Anda di halaman 1dari 5

Nama: Steven Shen

NIM : 10509065

PENYIMPANGAN HUKUM LAMBERT BEER AKIBAT INSTRUMEN
Penyimpangan hukum Lambert Beer yang terjadi bukan karena kegagalan dari hukum
Lambert Beer melainkan karena penyimpangan hukum akibat penggunaan instrumen yang
mematuhi kondisi penurunan hukum. Persyaratan dasarnya adalah semua Ioton yang
menabrak detektor mempunyai peluang absorbsi (A) yang sama. Oleh karena itu, setiap Ioton
harus sama dalam koeIisien absorbsi (a), melewati panjang sampel (b), dan mengalami
konsentrasi absorber (c). Kurva kalibrasi dapat dipakai untuk mendapatkan hasil yang akurat,
walaupun kondisi tidak memenuhi syarat hukum Lambert Beer.
Penyebab-penyebab utama dalam ketidakidealan hukum Lambert Beer:
1. ketidaksamaan panjang lintasan cahaya.
2. perbedaan konsentrasi sampel yang dilewati oleh cahaya.
3. perubahan indeks reIraksi pada sampel konsentrasi tinggi.
4. perubahan kesetimbangan kimia sebagai persamaan konsentrasi.
5. sampel yang berIlorosensi, menyebabkan Ioton yang diserap, teremisikan kembali dan
menubruk detektor.
6. cahaya dihamburkan oleh matriks sampel.
7. intensitas cahaya yang terlalu besar, tidak dapat diserap oleh sampel.

Acuan keadaan awal simulasi yang digunakan adalah yang memiliki kesalahan terkecil
yaitu 0.0002.
ukur 300 nm;
lebar celah 10 nm;
lebar pada puncak 110 nm;
absorptivitas maksimum 1;
panjang jalan sinar 1 cm;
stray light tak terserap 0.

Dua penyebab umum penyimpangan hukum Lambert Beer pada simulasi ini: 010 radiasi
poliromatis dan 0salahan aibat stray light yang diwakilkan oleh 6 parameter yang
mempengaruhi penyimpangan hukum Lambert Beer:
200 250 300 350 400
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
Fungsi nstrument
Absorptivitas
Panjang Gelombang, nm
A.Panjang Gelombang ( ) Ukur

U:r (nm) 0salahan
290 0.0040
295 0.0010
300 0.0002
305 0.0020
310 0.0062

Parameter selain panjang gelombang ukur dibuat tetap. Perubahan panjang gelombang
ukur mengubah kelinearan pada kurva kalibrasi dan berdampak pada kenaikkan kesalahan.
Perubahan panjang gelombang ukur menaikkan persen kesalahan yang cukup signiIikan, hal
ini disebabkan karena perubahan luas yang dibentuk dari kurva Iungsi instrumen (biru)
dengan kurva absorbtivitas (merah). Jumlah Ioton yang diserap oleh analit bergantung pada
panjang gelombang, sehingga pada panjang gelombang tertentu didapatkan jumlah Ioton
terbanyak yang dapat diserap oleh analit. Hal ini dapat memperkecil kesalahan pada
pengukuran.

B. Lebar Celah
L0bar C0lah (nm) 0salahan
10 0.0002
20 0.0055
30 0.0302
40 0.0972
50 0.2319

Persen kesalahan berubah drastis ketika lebar celah diperbesar. Masing-masing
spektroIotometer mempunyai lebar celah minimum, dan lebar celah tidak dapat dibuat
menjadi 0 karena sama dengan sinar tidak dilewatkan. Lebar celah mempunyai kaitan
terhadap spectral bandpass atau rentang panjang gelombang yang dapat melewati celah,
semakin besar rentangnya semakin besar kemungkinan terjadinya eIek radiasi polikromatis,
sehingga dapat memperbesar kesalahan pada pembacaan alat.

C. Lebar Pada Puncak
L0bar Pada P:nca (nm) 0salahan
90 0.0004
100 0.0003
110 0.0002
120 0.0003
130 0.0005

Lebar pada puncak mempengaruhi dua hal yang menyebabkan kenaikan pada persen
kesalahan. Jika lebar pada puncak diperkecil dari nilai lebar puncak optimum, maka persen
kesalahan akan semakin besar, karena jarak kesalahan dalam absorptivitas semakin besar
pada rentang panjang gelombang tertentu. Sedangkan nilai lebar puncak yang diperbesar
mendapatkan hasil yang tidak tajam, kurva terlalu lebar pada panjang gelombang maksimum.

D. Absorbtivitas Maksimum
Pengukuran dengan menggunakan Kurva Gauss
Absorbtivitas Masim:m 0salahan
1 0.0002
2 0.0002
3 0.0002
4 0.0002
5 0.0002

Pengukuran dengan menggunakan Kurva Lorentz
Absorbtivitas Masim:m 0salahan
1 0.0007
2 0.0007
3 0.0007
4 0.0007
5 0.0008

Kurva Lorentz lebih cocok dipakai dalam menganalisis perubahan absorbtivitas
maksimum, karena berhubungan dengan garis serapan spektrum atom. Peningkatan persen
kesalahan tidak begitu signiIikan untuk perubahan absorbtivitas maksimum, namun memiliki
kecenderungan untuk terjadi peningkatan persen kesalahan. Hal ini disebabkan analit
memiliki absorbtivitas yang tinggi sehingga, hampir semua Ioton terserap dan intensitas stray
light tak terserap tidak berubah, sehingga cahaya transmisi terdiri dari stray light.

E. Panjang Jalan Sinar
Pengukuran dengan menggunakan Kurva Gauss
Absorbtivitas Masim:m 0salahan
1 0.0002
2 0.0002
3 0.0002
4 0.0002
5 0.0002

Pengukuran dengan menggunakan Kurva Lorentz
Panjang 1alan Sinar (cm) 0salahan
1 0.0007
2 0.0007
3 0.0007
4 0.0007
5 0.0008

Perubahan panjang jalan sinar tidak berpengaruh signiIikan terhadap pengamatan
spektroIotometer, walaupun masih memiliki kecenderungan semakin panjang jalan sinar
maka semakin besar kesalahannya, namun bukan merupakan Iaktor besar yang berkontribusi
membuat penyimpangan hukum Lambert Beer.

F. $tray light tak terserap
$tray light ta t0rs0rap 0salahan
0.000 0.0002
0.010 0.0364
0.020 0.0723
0.030 0.1079
0.040 0.1432

Perubahan stray light tak terserap mempengaruhi persen kesalahan dalam pembacaan data
yang cukup besar. $tray light merupakan salah satu sumber ketidakidealan instrumen, yaitu
cahaya yang memiliki panjang gelombang di luar bandpass monokromator menubruk
detektor atau tidak melewati sampel. Biasanya panjang gelombang yang diatur merupakan
panjang gelombang absorbsi maksimum analit, sehingga cahaya di luar rentang tidak ikut
terabsorbsi dan mengakibatkan stray light tak terabsorbsi. EIek dari stray light tak terabsorbsi
tidak begitu berpengaruh pada absorbansi rendah, tetapi memiliki pengaruh yang kuat pada
absorbansi tinggi.

Anda mungkin juga menyukai