Anda di halaman 1dari 6

Amalan Gaya Hidup (konsep 5R)

Apa itu Konsep 5R?

5R adalah singkatan kepada ‘rethink’ (fikir semula), ‘repair’ (baik pulih), ‘reuse’ (guna semula), ‘recycle’
(kitar semula) dan ‘reduce’ (kurangkan).

Rethink
‘rethink’ ataupun fikir semula sebelum buang. Adalah penting bagi setiap individu untuk mengenal pasti
bahan-bahan yang bakal dibuang itu mampu untuk dimanfaatkan untuk tujuan lain ataupun tidak. Sama
ada ianya dapat dikitar semula, diperbaiki atau digunakan semula. Dengan adanya seidkit kesedaran iaitu
fikir dulu sebelum buang ianya sedikit sebanyak dapat membantu untuk mengurangkan sampah yang
bakal dibawa ke pusat pelupusan sampah. Munculnya bertimbun-timbun sampah dalam kehidupan
adalah disebabkan oleh tindakan dan aktiviti manusia itu sendiri. Selain itu ‘rethink’ atau fikir semula
bukan hanya terhad kepada fikir dulu sebelum buang sahaja, malah kita sebagai pengguna hendaklah
bertindak untuk mengetahui dan mengambil kira bungkusan produk yang kita beli itu sama ada boleh
dikitar semula, digunakan semula, dibaik pulih jika mengalami kerosakan.

Repair
Konsep ‘R’ kedua adalah ‘repair’ ataupun baik pulih di mana ia boleh diertikan sebagai memeriksa
dengan teliti untuk tujuan membaiki atau untuk memulihkan keadaan sesuatu alat yang telah rosak. Bagi
memastikan mengurangkan penggunaan sumber asli, adalah disarankan pengguna membaik pulih alatan
yang rosak dan hanya membuangnya di pusat-pusat kitar semula setelah kerosakan tidak dapat dibaiki
sepenuhnya. Oleh itu kita sebagai pengguna bukan sahaja berperanan untuk memastikan barangan
dapat dilupuskan secara berkesan, malah penggunaan barangan atau alatan secara cermat dan efektif
juga dapat membantu mengurangkan pembuangan sisa pepejal ke persekitaran sekaligus dapat
mengurangkan penggunaan sumber asli yang kian berkurang disebabkan oleh aktiviti manusia yang tidak
terancang.

Reduce
Konsep ‘R’ yang seterusnya adalah ‘reduce’ atau dalam bahasa Melayunya adalah mengurangkan.
Kurang di sini membawa maksud mengurangkan penggunaan pelbagai sumber terutamanya sumber asli
seperti kayu, petroleum serta kapas. Penggunaan sumber asli secara berlebihan dalam aktiviti seharian
memaksa sektor industri berkaitan mempertingkatkan pengeluarannya bagi memenuhi permintaan
pengguna di sesuatu tempat. Pernahkah anda terdengar tentang berkongsi kenderaan ke tempat kerja?
Semestinya pernah bukan. Kerajaan Malaysia telah lama menyarankan pengguna-pengguna kenderaan
di Malaysia berkongsi kenderaan ke tempat kerja atau ke mana sahaja di dalam destinasi yang sama.
Cara ini bukan sahaja dapat mengurangkan pelepasan gas beracun ke atmosfera yang dikeluarkan oleh
kenderaan bermotor malah ianya dapat membantu mengurangkan jumlah penggunaan petrol dengan
berkesan. Ianya bukan sahaja menjimatkan malah dapat mengurangkan kesesakan lalu lintas di Bandar-
bandar besar terutamya Kuala Lumpur.

Reuse
‘Reuse’ atau guna semula adalah salah satu daripada konsep yang terkandung dalam 5R di mana ianya
bererti menggunakan semula barangan atau alatan yang terbuang untuk dimanfaatkan menjadi barangan
lain seperti menjadikan tayar kenderaan yang telah lusuh atau rosak menjadi pasu bunga ataupun
menjadikan botol plastik terbuang menjadi bekas meletak alat tulis.

