Anda di halaman 1dari 19

DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN

PANDUAN PENGUJIAN INDIVIDUAL KEBARUAN, KEUNIKAN, KESERAGAMAN DAN KESTABILAN GUIDELINES FOR THE CONDUCT OF TEST FOR DISTINCTNESS, HOMOGENEITY AND STABILITY

JAGUNG MAIZE ( Zea mays L. )


nama lain alternative names Botanical name Zea mays L. English Maize Indonesia Jagung

PVT/PPI/17/1 Tanggal: 02 Juli 2006 Dengan Adendum Baru: Tidak

Panduan Pengujian ini harus dibaca bersamaan dengan dokumen Panduan Umum Pengujian BUSS, yang berisi penjelasan mengenai prinsip umum mengenai panduan yang telah diterbitkan These test guidelines should be read in conjunction with Panduan Umum Pengujian BUSS document, which contains explanatory notes on the general principles on which the guidelines have been established.

Kata Pengantar Dok. PVT/PPI/17/1

Buku Panduan Pengujian Individual (PPI) untuk spesies Jagung disusun dalam rangka memberikan pedoman pelaksanaan pengujian Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan (BUSS) bagi para penguji dan para pemeriksa PVT serta para pihak yang memerlukan informasi ini.

Penggunaan dan penerapan buku panduan ini mengacu kepada Buku Panduan Umum Pengujian BUSS yang dikeluarkan oleh Pusat PVT dengan nomor dokumen: Dok.PVT/PP/1/1. Kepada para penguji dan para pemeriksa diwajibkan untuk mengacu pada Buku Pandum tersebut dan PPI spesies Jagung dalam melakukan tugasnya untuk menguji BUSS spesies Jagung.

PPI spesies Jagung disusun mengacu kepada Guidelines for The Conduct of Test of DUS (GCT) spesies Zea mays L. yang dikeluarkan oleh UPOV dengan nomor dokumen: TG/104/4 ++ Add.

Penyesuaian PPI spesies Jagung dengan Panduan dari UPOV tersebut dilakukan oleh Komisi PVT dan Tim Teknis ahli di bidang tanaman Jagung. Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada para penyusun.

Kritik dan saran perbaikan sebagai umpan balik dari penerbitan buku panduan ini sangat kami harapkan terutama dari para pengguna buku panduan ini, sehingga akan memberikan kemudahan bagi para pengguna maupun pembaca lainnya dalam melakukan pengujian dan pemeriksaan BUSS spesies Jagung.

Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Kepala,

Ir. Hindarwati. MSc. NIP. 080 037 383

DAFTAR ISI TABLE OF CONTENTS


[Indonesia]

Halaman I. Subjek Panduan II. Bahan yang Dibutuhkan III. Pelaksanaan Pengujian IV. Metoda dan Pengamatan V. Pengelompokan Varietas VI. Karakteristik dan Simbol VII. Tabel Karakteristik VIII. Penjelasan Tabel Karakter 1 1 2 4 6 7 8 15

[English]

Page I. Subject of these Test Guidelines II. Material Required III. Conduct of Tests IV. Methods and Observations V. Grouping of Varieties VI. Characteristics and Symbols VII. Table of Characteristics VIII. Explanations of the Table of Characteristics 1 1 2 4 6 7 8 15

PANDUAN PENGUJIAN INDIVIDUAL (PPI) JAGUNG GUIDELINES FOR THE CONDUCT OF TEST (GCT/ PPI) MAIZE

I. Subjek pada Panduan Subject of these Test Guidelines Panduan pengujian ini berlaku untuk semua varietas jagung (Zea mays (L.)) baik galur inbrida, hibrida maupun varietas bersari bebas, tidak termasuk varietas ornamen. These Test Guidelines apply to the following types of varieties of Zea mays L.: inbred lines, hybrids and open pollinated varieties, excluding ornamental varieties.

