Anda di halaman 1dari 7

BANGUNAN GEDUNG YANG RISKAN TERHADAP GEMPA KUAT

Indonesia  adalah  negara  kepulauan  dengan  tingkat  resiko  terhadap  gempa  bumi  yang  cukup  tinggi,  hal  ini 
disebabkan karena wilayah kepulauan Indonesia berada di antara 4 (empat) sistem tektonik yang aktif. Yaitu 
tapal batas lempeng Eurasia, lempeng Indo‐Australia, lempeng Filipina dan lempeng Pasifik. Di samping itu 
Indonesia adalah negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang di dunia sehingga selain rawan terhadap 
gempa juga rawan terhadap tsunami. 

Berikut  ini  adalah  peta  gempa  yang  digunakan  dalam  Peraturan  Gempa  untuk  Gedung  di  Indonesia  tahun 
2002  dengan  judul  Tata  Cara  Perencanaan  Ketahanan  Gempa  untuk  Bangunan  Gedung  SNI‐1726.  Wilayah 
Indonesia  dibagi  dalam  6  zona  gempa  yang  setiap  zona  memiliki  intensitas  kuat  gempa  yang  berbeda. 
Gempa  paling  kuat  terjadi  pada  Zona‐6  (wilayah  dengan  warna  merah)  dan  Zona‐1  adalah  zona  yang 
gempanya paling kecil (relative tidak ada) seperti di terdapat di sebagian besar Kalimantan. 

Dengan  semakin  majunya  sosial‐ekonomi  Indonesia  dewasa  ini,  semakin  banyak  pula  bangunan‐bangunan 
yang  berdiri atau dibangun dengan selera artistik yang semakin tinggi pula cita rasanya. Sehingga dapat kita 
saksikan  banyak  sekali  gedung‐gedung  bertingkat  tinggi  yang  menjulang  dengan  seni  arsitektural 
mencengangkan. Kadang bentuknya aneh, monumental atau unik. 

Dari segi estetika‐arsitektur bangunan semacam ini memiliki daya tarik yang luar biasa, namun bila ditinjau 
dari  segi  ketahanan  gempa  bentuk‐bentuk  struktur  yang  aneh  ini  sangat  rentan  dan  beresiko  tinggi.  Kalau 
pun ingin mempertahankan bentuk semacam ini, sudah tentu konstruksinya harus jauh lebih kuat dan jauh 
lebih mahal. 

Seyogyanya, menurut kaidah‐kaidah ketahanan gempa, suatu struktur bangunan haruslah berbentuk sebuah 
bangunan  yang  teratur.  Yakni  berbentuk  persegi  empat,  tidak  banyak  tonjolan,  simetris  dalam  dua  arah 
sumbu  utamanya;  secara  vertical  bentuk  struktur  haruslah  menerus  secara  kontinu,  dan  berbagai  batasan 
yang  tertuang  di  dalam  peraturan  bangunan  tahan  gempa  untuk  gedung  di  Indonesia  (SNI‐1726).  Bentuk 
ideal  dari  sebuah  bangunan  yang  memiliki  ketahanan  terhadap  gempa  dapat  di‐ilustrasikan  dalam  gambar 
3D di bawah ini : 

GBR.1 
Bangunan yang teratur sesuai persyaratan Bangunan Tahan Gempa untuk Gedung. dengan tampak depan seperti ini : 
 

GBR.2 
Bangunan dengan keteraturan dalam arah vertical maupun horizontal 
 
Sedangkan  bangunan  yang  beresiko  tinggi  ketahanan  gempanya  dapat  dijumpai  pada  gedung‐gedung 
dengan pola seperti berikut ini : 
 

GBR.3. Bangunan di atas adalah bangunan dengan loncatan muka yang rentan terhadap gempa 

atau tampak depan bangunan terlihat seperti ini : 

 
GBR.4. Bangunan dengan ketidak‐teraturan dalam arah vertical (loncatan muka) 

 
GBR.5. Denah atau tampak atas dari bangunan yang simetris (yang dianjurkan) 
 
GBR.6. Denah atau tampak atas dari bangunan yang tidak‐simetri dan tidak beraturan (rentan) 

Di samping itu bahkan banyak sekali bangunan yang tata letaknya lebih ekstrim daripada contoh yang saya 
sebutkan di atas ini. 

Dengan demikian, untuk tetap mempertahankan bentuk arsitektural yang secara struktur “rentan terhadap 
resiko gempa”, diperlukan “biaya konstruksi” yang jauh lebih besar pula. 

Kegagalan struktur bangunan pasca gempa sebagai ilustrasi dapat dilihat dari foto‐foto berikut ini : 

GBR.7. Pasca gempa Aceh 2004 
 

GBR.8. Pasca gempa Yogya 

Di  samping  kerusakan  bangunan,  kerugian  materi,  kegagalan  struktur  gedung  pasca‐gempa  terutama 
mengancam keselamatan jiwa penghuninya. 

 
Mari kita perhatikan beberapa bentuk bangunan yang rentan terhadap goncangan gempa bumi. 

Foto 1 

Foto‐2 

Foto‐3 
Foto  1  dan  2  secara  struktur  sangat  riskan  jika  dilanda  gempa,  sedangkan  foto  3  cukup  baik  ketahanan 
gempanya. 

Semoga  apa  yang  telah  saya  sampaikan  dalam  tulisan  ini  dapat  bermanfaat  dan  mengakomodasikan 
informasi tentang resiko gempa bumi terhadap bangunan‐bangunan di Indonesia. 

Jadi  pertanyaannya,  bila  anda  ingin  tinggal  di  gedung  bertingkat  atau  apartemen,  bentuk  bangunan  mana 
yang akan anda pilih ? Silahkan tentukan pilihan anda dengan mempertimbangkan resiko‐resikonya. 

januari 2009 ‐willy wungo‐ 

KURANGNYA INFORMASI MENGENAI BAHAYA TERHADAP EFEK GEMPA KERAP MEMBUAT ORANG CENDERUNG
MENGABAIKAN KEKUATAN STRUKTUR/KONSTRUKSI DARI BANGUNAN-NYA.

PENGHEMATAN YANG DILAKUKAN UNTUK MENGIRIT BUDGET TIDAK SEBANDING DENGAN AKIBAT YANG HARUS
DIPERTARUHKAN.TIDAK HANYA MENYANGKUT KERUGIAN MATERI SAJA, LEBIH DARIPADA ITU MENYANGKUT
KESELAMATAN DAN JIWA MANUSIA. PADA UMUMNYA, PEMILIK BANGUNAN LEBIH SUKA MENGHABISKAN
DANANYA UNTUK SESUATU YANG KASAT MATA. BIAYA UNTUK POST ARSITEKTURAL DAN INTERIOR BIASANYA
DENGAN MUDAH MENGALIR DARI KANTONGNYA, DARIPADA UNTUK MEMBELI TAMBAHAN SEIKAT BESI
BETON........................

JANGAN AMBIL RESIKO, KONSULTASIKAN DENGAN STRUCTURE-ENGINEER ANDA.

Hubungi :

PT TRIMITRA BHIRAWAYUDHA
The Boulevard Building
UG Floor Suite F-1
Jln. KH. Fachrudin no.5. Jakarta Pusat
Email : tri.mitrabhirawayudha@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai