bagian dari masyarakat Muwahhidun yang berfungsi sebagai penasihat. Kelima,
dewan 70 orang sebagai anggota majlis rakyat.
Kontak pertama dengan Murabithun terjadi ketika gubenur Sus dengan
pasukannya menyerang suku Hurglah yang membangkang terhadap pemerintahan
Murabithun. Tetapi, pasukan itu,dapat dikalahkan oleh kelompok Muwahhidun.
Kemenangan pertama ini membangkitkan semangat kelompok Muwahhidun untuk
melakukan serangan ke Maroko. Dengan kekuatan besar, kelompok Muwahhidun
berusaha menaklukkan Maroko pada tahun 1125 M, tetapi gagal.
Pasca wafatnya Ibnu Tumart pada tahun1128 M, posisinya digantikan oleh
Abdul Mu’in setelah mendapat pengakuan dan dinobatkan oleh dewan 10 orang.
Gelar yang dipakai bukanlah Al-Mahdi, melainkan khalifah.
Kebijakan pertama setelah diangkat menjadi khalifah, langkah pertama yang
dilakukannya adalah menundukkan kabilah-kabilah di Afrika Utara dan mengakhiri
kekuasaan Murabithun di Afrika Utara. Sejak tahun 1144-1146 M, ia berhasil
menguasai kota-kota yang pernah dikuasai Murabithun, seperti Tlemcen, Fez, Tangier
dan Agmat. Setelah itu Andalusia dikuasainya pada tahun 1145 M. Kemudian pada
tahun 1147 M seluruh wilayah Murabithun dikuasai Muwahhidun.
Usaha ekspansi Abdul Mu’in terus berlanjut. Pada tahun 1159 M, ia berhasil
menaklukan Almeria dan menjadikan Giblaltar sebagai pusat pemerintahannya.
Kemudian pada tahun 1162 M ia kembali ke Afrika Utara untuk memperkuat
pangkalan militernya di Rabath guna memperkuat serangannya ke beberapa wilayah
di Andalusia. Namun sebelum keinginannya itu terwujud, ia keburu wafat pada tahun
1163 M. Dapat ditaklukkan oleh Abdul Mu’in pada tahun 1125 M.
Pasca meninggalnya Abdul Mu’in, jabatan khalifah dipegang oleh anaknya
bernama Abu Ya’kub Yusuf (1162 M). Dalam menjalankan roda pemerintahan, ia
tetap berpegang pada kebijakan ayahnya. Karena itu, pada tahun 1172 M Abu Ya’kub
berhasil merebut Seville, salah satu bandar penting di Andalusia. Serangan ini
kemudian dilanjutkan ke Toledo. Ketika pasukan Abu Ya’kub bermaksud
mengadakan serangan ke Lisbon, di tengah perjalanan di Santarem pasukannya
dihadang oleh pasuakn Kristen. Serangan ini menyebabkan ia tidak dapat menghindar
hingga ia terluka dan kemudian wafat tahun 1184 M.
Setelah wafat kemudian digantikan oleh Abu Yusuf Ya’kub Al-Mansur.
Untuk menjalankan pemerintahan, ia mengangkat Hafs sebagai Wazir dan Yahya bin
Yusuf sebagai panglima militer di Andalusia. Pada masa pemerintahannya, ia
menghadapi pemberontakan yang dilakukan oleh sisa-sisa kekuatan Murabithun,
seperti Yahya, gubenur Valencia dan Muhammad, gubenur Cordova. Namun
keduanya dapat dikalahkan. Al-Mansur kemudian melanjutkan serangannya dan
berhasil menguasai Bogie dan bagian daerah Al-Jazair.
Peristiwa penting yang paling bersejarah dalam kepemimpinannya adalah
usahanya yang berhasil mematahkan serangan Alfonso VIII di Alacros yang terletak
antara Cordova dan Toledo. Usai kemenangan itu, pada tahun 1198 M, Al-Mansur
meninggal dan posisinya digantikan oleh Muhammad Al-Nasir. Pada masanya,
Dinasti Muwahhidun mulai melemah, sementara pasukan Kristen semakin kuat.
a. Politik
b. Ekonomi
c. Arsitektur
Dalam bidang arsitektur yang berbentuk monumen, seperti Giralda, menara pada
masjid Jami’ di Seville, Bab Aguwnaou dan Al-Kutubiyah, menara yang sangat
megah di Maroko dan menara Hasan di Rabath.
Pada masa Abu Ya’kub hidup seorang yang terkenal seperti Ibrahim bin
Malik(Ibnu Mulkun), seorang pakar Al-Qur’an dan nahwu, Al-Hafidz Abu Bakar
bin Al-Jad, ahli fiqih, Ibnu Zuhry, ahli kedokteran, Ibnu Thufail dan Ibnu Rusyd,
para filosuf muslim kenamaan.
La Tansa
Tamrinat 3
Amanah :
Bacalah buku sejarah Islam lainnya untuk menambah referensi anda. Kemudia
tulislah cerita pendek tentang sejarah jatuhnya Dinasti Muwahhidun !
Bagian
4 Proses masuknya imperialisme ke dunia Islam
Sejak Andalusia, Sicilia dan beberapa wilayah Islam lainnya di Asia dan
Afrika mengalami kemunduran, dunia Islam semakin melemah, baik dari segi
kekuasaan politik maupun dari segi penguasaan sains dan tegnologi. Kemunduran
Islam diperparah dengan jatuhnya kota Bagdad ke tangan bangsa Mongol di bawah
pmpinan Hulughu Khan pada tahun 1258 M. Padahal Bagdad merupakan simbol
negara adidaya Islam yang menjadi kebanggaan dunia Islam saat itu. Dengan
demikian, sejak saat itu tidak ada adikuasa lagi di dunia Islam. Kekuasaan Islam
terpecah menjadi beberapa kesultanan, seperti Murabithun, Muwahhidun, Bani Abad,
Bani Ahmar dan sebagainya. Keadaan ini diperparah karena masing-masing
kesultanan memiliki kewenangan dan kekuasaan sendiri, sehingga tidak ada kerja
sama yang baik denganmengatasnamakan Islam dan umat Islam. Mereka hanya
berfikir bagaimana caranya dapat mempertahankan kekuasaan masing-masing.
Pada permulaan abad ke-16 M. Muncul tiga adikuasa baru di dunia Islam,
yaitu Kerejaan Turki Usmani (1229-1924 M), yang berpusat di Istambul, kerajaan
Safawai (1602-1732 M) di Persia, dan kerajaan Mughal di India (1482-1857 M). Pada
permulaan abad ke-17 kerajaan Turki Usmani dapat meluaskan kekuasaannya sampai
ke pintu gerbang kota Wina di Austria. Keberhasilan ini membuka peluang bagi
bangsa Turki Usmani untuk melakukan ekspansi ke wilayah Eropa Timur, Asia kecil,
dunia Arab di Asia Barat dan Afrika Utara.
Tiga adikuasa ini dalam hal memimpin pemerintahan tidak sebagaimana Bani
Abbasyiah dan Bani Umayyah. Mereka dalam memimpin negara tidak diimbangi
kemajuan dalam bidang peradaban. Karenanya, ketika kerajaan itu besar dan
mengalami kemajuan dalam bidang politik dan ekonomi, tetapi melemah dalam
bidang pemikiran, sains, tegnologi dan filsafat. Akhirnya, kerajaan-kerajaan tersebut
mengalami kemunduran pada akhir abad ke-17 M dan kemudian mengalami
kehancuran pada awal abad ke-19 atau awal abad ke-20 M seperti kerajaan Turki
Usman.
Disaat dunia Islam mulai mengalami kemunduran, di Eropa justru sebaliknya,
yang sebelumnya dalam kegelapan mulai mengalami perubahan. Bangsa Eropa pada
abad ke-16 dan 17 M bangkit dan mengalami kemajuan dalam bidang industri,
tegnologi, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Mereka mulai mengembangkan sains
dan tegnologi yang mereka pelajari dari dunia Islam, khususnya di universitas-
universitas yang ada di Cordova, Granada, Seville dan Toledo.
Orang-orang Eropa menguasai bahasa Arab dan filsafat yang pernah
dikembangkan ilmuwan muslim, buku-buku berbahasa Arab diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin. Mereka bukan saja memindahkan filsafat dan sains ke Eropa,
melainkan juga mengadopsi pemikiran rasional Islam untuk menggantikan pemikiran
dogmatis yang dikembangkan Gereja di Eropa.
Kajian yang mereka lakukan menghasilkan temuan luar biasa dan melahirkan
satu periode, yaitu renaisans di Eropa. Pemikiran filosofis dan sains yang dipelajari
dari dunia Islam mereka kembangkan, sehingga sejak abad ke-16 Eropa mulai berada
di jaman modern. Pada saat yang sama, Eropa juga mengalami kemajuan yang
signifikan (berarti) dalam bidang ekonomi, sehingga mereka mampu
mengembangkan sains dan tegnologi modern. Hal inilah yang akhirnya mendorong
Eropa untuk melakukan penetrasi dalam bentuk kolonialisme dan imperialisme ke
dalam dunia Islam.
Para ilmuwan bangsa Eropa telah berhasil menemukan mesin uap, sebuah
hasil revolusi industri yang sangat revolusioner ketika itu. Setelah itu, Eropa semakin
terdorong untuk menjelajahi samudera (dunia) guna memperoleh dan menguasai jalur
perdagangan internasional yang menguntungkan. Dengan pengetahuan yang
diperoleh dari dunia Islam bahwa bumi itu bundar, bangsa Eropa berpendirian bahwa
untuk pergi ke sumber rempah-rempah dan sutra di Timur, jalan yang bisa dilalui
bukan hanya Timur Tengah, tetapi juga bisa dicapai melalui jalan Barat dan Selatan.
Tokoh legendaris yang berhasil menjelajahi dunia adalah Columbus dan
Vasco Da Gama. Colombus berusaha menemukan jalan ke Timur Jauh melalui arah
Barat dan berhasil menemukan Benua Amerika (1492 M). Sebenarnya Columbus
ingin menemukan sumber rempah-rempah dan sutera di Timur Jauh, seperti India.
Tetapi dalam pelayarannya, ia malah menemukan benua Amerika. Di benua baru ini
ia bertemu dengan penduduk asli benua Amerika itu dengan Indian. Meskipun begitu,
Columbus telah mencatat sejarah penting bagi bangsa Eropa, karena ternyata benua
yang baru ditemukan itu memiliki harta kekayaan yang sangat berlimpah yang dapat
memperkaya bangsa Eropa ketika itu.
Keberhasilan Columbus diikuti pula oleh Vasco da Gama. Karena ia berhasil
menemukan jalan ke Selatan melalui Tanjung Harapan ke Timur jauh (1498 M).
Dengan keberhasilannya ini, Vasco da Gama berpendapat bahwa hubungan
perdagangan dan pencarian rempah, sutra dan jenis atau barang komoditi dagang
lainnya, tidak harus melalui dunia Islam di Timur Tengah. Sebab hubungan itu dapat
dilakukan secara langsung antara Eropa dengan Timur Tengah. Sebab hubungan itu
dapat dilakukan secara langsung antara Eropa dengan Timur Jauh melalui Tanjung
Harapan.
Para pedagang eropa telah menemukan jalur perdagangan baru melalui
Tanjung Harapan, hal ini memperparah perekonomian dunia Islam. Sebab, jalur
strategis yang ada melalui Timur Tengah, tidak lagi menguntungkan karena tidak
banyak disinggahi para pedagang asing.
Dua penemuan ini merupakan peristiwa yang sangat berharga bagi bangsa
Eropa, karena para pedagang Eropa tidak lagi bergantung pada jalur lama yang
dikuasai umat Islam, tetapi telah memiliki jalur sendiri. Tidak hanya itu, penemuan
tersebut membuat bangsa Eropa dalam sekejap menjadi penguasa laut dan penguasa
dunia. Keseimbangan kekuatan antara dunia Islam dan Kristen Eropa (Barat) mulai
goyah dengan keuntungan lebih banyak pada Barat. Penemuan Benua Amerika
mendatangkan sebuah daerah baru bagi bangsa Barat dengan sumber penghasilan
yang potensial untuk dikembangkan. Harta yang baru ditemukan di Amerika
mendorong timbulnya kapitalisme yang melahirkan organisasi industri besar-besaran
dan perkembangan teknologi.
Salah satu bangsa Eropa yang dapat menandingi kekuatan ekonomi, politik
dan militer umat Islam ketika itu adalah bangsa Portugis. Bangsa Portugis merupakan
kekuatan kristen Eropa pertama yang menentang supremasi maritim Islam di Laut
Arab dan Samudera India. Pada tahun 1509 M, mereka mengalahkan dan
menghancurkan persekutuan armada Islam, termasuk Armada Mesir dekat Diu, di
barat Pantai India.
Serangan Portugis ke Laut Arab merupakan isyarat yang menunjukkan
kejatuhn politis, ekonimis dan intelektual bagi dunia Islam. Karena ulah Portugis ini
perdagangan Arab (dunia Islam) menjadi lumpuh. Namun, kaum muslimin tidak
menyadari akan hal ini. Imperium-imperium Usmani, Persia dan Mughal tidak
mengambil langkah-langkah penyembuhan terhadap situasi yang sangat menyedihkan
ini. Lumpuhnya perdagangan laut itu akhirnya menimbulkan perbudakan di seluruh
dunia Islam, baik secara langsung atau tidak langsung.
Ketiga adikuasa Islam tersebut kini menghadapi saingan berat dari bangsa
Eropa. Sementara itu pemikiran rasional dan orientasi dunia yang telah hilang dari
dunia Islam, digantikan dengan pemikiran tradisional dan orietasi akherat. Pemikiran
seperti ini jelas tidak bisa mengembangkan sains dan teknologi. Sementara di Eropa
sains dan teknologi berkembang pesat, di dunia Islam tidak ada lagi sains dan
teknologi. Dalam persaingan Inggris dan Perancis denagn sains dan teknologinya
yang modern mengungguli ketiga adikuasa Islam senantiasa mengalami kekalahan.
Jangankan melawan Inggris dan Perancis, melawan Spanyol dan Portugal saja, dunia
Islam tidak sanggup. Spanyol dan Portugal melawan dunia Islam sebagai balas
dendam terhadap umat Islam yang menguasai daerah mereka di Eropa untuk lebih
dari 700 tahun. Di Timur jauh Spanyol dan Portugal dapat menjajah beberapa daerah
seperti Philipina oleh Spanyol dan Timor-Timur oleh Portugal.