II. Bahan yang Dibutuhkan Material Required 1. Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT) memutuskan kapan, di mana, kualitas dan kuantitas kebutuhan benih untuk pengujian varietas yang harus diberikan. Pemohon yang menyerahkan material pengujian dari negara lain di luar negara tempat pelaksanaan pengujian, harus menjamin semua formalitas pabean dilengkapi dan dilampirkan. Jumlah minimum benih yang harus disediakan oleh pemohon adalah sebagai berikut (a) (b) Untuk galur inbrida: 1500 biji Untuk hibrida dan varietas bersari bebas: 1 kg biji

Untuk varietas hibrida perlu menyerahkan 1500 biji jagung tambahan untuk setiap komponen hibrida (contoh: galur inbrida, hibrida silang tunggal = ST). Kualitas benih yang dimohonkan harus terpenuhi termasuk daya berkecambah, kadar air benih dan kemurnian benih untuk benih yang dipasarkan di dalam negeri yang dilakukan oleh pemohon.

The competent authorities decide on the quantity and quality of the plant material required for testing the variety and when and where it is to be delivered. Applicants submitting material from a state other than that in which the testing takes place must ensure that all customs formalities and phytosanitary requirements are complied with. As minimum, the following quantity of plant material is recommended: 1

(a) (b)

1500 grains for inbred lines 1 kg for hybrid and open-pollinated varieties

In the case of hybrid varieties, an additional 1500 grains of each component (e.g. inbred line, single cross hybrid) should be submitted. The seed should at least meet the minimum requirement for germination capacity in which the application is made. The germination capacity should be as high as possible. 2. Materi tanaman atau benih tidak boleh mendapat perlakuan apapun, kecuali apabila pihak PPVT mengizinkan atau memintakan beberapa perlakuan. Apabila diberi perlakuan, rincian perlakuan yang diberikan harus dijelaskan. The plant material should not have undergone any treatment unless the competent authorities allow or request such treatment. If it has been treated, full details of the treatment must be given.

III.

Pelaksanaan pengujian Conduct of Tests 1. Lama pengujian harus dilakukan minimal pada dua musim tanam yang sama. The minimum duration of tests should normally be two similar growing periods. 2. Pengujian secara normal dilakukan pada satu lokasi. Apabila terdapat suatu karakter penting dari varietas tersebut tidak dapat dilihat pada tempat itu maka varietas tersebut harus diuji pada lokasi lain. The test sould be conducted in at least one place. Depending on the range of earliness in a given country, two places may be preferable. 3. Pengujian harus dilakukan dalam kondisi yang menjamin pertumbuhan secara optimal. Pengujian harus dirancang sedemikian rupa sehingga tanaman atau bagian tanaman dapat diambil untuk tujuan pengukuran atau penghitungan tanpa mempengaruhi hasil pengamatan yang harus dilakukan pada akhir siklus pertumbuhan tanaman. Jumlah minimal setiap pengujian yang akan dimohonkan adalah: 40 tanaman untuk galur inbrida dan hibrida silang tunggal 80 tanaman untuk hibrida lain dan varietas bersari bebas Dalam setiap tempat pengujian, harus dibagi ke dalam dua atau lebih ulangan dalam plot-plot yang terpisah. Pengamatan dan pengukuran hanya dapat digunakan jika mereka mempunyai lingkungan yang seragam.

The field test should be carried out under conditions ensuring normal growth. The size of plots should be such that plants or parts of plants may be be removed for measurement and counting without prejudice to the observations which must be made up to the end of the growing period. As a minimum, each test at each testing place should include per growing periode: 40 plants for inbred lines and single-cross hybrida 80 plants for other hybrids and open-pollinated varieties In each testing place, the test should be divided between two or more replicates. Separate plots for observations and for measuring can only be used if they have been subject to similar environmental conditions. 4. Pengujian tambahan untuk tujuan khusus dapat dilakukan, contoh: pengujian pada baris tongkol, maka pihak PPVT menerima data hasil optimal dari pemohon sebelum tanggal pengajuan. Additional tests for special purpose may be established, e.g. ear-row tests in the event of competent authority accepting the results carried out by the applicant before the date of application. 5. Dalam melakukan pemeriksaan pada rumus hibrida dengan bantuan metode elektroforesis enzim, suatu pengujian memasukkan empat koleoptil dari setiap galur inbrida. Apabila disangsikan maka dapat ditambahkan 16 koleoptil untuk dianalisis. Pada hibrida silang tunggal yaitu sebanyak dua koleoptil dan hibrida silang tiga jalur sebanyak enam koleoptil. In the event of the formula of hybrids being checked with the help of electrophoresis of enzymes, a test should be carried out on four coleoptiles from each inbred line. In case of doubt, 16 additional coleoptiles should be analysed. For single-cross hybrids two coleoptiles should be analysed and for three-way cross hybrids six coleoptiles. In case of doubt, additional coleoptiles should be analysed. 6. Apabila metode elektroforesis enzim digunakan untuk pengujian keunikan maka minimal 20 koleoptil harus dianalisis. If enzyme electrophoresis is used for testing distincness, at least 20 coleoptiles should be analysed.

