Anda di halaman 1dari 4

Manajemen Pajak atas Kombinasi Bisnis dan Likuidasi

Nama: Akhmad Lutfi Hakim


NPM:1610204031

Akusisi
Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No.22 menyatakan bahwa akuisisi adalah
bentuk pengambilalihan kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakuisisi (acquirer), sehingga
akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih (acquiree)
tersebut. Kendali perusahaan yang dimaksud adalah kekuatan untuk: a. Mengatur kebijakan
keuangan dan operasi perusahaan. b. Mengangkat dan memberhentikan manajemen. c.
Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi. Pengendalian ini yang memberikan
manfaat kepada perusahaan pengakuisisi. Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi
tidak menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas hukum. Perusahaanperusahaan yang
terlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri dan beroperasi secara independen
tetapi telah terjadi pengalihan oleh pihak pengakuisisi.
Menurut Michael A. Hitt
Akuisisi yaitu memperoleh atau membeli perusahaan lain dengan cara membeli sebagian
besar saham dari perusahaan sasaran.
Manfaat Akuisisi
Menurut Shapiro (1991 : 933) dalam Christina (2003 : 12), keuntungan atau manfaat akuisisi
adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dalam bisnis sekarang daripada
melakukan pertumbuhan secara internal.
2. Mengurangi tingkat persaingan dengan membeli beberapa badan usaha guna
menggabungkan kekuatan pasar dan pembatasan persaingan.
3. Memasuki pasar baru penjualan dan pemasaran sekarang yang tidak dapat ditembus.
4. Menyediakan managerial skill, yaitu adanya bantuan manajerial mengelola aset-aset badan
usaha.
Kelebihan Akuisisi
Beberapa kelebihan pada sistem akuisisi:
1.Adanya pengendalian yang besar atas saham dan aset perusahaan yang diakusisisi.
2.Tidak perlu mengurus banyak persyaratan terutama yang berkaitan dengan badan hukum.
3.Tetap mempertahankan perusahaan yang telah ada sebelumnya dengan mengambialih
perusahaan kompetitor.
Kekurangan Akuisisi
Beberapa kekurangan pada sistem akuisisi:
1.Mengeluarkan biaya yang tinggi dalam proses legalitas.
2.Akuisisi bisa gagal jika pemegang saham minoritas banyak yang tidak setuju.
3.Perlunya pengawasan dan sistem yang baik agar perusahaan yang telah diakusisisi selaras
dengan visi dan misi perusahaan yang mengakuisisi.
Berdasarkan Bentuk Dasar atau Objek Akuisisi
Terdapat tiga prosedur dasar yang tepat dilakukan perusahaan untuk mengambil alih
perusahaan lain, yaitu.
1. Merger atau Konsolidasi
Istilah merger sering digunakan untuk menunjukkan penggabungan dua perusahaan atau
lebih, dan kemudian tinggal nama salah satu perusahaan yang bergabung. Sedangkan
konsolidasi menunjukkan penggabungan dari dua perusahaan atau lebih, dan dari perusahaan-
perusahaan yang bergabung tersebut hilang, kemudian muncul nama baru dari perusahaan
gabungan.
2. Akuisisi Saham
Cara kedua untuk mengambil alih perusahaan lain adalah membeli saham perusahaan
tersebut, baik dibeli secara tunai, ataupun menggantinya dengan sekuritas lain (saham atau
obligasi).
3. Akuisisi Aset
Suatu perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan jalan membeli aktiva
perusahaan tersebut. Cara ini akan menghindarkan perusahaan dari kemungkinan memiliki
pemegang saham minoritas, yang dapat terjadi pada peristiwa akuisisi saham. Akuisisi asets
dilakukan dengan cara pemindahan hak kepemilikan aktiva-aktiva yang dibeli.
Marger
Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) no 22 menyatakan bahwa merger merupakan
suatu proses penggabungan usaha, dengan jalan mengambil alih satu atau lebih perusahaan
yang lain. Setelah terjadi pengambilalihan, maka perusahaan yang diambil alih dibubarkan
atau dilikuidasi, sehingga eksistensinya sebagai badan hukum lenyap, dengan demikian
kegiatan usahanya dilanjutkan oleh perusahaan yang mengambil alih. Contoh merger adalah
Bank Pemerintah yang menggabungkan diri menjadi Bank Mandiri, yang merupakan
gabungan dari Bank Pembangunan Indonesia, Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya.
Jenis – Jenis Marger
Merger secara umum terbagi menjadi empat jenis, yaitu:
1. Merger horizontal, adalah merger yang dilakukan oleh beberapa perusahaan atau usaha
sejenis (usahanya sama), misalnya merger antara dua perusahaan roti, perusahaan sepatu, dan
seterusnya.
2. Merger vertikal, adalah merger yang terjadi antara perusahaan-perusahaan yang saling
berhubungan satu sama lain, misalnya dalam alur produksi yang berurutan. Contohnya:
perusahaan pemintalan benang merger dengan perusahaan kain, perusahaan ban merger
dengan perusahaan mobil, dan seterusnya.
3. Konglomerat ialah merger antara berbagai perusahaan yang menghasilkan berbagai produk
yang berbeda-beda dan tidak ada kaitannya, misalnya perusahaan sepatu merger dengan
perusahaan elektronik atau perusahaan mobil merger dengan perusahaan makanan. Tujuan
utama konglomerat ialah untuk mencapai pertumbuhan badan usaha dengan cepat dan
mendapatkan hasil yang lebih baik. Sebagai contoh, perusahaan yang bergerak di industri
bisnis elektronik melakukan merger dengan perusahaan bisnis properti, dan seterusnya.
4. Merger Kon Generik Merger kon generik adalah merger diantara dua atau lebih perusahaan
yang saling berhubungan satu sama lain, tetapi bukan terhadap produk yang sama. Contoh
merger antara bank dengan perusahaan leasing.
Kombinasi Bisnis
Kombinasi Bisnis Menurut PSAK 22, kombinasi bisnis adalah suatu transaksi atau peristiwa
lain dimana pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian atas satu atau lebih suatu bisnis.
Transaksi yang kadangkala disebut sebagai “penggabungan sesungguhnya (true merger)”
atau “penggabungan setara (merger of equals)” juga merupakan kombinasi bisnis bertujuan
untuk meningkatkan relevansi, keandalan dan daya banding informasi yang disampaikan
entitas pelapor dalam laporan keuangannya tentang kombinasi bisnis dan dampaknya.
Aspek Pajak dalam Penggabungan Usaha, Peleburan dan Pemekaran Usaha
1. Penggabungan Usaha
Atas terjadi nya penggabungan usaha maka adanya transaksi yang menimbulkan
aspek perjakan, yaitu :