Sejak kemunduran dan jatuhnya negara-negara adikuasa Islam, wilayah
kekuasaan (dunia) Islam jatuh ke dalam pendudukan dan kekuasaan Barat. Kerajaan
Usmani yang semula ditakuti Barat karena ketangguhan militernya, kini digelari
dengan ”The sick man of Europe”, Si Sakit dari Eropa.
Abad ke-18 merupakan babak awal pembalikan sejarah dunia. Bila
sebelumnya dunia Islam menjadi adikuasa, kini giliran Eropa yang menguasai dan
mendominasi dunia Islam dalam berbagai kehidupan meliputi sains teknologi,
ekonomi, politik dan militer.
Sejak itulah, maka dunia Islam terus mengalami kemerosotan, karena pada
abad ke-19 M dan ke-20 M dapat disebut sebagai abad kemajuan kolonialisme Barat.
Pada abad ini, hampir seluruh dunis Islam berada dalam cengkeraman bangsa-bangsa
Barat. Dunia Islam yang pertama kali yang mengalami penetrisi dan penjajahan
bangsa Barat adalah India dan Malaka yang berada di bawah kekuasaan Inggris.
Sejak pada abad ke-17 M Inggris telah datang ke kepulauan Hindia. Koloni Dagang
Inggris (BEIC: British East India Company) berusaha menguasai bagian Timur India.
Ketika kerajaan Mughal melemah, Inggris mencoba menguasai seluruh India. Pada
tahun 1857 M kerajaan Mughal dapat dikuasainya, dan mulai saat itu India berada di
bawah kekuasaan kolonial Inggris. Kemudian pada tahun 1879 M Inggris menguasai
Afganistan dan menjadikannya sebagai wilayah kekuasaan India-Inggris.
Awal abad ke-19 M Inggris telah melengkapi penaklukannya di India, Birma
(Myanmar) dan Malaysia. Belanda di Indonesia dan Rusia di Kaukasus dan
Turkistan. Kekuasaan Inggris berkembang dari India, Aden dan Teluk Persia. Tiga
kali pasukan Inggris menyerbu Afganistan, sedangkan penaklukan Rusia dalam
beberapa kesempatan menduduki sebagian Iran Utara.
Di Afrika, Perancis merebut Aljazair pada tahun 1830 M. Dari sana dan
sepanjang Pantai Antlantik, Perancis terus menaklukan Sahara Tengah dan sebagian
wilayah Barat serta daerah Katulistiwa Afrika yang kebanyakan penduduknya
beragama Islam dengan pengecualian nama negara Emirat-emirat Nigeria Utara, yang
jatuh ke dalam proteksi Inggris. Kemudian Perancis menduduki Tunisia pada tahun
1882 M, pada tahun 1980-an bergerak masuk ke wilayah sungai Nil ke Sudan.
Sementara itu, Spanyol memperluas kedudukan bersejarahnya di Maroko dan
Sahara Barat, tetapi bagian terpenting Maroko berada di bawah pengaruh Perncis,
yang akhirnya menjadi derah perlindungannya (protektorat) pada tahun 1912 M. Di
bagian Sealatan batas dunia Islam, Jerman merebut Kamerun dan Tangnyika. Raja
Leopold dari Belgia mendirikan sebuah kerajaan pribadi di Kongo, dan Inggris
mengambil Zanzibar, Kenya dan Uganda. Italia merebut Eriteria dan membagi
daratan Somalia dan Inggris, sedangkan Perancis memperoleh tempat strategis di
pelabuhan Jibouti. Bahkan kerajaan Kristen Ethiopia setempat bergabung dalam
pertempuran menundukkan penduduk muslim tetangganya, walaupun negeri itu
sendiri akhirnya jatuh sebagai korban imperialisme Italia. Sebelumnya Italia telah
menaklukan Libya pada tahun 1911 M.
Penetrasi dan penjajahan kolonial Barat yang melibatkan banyak negara
berkembang sangat pesat, sehingga dunia Islam bukan saja dipecah-pecah oleh
penjajah, juga menjadi mangsa politik dan ekonomi mereka. Mereka menguasai
politik dunia Islam dan mengeksploitasi kekayaan alam yang ada di dalamnya.
Demikian cepatnya perkembangan penetrasi dan penjajahan bangsa Barat atas
dunia Islam, sehingga pada tiga puluh tahun terakhir di abad ke-19 M, Inggris telah
bertambah wilayahnya seluas lima juta mil persegi, dan penduduk sebesar 88 juta
jiwa. Pada tahun 1900 wilayahnya telah meliputi seperlima luas dunia, dan
memerintah 400 juta jiwa. Imperium Perancis berkembang dari 700 ribu hingga lebih
dari 800 juta mil persegi, dari 50 juta jiwa menjadi 52 juta jiwa. Jerman yang tidak
memiliki imperium menguasai satu juta mil persegi dan mempunyai penduduk koloni
sebanyak 14 juta jiwa pada tahun 1900 M. Selama 10 tahun sejak dari 1841-1851 M,
Inggris telah memperoleh New Zealand, Pantai Emas (Gold Coast), Labuan, Natal,
Punjab, Sind dan Hongkong. Pada tahun 1870 M, hanya sepersepuluh luas benua
Afrika yang ada di bawah kendali Eropa. Pada tahun 1900 M hanya tinggal
sepersepuluh saja yang tetap berstatus merdeka.
Secara lebih rinci Inggris menguasai wilayah India, Asia dan Afrika Utara,
yaitu dengan menaklukan Malaka (1811 M), Oman dan Qatar (1820 M), Aden (1839
M), India (1858 M), Mesir (1882 M), Sudan (1890 M) dan Bulichistan (1899 M).
Bahkan pada abad ke-20 M, koloni Inggris telah menckup kesultanan Muslim di
Nigeria Utara (1906 M), Kuwait (1914 M) dan setelah berakhirnya perang dunia II,
negara tersebut memperoleh mandat penguasaan Irak, Palestina dan Yordania.
Penaklukan Inggris atas Mesir semula dilatarbelakangi oleh kesepakatan dan
jaminan yang diberikan oleh penguasa Mamluk saat itu, kepada armada Inggris untuk
melintasi Laut Merah (1778 M). Perancis melihat hal ini sebagai ancaman bagi
stabilitas ekonomi dan perdagangan. Perancis yang telah melakukan hubungan
dagang di sana, sehingga berakibat terganggunya hubungan perdagangannya di
wilayah tersebut.
Perancis memasuki Mesir tahun 1798 M, Aljazair tahun 1830 M, Tunisia
tahun 1881 M, dan Maroko tahun 1912 M. Rusia memasuki wilayah Azov tahun
1775 M dan Besarrabia tahun 1812 M. Berikutnya Azerbaijan, Kazakhstan,
Uzbekistan, Turkmenistan, Tazikistan dan Kirghistan. Sedangakn Austria memasuki
Hongaria dan Transilvania. Selain itu, terdapat beberapa negara bagian yang
melepaskan diri dari kerajaan Turki Usmani, seperti Yunani pada tahun 1830 M,
kemudian Bosnia, Rumania, Bulgaria, Serbia dan Montenegro pad tahun 1878 M.
Selain itu, Indonesia juga menjadi wilayah jajahan Barat. Belanda pertama kali
datang ke Indonesia tahun 1595 M dengan kompeni dagangnya VOC. Sejak abad ke-
17 M Belanda telah memonopoli perdagangan di wilayah Nusantara. Pada abad
selanjutnya, abad 18 M, Voc berhasil menguasai hegemoni politik di pulau jawa
dengan perjanjian Giyanti (1755 M).
Pada abad ke-19 M, tepatnya tahun 1800-1939 M, merupakan suatu masa di
mana bangsa-bangsa Eropa mendominasi dunia, khususnya dunia Islam. Dunia Islam
saat itu tampak tidak berdaya menghadapi penetrasi kolonial Barat, sehingga hampir
seluruh dunia Islam menjadi daerah jajahan mereka. Hanya empat negara Islam yang
tidak mereka kuasai, yaitu Turki, Saudi Arabia, Afganistan dan Yaman.
1. Motivasi Ekonomi
Motifasi utama kolonialisasi Barat menjajah dunia Islam tidak dapat dipisahkan
atas kepentingan ekonimi dan perdagangan. Ketika dunia Islam mengalami
kemunduran, Eropa sedang berada di jaman kemajuan. Kemajuan yang diraih
Barat mampu melhirkan dan mengembangkan industri. Industri ini tentu saja
membutuhkan bahan-bahan baku dan rempah-rempah. Pada saat yang sama Barat
juga perlu wilayah temapt memasarkan produk industri mereka.
Bangsa Barat terus berupaya mencari terobosan baru guna menguasai jalur-jalur
perdagangan yang menguntungkan. Terobosan itu ternyata membawa hasil, yaitu
dengan ditemukannya tanjung Harapan oleh Vasco da Gama dan Benua Amerika
oleh Colombus. Penemuan ini sangat berarti bagi Amerika, tetapi merupakan
tragedi yang merugikan bagi dunia Islam. Setelah penemuan ini Eropa semakin
menumbuhkan semangat ekspansif dan penetratifnya ke dalam dunia Islam.
Dalam kondisi demikian, mereka mengeksploitasi dan menguras kekayaan alam
serta memeras sumber daya manusia di saerah yang dikuasainya.
2. Motivasi Politik
Motivasi politik juga merupakan salah satu dari tujuhan mereka menjajah dunia
Islam. Karena suatu wilayah yang secara politik sudah dikuasai akan
memudahkan penguasa kolonial melakukan hubungan dagang dan monopoli
kepentingan ekonominya. Jika penguasa kolonial sudah menguasai wilayah atau
jajahan tentu saja berupaya mewujudkan stabilitas perdagangan dan ekonominya.
Sehingga pada saat yang sama penguasa kolonial merasa perlu mempertahankan
kekuasaannya. Hal ini menjadi penting terutama penjajah harus menghadapi
saingan politis dari bangsa Barat lainnya dalam melebarkn kekuasaannya.
Stabilitas politik dalam negeri jajahan diperlukan untuk memperlancar eksploitasi
sumber daya alam dan sumber daya manusia di satu pihak, dan di pihak lain
mempertahankan kepentingan ekonomi atau gangguan dari rekan kolonial
lainnya.
Untuk dapat mengusai lebih lama, maka bangsa Barat juga melakukan politik adu
domba seperti yang dilakukan Belanda terhadap rakyat dan pemimpin di
Indonesia. Hal ini ditempuh tidak lain untuk melemahkan persatuan dan kesatuan
pribumi. Sehingga pihak kolonial denagn leluasa dapat melanggengkan
kedudukan dan pemerasan ekonominya.
3. Motivasi Agama
Selain motivasi ekonomi dan politik, tetapi juga agama. Hal ini dapat dilihat
dengan banyaknya pendeta dan pastur yang dikirim ke negara-negara Islam guna
menyebarkan agama Kristen. Hal itu didasari atas tumbuhnya semangat
reconquista, semangat balas dendam bangsa Barat, khususnya Portugal dan
Spanyol, atas penjajahan bangsa Arab Islam di negeri mereka selama hampir
delapan abad. Semangat ini terus mewarnai usaha mereka dalam melakukan
penjajahan atas dunia Islam.
La Tansa
- Sejak Andalusia, Sicilia dan beberapa wilayah Islam lainnya di Asia dan
Afrika mengalami kemunduran, dunia Islam semakin melemah, baik dari
segi kekuasaan politik maupun dari segi penguasaan sains dan tegnologi.
Kemunduran Islam diperparah dengan jatuhnya kota Bagdad ke tangan
bangsa Mongol di bawah pmpinan Hulughu Khan pada tahun 1258 M.
- Bagdad merupakan simbol negara adidaya Islam yang menjadi kebanggaan
dunia Islam saat itu. Dengan demikian, sejak saat itu tidak ada adikuasa lagi
di dunia Islam. Kekuasaan Islam terpecah menjadi beberapa kesultanan,
seperti Murabithun, Muwahhidun, Bani Abad, Bani Ahmar dan sebagainya
- Pada permulaan abad ke-16 M. Muncul tiga adikuasa baru di dunia Islam,
yaitu Kerejaan Turki Usmani (1229-1924 M), yang berpusat di Istambul,
kerajaan Safawai (1602-1732 M) di Persia, dan kerajaan Mughal di India
(1482-1857 M).
- Pada permulaan abad ke-17 kerajaan Turki Usmani dapat meluaskan
kekuasaannya sampai ke pintu gerbang kota Wina di Austria. Keberhasilan
ini membuka peluang bagi bangsa Turki Usmani untuk melakukan ekspansi
ke wilayah Eropa Timur, Asia kecil, dunia Arab di Asia Barat dan Afrika
Utara.
- Orang-orang Eropa menguasai bahasa Arab dan filsafat yang pernah
dikembangkan ilmuwan muslim, buku-buku berbahasa Arab diterjemahkan
ke dalam bahasa Latin. Mereka bukan saja memindahkan filsafat dan sains
ke Eropa, melainkan juga mengadopsi pemikiran rasional Islam untuk
menggantikan pemikiran dogmatis yang dikembangkan Gereja di Eropa
- Kajian yang mereka lakukan menghasilkan temuan luar biasa dan melahirkan
satu periode, yaitu renaisans di Eropa. Pemikiran filosofis dan sains yang
dipelajari dari dunia Islam mereka kembangkan, sehingga sejak abad ke-16
Eropa mulai berada di jaman modern
- Para ilmuwan bangsa Eropa telah berhasil menemukan mesin uap, sebuah
hasil revolusi industri yang sangat revolusioner ketika itu. Setelah itu, Eropa
semakin terdorong untuk menjelajahi samudera (dunia) guna memperoleh
dan menguasai jalur perdagangan internasional yang menguntungkan
- Tokoh legendaris yang berhasil menjelajahi dunia adalah Columbus dan
Vasco Da Gama. Colombus berusaha menemukan jalan ke Timur Jauh
melalui arah Barat dan berhasil menemukan Benua Amerika (1492 M).
Sebenarnya Columbus ingin menemukan sumber rempah-rempah dan sutera
di Timur Jauh, seperti India. Tetapi dalam pelayarannya, ia malah
menemukan benua Amerika
- Sejak kemunduran dan jatuhnya negara-negara adikuasa Islam, wilayah
kekuasaan (dunia) Islam jatuh ke dalam pendudukan dan kekuasaan Barat.