IV. Metode dan Pengamatan Methods and Observations 1. Karakteristik yang dijabarkan dalam Bab VII harus digunakan untuk pengujian keunikan pada galur inbrida dan varietas bersari bebas. The characteristic described in Chapter VII should be used for the testing of distincness of inbred lines, hybrids and open-pollinated varieties. 2. Tetapi untuk penilaian keunikan hibrida sistem penyaringan awal atas dasar penentuan tetua dan formula ditentukan berdasarkan rekomendasi berikut : (i) (ii) Deskripsi galur tetua berdasarkan Panduan Pengujian Individual (PPI) Pemeriksaan asal usul tetua dalam perbandingannya dengan koleksi acuan berdasarkan pada karakter pada Bab VII untuk menyaring galur inbrida yang terdekat hubungan kekerabatannya.

(iii) Pemeriksaan asal usul hibridanya dalam perbandingannya dengan varietas hibrida yang telah umum diketahui dengan memperhatikan galur inbrida yang terdekat hubungan kekerabatannya. (iv) Penilaian perbedaan pada varietas hibrida dengan varietas yang mirip However, to assess distincness of hybrids, a prescreening system on the basis of the parental lines and the formula may be established according to the following recomendations: (i) (ii) Descriptions of parental lines according to The Test Guidelines; Check of the originality of those parental lines in comparison with the reference collection, based on the characteristics in chapter VII in order to screen the closest inbred lines;

(iii) Check of the originality of the hybrid formula in comparison with those of the hybrids in common knowledge, taking into account the closest inbred lines; (iv) Assessment of the distincness at the hybrid level of varieties with a similar formula. 3. Jumlah minimal tanaman untuk semua pengamatan pada penilaian keunikan dan keseragaman adalah sebanyak 40 tanaman atau bagian tanamannya (tidak termasuk tanaman persilangan campuran pada galur inbrida dan tanaman hasil menyerbuk sendiri pada tetua hibrida silang tunggal) All observations for the assessment of distincness and uniformity should be made on at least 40 plants or parts of plants (excluding outcrossed plants in inbred lines and excluding plants obviously resulting from the selfing of a parent line in singlecross hybrids). 4. Semua pengamatan pada bagian tongkol harus dilakukan pada tongkol teratas. All observations on the ear should be made on the upper well-developed ear.

