Anda di halaman 1dari 9

Rangkuman Diskusi Mailing List Migas Indonesia Bulan April 2007

Kompor bahan bakar air


Luhur Wibowo 93 Dear milist, ada yang bisa ngasih cara kerja kompor bahan bakar air dicanpur bahan bakar minyak dengan perbandingan 1 minyak tanah : 10 air? aku lihat di beberapa TV menayangkan hal itu di banyumas bahkan ada investor asal jerman yang menawar hak patennya 1.4 milyard rupiah. LIPI sendiri gmn? Andy Pak Luhur & rekan2 KMI, Menarik nih - dari sisi pemerintah bisa menghemat subsidi BBM, volume pemakaian & emisi - tapi apa bener tuh blend ratio-nya? Saya kebetulan punya sedikit pengalaman dengan solar(HSD)/MDO/HFO oplos air (water) sampai 20% pada mesin diesel yang bisa menurunkan NOx hingga 20% juga (80% fuel + 20% water) - alternative sebelum mikir beli SCR untuk reduce emisi gas buang. Kuncinya di kesetabilan emulsi antara fuel & air (water) dengan butiran emulsi hingga 3 micron - perlu homogenizer system. Untuk dunia perkapalan malah sudah di ACC oleh GL & LR - so gak perlu ragu. Beberapa produsen fuel sudah jual di eropa & amerika secara bebas, bahkan di support sama EPA & CARB. Bukannya cara ini lebih tepat dari pada biosolar yg hanya merangsang investor perkebunan/pabrik biodiesel ????? tp buat pasar export laris manis kok Hidup "solar oplosan" tp yg resmi lho :) Ibnu Zainul Dear,

Buat nambahin wawasan kita tentang kompor berbahan bakar air, semoga ada pengusaha Indonesia yang tertarik u memproduksi massal buat mengurangi subsidi minyak tanah yang katanya Mas Yudi sekitar 40 puluh trilyun tiap tahun.. Regards, Zainul From: chaeroni.c Salah satu kehebatan anak negeri, sayang tidak terpublis dengan baik sehingga tetap tidak berkembang luas. Bayangkan hanya dengan 0,1 liter minyak tanah bisa memasak sampai 24 jam, berapa penghematan yang bisa dicapai setiap rumah tangga dan pada akhirnya negara? Kenapa pemerintah tidak melihat ini sebagai karya hebat anak negeri, yang harusnya dijadikan proyek percontohan negara, daripada harus beli kompor gas yang sebetulnya tidak murah?... Tanya kenapa.... Hari ini harus lebih baik dari kemarin. Salam; Bramantya AP Kompor Air : Nyalanya Bisa Hebat Posted by: "anant/" Wed Mar 14, 2007 8:20 pm (PST) Selamat buat mas parmin ------------ --------- --------- ------TEMUAN SUPARMIN DARI BANYUMAS *Kompor Air : Nyalanya Bisa Hebat* Suparmin Sinuang Raharjo (47) pria asal Kelurahan Kalibagor, Banyumas berhasil menemukan kompor berbahan bakar air setelah riset 3,5 tahun. Parmin mengungkapkan, proses menemukan kompor berbahan bakar air dimulai sejak ia tergugah untuk menemukan suatu alat memasak yang tidak atau sedikit menggunakan minyak sebagai bahan bakarnya. Setelah melalui proses percobaan berulang kali di bengkel sebelah rumah dan dibantu seorang karyawan, kini alat masak berupa kompor berbahan bakar air sudah ditemukan papar Sukardi kepada KR, Sabtu (3/3) di rumahnya kompleks Perumahan Kalibagor Indah, Blok A II dan III.