a. Adanya pengalihan Asset Perusahaan, jika ada nya keuntungan atas pengalihan aset
ini maka termasuk dalam Objek Pajak PPh, sebagaimana di sebutkan pada pasal 4
ayat 1 huruf d nomor 3 “ keuntungan karena penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk
apa pun. “ dan akan dikenakan tarif pasal 17
b. Jika pengalihan berupa tanah dan bangungan maka dikenakan PPh final sesuai
dengan PP No. 34 tahun 2016 dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) yang dicantumkan pada UU No. 20 tahun 2000, hal ini sama seperti
penjualan atas tanah dan bangunan pada umumnya untuk pengenaan BPHTB, namun
untuk PPh final tarif nya sesuai dengan penggunaan nilai buku yang diatur di PMK
Nomer 205/PMK.010/2018.
Kewajiban perpajakannya akan menjadi kewajiban PT. AB, karena PT. A dan PT. B
sudah ditutup.
2. Peleburan Usaha
Peleburan usaha pada umumnya hampir sama dengan penggabungan untuk aspek
perpajakannya, namun kewajiban perpajakan akan menjadi kewajiban PT. B, karena
PT. A sudah ditutup.
3. Akuisisi
B mengakuisisi Asset PT. A
Atas transaksi ini maka aspek perpajakan yang muncul adalah atas
kelebihan/keuntungan dari selisih pengalihan asset perusahaan dikenakan Pajak
Penghasilan Pasal 4 ayat 1 huruf D nomer 3, disini yang mengalihkan adalah PT. A,
maka atas keuntungan tersebut kewajiban Pajak Penghasilan menjadi tanggung jawab
PT. A, namun keuntungan ini harus dikompensasikan terlebih dahulu dengan :
kerugian fiskal PT. A dari tahun pajak saat dilakukan pengalihan aset dan juga tahun-
tahun pajak sebelumnya (5 tahun).

B mengakuisisi Saham PT. A


Dalam transaksi tersebut, jika PT. A adalah perusahaan yang listing di bursa maka
atas penjualan saham ke PT. B akan dikenakan PPh final, pasal 4 (2) UU Nomor 36
Tahun 2008. PPh final ini akan langsung dikenakan dengan cara pemotongan oleh
bursa efek, sehingga penghasilan atas penjualan saham yang diterima PT. A telah di
potong PPh pasal 4(2). Untuk tarif nya diatur di pasal 2 dan 3 KMK 282/1997

Anda mungkin juga menyukai