5. Untuk penilaian keseragaman dari galur inbrida dan hibrida silang tunggal diperlukan standar populasi 3% dengan peluang 95%. Apabila sampel yang dilakukan sebanyak 40 tanaman, maka jumlah maksimum tipe simpang adalah tiga tanaman. Sebagai tambahan, populasi standar yang sama dan peluang yang diterima harus berlaku untuk tanaman hasil persilangan campuran dalam galur inbrida seperti tanaman hasil silang diri dari galur tetua hibrida silang tunggal (perbedaan yang jelas pada tinggi tanaman, ukuran tongkol atau kegenjahan serta bukti kesukaran dengan terlalu besar perubahan untuk menyesuaikan sistem mereka terhadap aturan-aturan yang baru diadopsi, maka pedoman pengujian dapat diadopsi selama kurun waktu dua tahun yang dapat diterima sebelum mereka membuat peraturan baru. Untuk hibrida silang tiga jalur (STJ), hibrida silang ganda (SG), dan varietas bersari bebas, keragaman dalam varietas tidak boleh melampaui keragaman varietas pembanding yang telah dikenal. For the assessment of uniformity of inbred lines and single-cross hybrids a populations standard of three per cent with an acceptance probability of 95 per cent should be applied. In the case of a sample of 40 plants, the maximum number of off-types allowed would be three in addiotion, the same populations standard and acceptance probability should apply to clear cases resulting from the selfing of a parent line in single-cross hybrids (clear difference in plant height, size of ear or earliness as well as proof difficulties with too large a change to adjust their system to the newly adopted rules, a possible interim period of two years from the adoption of The Test Guidelines would be acceptable before they change to the new rules. For three-way cross hybrids, double-cross hybrids and open-pollinated varieties, the variability within the varieties should not exceed the variability of comparable varieties already known. 6. Pada hibrida silang tiga jalur (STJ) dan hibrida silang ganda (SG), karakteristik dapat bersegregasi akibat beberapa pengaruh ekspresi terjadi bersamaan dalam suatu varietas. Karakteristik khusus yang dari pengalaman diketahui menimbulkan segregasi dalam hibrida STJ dan SG diberi tanda S. In three-way cross hybrids and double-cross hybrids, characteristics may segregate with the effect that several states of expression occur side by side in a variety. Certain characteristics which from experience are known to give rise to such segregrations in three-way cross hybrids and double-cross hybrids are identified with an S. 7. Apabila metode elektroforesis enzim digunakan untuk pengujian keunikan, maka harus diberlakukan standar populasi yang sama dan peluang yang sama diterimanya sebagai mana karakter lain. Tetapi, pendekatan analisis bertahap dapat digunakan untuk mengurangi beban kerja. Seluruh galur inbrida harus dipertimbangkan persilangan campuran dimana dua atau lebih lokus-lokus merupakan heterosigos dengan satu alel pada lokus galur inbrida (contoh AX). Semua kasus yang terjadi pada satu lokus adalah heterosigos atau jika terdapat dua alel asing maka dianggap sebagai tipe simpang.

If enzyme electrophoresis is used for testing distincness, the same population standard and the same acceptance probability as for other characteristic should be applied. However, a sequential analysis approach could be applied to reduce the workload. All inbred lines should be considered out-crossess where two or more loci are heterozygous with one allele of the locus of the inbred line (e.g AX). All cases where one locus is heterozygous or where two foreign alleles are present should be considered off-types.

V.

Pengelompokan Varietas Grouping of Varieties 1. Koleksi varietas yang akan ditanam harus dibagi ke dalam kelompok-kelompok untuk memudahkan penilaian keunikan. Karakter yang sesuai untuk tujuan pengelompokan adalah yang diketahui dari pengalaman tidak terlalu beragam atau hanya sedikit beragam dalam suatu varietas. Berbagai penampilan harus didistribusikan secara merata dan menyeluruh dalam koleksi varietas. The collection of varieties to be grown should be divided into groups to facilitate the assessment of distincness. Characteristic which are suitable for grouping purposes are those which are known from experience not to vary, or to vary only slighty, within a variety. Their various states of expression should be fairly evenly distributed throughout the collection. 2. PPVT merekomendasikan untuk menggunakan karakteristik berikut dalam pengelompokan varietas: (i) Malai : waktu antesis (pecahnya tepung sari) (karakteristik 7) (ii) Tongkol : warna antosianin pada rambut tongkol (karakteristik 16) (iii) Tanaman : Panjang atau tinggi (karakteristik 22.1/22.2) (iv) Tongkol : tipe biji (karakteristik 30) (v) Tongkol : warna antosianin pada kelopak janggel (karakteristik 33) It is recommended that the competent authorities use the following characteristic for grouping varieties: (i) (ii) (iii) (iv) (v) Tassel: time of anthesis (characteristik 7) Ear : anthocyanin coloration on silk (characteristic 16) Plant : length (characteristic 22.1/22.2) Ear : type of grain (characteristic 30) Ear : anthocyanin coloration of glumes of cob (characteristic 33)

V.

Karakteristik dan Simbol Characteristics and Symbols

1. Penilaian keunikan, kebaruan, keseragaman dan kestabilan serta karakteristik dan aturan sebagaimana tercantum dalam Panduan Umum (Pandum) dan Panduan Pengujian Individual (PPI) jagung. The assess distinctness, homogeneity and stability, the characteristic and their states as given in General Guidelines (GG)of and this Guidelines for the Conduct of Test (GCT) for maize. 2. Notasi (1-9), untuk tujuan proses data elektronik, diberikan disamping sifat-sifat untuk karakteristik yang berbeda. Notes (1 to 9), for the purpose of electronic data processing, are given opposite the states of the different characteristics: 3. Legenda Legend (*) Karakteristik yang harus selalu digunakan pada setiap periode tumbuh untuk menguji semua varietas dan harus selalu disertakan pada deskripsi varietas, kecuali ekspresinya tidak muncul karena pengaruh kondisi lingkungan. (*) Characteristics that should be used every growing period for the examinations of all varieties and should always be included in the description ef the variety, except when the state of expression of a preceding characteristics or regional environmental conditions render this imposibble.