Recycle
Mari kita mendalami seba sedikit tentang makna kitar semula. Kitar semula membawa maksud
memproses barangan lusuh atau bahan buangan menjadi produk baru. Contohnya surat khabar lama
akan menjalani pelbagai peringkat pemprosesan untuk mendapatkan sejumlah kertas putih yang baharu
dan sedia untuk digunakan sebagai kertas mahjung, kertas fotokopi dan banyak lagi. Amalan kitar semula
ini harus dipraktikkan ke segenap lapisan masyrakat kerana ianya dapat mengurangkan kuantiti bahan
buangan, selain menjimatkan kos perbelanjaan untuk membiayai projek pelupusan bahan buangan.
PEMANFAATAN SAMPAH

PEMANFAATAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENGURANGI PEMANASAN


GLOBAL

Istilah sampah pasti sudah tidak asing lagi ditelinga. Jika mendengar istilah sampah, pasti yang
terlintas dalam benak adalah setumpuk limbah yang menimbulkan aroma bau busuk yang sangat
menyengat. Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah adalah zat kimia, energi atau makhluk hidup yang tidak mempunyai nilai
guna dan cenderung merusak. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses
alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak (wikipedia).

Sampah dapat berada pada setiap fase materi yitu fase padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan
dalam dua fase yaitu cair dan gas, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi
biasa dikaitkan dengan polusi. Bila sampah masuk ke dalam lingkungan (ke air, ke udara dan ke
tanah) maka kualitas lingkungan akan menurun. Peristiwa masuknya sampah ke lingkungan
inilah yang dikenal sebagai peristiwa pencemaran lingkungan (Pasymi).

Berdasarkan sumbernya sampah terbagi menjadi sampah alam, sampah manusia, sampah
konsumsi, sampah nuklir, sampah industri, dan sampah pertambangan. Sedangkan berdasarkan
sifatnya sampah dibagi menjadi dua yaitu 1) sampah organik atau sampah yang dapat diurai
(degradable) contohnya daun-daunan, sayuran, sampah dapur dll, 2) sampah anorganik atau
sampah yang tidak terurai (undegradable) contohnya plastik, botol, kaleng dll.

Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri, misalnya
pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah
pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Laju
pengurangan sampah lebih kecil dari pada laju produksinya. Hal ini lah yang menyebabkan
sampah semakin menumpuk di setiap penjuru kota.

Besarnya timbunan sampah yang tidak dapat ditangani tersebut akan menyebabkan berbagai
permasalahan baik langsung maupun tidak langsung bagi penduduk kota apalagi daerah di
sekitar tempat penumumpukan. Dampak langsung dari penanganan sampah yang kurang
bijaksana diantaranya adalah berbagai penyakit menular maupun penyakit kulit serta gangguan
pernafasan, sedangkan dampak tidak langsungnya diantaranya adalah bahaya banjir yang
disebabkan oleh terhambatnya arus air di sungai karena terhalang timbunan sampah yang
dibuang ke sungai.

Selain penumpukan di tempat pembuangan sementra (TPS), sampah pun akan semakin
meningkat jumlah nya di tempat pembuangan akhir (TPA). Dengan semakin bertumpuknya
sampah di TPA-TPA, akan lebih berpeluang menimbulkan bencana seperti yang terjadi di salah
satu TPA yang ada di Bandung beberapa tahun lalu. Bencana longsong yang terjadi di TPA
tersebut terjadi karena adanya akumulasi panas dalam tumpukan sampah yang pada akhirnya
menimbulkan ledakan yang sangat hebat. Karena ledakan inilah maka sampah-sampah tersebut
longsor dan menimbun puluhan rumah serta pemiliknya. Tak kurang dari 100 orang meninggal
karena peristiwa ini. Dari kejadian tersebut kita harus berfikir keras bagaimana agar bencana
serupa tidak trjadi di TPA-TPA yang lainnya.