Kerajaan Usmani yang semula ditakuti Barat karena ketangguhan militernya,
kini digelari dengan ”The sick man of Europe”, Si Sakit dari Eropa
- Pada abad ke-19 M, tepatnya tahun 1800-1939 M, merupakan suatu masa di
mana bangsa-bangsa Eropa mendominasi dunia, khususnya dunia Islam.
Dunia Islam saat itu tampak tidak berdaya menghadapi penetrasi kolonial
Barat, sehingga hampir seluruh dunia Islam menjadi daerah jajahan mereka
- Ada beberapa motivasi bangsa Barat menjajah dunia Islam. Diantaranya
adalah:
- Motivasi ekonomi
- Motivasi Politik
- Motivasi Agama
- Kedatangan bangsa Barat telah membawa dampak negatif bagi kemajuan
umat Islam dalam berbagai bidang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
pemerintahan kolonial merupakan bencana yang tidak tanggung-tanggung.
Kolonialisasi telah mempengaruhi upaya pencapaian cita-cita Islam dengan
cara mengubah dan memutarbalikkan kenyataan yang sebenar-benarnya
Tamrinat 4
Buatlah cerita singkat tentang sejarah masuknya bangsa Barat ke dunia islam !
Bagian
MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB (1703-1787 M)
5
Nama lengkap : Abdullah Muhammad bin Abdul Wahab Sulaiman bin Ali bin
Muhammad bin Ahmad bin Rasyid At-Tamimi
Lahir : Uyainah, Najd pada tahun 1115 H/1703 M.
Nama Bapak : Abdul wabah (seorang qodi/ hakim)
Abdullah Muhammad bin Abdul Wahab meniti karir dari ayahnya sendiri
dibidang fiqih bermadzhab Hambali, Al-Qur’an (tafsir), hadits dan tauhid. Pendidikan
yang diterima dari ayahnya telah menjadi dasar yang kuat bagi Muhammad bin Abdul
Wahab dalam menghafal Al-Qur’an dan hadits-hadits yang terdapat dalam kitab
Kutubus Sittah. Memasuki usianya yang ke-20 (dua puluh), ia sudah mulai bersikap
kritis terhadap kondisi sosial dan keagamaan pada masyarakatnya. Tak jarang ia
melakukan kritikan bahkan celaan terhadap segala macam bentuk kepercayaan yang
berbau kemusyrikan dan praktik-praktik yang menyimpang dari syari’at Islam.
Sikap kritisnya berdampak besar bagi diri dan keluarganya. Ia sendiri
diasingkan oleh para ulama. Sementara ayahnya dipecat dari jabatannya sebagai Qadi.
Akibat tekanan politik dan keagamaan masyarakatnya, ditambah dengan pemecatan
ayahnya, menyebabkan keluarga Muhammad bin Abdul Wahab tidak dapat menjalani
kehidupan sebagaimana mestinya. Menyadari kenyataan ini, akhirnya Muhammad
dan keluarganya pergi hijrah ke Huraimila pada tahun 1726 M. Tetapi mereka tidak
lama menetap di daerah ini. Karena itu, mereka berusaha untuk kembali ke kampung
halaman di Uyainah, namun kedatangan mereka tidak disambut dengan baik, karena
dirinya telah mempermalukan masyarakat Uyainah, dan posisi ayahnya juga telah
jatuh.
Abdullah Muhammad bin Abdul Wahab Akhirnya memilih pergi
meninggalkan Uyainah dan menuju Hijaz. Di kota inilah Muhammad bin Abdul
Wahab menunaikan ibadah haji. Menurut laporan Ibn Bishr di dalam kitabnya Unwan
di Madinah belajar dibawah bimbingan dua orang syeikh yaitu Abdullah bin Ibrahim
bin Sayf dan syeikh Muhammad Hayyat Al-Sindi. Ke dua syeikh tersebut adalah
pengagum ajaran Ibnu Taimiyah dan ulama yang menganjurkan untuk melakukan
gerakan reformasi dimana-mana.
Doktrin yang diterima dari kedua ulama’ tersebut memberi pengaruh besar
terhadap pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab. Muhammad Hayyat memberikan
pengaruh besar atas pandangan-pandangan keagamaan Muhammad bin Abdul
Wahab, terutama menyangkut pentingnya doktrin tauhid, penentangan terhadap
taqlid, dan perlunya kembali kepada Al-Qur’an dan hadits. Muhammad Hayyat,
termasuk salah seorang yang menentang pertikaian yang tidak perlu di antara
mazhab-mazhab, dan sebaliknya mengajarkan toleransi dan rekonsiliasi.. Lebih jauh
lagi, ia menghimbau ulama untuk melakukan ijtihad berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits. Ia juga menentang inovasi yang tak berdasarkan (bid’ah al-dhalalah) yang
dapat membawa kepada syirik.
Sementara itu Abdullah bin Ibrahim bin Sayf adalah seorang ulama yang
terkemuka di Madinah yang menguasai fiqh Hambali dan hadits. Selain itu, Ibnu Sayf
juga salah seorang peagum pemikiran Ibnu Taimaiyah yang menyerukan kepada
kaum muslimin untuk kembali kepada Al-Qur’an dan hadits serta meninggalkan
praktik-praktik bid’ah mereka. Oleh karena itu, tampaknya ada kemungkinan besar ia
menyuruh Muhammad bin Abdul Wahab membaca karya-karya Ibnu Taimaiyah.
Ibnu Syf yang meikuti perkembangan Ibnu Taimiyah percaya bahwa perubahan harus
dilaksanakan untuk menyebarkan pemahaman serta praktik-praktik Islam yang benar.
Hanya saja cara yang dianjurkannya tidak dengan kekerasan, melainkan dengan cara-
cara sejuk dan damai, seperti melalui pengajaran. Selain itu juga diketahui bahwa
Ibnu Sayf mengatakan kepada Muhammad bin Abdul Wahab bahwa senjata yang
paling baik lainnya untuk memerangi keyakinan dan praktik-praktik agama yang
tidak benar adalah buku.
Proses evolusi intelektual Muhammad bin Abdul Wahab adalah ketika ia
melanjutkan studinya ke Basra dan tinggal menetap di kota ini selama 4 (empat)
tahun. Di Basra, ia mempelajari hadits, fiqh dan filologi. Salah seorang gurunya di
Basra adalah Muhammad Al-Majmu’i. Selain aktifitas belajar dari para ulama
setempat, ia juga aktif dalam kelompok studi. Aktifitas lainnya yaitu mengajak para
ulama untuk melakukan reformasi dunia Islam. Namun usahanya itu mendapat
perlawanan dari para ulama, sehingga ia pun meninggalkan Basra.
Abdullah Muhammad bin Abdul Wahab kemudian mengikuti pendidikan di
Basra, ia pindak ke Bagdad. Di kota ini ia memasuki kehidupan baru dengan
menikahi seorang wanita kaya. Lima tahun kemudian, setelah istrinya meninggal
dunia, ia pindah ke Kurdistan kemudian ke Hamdan dan Isfahan. Di kota terakhir ini,
ia sempat mempelajari filsafat dan tasawuf. Setelah bertahun-tahun merantau,
akhirnya ia kembali ke tempat kelahirannya di Najd.
Di negeri asalnya itu, ia masih sempat mempelajari tafsir Al-Qur’an, syarah
assunah dan kitab-kitab lain mengenai ilmu-ilmu keislaman, seperti kitab karangan
Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayim Al-Jauziah.
Sejak ia tinggal di Najd, Abdullah Muhammad bin Abdul Wahab mulai
bersikap kritis terhadap praktik-praktik keagamaan yang bersifat khurafat, bid’ah dan
syirik. Akibat dari sikap kritisnya ini, ia mendapat perlawanan keras dari para ulama
dan bahkan dari ayahnya sendiri. Semua pemikiran keras ((radikal itu, ditulisnya ke
dalam bentuk buku yang berjudul Kitab Al-Tauhid. Karyanya ini ditulisnya ketika ia
menetap kembali ke kampung halamannya, Unaiyah, Najd. Kitab ini dicetak
berulangkali dan disebarkan ke kota Najd.
Pemikirannya yang dianggap keras tersebut baru diwujudkan dalam bentuk
gerakan setelah kematian ayahnya pada tahun 7440 M. Sejak saat itulah pemikirannya
tentang perlunya kembali kepada ajaran Al-Qur’an dan hadits dan hanya Allah yang
maha Esa, disebarkan ke dalam bentuk gerakan yang sangat agresif.
Dalam waktu yang relatif singkat, gerakan dan pengaruh pemikiran reformasi
tauhid yang dilakukan Muhammad bin Abdul Wahab tersebar luas. Gerakannya ini
semakin kuat ketika salah seorang penguasa Uyainah bernama Usman bin Mu’ammar
melindungi gerakannya. Usman bin Mu’ammar mencoba merealisasikan dasar-dasar
gerakan Muhammad bin Abdul Wahab. Aktifitas pertama yang dilakukannya adalah
menghancurkan makam Zayd bin al-Khattab, yang banyak dikunjungi masyarakat
untuk meminta berbagai keperluan dan sebagainya. Selain itu, ia juga mulai
menghidupkan kembali penerapan hukum Islam tentang perzinahan. Bagi pelaku
zina, laki-laki dan perempuan harus dirajam hingga mati.
Aktifitas Muhammad bin Abdul Wahab mendapatkan perlindungan dari
penguasa Uyainah ini, mendapatkan reaksi dari para ulama dan masyarakat
sekitarnya. Karena begitu kuatnya perlawanan tersebut, akhirnya ia meninggalkan
Uyainah dan pergi ke kota Dar’iyah. Kota ini berada di bawah kekuasaan Muhammad
bin Sa’ud. Di kota ini, Muhammad bin Abdul Wahab menetap selama lebih kurang 2
(dua) tahun, dan selama itu pula ia mempropagandakan pandangannya dan
mengirimkan surat kepada penguasa, ilmuan dan kepala suku di Arabia.
Pada tahun 1744 M Ibnu Sa’ud dan Muhammad bin Abdul Wahab telah
membentuk koalisi dalam menyebarkan gerakan Wahabiyah. Penguasa dan pemimpin
reformis ini saling bekerja sama dalam menciptakan negara Saudi yang berideologi
Wahabi.
Pada tahun 1773 M aktifitas Muhammad bin Abdul Wahab lebih terfokus
kepada pendidikan ibadah saja. Hal ini dilakukan terus-menerus hingga kematiannya
pada tahun 1791 M. Kematiannya ini tidak membuat gerakan Wahabiyah padam,
melainkan terus menyebar dan berpengaruh ke daerah-daerah lain di Jazirah Arabia.
Paham ini menjadi kuat ketika Wahabiyah dijadikan sebagai ideologi negara
kerajaan Saudi Arabia hingga kini.
1). Muhammad bin Abdul Wahab dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang
memiliki basis agama yang cukup kuat. Dengan didikan dan tempaan yang
matang dalam bidang agama, khususnya mazhab Hambali, menjadi modal
dasar dalam pembentukan pemikirannya.
2). Dari kedua guru Muhammad Hayyat dan Ibnu Sayf, Muhammad bin Abdul
Wahab banyak mengenal dan mengkaji pemikiran-pemikiran Ibnu
Taimiyah. Seperti diketahui bahwab Ibnu Taimiyah yang hidup pada
peralihan abad ke- dn ke- dikenal sebagai bapak pembaharuan, karena ide
dan pemikirannya untuk kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah,
pembukaan kembali pintu ijtihad dn anti taqlid merupakan tema pokok
dalam pemikirannya. Seruan ini kemudian banyak mempengaruhi pemikiran
Muhammad bin Abdul Wahab.
a. Tauhid
Tauhid merupakan tema sentral dalam pemikiran Muhammad bin Abdul
Wahab Tauhid. Menurutnya, seperti yang ada dalam bukunya Kitab Al-
Tauhid, yakni Al-Ibadah atau pengabdian kepada Allah, karena rasul yang
diutus Allah memulai seruannya kepada manusia agar beribadah hanya
kepada Allah SWT. Selanjutnya ia mengartikan kalimat tauhid La ilaha
illallah bahwa hanya Allah-lah yang mempunyai kekuasaan hakiki dan hanya
Allah pula-lah yang patut disembah selain Allah adalah syirik dan thagut.
Muhammad bin Abdul Wahab membagi tauhid dalam empat bagian yaitu:
Tauhid Uluhiyah, (tauhid terhadap Allah sebagai yang disembah). Tauhid
Rububiyah, (tauhid terhadap Allah sebagai pencipta segala sesuatu), Tauhid
Asma dan Sifat, (tauhid yang berhubungan dengan nama dan sifat Allah), dan
Tauhid Af’al (tauhid yang berhubungan dengan perbuatan Allah).
Namun dari ketiga tauhid yang disebut terakhir hanya tauhid ilmu dan
keyakinan saja. Adapun tauhid yang sesungguhnya adalah tauhid Uluhiyah.
Menurutnya, kebanyakan manusia di muka bumi ini hanya memiliki salah
satu dari tiga bentuk tauhid (Rububiyah, Asma dan Sifat, serta Af’al),
sedangkan tauhid uluhiyah ditolak oleh banyak orang.
Kesimpulan tauhid yang diajarkan dari Muhammad bin Abdul Wahab pada
intinya sebagai berikut ;
1). Yang boleh dan harus disembah hanyalah Tuhan Allah SWT, dan bagi
orang yang menyembah selain dari Tuhan Allah telah menjadi musyrik
dan boleh dibunuh.
2). Kebanyakan orang Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang
sebenarnya, karena mereka meminta pertolongan bukan lagi kepada tuhan
tetapi dari syekh atau wali dari kekuatan ghaib. Orang Islam yang
demikian menjadi musyrik.
3). Menyebut nama nabi, syekh atau malaikat sebagai pengantar dalam doa
juga merupakan syirik.
4). Meminta syafa’at selain dari kepada Tuhan Allah adalah juga syirik.
5). Bernazar kepada selain dari Tuhan Allah juga syirik
6). Memperoleh pengetahuan selain dari Al-Qur’an, hadits dan qiyas
merupakan kekufuran.
7). Tidak percaya kepad qada dan qadar Tuhan juga merupakan kekufuran.
8). Menafsirkan Al-Qur’an dengan ta’wil (interpretasi bebas) adalah kafir.