(+) Karakter bertanda + dijelaskan pada Bab VIII (+) See explanations on the Table of Characteristic in Chapter VIII. (1) Tingkat pertumbuhan optimal untuk penilaian setiap karakter diindikasikan dengan jumlah pada kolom kedua. Tingkat pertumbuhan dicatat pada masingmasing jumlah yang dijelaskan pada akhir Bab VIII. (1) The optimum stage of development for the assessment of each characteristic is indicated by a number in the second column. The stages of development denoted by each number are described at the end of Chapter VIII.

(S) Lihat penjelasan terjadinya segregasi pada Bab IV paragraf 6. (S) See explanations possible segregation in Chapter IV paragraph 6.

VI.

Tabel Karakteristik / Table of Characteristics

No

Umur / Stage 12 (S)

Karakter / Characteristic

Indonesia

English

Daun pertama: warna antosianin pada pelepah daun First Leaf: anthocyanin coloration of sheath Daun pertama: bentuk ujung daun First Leaf: tip shape

tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat runcing runcing agak bulat bulat bulat agak tumpul tumpul sangat kecil (< 5o) kecil (5 - 25o) sedang (25,1 - 50o) besar (50,1 - 75o) sangat besar (> 75o) lurus lurus agak bengkok bengkok tajam dan bengkok sangat bengkok tidak ada atau sangat ringan ringan kuat

absent or very weak weak medium strong very strong pointed pointed to round round round to spatulate spatulate very small (< 5o) small (5 - 25o) medium (25,1 - 50o) large (50,1 - 75o) very large (> 75o) straight slightly recurved recurved strongly recurved very strongly recurved absent or very slight slight strong

Varietas Contoh / Example Varieties P 21 Bima 1 Bisi 2 Bima 1 P 21 Bima 1 P 21 Bima 1 Bima 1 -

Inbrida Contoh / Example Inbreds Mr 4 Mr 13 Mr 4 Mr 4 Mr 4 Mr 13 Mr 14 Mr 4 -

Notasi / Note 1 3 5 7 9 1 2 3 4 5 1 3 5 7 9 1 3 5 7 9 1 2 3

2. (+)

14

3 (+) .

61

Daun: sudut diantara helai daun dan batang (pada daun diatas tongkol teratas) Leaf : angle between blade and stem (on leaf just above upper ear): Daun: Pola helai daun (menerangkan no 3) Leaf: attitude of blade (as for 3)

4. (+)

61

5.

65

Batang: derajat zigzag Stem: degree of zigzag

6.

65-75 (S)

Batang: warna antosianin pada akar tunjang Stem: anthocyanin coloration of brace roots.

tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat sangat genjah (< 38 hst) sangat genjah hingga genjah ( 38 - 41 hst) genjah (41.1 - 44 hst) genjah hingga sedang (44.1 - 47 hst) sedang (47.1 - 50 hst) sedang hingga lambat (50.1 - 53 hst) lambat (53.1 - 56 hst) lambat hingga sangat lambat (56.1 - 59 hst) sangat lambat (> 59 hst) tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat

absent or very weak weak medium strong very strong very early (< 38 hst) very early to early ( 38 - 41 hst) early (41.1 - 44 hst) early to medium (44.1 - 47 hst) medium (47.1 - 50 hst) medium to late (50.1 - 53 hst) late (53.1 - 56 hst) late to very late (56.1 - 59 hst) very late (> 59 hst) absent or very weak weak medium strong very strong

Bima 1 Bisi 2 P 21 Bima 1 Bima 1 Bisi 2 -

Mr 4 Mr 14 Mr 4 Mr 4 -

1 3 5 7 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 3 5 7 9

(*) 7.

