DI SUSUN OLEH :
DWI ASLIWANTI
11.20356
2006
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
pneumonia lobaris.
infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit
disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar
alveoli.
B. ETIOLOGI
reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang
Klebsiella.
paru-paru
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi
pada pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora
(Soeparman, 1991)
PATHWAY
Bakteri Stafilokokus aureus
Bakteri Haemofilus influezae
Gangguan difusi
Bersihan jalan Mukus bronkus Peningkatan dalam plasma Peningkatan Edema paru
nafas tidak meningkat peristaltik usus metabolisme
efektif
Gangguan
Bau mulut tidak pertukaran gas Evaporasi Pengerasan
Malabsorbrsi
sedap meningkat dinding paru
Anoreksia Penurunan
Diare
compliance paru
Akumulasi asam
Retraksi dada / laktat
nafas cuping
hidung
Fatigue
Gangguan pola
nafas
Intoleransi
aktivitas
D. MANIFESTASI KLINIS
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas
selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala
yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah
• Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan
untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen
• Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam
• Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
2. Pemeriksaan Radiologi
• Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau
klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman oksigen. (Doenges,
1999 : 166)
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli.
sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri
bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas.( Doenges, 1999 : 171)
G. FOKUS INTERVENSI
Tujuan :
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronki.
Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi
nafas adventisius
Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan
atau selama stres/ adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan
c. Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi fowler
Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dipsnea dan
e. Observasi karakteristik batik, bantu tindakan untuk memoerbaiki keefektifan upaya batuk.
Rasional: Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling efektif pada posisi duduk
Tujuan :
- Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak ada
distres pernafasan.
Rasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status
kesehatan umum
b. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis
Rasional :Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/ menggigil
e. Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk mengurangi demam dan
menggigil
Rasional :Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen
f. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan batuk efektif
3. DP: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli
Tujuan:
- Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/
bersih
Intervensi :
Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi peningkatan kerja nafas,
Rasional :Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat obstruksi kecil.
Rasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret
Rasional :Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan drainage sekret dari segmen paru
ke dalam bronkus.
Intervensi :
penggantian
5. DP : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik
Tujuan :
Intervensi :
b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin, bantu kebersihan
mulut.
Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan
mual
Rasional :Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat, distensi abdomen terjadi
sebagai akibat menelan udara dan menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada
e. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau makanan yang
Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat
untuk kembali
6. DP : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas hidup sehari-
hari.
Intervensi :
b. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut.
c. Jelaskan pentingnya istitahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbamgan aktivitas
dan istirahat.
oksigen
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan dan
Long, B. C.(1996). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Soeparma, Sarwono Waspadji. (1991). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta :Balai Penerbit FKUI
Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta :EGC