Ajaran tauhid yang dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab bukan
hanya dalam tatanan teoritis, tetapi ia juga mencoba mewujudkan pemikiran
tauhidnya dalam bentuk aksi. Dengan gerakan wahabiyahnya, ia berusaha
keras untuk memurnikan ajaran Islam dan mengembalikan ajaran pemahaman
umat Islam kepada Islam yang murni, yakni Islam yang terdapat di dalam Al-
Qur’an dan hadits. Ia pun mengajarkan untuk kembali kepada Al-Qur’an dan
Hadits.
b. Terbukanya pintu ijtihad dan melarang taqlid
Prosedur yang harus dilalui dalam menetapkan hukum Islam yaitu pertama-
tama harus meneliti apakah persoalan tersebut terdapat dalam Al-Qur’an dan
Hadits. Jika tidak ada, maka diperlukan ijma’ (konsensus). Bagi Muhammad
bin Abdul Wahab, ijma’ dipahami secara terbatas, yakni pada beberapa
generasi muslim pertama.
Muhammad bin Abdul Wahab dapat digolongkan sebagai ulama yang produktif.
Hal ini dapat dilihat dari karangannya yang mencapai puluhan judul. Kitab-
kitabnya itu antara lain adalah:
Kitab Al-Tauhid, yang isinya berkisar tentang ajaran pemberantasan bid’ah dan
kurafat yang terdapat di kalangan masyarakat dan ajaran untuk kembali pada
ajaran tauhid yang murni.
Tafsir Surah Al-Fatihah
Mukhtasar Sahih Al-Bukhari
Mukhtasar As-Sirah An-Nabawiyah
Nasihah Al-Mudlimin bi Ahadis Khatam An-Nabiyin
Usuhul Iman
Kitabul Kabair
Kasyf Asysyubuhat
Salasul Usul
Adabul Masi Ila As-Salah
Ahadis Al-Fitah
Mukhtasar Zad Al-Ma’ad
Al-Masa’il Al-Lati Khalafa Fiha Rasulullah Ahi Al-Jahiliyah
At-Tauhid Fi Ma Yajibu min Haqqillah ‘Alal ‘Abid
Arba’i Qawa’id fittauhid
Istinbathul Qur’an.
Gerakan Wahabiyah tidak bisa dilepaskan dari nama Muhammad bin Abdul
wahab. karena dialah yang membangun gerakan tersebut. Namun, nama gerakan itu
tidak berasal dari Muhammad bin Abdul Wahab sendiri, melainkan dari golongan lain
yang menjadi lawannya. Para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab menamakan
kelompoknya dengan sebutan Al-Muwahidun, yaitu kelompok yang berusaha
mengesakan Tuhan semurni-murninya. Selain itu, mereka menamakan dirinya
sebagai kaum Suni, pengikut mazhab Hambali, seperti yang dianut oleh Ibnu
Taimiyah.
Para ahli sejarah menilai bahwa tujuan didirikan gerakan Wahabiyah adalah
usaha untuk melakukan usaha perbaikan semata-mata, maksudnya memperbaiki
kepincangan-kepincangan, menghapuskan segala perbuatan takhayul dan kembali
pada Islam sejati. Namun dalam perkemangan sejarahnya, orientasi gerakan ini
mengalami pembiasaan sehingga tujuan awal untuk pemurnian ajaran tauhid
mengalami perkembangan dengan menambahkan adanya misi politik untuk
membangun negara Saudi. Perubahan orientasi ini terlihat jelas ketika Muhammad
bin Abdul Wahab berkoalisi dengan keluarga Al-Sa’ud untuk memperluas wilayah
kekuasaan dan kemudian mendirikan kerajaan Saudi Arabia.
Gerakan Wahabiyah dapat dikatagorikan ke dalam tiga periode:
Periode ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan awal dari gerakan
Wahabiyah. Seperti yang telah diuraikan pada bagian awal bahwa ketika
Muhammad bin Abdul Wahab berada di Basra, ia sudah melakukan berbagai
analisis kritis dan kritikan tajam mengenai keadaan masyarakat di kota itu. Sikap
ini menunjukkan adanya keinginan Muhammad bin Abdul Wahab untuk
melakukan upaya gerakan reformasi akidah dan pemurnian ajaran Islam dari
berbagai ketidabenaran dan penyimpangan. Keinginan tersebut baru dapat
diwujudkan dalam bentuk gerakan ketika ia kembali lagi ke kampung
halamannya, Uyainah, Najd. Bahkan dalam kurun waktu yang tidak begitu lama,
gerakan tersebut semakin tumbuh berkembang hingga akhirnya terjadi koalisi
dengan penguasa Usman bin Mu’ammar.
Kemudian pada tahun 1744 M, gerakan Wahabiyah lahir di Dar’iyah, berkat kerja
sama yang baik antara Muhammad bin Abdul Wahab dengan Muhammad bin
Sa’ud. Dua orang tokoh inilah yang kemudian mengembangkan gerakan
Wahabiyah dan menjadikannya sebagai simbol gerakan dan ideologi karajaan
Saudi Arabia.
Kematian kedua tokoh ini, Muhammad bin Saud pada tahun 1765 M dan
Muhammad bin Abdul Wahab pada tahun 1792 M, tidak menghentikan misi
kedua tokoh tersebut dalam melakukan usaha gerakan reformasi Islam. Gerakan
Wahabiyah dalam kepemimpinan selanjutnya di pegang oleh keluarga Saud dan
keturunan keluarga Muhammad bin Abdul Wahab.
Oleh karena itu, di sekitar permulaan abad ke-19 M, masyarakat Saudi Arabia,
Wahabiyah menguasai semenanjung Arabia dan kota suci Mekkah dan Madinah.
Selanjutnya, untuk menyebarkan paham Wahabiyah secara luas, kaum Wahabi
melakukan ekspansi ke wilayah Irak dan Syria. Namun usaha itu mendapatkan
perlawanan dari penguasa Turki. Pemimpin Turki meminta bantuan kepada
Gubenur Mesir, Muhammad Ali Pasha, untuk mengirim tentaranya mengalahkan
kaum Wahabi. Akhirnya pada tahun 1812 M tentara Mesir menduduki Madinah
dan tahun 1818 M menguasai pusat pemerintahan Saudi di Dar’iyah. Dengan
kekalahan ini, maka periode gerakan pertama Wahabiyah berakhir.
Tentara Mesir tidak lama menguasai Arabia. Kondisi ini dimanfaatkan oleh para
pemimpin Saudi untuk mengambil alih kekuasaan, kemudian mereka mendirikan
pusat pemerintahan di Riyadh. Tokoh kunci yang mengambil alih kekuasaan ini
adalah cucu Muhammad bin Saud, yakni Turki (wafat 1834), dan anak-anaknya
Faisal (wafat 1865). Negara Wahabi yang baru ini secara politis dan keagamaan
lebih kecil dibandingkan dengan negara Saudi-Wahabi yang pertama. Meskipun
demikian, negara ini dianggap sebagai negara yang mampu mewariskan ajaran-
ajaran Wahabiyah.
Kemudian pada penghujung abad ke-19 M, tepatnya setelah meninggalnya Faisal,
terjadi konflik di dalam keluarga Saud. Dalam kondisi tersebut, akhirnya
kekuasaan pada wilayah Saudi dipegang oleh kepala suku Arab lainnya. Pada
tahun 1890 M keluarga Saud diasingkan dan sejak itu pula periode kedua
berakhir.
Periode ini ditandai dengan pengambil alihan kota Riyadh oleh Abdul Aziz bin
Abduurrahmman yang terkenal dengan panggilan Ibn Saud (1879-1953 M),
mengambil alih Riyadh. Kemudian, ia melakukan ekspansi ke beberapa daerah
untuk menetapkan kekuasaannya. Akhirnya pada tahun 1920 M Abdul Aziz dapat
menguasai kembali beberapa daerah yang telah menjadi kekuasaan negara Saudi-
Wahabi pertama dengan gerakan militer dan diplomasi.
Abdul Aziz dalam memimpin Saudi ini sangat konsisten akan misi Wahabi dan
konstitusi yang digunakan berdasarkan Al-Qur’an. Keluarga syeikh memainkan
peranan penting sebagai penasehat dan orang yang mengesahkan kebijakan
negara. Kunci kesuksesan militer Saudi adalah menciptakan persaudaraan dan
tentara-tentara suku Arab diorganisir dengan baik.
2). anti rasionalisme yang berlebihan sehingga semangat ijtihad yang diserukannya
tidak efektif, karena intelektualisme tidak diberikan tempat yang proposional.
Peneilaian yang seringkali muncul dan menimbulkan perbedaan terhadap gerakan
Wahabiyah yakni keberadaan gerakan tersebut dalam wacana pembaharuan Islam.
Satu sisi menilai gerakan Wahabiyah sebagai gerakan purifikasi. Sementara pada
sisi yang lain gerakan Wahabiyah sebagai gerakan pembaharuan (modernisme).
Kedua penilaian ini kadang didikotomiskan antara satu dengan yang lainnya,
sehingga terjadi perbedaan.
Sebenarnya perbedaan ini tidak perlu ada apabila diambil dari akar kata kedua
istilah tersebut yaitu kata Tajdid. Sebab kata Tajdid mengemban misi ganda,yaitu :
1). Mengembalikan semua bentuk kehidupan keagamaan pada contoh jaman awal
Islam. Gerakan yang mengorientasikan pada tijuan ini disebut dengan gerakan
purifikasi.
2). Dengan landasan universalitas ajaran Islam, kata Tajdid kemudian dimaksudkan
sebagai upaya untuk mengimplementasikan ajaran Islam sesuai dengan tantangan
perkembangan kehidupan. Gerakan yang memperjuangkan gerakan ini biasanya
dikenal sebagai gerakan renewal (pembaharuan).
La Tansa
Tamrinat 5
Amanah :
Bagian
6 JAMALUDDIN AL-AFGHANI
BIOGRAFI SINGKAT JAMALUDDIN AL-AFGHANI
Pada usia 18 tahun Jamaluddin al- Afghani pergi ke India dan tinggal di sana
selama 1 (satu) tahun sebelum menunaikan ibadah haji pada tahun 1857 M.
Sekembalinya di Afghanistan, ia memasuki dinas pemerintahan Amir Dost
Muhammad Khan. Ketika Amir Dost meninggal dan digantikan oleh Sher Ali, ia
diangkat menjadi menteri. Tetapi, karena situasi politik ketika itu tidak menentu,
akhirnya Amir Sher Ali dijatuhkan. Kejatuhan Amir Sher Ali juga berdampak pada
kedudukan Al-Afghani, hingga ia juga turun dari jabatan itu.
Jamaluddin al-Afghani tidak mau terlibat lebih jauh dalam politik praktis,
akhirnya Al-Afghani berusaha menghindar dengan meninggalkan Afghanistan pada
tahun 1869 M dan pergi menuju India. Di India Jamaluddin Al-Afghani menetap
selama lebih kurang 2 (dua) bulan. Waktu yang sangat relatif singkat itu
dimanfatkannya untuk memberikan pengeringatan kepada dunia Islam tentang bahaya
dominasi Barat. Tidak hanya itu, ia juga terus berfikir untuk mencari jalan keluarnya
dengan berbagai cara agar umat Islam dapat keluar dari dominasi Barat yang sudah
begitu kuat ketika itu. Pemikiran gerakan yang dilancarkan dari India itu merupakan
langkah awal baginya untuk mengkampanyekan anti kolonialisme dan imperialisme
Barat.
Jamaluddin al-Afghani melakukan kampanye anti imperialisme dan
kolonialisme. Hal ini dipandang oleh bangsa-bangsa barat, India dan Inggris sangat
membahayakan. Pemerintah penjajahan Inggris di India sangat mengkhawatirkan
pengaruh kekuatan Al-Afghani, karena dinilai akan menghasut bangsa India yang
kemudian akan melakukan gerakan perlawanan terhadap penjajah Inggris. Karena itu,
Al-Afghani selalu berhadapan dengan kekuatan penguasa Inggris dan seringkali
dijebloskan ke penjara.
Setelah beberapa lama dipenjarakan di India, Al-Afghani keluar dari penjara,
maka ia memilih meninggalkan India dan selanjutnya pada tahun 1871 M ia menuju
Mesir. Pada awal kedatangannya di Cairo, Mesir, Al-Afghani berusaha meninggalkan
persoalan-persoalan politik di negeri itu dan memusatkan perhatiannya pada ilmu
pengetahuan dan sastra Arab. Karena ia termasuk orang yang cukup dikenal ketika
itu, maka tak heran apabila tempat tinggalnya menjadi pusat pertemuan untuk
mendiskusikan perihal ilmu pengetahuan, filsafat, logika, tasawuf dan astronomi.
Para peserta diskusi terdiri dari orang-orang terkemuka dalam bidang peradilan,
dosen-dosen, pegawai pemerintah dan mahasiswa dari Al-Azhar serta perguruan
tinggi lain di Mesir. Di antara murid-murid Jamaluddin Al-Afghani, ada yang berasal
dari kelompok akademis, budayawan dan tokoh pergerakan, seperti Muhammad
Abduh, Sa’ad Zaghlul dan para pemimpin kemerdekaan Mesir.
Rencana Al-Afghani untuk meninggalkan lapangan politik dan menekuni
bidang ilmiah, ternyata tidak bertahan lama, karena ketika campur tangan Inggris
meningkat dalam soal politik di Mesir, Al-Afghani terpanggil untuk membela
kepentingan rakyat Mesir dari campur tangan Inggris. Untuk itu Al-Afghani kembali
ke kancah politik di Mesir, meskipun hanya 3 (tiga) tahun (1876-1879 M). Meskipun
singkat, Al-Afghani telah memberikan sumbangan pemikiran dan gerakan yang
sangat besar bagi kepentingan perjuangan masyarakat Mesir pada periode berikutnya.
Aktifitas politik yang dilakukannya di Mesir mendapat perhatian serius dari
penguasa lokal Khedewi Taufiq. Karena itu, pada tahun 1879 M atas tekanan Inggris.
Khadewi Taufiq mengusir Al-Afghani dari Mesir. Pengusiran ini secara diam-diam
disambut baik oleh kelompok konservatif (kolot) Al-Azhar yang selama ini ini
terganggu oleh ajaran filsafat Al-Afghani. Setelah terusir dari Mesir, Al-Afghani
pergi menuju India. Di India Al-Afgani juga terlibat dalam urusan politik di sana,
sehingga ia ditahan dan dibebaskan pada tahun 1882.