65

Malai: Umur antesis (pada tengah pertiga poros utama, 50% dari jumlah tanaman) Tassel: time of anthesis (on middle third of main axis, 50% of plants)

8. (+)

65 (S)

Malai: warna antosianin pada dasar kelobot (pada tengah pertiga poros utama) Tassel: anthocyanin coloration at base of glume (in middle third of main axis) Malai: warna antosianin tidak termasuk dasar kelopak (menerangkan no 8) Tassel: anthocyanin coloration of glume excluding base (as for 8) Malai: warna antosianin pada kepala sari yang masih segar Tassel: anthocyanin coloration of anthers (as for 8: on fresh anthers)

9.

65 (S)

tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat

absent or very weak weak medium strong very strong absent or very weak weak medium strong very strong

Bima 1 Bisi 2 Bima 1 Bisi 2 -

Mr 4 Mr 13 Mr 4 -

1 3 5 7 9 1 3 5 7 9

10.

65 (S)

11.

65

Malai: Kerapatan bulir (menerangkan no 8) Tassel: density of spikelets (as for 8) Malai: Sudut diantara poros utama dan cabang samping (pada malai bagian pertiga bawah) Tassel: angle between main axis and lateral branches (in lower third of tassel) Malai: Letak percabangan samping (menerangkan no 12) Tassel: attitude of lateral branches (as for 12)

jarang sedang rapat sangat kecil (< 5o) kecil (5 - 25o) sedang (25,1 - 50o) besar (50,1 - 75o) sangat besar (> 75o)

lax medium dense very small (< 5o) small (5 - 25o) medium (25,1 - 50o) large (50,1 - 75o) very large (> 75o)

Bisi 2 Bima 1 Bima 1 Bisi 2 -

Mr 14 Mr 4 Mr 13 Mr 4 Mr 14 -

3 5 7 1 3 5 7 9

(*) 12. (+)

65

(*) 13. (+)

65 (S)

lurus lurus agak bengkok bengkok sangat bengkok amat sangat bengkok tidak ada atau sangat sedikit ( 6 ) sedikit (6,1 - 9 ) sedang ( 9,1 - 12 ) banyak ( 12,1 - 15 ) sangat banyak ( 15) sangat genjah (< 38 hst) sangat genjah hingga genjah ( 38 - 41 hst) genjah (41.1 - 44 hst) genjah hingga sedang (44.1 - 47 hst) sedang (47.1 - 50 hst) sedang hingga lambat (50.1 - 53 hst) lambat (53.1 - 56 hst) lambat hingga sangat lambat (56.1 - 59 hst) sangat lambat (> 59 hst)

straight slightly recurved recurved strongly recurved very strongly recurved absent or very few (< 6 ) few (6,1 - 9 ) medium (9,1 - 12 ) many (12,1 - 15 ) very many (> 15)

Bima 1 Bisi 2 NK 77 NK 77 Bima 1

Mr 13 Mr 14 Mr 14 Mr 4

1 3 5 7 9 1 3 5 7 9

(*) 14.

65

Malai: Jumlah cabang samping utama Tassel: number of primary lateral branches

15.

65

Tongkol: umur munculnya rambut (50 % jumlah tanaman) Ear: time of silk emergence (50% of plants)

very early (< 38 dap) very early to early ( 38 - 41 dap) early (41.1 - 44 dap) early to medium (44.1 - 47 dap) medium (47.1 - 50 dap) medium to late (50.1 - 53 dap) late (53.1 - 56 dap) late to very late (56.1 - 59 dap) very late (> 59 dap)

P 21 Bima 1 -

Mr 4

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

(*) 16.

65 (S)

Tongkol: warna antosianin pada rambut Ear: anthocyanin coloration on silk Tongkol: Intensitas warna antosianin rambut Ear: intencity anthocyanin coloration on silk Daun: warna antosianin seludang daun (pada pertengahan tinggi tanaman) Leaf: anthocyanin coloration of sheath (in middle of plant) Malai: Panjang poros utama di atas cabang samping terbawah Tassel: length of main axis above lowest side branch

tidak ada ada

absent present

Bima 1

Mr 14 Mr 4

1 9

(*) 17.

65 (S)

(*) 18.