Kompor air menggunakan air tawar dan minyak tanah dengan perbandingan 1 : 10, sehingga hanya mencampurkan 0,1 liter minyak tanah dengan 1 liter air. Kedua bahan diuapkan dalam sebuah tabung menggunakan pemanas listrik kemudian dibakar hingga api menyala. Dengan menggunakan seliter air mampu memasak 24 jam nonstop. Kompor buatan Suparmin tidak menimbulkan asap, jelaga dan bau. Selain itu, daya listrik yang digunakan tidak besar, untuk angkatan pertama hingga air dan minyak menguap, membutuhkan 100 watt selanjutnya hanya 5 watt. Nyala apinya juga besar, bahkan lebih panas dibanding kompor gas. Untuk memasak air menggunakan panci besar hanya membutuhkan 510 menit. Kompor air juga minim risiko meledak. Lelaki beranak empat itu mengaku, meski status temuannya dipatenkan, hingga kini belum ada investor dalam negeri yang berniat membuat kompor air secara massal. Publikasi melalui sejumlah media sudah dijalankan namun belum menarik pengusaha lokal untuk mengucurkan dana guna membeli hak paten kompornya. From: Yudi Dear Netters, Berikut ada Tulisan menarik dari Dr. Ir. Hasan Hambali salah seorang pendiri THFB. ============ ========= ========= ====== ========= =========

Teknologi Konversi Air menjadi Api dan Aplikasinya Indonesia memiliki jumlah penduduk sekitar 220 juta orang dan sebagain besar penduduknya tinggal di pedesaan. Mereka membutuhkan bahan bakar minyak tanah untuk kompor dan penerangan dengan jumlah sekitar 10 juta kilo liter per tahun. Biaya produksi minyak tanah saat ini sekitar Rp. 6000 / liter sedangkan harga yang dikenakan kepada penduduk adalah hanya Rp. 2000/ liter sehingga subsidinya sekitar Rp. 4000 per liter. Jumlah subsidi minyak tanah per tahun dengan demikian sekitar Rp. 40 trilyun. Jumlah subsidi ini sangat besar sehingga sangat membebani biaya operasional pemerintah. Salah satu alternatif untuk mengurangi subsidi itu adalah mencari sumber alternatif energi yang murah dan mudah diaplikasikan di pedesaaan untuk mengganti minyak tanah. Air dengan susunan kimia H2O telah dikenal berabad-abad sebagai syarat keberadaan mahluk hidup. Makhluk hidup baik manusia,

binatang ataupun tumbuh-tumbuhan sebagian besar terbentuk dari air. Peradaban manusia juga telah memanfaatkan air sebagai sumber energi seperti digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB). Sumber energi ini diperoleh dari energi yang tersimpan didalam air misalnya energi ketinggian untuk PLTA dan energi panas untuk PLTPB. Air yang berada di ketinggian memiliki energi potensial yang lebih besar daripada air yang berada dibawahnya sehingga air yang di atas dapat menjadi sumber energi apabila air itu dialirkan ke bawah. Prinsip yang sama juga terjadi pada air pada fasa gas dalam bentuk uap air yang memiliki energi panas lebih tinggi daripada air yang berada pada fasa cair. Sumber energi pada air yang telah disebutkan diatas merupakan sumber energi air konvensional. Sumber energi air non konvensional adalah energi yang tersimpan pada air apabila air tersebut dirubah menjadi fasa gas gabungan dari molekul hidrogen dan oksigen atau gas gabungan H-O dengan komposisi perbandingan yang tepat secara stokiometri. Gas ini apabila dipantik akan menyala dan menghasilkan panas 66,000 BTU/lb (Michroswki, 2006). Fenomena Proses ini pertama kali ditemulkan oleh Professor Yul Brown pada tahun 1970. Sumber energi ini merupakan sumber energi yang paling bersih dan ramah lingkungan. Api dari gas gabungan H-O tidak menghasilkan jelaga karena tidak memiliki komponen karbon dan limbahnya adalah kembali menjadi air murni yang sangat ramah lingkungan. Biaya konversi air menjadi Gas H-O diduga relatif jauh lebih murah walaupun masih dalam penelitian lanjutan. Biaya ini adalah biaya energi listrik untuk merubah air menjadi Gas H-O. Biaya listrik ini akan menjadi lebih murah lagi apabila sumber listriknya berasal dari energi angin. The Heritage Bogor Foundation (THBF) telah mulai melakukan pengembangan teknik pembuatan Gas H-O yang cepat dan efisien serta aplikasinya sehingga dapat digunakan untuk kompor pedesaan sebagai sumbangan pemikiran alternatif energi murah dan bersih untuk masyarakat Indonesia .. Pemanfaatan Gas H-O dan pengembangan sumber energi angin sebagai sumber tenaga listriknya akan dapat membantu pemerintah menghilangkan beban subsidi minyak tanah sebesar Rp. 40 Trilyun per tahun. Dana ini dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat untuk kejayaan bangsa Indonesia di masa depan. Hasan Hambali, 2007 (THBF)