Pada tahun 1883 M Al-Afghani pergi ke London, Inggris terus pindak ke
Paris. Di kota yang terakhir ini Al-Afghani mendirikan perkumpulan Al-‘Urwah Al-
wusqa, dengan anggota terdiri dari orang-orang Islam, India, Suria, Afrika Utara dan
lain-lain. Di antara tujuan yang hendak dicapai ialah memperkuat rasa persaudaraan
Islam, membela Islam dan membawa umat Islam kepada kemajuan. Majalah Al-
Urwah Al-Wusqa yang menerbitkan oleh perkumpulan ini cukup terkenal tidak hanya
di Perancis dan negara-negara Timur Tengah, dan anak Benua di India, tetapi juga di
Indonesia. Hanya saja, majalah yang cukup fenomenal itu tidak berumur panjang
karena dibreidel. Penerbitannya terpaksa dihentikan, karena dunia Barat melarang
majalah itu masuk ke dunia Islam yang berada dibawah kekuasaan bangsa-bangsa
Barat.
Pada tahun 1889 M, Al-Afghani diundang datang ke Pesia untuk membantu
penyelesaian persengketaan Persia-Rusia yang timbul karena politik pro Inggris yang
dianut pemerintah Persia ketika itu. Al-Afghani tidak setuju denagn pemberian
konsesi-konsesi ekonomi oleh Syah Nasiruddin kepada Inggris berupa pengakuan
monopoli warga negara Inggris dalam pembelian, penjualan dan ekspor semua
tembakau Iran. Akibatnya, timbul perselisihan paham antara Syah dengan Al-
Afghani. Perselisihan ini berujung pada pengusiran dari Persia. Tetapi ia sempat
berlindung pada sebuah tem,pat suci di Persia. Baru pada bulan januari tahun 1891 M,
ia ditangkap, dihajar dan dipaksa berjalan dengan kaki tangan terikat rantai.
Perbuatan yang dilakukan oleh Syah Nasruddin ini menimbulakan kemarahan pada
pengikut Jamaluddin Al-Afghani. Akibatnya, pada tahun 1896 M Syah dibunuh oleh
seorang pengikut fanatik Al-Afghani.
Pada tahun 1892 M atas undangan Sulta Abdul Hamid dari kerajaan Turki
Usmani, Al-Afghani pindah ke Istambul. Tujuan antara lain adalah untuk
membicarakan mengenai bentuk kerja sama dan penggalangan ketakutan umat Islam
guna melawan kekuatan Eropa. Hal itu dilakukan Sulta karena bangsa Barat telah
semakin merajalela menguasai wilayah Timur Tengah dan daerah-daerah kekuasaan
Usmani lainnya. Tetapi rupanya kerja sama antara keduanya tidak bisa
tercapai.karena ternyata pengaruh jamaluddin Al-Afghani di dunia Islam lebih besar
ketimbang pengaruh kekuasaan Sutan sementara Al-Afghani menyadari bahwa bila ia
meneruskan kerja sama, kebebasan akan hilang karena dibatasi oleh Sultan, sehingga
ia tidak dapat keluar dari Istambul. Meskipun begitu, akhirnya ia tetap bertahan di
Istambul hingga akhir hayatnya pada tahun 1897 M karena kangker dan tidak
meninggalkan anak istri, karena ia hidup membujang sepanjang umurnya.
Amanah :
Muhammad Abduh bukan berasal dari keluarga kaya, dan bukan pula dari
keturunan bangsawan. Namun ayahnya dikenal sebagai orang terhormat dan suka
memberi pertolongan. Situasi yang dialamina keika lahir sangat tidak
menguntungkan, karena penguasa Mesir bernama Muhammad Ali Pasha, bertindak
sewenang-wenang. Ia memungut pajak begitu tinggi dari masyarakat, sehingga
banyak masyarakat yang berusaha menghindar dari tagihan itu dengan cara berpindah
tempat tinggal. Dalam pengungsian itulah Muhammad Abduh dilahirkan.
Meskipun demikian, orang tua Abduh sangat perhatian dalam bidang
pendidikan anaknya. Untuk itu, Abduh kecil dikirim ke masjid Al-Ahmadi Tanta.
Tapi karena sistem pengajaran di sini sangat monoton dan menjemukan, akhirnya
setelah bertahan lebih kurang dua tahun, Abduh kembali ke kampung halamannya,
Mahallat Nashr. Di sini Abduh menjalani kehidupannya sebagai petani, seperti yang
dilakukan saudara-saudaranya. Tak lama setelah kembali ke desa, kira-kira dalam
usia 16 tahun, Abduh dinikahkan dengan seorang gadis di desanya.
Ketika Muhammad Abduh baru sekitar 4 (empat) bulan menikah, ia dipaksa
kembali melanjutkan studinya di Tanta. Tetapi keinginan itu tidak dipenuhi, bahkan
Abduh bersembunyi di rumah pamannya bernama Syaikh Daewis Khadr. Berkat
bujukan dan bimbingan pamannya itu, akhirnya Abduh mau meneruskan studinya di
Tanta.
Setelah menyelesaikan studinya di Tanta, akhirnya pada tahun 1866 M,
Abduh melanjutkan studinya ke Al-Azhar, Kairo Mesir. Studi ini diselesaikannya
dalam tempo 11 (sebelas) tahun, yaitu pada tahun 1877 M dan memperoleh gelar
’Alim (sarjana). Setelah itu, ia mengajar di Darul ,Ulum dan di rumanya sendiri.
Pada saat belajar di Al-Azhar, Abduh bertemu dengan Jamaluddin Al-
Afghani,, bahkan sering mendampingi Al-Afghani ketika mengajar dan mencari
murid keyasangan Al-Afghani. di bawah bimbingan Afghani, Abduh belajar filsafat
dan menulis artikel. Tulisannya banyak berkisar pada bidang sosial poliik dan
keagamaan terutama berkaitan dengan persoalan pembaharuan Islam. Artikel-artikel
tersebut umumnya dimuat dalam surat kabar Al-Ahram.
Jamaluddin Al-Afghani dituduh mengadakan gerakan menentang Khedewi
Taufiq, raja Mesir saat itu, akhirnya pada tahun 1879 M Jamaluddin Al-Afghani
diusir dari Mesir. Sebagai murid kesayangan dan pengikut setia, Abduh juga terkena
imbasnya karena itu, Abduh dipecat dari jabatannya dan diasingkan ke luar kota
Kairo. Tetapi, sekitar tahun 1880 M, Abduh diperbolehkan kembali ke Kairo dan
diangkat sebagai direktur surat kabar resmi pemerintah, yaitu surat kabar Al-Waqa’i
Al-Misriyah. Di bawah pimpinan Abduh, surat kabar ini mengalami perkembangan,
karena berita resmi yang dimuat, juga berita-berita atau artikel tentang pentingnya
nasionalisme.
Karena dituduh terlibat dengan gerakan revolusi Urabi Pasha pada tahun 1882
M, akhirnya Abduh dijatuhi hukuman 3 (tiga) tahun buangan, setelah menjalani
hukuman tahanan selama 3 (tiga) bulan. Setelah itu, Abduh diberikan kebebasan
untuk memilih daerah atau tempat untuk mengasingkan diri. Akhirnya, memilih
Syiria sebagai tempat pengasingannya. Edi sini, Abduh menetap selama 1 (satu)
tahun. Kemudian ia pergi ke Paris memenuhi panggilan gurunya, Jalaluddin Al-
Afghani. Di Paris, bersama gurunya, Abduh mengelola majalah Al-’Urwatul Wutsqa,
yang bertujuan untuk mendirikan Pan-Islamisme serta menentang penjajahan Barat,
khususnya Inggris. Karena sikap dan pendapatnya yang sangat keras menentang
kolonialisme dan memperjuangkan hak-hak rakyat Mesir, pada tahun 1885 M Abduh
datang ke Inggris atas nama majalah Al-’Urawatul Wutsqa, memenuhi undangan para
tokoh Inggris yang simpati atas usaha dan gerakannya. Setelah itu pada tahun yang
sama, Abduh meninggalkan Inggris dan Paris, kemudian kembali ke Bairut. Di kota
inilah Abduh banyak menghabiskan waktunya untuk menuangkan pemikirannya ke
dalam bentuk tulisan ilmiah.
Muhammad Abduh dapat masuk kembali ke Mesir setelah mendapat bantuan
temannya yang berkebangsaan Inggris pada tahun 1888 M. Tetapi pemerintah
setempat tidak memberikan ijin kepadanya untuk kembali mengajar karena
pemerintah takut pemikirannya mempengaruhi mahasiswa. Karena kecakapannya,
akhirnay ia diteriam bekerja sebagai Hakim pada salah satu mahkamah.
Meskipun pemerintah tidak menyukai pemikiran dan gerakannya, Abduh
ternyata masih memiliki peluang besar untuk menjadi inspirator dan motivator bagi
pengembangan dunia pendidikan. Karena itu, sekitar tahun 1894 M, Abduh diberi
kepercayaan untuk menjadi salah seorang anggota Majlis A’la universitas Al-Azhar,
Mesir. Ketika itulah ia mempunyai kesempatan besar untuk melakukan berbagai
perubahan dalam tubuh Al-Azhar. Kemudian pada tahun 1899 M, Abduh menduduki
jabatan sebagai seorang mufti Mesir. Jabatan ini dipegangnya hingga ia meninggal
pada tahun 1905 M.
La Tansa
- Muhammad Abduh bukan berasal dari keluarga kaya, dan bukan pula dari
keturunan bangsawan. Namun ayahnya dikenal sebagai orang terhormat dan
suka memberi pertolongan
- Meskipun demikian, orang tua Abduh sangat perhatian dalam bidang
pendidikan anaknya. Untuk itu, Abduh kecil dikirim ke masjid Al-Ahmadi
Tanta. Tapi karena sistem pengajaran di sini sangat monoton dan
menjemukan, akhirnya setelah bertahan lebih kurang dua tahun, Abduh
kembali ke kampung halamannya
- Setelah menyelesaikan studinya di Tanta, akhirnya pada tahun 1866 M,
Abduh melanjutkan studinya ke Al-Azhar, Kairo Mesir. Studi ini
diselesaikannya dalam tempo 11 (sebelas) tahun, yaitu pada tahun 1877 M
dan memperoleh gelar ’Alim (sarjana). Setelah itu, ia mengajar di Darul
,Ulum dan di rumanya sendiri
- Seagaimana Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh juga memiliki
perhatian serius dan keprihatinan terhadap kemunduran dan problem yang
dihadapi umat Islam. Mereka berdua sama-sama berupaya melakukan
pembaharuan untuk memperbaiki keadaan umat Islam. Hanya saja, Abduh
memiliki cara dan pandangan berbeda dengan gurunya dalam mencapai
tujuan usaha pembaharuan
- Di Indonesia, pengaruh pemikiran Muhammad Abduh masuk dan
berkembang melalui majalah Al-Urwatul Wutsqa, Al-Manar, Tafsir Al-
Manar, dan buku Abduh yang sangat monumental, Risalah Tauhid.
Karenanya tak heran bila banyak ahli yang berpendapatan bahwa pemikiran
Abduh turut mempengaruhi pergerakan pembaharuan Islam di Indonesia,
baik yang dicetuskan oleh Muhammadiyah maupun Al-Irsyad, Persis dan
beberapa firqah lain-lain.
Tamrinat 7
Amanah :
Bagimana menurut pendapatmu tentang ide pembaharuan Muhammad Abduh
tersebut !
Bagian
8 MUHAMMAD RASYID RIDHA
Faktor penyebab kemunduran umat Islam adalah karena mereka tidak lagi
menganut ajaran-ajaran Islam yang benar. Selain itu, perilaku mereka bnayak
yang menyimpang dari ajaran-ajaran Islam yang benar. Bid’ah-bid’an sudah
banyak yang masuk ke dalam kepercayaan mereka. Misalnya, keyakinan kekuatan
batin yang dapat membuat sang pemiliknya memperoleh apa saja yang
dikehendakinya. Padahal menurut ajaran Islam, kebahagian di dunia dan di
akherat hanya akan dapat diperoleh melalui usaha yang sesuai dengan sunattullah.
Bid’ah lain yang juga membawa kemunduran adalah ajaran-ajaran dari Syaikh-
syaikh tarekat tentang tawakal, tawassul, dan kepatuhan yang berlebihan kepada
wali dan Syaikh.
Zuhud yang berlebihan menurut Rasyid Ridha, merupakan salah satu sebab dari
mundurnya umat Islam. kebanyakan cerita tentang zuhud Rasulullah saw. Yang
kemudian dijadikan dalil bagi ajaran-ajaran mereka adalah maudlu’ dan tidak ada
dasarnya. Sebab, seperti dijelaskan dalam sejarah bahwa Rasulullah saw. Itu
menyantap makanan yang tidak lezat dan makanan lezat, memakai pakaian kasar
dan bagus, dan tidak pernah meminum air, kecuali air tawar bersih.
Zuhudnya Rasulullah saw terhadap dunia adalah zuhud terhadap apa yang
ditangan orang lain, bukan zuhud dalam arti tidak mau bekerja dan menjauhi
pekerjaan. Lebih dari itu, Islam tidak pernah melarang siapapun bekerja dan
mencari rizki dengan cara-cara yang dibenarkan oleh syariat. Islam tidaklah
diturunkan hanya untuk memperbaiki jasmani dan ruhani secara bersamaan dan
mendatangkan kemaslahatan kepada kita, baik di dunia maupun di akherat, baik
jasmani maupun nurani.
Sementara itu kaum muslimin ada yang salah dalam memahami makna zuhud.
Mereka mengartikan zuhud adalah: lebih mengutamakan hidup miskin daripada
kecukupan atau lebih mengutamakan orang yang bekerja daripada saudaranya
yang tekun beribadah, sedangkan biaya hidupnya ditanggunmg saudaranya yang
bekerja itu.
