Anda di halaman 1dari 4

Muhammadiyah

Gerakan Pembaharuan Islam

Latar belakang kemunculan gerakan pembaharuan Islam modern pada akhir abad XIX
dan awal abad XX M, dapat dirunut dari dua factor, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor
internal adalah berupa krisis di bidang kegamaan, social plitik dan ilmu pengetahuan. Krisis di
bidang keagamaan dapat ditengarai dari pandangan sebagian besar ulama yang memandang tidak
lagi perlu adanya ijtihad dan kemapanan beragama yang timbul setelah berkembangnya 4
mahzab Sunni (Hanafi, Maliki, Syafii dan Hanbali). Di samping itu, di kalangan umat Islam
tumbuh sikap taqlid kepada ulama atau tradisi. Krisis dalam aspek sosial-politik terutama berupa
kemunduran dunia Islam pasca jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Mongol (1258), runtuhnya
kekuasaan Muslim di Spanyol dengan jatuhnya Granada (1492), serta konflik dunia Islam dan
dunia Barat yang diawali sejak periode Perang Salib (abad XI- XIII M). Sedangkan krisis di
bidang ilmu pengetahuan ditandai oleh semakin sedikitnya ilmuwan Muslim yang menghasilkan
karya monumental dan menurunnya semangat untuk belajar dalam ilmu pengetahuan umum.

Faktor eksternal, terutama, berkaitan dengan kemajuan bangsa-bangsa Barat dalam


perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta industrialisasi sejak abad XVI hingga XIX
M, hal mana bangsa-bangsa Muslim tidak mampu menanddingi mereka. Tindak lanjut dari
kemajuan tersebut adalah imperialism dan kolonialisme modern yang dilancarkan oleh bangsa-
bangsa Barat sejak abad XIX hingga abad XX M. Dunia Muslim sebagian besar bertekuk lutut
menjadi wilayah jajahan bangsa-bangsa Barat.

Gerakan pembaharuan Islam modern berkembang di beberapa wilayah umat Islam seperi
Turki, Mesir, anak benua India (India dan Pakistan) serta Iran. Gerakan pembaharuan Islam ini
dapat dipilah dalam tiga kategori, yakni modernisme intelektual, modernisme politik dan
modernisme sosial. Dalam kategori gerakan pembaharuan Islam modern di bidang intelektual,
ada dua tokoh yang paling terkemuka, yakni Sayyid Ahmad Khan (1817-1898) dari anak India
dan Syeikh Muhammad Abduh (1849-1905) dari Mesir. Kategori gerakan pembaharuan Islam
modern dalam bidang politik terwakili oleh sosok Sayid Jamaluddin Al Afghani (1839-1897),
sebagai tokoh utamanya. Sementara itu di bidang sosial diwakoli oleh dua tokoh, yakni Sayyid
Amir Ali dan Muhammad Iqbal (1877-1938), yang keduanya berasal dari anak benua India.

Asal muasal Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan sebagai bagian
dari gerakan pembaharuan Islam Modern dapat ditelusuri dari perjalanan ibadah haji beliau ke
Mekkah. Dalam perjalanan haji tersebut, diduga keras beliau telah berkenalan dengan gagasan
pembaharuan Islam, baik yang pra-modern (Ibnu Taimiyah dan Muhammad ibn Abdul Wahhab)
maupun yang modern (Sayyid Jamaluddin Al Afghani, Syeikh Muhammad Abduh, dan Sayyid
Muhammad Rasyid Ridha).

Didirikannya Muhammadiyah oleh K.H. Ahmad Dahlan mewakili sebuah kesadaran


teosentrik, yakni kesadaran baru terhadap nilai-nilai keagamaan (Islam). Kesadaran ini terbentuk
pada diri K.H. Ahmad Dahlan setelah mengalami pergulatan pemikiran dengan gagasan
pembaharuan Islam. Selain itu, ditopang pula oleh keprihatianan beliau terhadap kondisi objektif
umat Muslim Indonesia yang ditandai oleh pengamalan ritual kegamaan yang tercampur baur
dengan praktik-praktik takhayul, bid’ah dan khurafat.