71 (S)

tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat Sangat pendek (< 10 cm) Pendek (10,1 - 15 cm) Sedang (15,1 - 20 cm) Panjang (20,1 - 25 cm) Sangat panjang (> 25 cm) Sangat pendek (< 10 cm) Pendek (10,1 - 15 cm) Sedang (15,1 - 20 cm) Panjang (20,1 - 25 cm) Sangat panjang (> 25 cm) Sangat pendek (< 18 cm) Pendek (18,1 - 23 cm) Sedang (23,1 - 29 cm) Panjang (29,1 - 35 cm) Sangat panjang (> 35 cm) Sangat pendek (< 100 cm) Pendek (100,1 - 150 cm)

absent or very weak weak medium strong very strong absent or very weak weak medium strong very strong very short (< 10 cm) short (10,1 - 15 cm) medium (15,1 - 20 cm) long (20,1 - 25 cm) very long (> 25 cm) very short (< 10 cm) short (10,1 - 15 cm) medium (15,1 - 20 cm) long (20,1 - 25 cm) very long (> 25 cm) very short (< 18 cm) short (18,1 - 23 cm) medium (23,1 - 29 cm) long (29,1 - 35 cm) very long (> 35 cm) very short (< 100 cm) short (100,1 - 150 cm)

Bima 1 P 21 Bisi 2 NK 77 P 21 Bima 1 P 21 Bima 1 P 21 Bima 1 P 21 Bima 1

Mr 14 Mr 4 Mr 13 Mr 4 Mr 13 Mr 14 Mr 13 Mr 4 Mr 14 Mr 13 Mr 4 Mr 13 Mr 4 Mr 14 Mr 13

1 3 5 7 9 1 3 5 7 9 1 3 5 7 9 1 3 5 7 9 1 3 5 7 9 1 3

19. (+)

71

(*) 20.

71

Malai: Panjang poros utama di atas cabang samping bagian lebih atas Tassel: length of main axis above upper side branch

21.

71

Malai: Panjang cabang samping (menerangkan no 16) Tassel: length of side branches

(*) 22.

75

Hanya untuk galur inbrida. Tanaman: Panjang (termasuk malai)

11

Inbred lines only: Plant: length (tassel included)

Sedang (150,1 - 200 cm) Panjang (200,1 - 250 cm) Sangat panjang (> 250 cm) Sangat pendek/ very short (< 100 cm) Pendek/ short (100,1 - 150 cm) Sedang/ medium (150,1 - 200 cm) Panjang/ long (200,1 - 250 cm) Sangat panjang/ very long (> 250 cm)

medium (150,1 - 200 cm) long (200,1 - 250 cm) very long (> 250 cm) very short (< 100 cm) short (100,1 - 150 cm) medium (150,1 - 200 cm) long (200,1 - 250 cm) very long (> 250 cm) Bima 1

Mr 4 -

5 7 9 1 3 5 7 9

(*) 22. 2.

Hanya untuk varietas hibrida dan bersari bebas: Tanaman: Panjang (termasuk malai) Hybrids and open pollinated varieties only: Plant: length (tassel included) 75 Tanaman: Rasio panjang letak tongkol paling atas terhadap panjang tanaman Plant: Ratio of height of upper ear insertion to plant length Daun : lebar helai daun (pada daun tongkol teratas) Leaf: width of blade (leaf of upper ear)

23

sangat kecil (<0.5) kecil (0.51 0.99) sedang (1-1.49) besar (1.5 1.99) sangat besar (>2) sangat sempit (< 5 cm) sempit (5,1 - 7 cm) sedang (7,1 - 9 cm) lebar (9,1 - 11 cm) sangat lebar (>11 cm) Sangat pendek (< 5 cm) Pendek (5,1 - 10 cm) Sedang (10,1 - 15 cm) Panjang (15,1 - 20 cm) Sangat panjang (> 20 cm) Sangat pendek (< 5 cm) Pendek (5,1 - 10 cm) Sedang (10,1 - 15 cm) Panjang (15,1 - 20 cm) Sangat panjang (> 20 cm)

very small (<0.5) small (0.51 0.99) medium (1-1.49) large (1.5 1.99) very large (>2) very narrow (< 5 cm) narrow (5,1 - 7 cm) medium (7,1 - 9 cm) wide (9,1 - 11 cm) very wide (>11 cm) very short (< 5 cm) short (5,1 - 10 cm) medium (10,1 - 15 cm) long (15,1 - 20 cm) very long (> 20 cm) very short (< 5 cm) short (5,1 - 10 cm) medium (10,1 - 15 cm) long (15,1 - 20 cm) very long (> 20 cm) P 21 Bima 1 P 21 Bima 1 NK 77 Bima 1

Mr 14 Mr 13 Mr 4 Mr 14 Mr 4 Mr 14 Mr 4 Mr 14 -

1 3 5 7 9 1 3 5 7 9 1 3 5 7 9 1 3 5 7 9

24. (+)

75

25.