Kompor dan Burner Berbahan Bakar Air

Muh.Asyrofi Numpang tanya, Yth. Bpk2 / Ibu2, saya masih bingung dengan kompor berbahan bakar minyak campur air ini, yakni apakah komposisi minyak yang sedikit ini tidak mengurangi kalor yang dihasilkan sehingga berdampak ke efektifitas memasak, seperti lama waktu yang diperlukan, dsb..? Kemudian setahu saya juga, reaksi-reaksi kimia yang menguraikan air seperti pemecahan H2O ke dalam molekul-molekul H2 & O2 kan bersifat endoterm yang justru membutuhkan energi bukan melepaskan energi, jadi bagaimanakah relevansinya dengan bahan bakar air ini..? Apakah tidak malah menguras energi dari luar..? Mungkin ada di antara Bapak2 / Ibu2 yang bersedia memberikan penjelasannya. Terima kasih. Cahyono, Bambang mungkin teorinya gak jauh beda dgn yg saya sertakan ini Pak, malah ini utk bahan bakar mobil, saya cc lewat japri. Rovicky Dwi Putrohari Aku kok masih ragu akan terjadi pemecahan H2 dan O2 dengan proses penguapan ? Setahu saya proses pemecahan H2O menjadi oksigen dan Hydrogen hanya terjadi dengan elektrolysis. Istilah bahan bakar air ini malah mnurutku "MISLEADING" Merancukan kalau tidak boleh disebut menyesatkan. -

Saya dulu ketika berkemah tahun 1970-an sering menggunakan kompor pompa dengan minyak tanah, dan sering dicampur dengan air dengan asumsi untuk menghemat, tetapi tidak pernah meneliti lanjut. Hanya saran seorang kawan saja untuk menghemat katanya.Kompor yg digunakan ini prinsipnya hampir sama, Kalau kompor pompa, mungkin masih sering dipakai di penjual Martabak (Glek !!). Pemanasan (penguapan) kompor martabak menggunakan apinya sendiri, dimana pada tahap awal menggunakan minyak pada "sumbu penyalaan". Dalam kompor ini penguapan atau pengkabutan awal digunakan pemanas filament pengganti "sumbu penyalaan".

Yang saya duga terjadi dengan kompor ini adalah terjadinya peningkatan efisiensi pembakaran. Ya peningkatan efisiensi pemkaran akibat percampuran uap air, uap minyak tanah, serta udara. Pembakaran dalam kompor minyak tanah yang dibutuhkan untuk memasak akan berbeda dengan pembakaran minyak tanah dalam pembakaran sistem mesin penggerak. Saya setuju pendapatnya Mas Mahyudanil Buchari, air hanya berfungsi sebagai media pengkabutan. TIDAK ADA pemecahan H2O menjadi O2 dan H2 dalam kompor baru ini. Anda Suganda heemm,, baru kemarin saya membersihkan kompor minyak,,kompor minyak itu nyalanya redup setelah saya periksa ternyata didalam tanknya terdapat <15%air>,, runpanya air tersebut bisa menghambat jalannya minyak dalam sumbu,, iya siy minyaknya irit tapi panasnya juga irit jadi masaknya juga lama,, tapi sisi baiknya untuk pengguna api yang tak terlalu panas ini sangat berguna,, jadi masakan tidakcepat gosong,, terima kasih,. Cahyono, Bambang agar minyak bercampur dgn air harus dibantu sabun ya Pak panji hindarto PakAsyrofi, Bukankah sudah dijelaskan di dalam artikel bahwa kompor ini memerlukan pemanas listrik untuk menguapkan campuran air dan minyak. Dari situlah sumber energi luarnya. secara logika mungkin saja kompor ini bisa berhasil mengingat ada tambahan energi dari luar berupa listrik. Tinggal dipikirkan feasible gak penghematan minyak yang dipakai dibandingkan dengan tambahan biaya untuk mendapatkan listriknya.kalau memang ada penghematan, maka teknologi ini patut dikembangkan. Namun sebelumnya salut untuk penemu kompor ini atas pemikiran dan kerja kerasnya. semoga teknologi indonesia makin berkembang. Mahyudanil