Tantangan yang dihadapi oleh K.H. Ahmad Dahlan dalam rangka dakwah amar ma’ruf
nahi mungkar sesuai dengan garis pemikiran para tokoh pembaru Islam tidak ringan. Beliau
kerap dituduh sebagai kafir, ingkar sunnah, pengikut Mu’tazilah, Wahabi, Khawarij dan lain
sebagainya. Sehubungan dengan hal itu sungguh ironis apabila ada warga Muhammadiyah yang
tega menuduh orang lain sebagai kafir, ingkar sunnah dan lain-lain.

Hubungan dan pergaulan K.H. Ahmad Dahlan yang luas dengan berbagai kalangan baik
sesame Muslim maupun kalangan non-Muslim menjadi salah satu kunci sukses beliau dalam
mendirikan dan memimpin Muhammadiyah. Fenomena kepemimpinan Muhammadiyah yang
semacam itu kemudian dilanjutkan oleh para penerus beliau. Di samping itu, komitmen
Muhammadiyah sejak awal untuk menjauhkan diri dari polyik praktis dan lebih memusatkan
perhatian pada gerakan cultural, sebagai organisasi dakwah, sosial-keagamaan dan pendidikan,
juga menjadi kunci sukses Muhammadiyah agar tetap survive.

Sebagai gerakan pembaharuan Islam modern, kontribusi Muhammadiyah dapat dirasakan


sangat besar bagi Indonesia, utamanya umat Muslim. Muhammadiyah telah bekerja, baik dalam
upaya membebaskan umat Islam dari belenggu praktik-praktik pengamalan keagamaan umat
Islam yang tercampur baur. Juga dalam usaha mencerahkan umat melalui bidang pendidikan,
ataupun bidang-bidang lain seperti sosial dan kesehatan, guna mengentaskan umat Islam dari
kemiskinan, kobodohan dan keterbelakangan.

Secara garis besar, tulisan ini mengkaji gerakan pembaharuan Islam dan pengaruhnya
bagi Indonesia, dan gerakan Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan Islam modern.
Kajian ini diteropong dengan perspektif sosiologis. Gerakan pembaharuan Islam modern dapat
dipahami sebagai gerakan dari sebagian gerakan umat Islam yang berusaha untuk melakukan
pembaharuan dalam pemahaman dan pengalaman keberagaman yang sesuai dengan sumber
pokok ajaran Islam (Al Quran dan As Sunnah).

Dalam tulisan ini, dikaji mengenai gerakan pembaharuan Islam modern di dunia pada
akhir abad XIX hingga awal abad XX M yang disertai dengan tokoh-tokohnya dan pengaruhnya
bagi Indonesia. Selain itu dikaji pula mengenai gerakan Muhammadiyah sebagai pembaharuan
Islam modern di Indonesia. Hal ini dikarenakan kelahiran Muhammadiyah setelah K.H. Ahmad
Dahlan bergumul dengan pemikiran para tokoh pembaharuan Islam, baik yang pra-modern
maupun yang modern. Pada akhirnya komitmen Muhammadiyah untuk menegakkan amar
ma’ruf nahi munkar dengan landasan Al Qur’an dan As Sunnah dan kontribusinya yang telah
diberikan kepada umat Islam dan bangsa Indonesia ini telah membuktikan posisi
Muhammadiyah sebagai salah satu gerakan pembaharuan Islam yang paling berpengaruh.

Pada dasarnya, tulisan ini cukup menarik karena menekankan gerakan pembaharuan
Islam di dunia dan pengaruhnya di Indonesia yang notabene merupakan Negara Muslim yang
besar. Namun tulisan ini hanya dikaji secara garis besarnya. Bukti-bukti yang diberikan pun
hanya diberikan secara garis besar. Tidak menyinggung masalah NU ataupun organisasi Islam
pada waktu itu.

Sumber pembanding:

Mahrus Irsyam, “Islam di Indonesia : Pengembangan Organisasi dan Gerakan Pemikiran,


Prisma, no. 4 tahun XIX 1990
Yahdan Ibnu Human Saleh SU, “Colonial Education Policy & Muhammadiyah’s Education”, Al-
jami’ah, no.47 tahnun 1991

Anda mungkin juga menyukai