85

Tongkol: Panjang tangkai Ear: length of peduncle

(*) 26.

92

Tongkol: Panjang (tanpa kelobot) Ear: length (without husk)

12

27

92

Tongkol: Diameter (di tengahtengah) Ear: diameter (in the middle)

sangat kecil (< 5 cm) kecil (5,1 - 10 cm) sedang (10,1 - 15 cm) besar (15,1 - 20 cm) sangat besar (> 20 cm) kerucut silindris mengerucut silindris tidak ada atau sangat sedikit ( < 8 baris) sedikit ( 8,1 - 10 baris) sedang ( 10,1 - 12 baris) banyak ( 12,1 - 14 baris) sangat banyak ( > 14 baris) mutiara seperti mutiara antara mutiara dan gigi seperti gigi gigi manis brondong putih putih kekuningan kuning oranye kuning oranye oranye merah merah merah gelap biru hitam putih putih kekuningan

very small (< 5 cm) small (5,1 - 10 cm) medium (10,1 - 15 cm) large (15,1 - 20 cm) very large (> 20 cm) conical conico-cylindrical cylindrical very few ( < 8 lines) few ( 8,1 - 10 lines) medium ( 10,1 - 12 lines) many ( 12,1 - 14 lines) very many ( > 14 lines) flint flint like intermediate dent-like dent sweet pop white yellowish white yellow yellow orange orange red orange red dark red blue black white yellowish white

Bima 1 P 21 Bima 1 Bisi 2 Bisi 2 Bima 1 P 21

Mr 4 Mr 14 Mr 4 Mr 4 Mr 13 -

1 3 5 7 9 1 2 3 1 3 5 7 9 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2

28.

92

Tongkol: Bentuk Ear: shape

29.

92

Tongkol: Jumlah baris biji pada tongkol Ear: number of rows of grain

30

92 (S)

Tongkol: tipe biji (pada tengah pertiga tongkol) Ear: type of grain ( in middle third of ear)

Bisi 2

(*) 31

92 (S)

Tongkol: Warna permukaan biji Ear: color of top of grain

Bima 1 -

Mr 4 Mr 13 -

32.

92 (S)

Tongkol: Warna sisi dasar biji Ear: color of dorsal side of grain

13

kuning oranye kuning oranye oranye merah merah merah gelap biru hitam (*) 33 93 (S) Tongkol: antosianin pada kelopak janggel Ear: anthocyanin coloration of glume of cob Tongkol: Intensitas warna antosianin pada kelopak janggel Ear: intensity of anthocyanin coloration of glume of cob tidak ada ada

yellow yellow orange orange red orange red dark red blue black absent present

Bima 1 Bisi 2 -

Mr 4 Mr 14 Mr 13 -

3 4 5 6 7 8 9 1 2

34

93 (S)

tidak ada atau sangat lemah lemah sedang kuat sangat kuat

absent or very weak weak medium strong very strong

1 3 5 7 9

14

VII.

Penjelasan Tabel Karakter Explanations of table Characteristic

Daun Pertama : Bentuk ujung daun First leaf: shape of tip

tajam pointed

tajam agak bulat pointed to round

bulat round

bulat agak tumpul round to spatulate

tumpul spatulate

Daun dan Malai: sudut Leaf and Tassel: angle

sangat kecil very small

kecil small

sedang medium

besar large

sangat besar very large

15

Daun dan Malai: letak helai daun dan percabangan samping Lea and Tassel : attitude of blade and of lateral branches

lurus straight

lurus agak bengkok slightly recurved

bengkok recurved

tajam bengkok strongly recurved

sangat bengkok very strongly recurved

Malai : pewarnaan antosianin pada dasar kelopak Tassel : anthocyanin coloration at base of glume

16

Anda mungkin juga menyukai