Menurut Rasyid Ridha zuhud yang disukai itu apabila orang yang tidak menjadi
hamba harta benda dan hal itu merupakan sikap mental terhadap harta itu. Rasyid
Ridha juga menjelaskan bahwa salah satu faktor penyebab juga menjelaskan
bahwa salah satu faktor penyebab kmunduran umat Islam adalah berkembangnya
paham zabariyah (fatalis). Sebaliknya, diantara faktor kemajuan bangsa Barat
adalah membudayakan paham ikhtiar (dinamis). Padahal Islam telah mendorong
umatnya agar bersikap dinamis. Ajaran tersebut termuat dalam kata Jihad, yang
berarti berrusaha keras, bersungguh-sunguh mencurahkan segenap pikiran,
kekuatan, dan kemampuan untuk mencapai kekuatan yang luhur, dan berani
berkurban, baik dengan harta benda maupun dengan jiwa raga untuk mencapai
tujuan perjuangan.
Oleh karena itu, apabila umat Islam ingin maju, maka harus kembali kepada
ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya, murni dari segala bentuk bid’ah, khurafat,
dan takhayul. Islam yang murni itu sederhana sekali, baik dalam masalah ibadah
maupun dalam masalah mu’amalah. Ibadah kelihatannya berat dan ruwet karena
hal-hal yang wajib. Demikian pula masalah mu’amalah. Islam hanya menetapkan
dasar-dasarnya, seperti perasaan, keadilan, dan musyawarah untuk pemerintahan.
Menurut Rasyid Ridha, ijtihad hanya diperlukan untuk hal-hal yang berkenaan
dengan mu’amalat dan kemasyarakatan, namun tidak diperlukan lagi untuk hal-
hal yang berkenaan dengan ibadah. Demikian pula, ijtihad hanya dapat diterapkan
untuk menjawab masalah-masalah yang tidak ada nashnya dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Selainitu, ijtihad hanya dapat dilakukan dalam upaya memahami
ayat-ayat dan hadits-hadits yang mengandung pengertian zhani, tetapi tidak dapat
diterapkan dalam upaya memahami ayat-ayat dan hadits-hadits yang mengandung
pengertian yang qath’i
Rasyid Ridha juga mengatakan bahwa para para pembaharu yang telah mencela
bangsa mereka, sebenarnya telah melecehkan dan mengekang kaum perempuan.
Ia menuntut kepada mereka agar memberikan kebebasan dan persamaan kepada
kaum perempuan agar kaum perempuan memperoleh ilmu pengetahuan dan hal-
hal yang diperlukan dalam kehidupan mereka di dunia ini. Menurut Rasyid Ridha,
para pembaharu tersebut dapat diklasifikasiakan menjadi dua kelompok: (1) para
pembaharu yang menuntut perbaikan nasib kaum perempuan dengan mengikuti
petunjuk Islam dan (2) para pembaharu yang menuntut perbaikan nasib
perempuan dengan mengikuti apa yang telah dilakukan di dunia Barat.
Menurut Ridha pendidikan perempuan harus didasarkan pada moral agama dan
hukum-hukum Islam. Selain itu kepada anak-anak gadis kita harus diajarkan
bahasa Arab, sejarah umat Islam, ilmu pendidikan, berhitung, cara mengatur
rumah tangga, merawat anak, menjaga kebersihan dan berbagai ketrampilan yang
dibutuhkan, seperti menjahit, membordir dan memasak.
Ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh setiap perempuan harus diajarkan kepada
setiap perempuan sebagai pengalaman pendidikan dasar. Selain itu Rasyid Ridha
juga menganjurkan agar sebagian perempuan menempuh pendidikan tinggi,
seperti mempelajari ilmu kedokteran dan ilmu bedah, terutama yang berkaitan
dengan persoalan perempuan. Sebab, menurut ajaran Islam, perempuanlah yang
seharusnya mengobati perempuan-perempuan yang sakit. Perempunlah yang
seharusnya mendidik anak-anak gadis. Pokoknya, ilmu apa saja yang bermanfaat
untuk kaum perempuan dan umat, mereka berhak untuk mempelajarinya.
Rasyid Ridha mengatakan bahwa, semua umat Islam harus bersatu di bawah satu
keyakinan, satu sistem moral, satu sistem hukum dan undang-undang. Hukum dan
undang-undang tidak akan dapat dijalani tanpa ada kekuasaan pemerintah. Karena
itu, kekuasaan umat mengambil bentuk negara dengan pimpinan seorang khalifah.
Khalifah itu harus memenuhi syarat-syarat seorang mujtahid dan tidak boleh
bersifat absolut. Untuk dapat melaksanakan tugasnya itu dengan baik, ia harus
dibantu oleh para ulama.
Pada mulanya penulisan Tafsir Al-Qur’an itu telah diusulkannya kepada Syekh
Muhammad Abduh, namun gurunya itu menolak dengan alasan bahwa kitab-kitab
tafsir sudah cukup banyak dan saling melengkapi. Akan tetapi, karena Rasyid
Ridha terus mendesaknya dan mengemukakan pentingnya tafsir itu dalam upaya
pembaharuan, akhirnya Abduh bersedia memberikan kuliah tafsir, yang dimulai
pada tahun 1323 H. Kuliah itu dihadiri oleh para mahasiswa Al-Azhar, termasuk
Rasyid Ridha sendiri.
Dalam hal menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, Rasyid Ridha tidak selalu mengikuti
metode Abduh. Hal itu terlihat, antara lain ketika ia menafsirkan ayat-ayat
mutasyabihat, seperti Tuhan mempunyai tangan dan kaki dengan pengertian
majazi. Ridha menafsirkan dengan arti harfiahnya, meskipun dengan catatan
bahwa yang diberikan Tuhan itu tidak sama dengan organ tubuh yang ada pada
manusia. Begitu pula dalam menafsirkan ayat-ayat yang berkenaan dengan
balasan di akhirat, Abduh lebih menekankan tafsiran filosofis sehingga
tafsirannya mengandung pengertian bahwa balasan tersebut bersifat ruhani,
sedangkan Ridha menafsirkannya lebih menekankan tafsiran harfiah, sehingga
tafsirannnya mengandung pengertian bahwa balasan tersebut bersifat ruhani dan
jasmani.
Rasyid Ridha adalah seorang ilmuwan yang cukup produktif menulis. Hal ini
dapat dilihat dari hasil karya dan pemikirannya yang dituangkan ke dalam bentuk
tulisan. Berikut antara lain karya Rasyid Ridha:
1. Al-Hikmah As-Syar’iyyah fi Muhakamati Dariyyah wal Rifa’iyah
2. Al-Azhar wa Al-Manar
3. Tarikhul Ustadz wal Imam
4. Nida lil Jinsil Lathief
5. Dzikra Mauludin Nabi
6. Risalatul Hujjaatul Islam Al-Ghazali
7. As-Sunnah wa Syi’ah
8. Al-Wahdatul Islamiyah
9. Haqiqaturriba
10. Al-Wahyu Al-Muhammadi
11. Al-Khilafah awil Imam Al-’Udzma
12. Tafsir Al-Manar
La Tansa
Tamrinat 8
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !
Amanah :
Bagian
9 MUSTAFA KEMAL ATTARTURK
Sebelum Mustafa Kemal diangkat menjadi Presiden Republik Turki, pada tahun
1920 M dibentuk Majlis Nasional Agung, atas usaha beliu dan teman-temannya.
Dalam sidang di Ankara, yang kemudian menjadi ibu kota Republik Turki, ia
dipilih sebagai ketua serta diambil keputusan-keputusan antara lain sebagai
berikut:
Kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat Turki.
Majlis Nasional Agung merupakan perwakilan rakyat tertinggi
Majlis Nasional Agung bertugas sebagai badan legislatif dan badan eksekutif.
Majlis Negara yang anggotanya dipilih dari Majlis Nasional Agung akan
menjalankan tugas pemerintah
Ketua Majlis Nasional Agung merangkap jabatan ketua Majlis Negara.
Konstitusi yang diambil merupakan bentuk baru dan sama sekali berbeda dengan
pemikiran elite birokrat tradisional yang kedaulatannya terletak ditangan sultan
dan khalifah. Juga bentuk negara baru berdasarkan pada nasionalisme Turki yang
mengharuskan diadakannya sekulerisasi; di mana pemerintahan harus dipisahkan
dari agama.
Ide nasionalisme yang diterima Kemal merupakan ide nasionalisme Turki yang
terbebas dari geografisnya dan bukan ide nasionalisme Turki yang luas. Dalam
piagam nasional tahun 1920 M, disebut antara lain bahwa Turki melepaskan
tuntutan teritorial terhadap daerah-daerah yang dahulu terletak di bawah
kekuasaan Kerajaan Usmani kecuali daerah yang di dalamnya terdapat ayoritas
Turki. Dalam salah satu pidatonya, Kemal menjelaskan bahwa kaum nasionalis
akan bekerja dalam lingkungan daerah teritorial Turki untuk kebahagian dan
kesejahteraan rakyat Turki.
Pernyataan Kemal itu mengindikasikan bahwa bangsa Turki yang
nasionalismenya adalah Men-Turki-kan segala-galanya agar menjadi bangsa
Turki yang berbahasa satu, berbudaya satu, yang dijiwai semangat patriotik Turki.
Sesuai dengan konstitusi pada tahun 1920 M dinyatakan bahwa Turki adalah
Negara Republik dengan Islam sebagai agama negara. Oleh karenanya, negara
yang baru lahir ini belum menjadi negara sekuler.
Dengan demikian, bahwa jelas Turki diperintah oleh seorang presiden dengan
sebuah konstitusi. Salah satu pasal dari konstitusi itu adalah: kedaulatan-
kedaulatan berada di tangan Barat tanpa syarat. Kekuasaan legislatif dijalankan
oleh wakil-wakil dalam sidang Majlis Nasional Agung. Pemerintahan didasarkan
atas pemerintahan rakyat yang langsung menentukan naib mereka sendiri. Dengan
demikian, Turki akan terhindar dari kekuasaan dalam sistem pemerintahan yang
absolut.
Pasca dihapuskan hapusnya jabatan Sultan, saat itu di Turki masih ada jabatan
khalifah yang dipegang oleh Abdul Majid. Khalifah tidak mempunyai kekuasaan
duniawi, yang ada hanyalah kekuasaan spiritual. Oleh karena itu, di Turki tidak
ada lagi terjadi dualisme dalam memegang kekuasaan duniawi. Walau begitu,
pada kenyataannya kedudukan khalifah masih diberi pengertian oleh golongan
Islam sebagai Kepala Negara. Mereka mempertahankan adanya khalifah dan
memperkuat kedudukannya; sehingga ia bertindak sebagai raja Usmani
sebelumnya, seperti menerima wakil-wakil dari luar negeri, mengirim wakil-wakil
ke luar negeri, mengadakan prosesi kebesaran pada hari Jum’at ke masjid untuk
sembahyang, dan tetap tinggal di Istana Istambul.
Setelah dihapusnya kedua lembaga itu, timbul reaksi dari golongan oposisi yang
diatur oleh kelompok mistik dalam organisasi tarekat; dengan melakukan gerakan
di bawah tanah untuk melawan kekuasaan Mustafa Kemal Attarturk. Kelimpik
mistik itu diantaranya adalah Bekhtasiyah, Naksyabandiyah, qodiriyah dan
Maulawiyah. Oleh karena itu, pada tahun 1925 M aliran-alira keagamaan dan
tarekat-tarekat dibubarkan beserta tempat-tenpat pertemuan mereka, tekke dan
maqam-maqam ditutup. Hal ini dianggap jalan terbaik bagi Kemal mengingat
aliran-aliran mistik itu dipandang sebagai penghalang bagi langkah-langkah
pembahauan yang digalakkan oleh kelompok nasionalis.
Khusus bidang ekonomi, Kemal membatasi diri untuk bekerja sama dengan Barat.
Ia tidak menginginkan negerinya dikuasai oleh kekuatan asing sebagaimana yang
pernah dialami oleh pemerintahan Sultan. Sumber-sumber vital dalam negeri
diambil alih oleh negara. Dalam menghadapi resesi ekonomi sebagai akibat dari
perang dunia I, Kemal menerapkan berbagai kebijakan antara lain, mengurangi
volume perdagangan luar negeri, menekan belanja rutin, mengurangi pengeluaran
atau anggaran militer menjadi rata-rata dari seluruh anggaran pengeluaran,
memberi bantuan pada sektor swasta agar lebih bisa mandiri.
Kebijakan ekonomi yang diterapkan, tahun 1949 M ekonomi Turki sangat baik.
Sektor pertanian masyarakat Turki selalu mengalami surplus; kebutuhan pangan
dalam negeri selalu terpenuhi. Oleh karenanya, Kemal dapat mempertahankan
kekuasaannya selama 15 tahun meski tak sedikit tantangan yang datang dari pihak
oposisi.
La Tansa
Tamrinat 9
amanah :
Iqbal memperoleh pendidikan yang baik yang akan menjadi bekal hidupnya
kelak dari seorang ulama yang terkenal bernama Syams Mir Hasan. Beberapa tahun
kemudian Iqbal mengakuai besarnya jasa yang telah diberikan gurunya itu, hingga ia
menjadi orang terkenal. Bentuk pengakuan itu dilukiskan dalam bentuk sajak
nafasnya mengembangkan kuntum hasratku menjadi bunga. Pendidikan dapat
diselesaikan di SMS, Sialkot, kemudian melanjutkan studinya di Government College
pada tahun 1987 M dengan memperoleh gelar BA ( Bachelor of Art) dengan nilai
yang cukup memuaskan, terutama dalam bidang studi bahasa, Arab dan inggris.
Kemudian ia melanjutkan program MA (Master Of Art) pada lembaga yang sama di
bidang studi filsafat. Dari sinilah Iqbal memperoleh pendidikan filsafat Islam dari Sir
Thomas W. Arnold.
Pasca memperoleh gelar MA ia ditunjuk sebagai pengajar sejarah dan filsafat
di Oriental Colegeh Lahor. Selain itu juga mengajar filsafat dan bahasa Inggris di
almamaternya disinilah ia menjadi pengajar yang populer dan namanya terkenal di
lingkungan pendidikan.
Iqbal terkenal tidak hanya dari mengajar, melainkan juga penyair populer di
Lahore. Pada tahun 1899 M ia membawakan sebuah syair yang berjudul Nala-i Yatim
(rintihan si yatim) dihadapan undangan pertemuan tahunan Anjuman Humayat-i
Islam (organisasai pemelihara Islam). Pada tahun berikutnya ia membacakan sajak
An Orphan’s Address to Id Crescent (Khutbah seorang yatim pada Idul Fitri).
