Anda di halaman 1dari 2

Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi dalam Hukum Persaingan Usaha

Hukum Persaingan Usaha memang masih tergolong sebagai hukum yang baru di Indonesia, meskipun sudah hampir 11 tahun berlaku dan menegakkan segala praktek bisnis tidak sehat yang dilakukan oleh pelaku usaha melalui badan pelaksananya yang berwenang yaitu Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), namun masih banyak pelaku usaha yang kurang memahami bahkan tidak mengetahui mengenai hukum persaingan usaha Hal-hal yang tidak boleh dilakukan dan harus . dilakukan oleh seluruh pelaku usaha baik yang berbadan hukum maupun yang bukan berbadan hukum, tertuang dalam UU. No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dengan 3 (tiga) hal pokok yaitu mengenai: 1. Perjanjian yang dilarang 2. Kegiatan yang dilarang 3. Posisi dominan. Tindakan pelaku usaha yang sering dilakukan dan hampir terjadi setiap harinya adalah penggabungan /peleburan/pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan/pelaku usaha lainnya. Hal ini merupakan salah satu hal yang diatur dalam Hukum Persaingan Usaha dimana khususnya pada UU 5/1999 diatur melalui bab mengenai Posisi Dominan, yang melarang pelaku usaha melakukan penggabungan/pengambilalihan/peleburan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, dimana untuk penggabungan/pengambilalihan/peleburan yang melebihi jumlah tertentu, wajib diberitahukan kepada komisi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak berlakunya penggabungan/pengambilalihan/peleburan tersebut (berlaku efektif). Adapun tujuan diaturnya penggabungan/pengambilalihan/peleburan dalam UU.No.5/1999 adalah menjaga agar tindakan tersebut senantiasa meningkatkan efisiensi perekonomian sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan nasional dan mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagai akibat dari penggabungan/pengambilalihan/peleburan. Sebagai bentuk nyata dan memperjelas ketentuan penggabungan/pengambilalihan/peleburan yang bagaimanakah yang memiliki kewajiban dilakukan pemberitahuan kepada KPPU, maka pada tahun 2010 pemerintah mengeluarkan PP No. 57/2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. PP. 57/2010 pada Pasal 5 menyebutkan kewajiban memberitahukan penggabungan/pengambilalihan/peleburan tersebut kepada KPPU, berlaku untuk pelaku usaha yang: 1. Nilai aset sebesar 2.500.000.000.000 (untuk perbankan 20.000.000.000.000); 2. Nilai penjualan sebesar 5.000.000.000.000 Ketentuan mengenai nilai aset/nilai penjualan tidak hanya meliputi nilai aset/ nilai penjualan dari perusahaan yang melakukan merger, tetapi juga nilai aset dan/atau nilai penjualan dari perusahaan yang terkait secara langsung dengan perusahaan yang bersangkutan secara vertikal, yaitu induk perusahaan sampai dengan badan usaha induk tertinggi dan anak perusahaan sampai dengan anak perusahaan yang paling bawah. Seperti bagan dibawah ini:

PT. XX

PT. YY

PT. XY

PT. XYZ

PT. YYI

PT. XXI

PT. XXX

PT. XXYYII

Keterangan: PT. XXX merupakan perusahaan yang diakuisisi oleh PT. XYZ. Maka nilai perhitungan aset dan nilai penjualannya dihitung dari PT. XYZ , PT. XY, PT. YY (karena pemegang saham lebih besar). Sedangkan untuk PT. XXX pun dihitung nilai aset/penjualan secara sendiri. Maka yang wajib melakukan pemberitahuan adalah perusahaan yang dalam penggabungan/pengambilalihan/peleburannya telah memenuhi batasan nila sebagaimana diatur i dalam PP. 57/2010. Bagi perusahaan yang telah memenuhi batasan nilai jumlah tertentu tidak melakukan pemberitahuan kepada KPPU, dapat dikenakan sanksi oleh KPPU sebesar Rp. 1.000.000.000 per hari keterlambatan dengan maksimum denda sebesar 25.000.000.000, sebagaimana diatur pada Pasal 6 PP No. 57/2010. Dasar: 1. UU No. 5 Tahun 1999 2. PP. No. 57/2010 3. Peraturan KPPU

Anda mungkin juga menyukai