Selain dampak yang telah disebutkan tadi, secara tidak langsung sampah yang menumpuk akan
berpengaruh pada perubahan iklim akibat adanya kenaikan temperatur bumi atau yang lebih
dikenal dengan istilah pemanasan global. Seperti yang telah kita ketahui bahwa pemanasan
global terjadi akibat adanya peningkatan gas-gas rumah kaca seperti uap air, karbondioksida
(CO2), metana (CH4), dan dinitrooksida (N2O). Dari tumpukan sampah ini akan dihasilkan ber
ton-ton gas karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas metana (CH4) dapat dirubah menjadi
sumber energi yang akhirnya bisa bermanfaat bagi manusia. Sedangkan untuk gas
karbondioksida (CO2), sampai saat ini belum ada pemanfaatan yang signifikan.

Akan tetapi proses perubahan gas metana (CH4) menjadi energi tetap saja menghadapi kendala
diantaranya adalah kurangnya prospek dari segi ekonomi, yang akhirnya membuat
perkembangannya masih tetap jalan ditempat dan entah kapan akan maju. Akibatnya gas metana
(CH4) yang dihasilkan dari tumpukan sampah hanya dapat dibiarkan saja mengapung keudara
tanpa bisa dimanfaatkan.

Gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan di TPA-TPA pun tidak hanya berasal dari
penumpukan sampah-sampah saja. Tetapi berasala juga dari pembakaran-pembakaran sampah
plastik yang di lakukan oleh pemulung. Para pemulung ini membakar sampah plastik untuk lebih
memudahkan dalam memilih sampah-sampah yang tidak bisa dibakar seperti besi. Padahal
dengan pembakaran ini akan sangat merugikan terutama bagi kesehatan masyarakat disekitar
tempat pembakaran. Besarnya gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari pembakaran tentu
saja akan semakin meningkatkan temperatur di permukaan bumi ini. selain itu abu dari sisa
pembakaran sampah akan menimbulkan gangguan pernafasan pada masyarakat sekitar.

Menurut Sumaiku selain menghasilkan gas karbondioksida (CO2) dalam jumlah besar,
pembakaran sampah akan menghasilkan senyawa yang disebut dioksin. Dioksin adalah istilah
yang umum dipakai untuk salah satu keluarga bahan kimia beracun yang mempunyai struktur
kimia yang mirip serta mekanisma peracunan yang sama. Keluarga bahan kimia beracun ini
termasuk (a) Tujuh Polychlorinated Dibenzo Dioxins (PCDD); (b) Duabelas Polychlorinated
Dibenzo Furans (PCDF); dan (c) Duabelas Polychlorinated Biphenyls (PCB). Racun udara
dioksin akan berbahaya pada gangguan fungsi daya tahan tubuh, kanker, perubahan hormon, dan
pertumbuhan yang abnormal. Dengan demikian pengurangan sampah dengan pembakaran lebih
baik dihindari

Ada beberapa cara pengurangan sampah yang lebih baik dari pembakaran yaitu seperti yang
diterangkan dalam web wahli. Ada empat prinsip yang dapat digunakan dalam menangani
maslah sampah ini. Ke empat prinsip tersebut lebih dikenal dengan nama 4R yang meliputi:

1. Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita
pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang
dihasilkan.
2. Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali.
Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat
memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
3. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa
didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-
formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
4. Replace (Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang
hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya
memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya, ganti kantong keresek kita
dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini
tidak bisa didegradasi secara alami.

Sedangkan menurut Syahputra pola yang dapat dipakai dalam penanggulangan sampah meliputi
Reduce, Reuse, dan Recycle, dan Composting (3RC) yang merupakan dasar dari penanganan
sampah secara terpadu. Reduce (mengurangi sampah) atau disebut juga precycling merupakan
langkah pertama untuk mencegah penimbunan sampah.