Atas dorongan gurunya Sir Thomas Arnold, pada tahun 1905 M, Iqbal yang
saat itu berusia 32 tahun melanjutkan pendidikannya di Eropa. Di Inggris, Iqbal
masuk ke Combridge University dan belajar ilmu filsafat dibawah bimbingan Dr. Mc
Taggart, disinilah ia memperoleh gelar akademis dalam bidang filsafat moral.
Kemudian ia melanjutkan pendidikan ilmiahnya di Jerman dan masuk ke Munich
University dan menyelesaikan studinya dengan disertasi yang berjudul The
Development of Metaphysics in Persia. Selanjutnya Muhammad Iqbal kembali ke
London, Inggris untuk belajar ilmu hukum dan menyelesaikan studinya dan meraih
keadvokatannya. Selain itu, Iqbal juga masuk ke School of Political Sciences.
Pada tahun 1908 M, Muhammad Iqbal kembali ke India dan dinana beliau
mengajar di almamaternya yaitu di Government College untuk bidang ilmu filsafat,
sastra Arab dan sastra Inggris. Dan hal itu hanya bertahan satu tahun, karena ia ingin
lebih berkonsentrasi di bidang advokat, karena ia berkeyakinan bahwa sebagai
advokad ia mampu memusatkan perhatiannya pada soal hukum dan keyakinannya
mengenai politik, nasionalisme dan cita-cita keislaman selama ia menjadi advokat.
Profesi ini ditekuninya hingga tahun 1934 M, yaitu seblum Iqbal meninggal dunia.
Pada tahun 1922, Muhammad Iqbal memperoleh gelar kebangsawanan (Sir)
dari penguasa Inggris di India. Peanugrahan ini didasari atas ketenarannya lewat
publikasi karya sastranya di Eropa dan di dunia Timur. Kemudian ia diangkat sebagai
anggota legislatif Punjab selama tiga tahun yaitu pada tahun 1927 -1930 M.
Selanjutnya pada tahun 1930, ia diangkat sebagai “ Presiden Liga Muslimin” dalam
kongres Liga Muslimin yang diadakan di Alahabad. Kemudian Iqbal berencana untuk
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi Anak Benua India yaitu ia mendukung
sebuah gagasan negara Islam di wilayag Timur Laut India. Dan pada saat itulah ia
diberi gelar sebagai Bapak Pemimpin Pakistan. Kemudian pada tahun 1931-1932 M
ia mengikuti Konfrensi Meja Bundar di London untuk merumuskan Undang-Undang
Negara.
Di samping aktifitasnya dalam berpolitik, pada tahun 1928 M, ia juga gemar
mengumpulkan berbagai makalah seminar, untuk kemudian dieditnya dan
menjadikannya sebuah buku yang berjudul “The Reconstruction of Religious
Thought in Islam”. Dan ia juga gemar melakukan safari intelektual dan sering
memberikan ceramah di Madras, Hiderabad, Aligarth.
Sir Muhammad Iqbal bukan hanya seorang penyair, tetapi ia juga seorang
pembaharu Islam, khususnya di India. Kecerdasannya berhasil mengungkap
beberapa faktor penyebab mundurnya kejayaan umat Islam, ia berpendapat bahwa
umat Islam harus merebut kembali kejayaan Islam dan merespon berbagai
tantangan yang datang dari Barat. Menurut pengamatan Iqbal beberapa faktor
penyebab mundurnya umat Islam disebabkan oleh tiga faktor yaitu:
Para ahli sejarah menilai bahwa filsafat ego Muhammad Iqbal merupakan respon
atas adanya paham-paham baik di dalam sistem kepercayaan maupun dalam
sistem filsafat yang mengajarkan penyangkalan diri dan peniadaan diri (the
Negation of Self). Ajaran itu pada gilirannya memalingkan orang dari kenyataan
kehidupan dan menyingkirkannya dari perjuangan memperbaiki dan merubah
nasibnya.
Menurut Muhammad Iqbal Khudi atau ego manusia sebagai kesatuan intuitif atau
titik kesadaran pencerah yang menerangi pemikiran, perasaan dan keinginan
manusia, merupakan hal yang diliputi rahasia dan mengorbanisasi berbagai
kemampuan yang tidak terbatas dalam fitrah manusia. Dalam kontek ini ia
mengambil rujukan dari ayat Al-Qur’an surat 17 ayat 85
وح ِم ْن أ َْم ِر َربِّي َو َما أُوتِيتُ ْم ِم َن ال ِْعل ِْم إِاَّل قَلِياًل ُّ وح قُ ِل
ُ الر ُّ ك َع ِن
ِ الر َ ََويَ ْسأَلُون
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
Sebagai gambaran kalau cinta memperkuat ego manusia, maka sual (meminta-
minta) melemahkannya. Jadi, untuk memperkuat egonya, manusia harus memupuk
cinta, yakni kemampuan bertindak asimilatif dan menghindari segala bentuk
meminta, yakni tidak bertindak apa pun.
La tansa
- Iqbal memperoleh pendidikan yang baik yang akan menjadi bekal hidupnya
kelak dari seorang ulama yang terkenal bernama Syams Mir Hasan
- Beberapa tahun kemudian Iqbal mengakuai besarnya jasa yang telah
diberikan gurunya itu, hingga ia menjadi orang terkenal. Bentuk pengakuan
itu dilukiskan dalam bentuk sajak nafasnya mengembangkan kuntum
hasratku menjadi bunga.
- Iqbal terkenal tidak hanya dari mengajar, melainkan juga penyair populer di
Lahore. Pada tahun 1899 M ia membawakan sebuah syair yang berjudul
Nala-i Yatim (rintihan si yatim) dihadapan undangan pertemuan tahunan
Anjuman Humayat-i Islam (organisasai pemelihara Islam). Pada tahun
berikutnya ia membacakan sajak An Orphan’s Address to Id Crescent
(Khutbah seorang yatim pada Idul Fitri).
- Atas dorongan gurunya Sir Thomas Arnold, pada tahun 1905 M, Iqbal yang
saat itu berusia 32 tahun melanjutkan pendidikannya di Eropa. Di Inggris,
Iqbal masuk ke Combridge University dan belajar ilmu filsafat dibawah
bimbingan Dr. Mc Taggart, disinilah ia memperoleh gelar akademis dalam
bidang filsafat moral. Kemudian ia melanjutkan pendidikan ilmiahnya di
Jerman dan masuk ke Munich University dan menyelesaikan studinya
dengan disertasi yang berjudul The Development of Metaphysics in Persia.
Selanjutnya Muhammad Iqbal kembali ke London, Inggris untuk belajar ilmu
hukum dan menyelesaikan studinya dan meraih keadvokatannya. Selain itu,
Iqbal juga masuk ke School of Political Sciences
- Pada tahun 1922, Muhammad Iqbal memperoleh gelar kebangsawanan (Sir)
dari penguasa Inggris di India. Peanugrahan ini didasari atas ketenarannya
lewat publikasi karya sastranya di Eropa dan di dunia Timur. Kemudian ia
diangkat sebagai anggota legislatif Punjab selama tiga tahun yaitu pada
tahun 1927 -1930 M. Selanjutnya pada tahun 1930, ia diangkat sebagai “
Presiden Liga Muslimin” dalam kongres Liga Muslimin yang diadakan di
Alahabad.
Tamrinat 10
Amanah :
Tuliskan sebuah ayat yang dijadikan Iqbal sebagai rujukan dalam menulis tentang
ego manusia !
Bagian
11 KEDATANGAN ISLAM DI INDONESIA
Dalam beberapa sejarah telah tercatat bahwa agama Islam telah masuk ke
Indonesia sejak awal perkembangan Islam sekitar abad ke-7 M/abad ke-1 H, langsung
dari Arab atau Persia. Namun ada pula sejarah yang mencatat bahwa agama Islam
masuk ke Indonesia baru terjadi pada abad ke-11 M/5 H. Bahkan ada juga sejarah
yang mencatat Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M yang datang dari
Gujarat atau India. Beberapa sejarah tersebut memiliki landasan dan argumentasi
masing-masing, sehingga antara penulis satu dengan penulis sejarah yang lainnya
sebenarnya tidak bertentangan, melainkan menjadi pelengkap satu sama lain.
Sejarah yang mengatakan bahwa agama Islam yang datang ke Indonesia sejak
awal perkembangan Islam di Timur Tengah antara lain Thomas W. Arnold,
Azyumardi Azra, Hamka, Uka Tjandrasasmita, A. Hasymi, dan seterusnya.
Sejarah lain yang mencatat bahwa agama Islam telah datang ke Indonesia
sejak abad ke-7 M atau abad ke-1 H. Agama Islam ini langsung dibawa para saudagar
dan mubaligh yang berasal dari negeri Arab atau Persia.
Sedangkan sejarah yang mencatat bahwa agama Islam yang masuk ke
Indonesia pada abad ke-11 M/ 5 H. Didasari atas penemuan arkeologis berupa batu
nisan. Bukti arkeologis tersebut ditemukan di daerah jalur perdagangan internasional
serta jalur persimpangan. Batu nisan tertua yang ditemukan di kuburan Fatimah binti
Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tanggal 7 Rajab 475 H/ Desember 1082 M.
Bentuk nisan dan tulisan yang lain juga ditemukan atas nama Ahmad bin Abu
Ibrahim bin Arradh Rahdar alias Abu Kamil (wafat kamis malam, 29 Shafar 431 H/
1039 M).
Berdasarkan data arkeologi ini maka dapat diperkirakan bahwa di pesisir
Utara Jawa Timur, khususnya di Leran, Gresik telah terdapat sekelompok komunitas
muslim yang berasal dari Timur Tengah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Islam masuk ke Indonesia berasal dari Timur Tengah oleh para saudagar dan para
mubaligh Arab atau Persia muslim.
Sementara itu, sejarah yang menyebutkan agama Islam yang masuk ke
Indonesia pada abad ke-13 M berasal dari Gujarat, India. Tulisan ini didasari atas data
arkeologi berupa batu nisan pada makam raja Malikus Saleh yang ditemukan di
kerajaan Islam Samudera Pasai. Batu nisan ini bertuliskan angka tahun 686 H/ 1297
M.
6. Melalui Perdagangan
Proses Islamisasi di Indonesia salah satunya adalah melalui perdagangan hal ini
dapat diketahui melalui adanya kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7
M hingga abad ke-16 M. Aktifitas perdagangan ini banyak melibatkan bangsa-
bangsa di dunia, termasuk bangsa Arab, Persia, India, Cina dan lainnya.
Islamisasi lewat jalur perdagangan ini sangat menguntungkan, karena para raja
dan bangsawan turut serta dalam aktifitas perdagangan tersebut. Bahkan mereka
menjadi pemilik kapal dan saham perdagangan itu. Fakta sejarah ini dapat
diketahui berdasarkan data dan informasi penting yang dicatat Tome Pirres bahwa
para pedagang muslim banyak yang bermukim di pesisir pulau Jawa yang ketika
itu penduduknya masih kafir. Mereka berhasil mendirikan masjid-masjid dan
mendatangkan mullah-mullah dari luar, sehingga jumlah mereka semakin
bertambah banyak. Dalam perkembangan selanjutnya, anak keturunan mereka
menjadi penduduk muslim yang kaya raya.
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan h ikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
7. Melalui Perkawinan
Para pedagang muslim mayoritas kondisi ekonominya lebih baik dari pada
penduduk pribumi. Hal ini menyebabkan banyak penduduk pribumi, terutama
para wanita yang tertarik menjadi istri-istri para saudagar muslim. Hanya saja ada
ketentuan hukum Islam, bahwa para wanita yang akan dinikahi harus di-Islamkan
terlebih dahulu. Para wanita dan keluarga mereka tidak merasa keberatan, karena
proses peng-Islaman hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
Perkawinan ini akan lebih menguntungkan lagi apabila terjadi antara saudagar
muslim dengan anak bangsawan atau anak raja atau anak Adi Pati. Sebab mereka
memiliki bawahan yang jika atasannya masuk Islam, maka mereka akan ikut
masuk Islam. Salah satu contohnya adalah: perkawinan antara Raden Rahmat atau
Sunan Ampel dengan Nyai Manila, antara Sunan Gunung Jati dengan Puteri
Kawunganten, Brawijaya dengan Putri Campa, orang tua Raden Patah, raja
kerajaan Islam Demak dan masih banyak lagi lainnya. Semuanya itu lebih
menguntungkan bagi dakwah Islam.
8. Melalui Pendidikan
Proses Islamisasi di indonesia juga ada yang melalui pendidikan. Banyak para
muballigh kita yang mendirikan lembaga-lembaga pendidikan Islam atau pondok-
pondok pesantren. Dari lembaga-lembaga inilah kemudian para ulam’ atau
muballigh mengajarkan ilmu agama Islam.
Diantara para lembaga yang berhasil didirikan pada awal Islam di Jawa adalah :
Pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmad di Ampel Delta, Pesantren Giri
yang didirikan oleh Sunan Giri. Pesantren-pesantren ini memiliki gaung keseluruh
Pulau Jawa hingga Maluku.
9. Melalui Tasawuf
Media lain yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses Islamisasi di Indonesia
adalah Tasawuf salah satu sifat khas dari ajaran ini adalah akomodasi terhadap
budaya lokal, sehingga menyebabkan banyak masyarakat Indonesia yang
menerima ajaran Tasawuf. Pada umumnya, para pengajar Tasawuf atau para Sufi
adalah guru-guru pegembara, dengan sukarela menghayati kemiskinan, juga
sering berhubungan dengan perdagangan, mereka juga mengajarkan teosofi yang
telah bercamppur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat
Indonesia. Mereka mahir dalam hal magis dan memiliki kekuatan untuk
menyenbuhkan. Diantara mereka juga ada yang menikahi gadis bangsawan
setempat.
Islamisasi melalui kesenian adalah pertunjukan wayang. Seperti Sunan kali Jaga
adalah tokoh yang mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta
upah materi dalam setiap pertunjukannya. Diah hanya menginginkan penonton
untuk mengikutinya dalam dua kalimah syahadad. Sebagaian besar cerita wayang
dianbil dari cerita Ramayana dan Brata, tetapi muatan isinya berisi tentang ajarn
Islam dan nama-nama pahlawan Muslim. Selai9n wayang juga seni bangunan.,
seni pahat, seni tari, seni musik dan seni sastra. Diatara bukti pengembangan
Islam awal adalah seni bangunan Masjid Agung Demak, Sedang Duwur, Agung
Kasepuha, Ciribon, Masjid Agung Banten dan seterusnya
La Tansa
- Dalam beberapa sejarah telah tercatat bahwa agama Islam telah masuk ke
Indonesia sejak awal perkembangan Islam sekitar abad ke-7 M/abad ke-1 H,
langsung dari Arab atau Persia
- Namun ada pula sejarah yang mencatat bahwa agama Islam masuk ke
Indonesia baru terjadi pada abad ke-11 M/5 H. Bahkan ada juga sejarah
yang mencatat Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M yang datang
dari Gujarat atau India.
- Sejarah yang mengatakan bahwa agama Islam yang datang ke Indonesia
sejak awal perkembangan Islam di Timur Tengah antara lain Thomas W.
Arnold, Azyumardi Azra, Hamka, Uka Tjandrasasmita, A. Hasymi, dan
seterusnya.
- Islam masuk ke Indonesia dengan melalui beberapa media, seperti
perdagangan, perkawinan, pendidikan, kesenian dan tasawuf
- Islam datang di Indonesia tidak hanya mempengaruhi keyakinan masyarakat
pribumi, melainkan juga berpengaruh kepada kebudayaannya
Tamrinat 11
Amanah ;
Bagian
PERANAN WALI SONGO DALAM PENYEBARAN ISLAM
12
Penyebaran Islam di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan wali atau syeikh.
Para wali atau syeikh memiliki peran yang sangat penting dalam proses Islamisasi.
Dari sekian banyak wali atau syeikh, khususnya di Jawa lebih dikenal dengan sebutan
wali 9 atau walisongo.
Walisongo berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik
Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Derajat, Sunan Kalijaga,
Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati. Dari kesembilan wali tersebut tidak
hidup saat bersamaan, tapi satu sama lain mempunyai hubungan yang sangat erat.
Hubungan itu bisa terjadi karena adanya hubungan darah, juga bisa karena ada
hubungan guru dengan murid.
Dari beberapa sunan tersebut, Maulana Malik Ibrahim. Sunan Ampel anak
Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim juga
sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Derajat adalah anak Sunan Ampel.
Sunan Kalijogo meruipakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria
anak Sunan Kalijogo. Sunan Kudus murid Sunan Kalijogo. Sunan Gunung jati adalah
sahabat Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Pada umumnya para wali tersebut tinggal di pantai Utara Jawa sejak dari awal
abad 15 M hingga pertengahan abad 16 M di tiga wilayah penting yaitu Surabaya,
Gresik, Lamongan di Jawa Timur, Demak, Kudus, Muria di Jawa Tengah serta
Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu
masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru,
mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian serta
kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Biografi Walisongo
1. Maulana Malik Ibrahim. Nama aslinya adalah Maulana Makhdum Ibrahim
Assamarkandy. Lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh pertama abad ke-
14 M. Malik Ibrahim juga disebut Syeikh Magribi. Ia bersaudara dengan
Maulana Ishaq, ulama terkenal di Samudera Pasai sekaligus ayah dari Sunan
Giri (Raden Paku) Ibrahim dan Ishaq adalah anak dari seorang ulama Persia,
bernama Maulana Jumadil Kubra, yang menetap di Samarkand
2. Sunan Ampel. Beliau adalah putara tertua Maulana Malik Ibrahim. Nama
aslinya adalah Raden Rahmat. Beliau lahir pada tahun 1401 M. di Campa. Dari
seorang ibu keturunan raja Campa. Nama Ampel sendiri diidentikkan dengan
nama tempat dimana ia bermukim, wilayah yang kini menjadi bagian dari
surabaya.
3. Sunan Giri. Nama asli Sunan Giri adalah Muhammad Ainul Yaqin. Nama kecil
Sunan Giri adalah Raden paku. Ia lahir di Blambangan (Banyuwangi) pada
tahun 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaga Samudra. Sebuah nama yang
dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya_
seorang ptri raja Blambangan bernama Dewi Sekar Dadu ke laut. Raden paku
kemudia dipungut anak oleh Nyai Semboja. Ayahnya dalah Maulana Ishak,
saudara kandung Malulana Malik Ibrahim.
4. Sunan Bonang. Sunan Bonang adalah anak dari sunan Ampel,
yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya dalah Raden
Makdum Ibrahim. Diperkirakan lahir pada tahun 1465 M. Dari seorang
perempuan yang bernama Nyi Ageng manila, putri seorang Adipati di Tuban.
Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Delta
5. Sunan kalijaga. Sunan ini namanya paling banyak disebut
masyarakat Jawa. Lahir sekitar tahun 1450 M. Ayahnya adalah Arya Wilatikta,
Adipati Tuban, salah seorang keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit.
Pada masa itu Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam. Naa kecil
sunan kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki beberapa nama panggilan
seperti; Loka Jaya, Syaikh Malaya Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.
6. Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah
diperkirakan lahir pada tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri
dari raja Pajajaran, raden Manah Rasasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan
Syafif Abdullah Maulana Huda, Pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari
Palestina.
7. Sunan Drajat. Ia dilahirkan kira-kira pada tahun 1470 M. Nama
kecilnya adalh raden Qosim dan bergelar Raden Syaifuddin. Ayahnya adalah
Sunan Ampel. Dengan demikian ia bersaudara dengan Sunan Bonang.
8. Sunan Kudus. Nama kecilnya adalah ; shadiq. Ia ptra pasangan
Sunan Ngudung dan Syarifah, adaik Sunan Bonang, anak Nyi Ageng maloka.
Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra di Mesir yang
berkelana hingga di Jawa. Dikesultanan Demak ia diangkat menjadi panglima
perang. Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kali Jaga.
9. Sunan Muria. Ia adalah putra Dewi Sarah dari hasil perkawinanya
dengan Sunan kali Jaga. Dewi Sarah adalah adik kandung Sunan Giri sekaligus
anak Syek Maulana Ishak. Nama kecil Sunan Muria adalah Raden Prawoto.
Nama muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya dilereng gunung Mulia, ang
berjarak 18 km. Ke utara kota Kudus.
La Tansa
Amanah :
Tuliskan sejarah adanya wali sembilan ?
Bagian
13 MUHAMMADIYAH
Melihat kondisi keagamaan yang ada di Indonesia pada waktu itu Islam
datang ke Jawa, kehidupan keagamaan yang nampak adalah campuran antara
kepercayaan tradisional yang telah menjelma menjadi adat kebiasaan yang bersifat
agamis dengan bentuk mistik yang dijiwai oleh agama Hindu dan Budha. Sehingga
yang terlihat adalah kepercayaan tradisional Jawa tetap hidup dan mempengaruhi
bentuk kehidupan keagamaan.
La Tansa
Tamrinat 13
Amanah :
Bagian
14 NAHDLATUL ULAMA (NU)
Periodesasi Berdirinya NU
Jam’iya Nadlatul Ulama (NU) berdiri di Surabaya pada tahun 1926 M. Dalam
kurun waktu yang relatif singkat organisasi ini segera tersebar pesat di seluruh pulau
Jawa. Kemudian pada tahun 1930 M dibuka cabang pertama di Banjar, Martapura,
Kalimantan. Meskipun begitu, basis kekuatannya tetap berada di Jawa Timur, yaitu
pesantren yang bergabung ke dalam organisasi NU. Dalam perkembangan
selanjutnya, sekitar tahun 1936 M sebuah organisasi lokal di Kalimantan, bernama
Hidayatul Islamiyah bergabung dengan Nahdlatul Ulama.
Sebagai organisasi para ulama saat itu, NU telah melakukan gerakan
muktamar yang dihadiri para ulama terkenal yang berasal dari Jawa dan luar Jawa.
Pada muktamar pertama, organisasi ini telah dihadiri oleh 93 orang kyai dari pulau
Jawa dan Madura. Kemudian pada muktamar ke-2 tahun 1927 M dihadiri sekitar 260
orang kyai dari 35 cabang NU. Pada muktamar ke -5 pada tahun 1930 M telah
terbentuk 46 cabang (18 cabang di Jawa Timur termasuk Madura, 21 cabang di Jawa
Tengah dan 6 cabang di Jawa Barat).
Pada periode awal NU, kegiatan ini lebih banyak dilakukan dalam rangka
menjaga kemurnian paham yang diyakininya. Menyebarluaskan pandangan-
pandangan yang dianggap penting untuk diketahui oleh para jamaahnya, mengambil
bagian dari masyarakat di bidang sosial, bidang pendidikan dan bidang
perekonomian. Dalam anggaran dasar organisasi, disebutkan bahwa NU akan
mendirikan badan-badan perdagangan. Hal ini didasari atas kenyataan bahwa banyak
diantara organisasi ini berprofesi sebagai pedagang dan petani, pemilik kebun
sehingga perlu dirasakan mendirikan badan-badan tersebut.
Pada tahun 1930 M dalam muktamar ke-5 diputuskan pembentukan Lajnah
Waqfiyah (panitia waqaf) pada setiap cabang NU yang bertugas mengurus waqaf.
Meskipun waqaf tidak dapat dianggap sebagai perusahaan tapi dalam pengurusannya
ada yang mendapatkan keuntungan dan dapat dipergunakan untuk urusan sosial
tertentu. Pada tahun 1937 M NU mendirikan badan khusus yaitu Waqfiyah NU yang
boleh membeli, menguasai atau menjadi nazir bagi tanah-tanah waqaf berdasarkan
ajaran-ajaran Islam dengan merujuk pada mazhab empat.
Usaha lain yang dilakukan oleh NU adalah mendirikan badan-badan koprasi
yang disebut syrikah mu’awanah. Badan-badan koprasi ini didirikan di Surabaya,
Singosari, Bangil dan Gresik. Rencana untuk mengimpor sepeda dari Singapura tidak
dapat diwujudkan tetapi mengimpor barang pecah belah dari Jepang dapat terlaksana
dengan diberi tanda cap simbol Nahdlatul Ulama
Selain kegiatan-kegiatan tersebut, NU juga memiliki kegiatan ke arah
perjuangannya menentang penjajah. Pola perjuangan ini antara lain diwujudkan
dalam bentuk kultural, seperti keputusan NU mengharamkan pakaian pantolan
(celana panjang) dan dasi, karena menyerupai Belanda. Perkembangan berikutnya
NU berhasil membentuk para kyai dan santri-santrinya menjadi lapisan masyarakat
bangsa Indonesia yang sangat besar pada perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Pada saat Jepang berkuasa di Indonesia yaitu pada tahun (1942-1945) semua
partai dan organisasi dibubarkan, termasuk NU. Kemudian NU berusaha supaya
organisasi ini hidup kembali agar dapat mengadakan pembinaan kepada cabang-
cabagnya, usaha ini diperbolehkan oleh Jepang. Pada waktu itu Jepang memperalat
setiap organisasi untuk kepentingan perangnya, mak NU pun dibatasi kegiatannya.
NU hanya boleh mengurusi pesantren saja, pengajian dan Madrasah-madrasah. KHA.
Wahid Hasyim mengundurkan diri dari MIAI kemudian memusatkan perhatiannya
untuk mengurusi Pesantren Tebuireng di Jombang (Jatim). Walaupun begitu, NU
sama sekali tidak melepas MIAI, karena ketika MIAI berubah namanya menjadi
Majlis Syura Muslimin Indonesia yang disingkat dengan Masyumi, K.H.A. Wahid
Hasyim kembali aktif sebagai pimpinan majalah Masyumi yang bernama Muslimin
Indonesia.
La Tansa
- Jam’iya Nadlatul Ulama (NU) berdiri di Surabaya pada tahun 1926 M.
Dalam kurun waktu yang relatif singkat organisasi ini segera tersebar pesat
di seluruh pulau Jawa. Kemudian pada tahun 1930 M dibuka cabang
pertama di Banjar, Martapura, Kalimantan. Meskipun begitu, basis
kekuatannya tetap berada di Jawa Timur, yaitu pesantren yang bergabung ke
dalam organisasi NU
- Dalam perkembangan selanjutnya, sekitar tahun 1936 M sebuah organisasi
lokal di Kalimantan, bernama Hidayatul Islamiyah bergabung dengan
Nahdlatul Ulama.
- Sebagai organisasi para ulama saat itu, NU telah melakukan gerakan
muktamar yang dihadiri para ulama terkenal yang berasal dari Jawa dan luar
Jawa. Pada muktamar pertama, organisasi ini telah dihadiri oleh 93 orang
kyai dari pulau Jawa dan Madura. Kemudian pada muktamar ke-2 tahun
1927 M dihadiri sekitar 260 orang kyai dari 35 cabang NU. Pada muktamar
ke -5 pada tahun 1930 M telah terbentuk 46 cabang (18 cabang di Jawa
Timur termasuk Madura, 21 cabang di Jawa Tengah dan 6 cabang di Jawa.
- Pada periode awal NU, kegiatan ini lebih banyak dilakukan dalam rangka
menjaga kemurnian paham yang diyakininya. Menyebarluaskan pandangan-
pandangan yang dianggap penting untuk diketahui oleh para jamaahnya,
mengambil bagian dari masyarakat di bidang sosial, bidang pendidikan dan
bidang perekonomian.
- Usaha lain yang dilakukan oleh NU adalah mendirikan badan-badan koprasi
yang disebut syrikah mu’awanah. Badan-badan koprasi ini didirikan di
Surabaya, Singosari, Bangil dan Gresik
- Selain kegiatan-kegiatan tersebut, NU juga memiliki kegiatan ke arah
perjuangannya menentang penjajah. Pola perjuangan ini antara lain
diwujudkan dalam bentuk kultural, seperti keputusan NU mengharamkan
pakaian pantolan (celana panjang) dan dasi, karena menyerupai Belanda
- Dalam muktamar ke-27 di Situbondo pada tanggal 18 sampai 21 Desember
1983 M berhasil merumuskan pokok-pokok pikiran tentang NU kembali
kepada khittahnya 1926 M.
- Lembaga yang mengurusi pendidikan disebut Lembaga Pendidikan Ma’arif.
Lembaga Pendidikan Ma’arif dalam melaksanakan tugasnya berpedoman
pada AD/ART NU. Program dasar pengembangan dasar pendidikan NU,
peraturan dasar lembaga pendidikan Ma’arif dan peraturan rumah tangga
lembaga pendidikan Ma’arif
Tamrinat 13
Amanah :
Tuliskan cerita sejarah berdirinya NU dengan baik ! dan berilah komentar antar NU
pada awal berdirinya dengan NU pada saat sekarang !
DAFTAR PUSTAKA