Reuse (menggunakan kembali) berarti menghemat dan mengurangi sampah dengan cara
menggunakan kembali barang-barang yang telah dipakai. Apa saja barang yang masih bisa
digunakan, seperti kertas-kertas berwarna-warni dari majalah bekas dapat dimanfaatkan untuk
bungkus kado yang menarik. Menggunakan kembali barang bekas adalah wujud cinta
lingkungan, bukan berarti menghina.

Recycle (mendaur ulang) juga sering disebut mendapatkan kembali sumberdaya (resource
recovery), khususnya untuk sumberdaya alami. Mendaur ulang diartikan mengubah sampah
menjadi produk baru, khususnya untuk barang-barang yang tidak dapat digunakan dalam waktu
yang cukup lama, misalnya kertas, alumunium, gelas dan plastik. Langkah utama dari mendaur
ulang ialah memisahkar sampah yang sejenis dalam satu kelompok.

Composting merupakan proses pembusukan secara alami dari materi organik, misalnya daun,
limbah pertanian (sisa panen), sisa makanan dan lain-lain. Pembusukan itu menghasilkan materi
yang kaya unsur hara, antara lain nitrogen, fosfor dan kalium yang disebut kompos atau humus
yang baik untuk pupuk tanaman. Di Jakarta, pembuatan kompos dilakukan dengan menggunakan
sampah organik

Tentunya cari ini akan lebih baik digunakan dari pada dengan cara pembakaran. Karena selain
mengurangi efek pemanasan global dengan mengurangi volume gas karbondioksida (CO2 ) yang
dihasilkan, cara ini tidak mempunyai efek samping baik bagi masyarakat ataupun lingkungan.
Seperti kata pepatah pencegahan penyakit akan lebih baik dari pada mengobatinya. Kata bijak ini
juga bisa digunakan dalam strategi penanganan sampah yakni mencegah terbentuknya sampah
lebih baik dari pada mengolah/memusnakan sampah. Karena bagaimanapun mengolah/
memusnahkan sampah pasti akan menghasilkan jenis sampah baru yang mungkin saja lebih
berbahaya dari sampah yang dimusnakan. Jadi mari mulai sekarang kita bebenah diri untuk
mengurangi hal-hal yang bisa membentuk sampah.

sumber : http://www.jadilahsahabatbumi.blogspot.com/2009/01/pemanfaatan-sampah-sebagai-
upaya.html
KALAU dulu masih 3 R (baca disini) maka muncul R R yang lain, banyak versi tentang
penambahan ini. 3 R yang sudah mendahululinya yaitu Reduce, Reuse, Recycle, tidak berubah
posisi. Penambahan dua yang lainnya lah yang kemudian dimunculkan sesuai dengan kebutuhan.

Beberapa versi dari 5 R yang ada di Indonesia adalah

1. Versi SANITASI, Selain 3 R yang lama (Reduce, Reuse, Recycle), ditambah 2 R lainnya
yaitu Replace dan Rethink. Replace maksudnya adalah upaya mengganti barang-barang yang
sekali pakai, dengan barang-barang yang bisa digunakan berkali-kali. Contohnya adalah
mengganti sendok plastik sekali pakai, dengan sendok logam. Rethink adalah upaya untuk
memikirkan kembali saat membeli barang, untuk membeli barang-barang yang tidak boros
kemasan (karena kemasan akan langsung dibuang saat kita hendak menggunakan barang
tersebut), serta ramah lingkungan.

2. Versi PENGELOLAAN AIR, penambahan 2 R nya yaitu Rechargable dan Recovery.


Rechargable adalah upaya “mengisi” kembali kandungan air tanah dengan air hujan, salah
satunya dengan upaya membuat sumur resapan. Recovery adalah upaya memulihkan kondisi
tanah yang air nahanya telah tersedot dengan salah satu upayanya memfungsikan kembali
tampungan-tampungan air dengan cara melestarikan situ-situ dan waduk yang ada.

Anda mungkin juga menyukai