Sepertinya fungsi air di sini hanya sebagai media pengkabutan (atomizing) sehingga pembakaran akan menjadi lebih sempurna. Dalam hal ini efisiensi pembakaran akan naik signifikan dibandingkan dengan menggunakan kompor minyak konvensional. Air di sini akan terlebih dahulu diuapkan menjadi steam yang kemudian bersama2 minyak dialirkan ke tungku pembakaran. Jadi samalah halnya dengan atomizing steam yang digunakan untuk burner2 yang ada di industri baik itu boiler maupun fired heater. Ikhsan Pak Mahyudanil, Setahu saya untuk atomizing diperuntukkan untuk fasa liquid dimana diatur delta pressurenya sehingga diperoleh partikel2 yg lebih kecil dan mudah terbakar sempurna, sementara penguapan water & minyak tanah disini dilakukan dgn meningkatkan temperatur sampai mencapai vapor pointnya. Sekedar pendapat awam , mungkin gak partikel minyak tanah yg menguap masuk ke dalam partikel uap air yg tak jenuh melalui proses tumbukan molekul2 kedua fasa uap tersebut sehingga konsumsi minyak tanah tidak terlalu banyak akibat adanya energi panas uap air + minyak tanah yg terbakar. Seperti CS2 dalam air yg masih menimbulkan api dipermukaan air sampai lenyap jika kandungan CS2 nya sudah habis terbakar semua. Faktor2 lain seperti media transfer panas yg dipakai, jumlah yg dimasak dan apa yg dimasak saya pikir sudah dilakukan trial oleh Bapak yang menemukannya. Menarik juga untuk sharing pendapat siapa tahu teknology ini bisa dipakai masyarakat yang sedang kesulitan BBM. Selamat buat Bapak Suparmin.....mari kita support beliau melalui sharing pendapat, science dll , paling tidak mempertajam apa yg beliau temukan. A. Rofiudin Pak Mahyudanil dan pak Ikhsan gak ada yang salah, unsur atomising ada....,sebenarnya tanpa minyakpun bisa, air bisa membakar kok, bila di elektrolisa dulu lalu terbentuk gas Hydrogen dan dibakar, akan lebih panas lagi apinya. Tapi penemuan ini kan sudah efisien, listriknya kecil untuk penguapan awal dan selanjutnya di injeksikan dan dibakar, dan lebih efisien lagi kalau dipakai untuk industri kecil yang butuh pemanas yang continuou. Dan akan lebih efisien lagi kalau bapak-

bapak yang pakai karena akan langsung dimodifikasi lagi tanki campurannya dibuat preheater, agar listriknya lebih kecil lagi.... :) Kita memasak air saja sekarang ini masih boros energi lho pak, coba bayangkan hanya mau membuat satu cangkir kopi saja kadang ibu-ibu memanaskan setengah panci air lalu kadang sisanya dibiarin dingin lagi (kalau tidak punya thermos). Coba lihat cara kerja coffee maker, kita bisa menaruh 1 liter air, on kan alat, elemen pemanas kerja hanya memanasi sekian cc air saja di tempat yang luas dan datar dengan sedikit air, segera air mendidih dan bertekanan dan pindahlah air itu ke cangkir anda, bidang pemanas akan terisi air baru siap dipanasin lagi, setelah satu cangkir stop !!!. air stock tetap dingin. waktu untuk satu cangkir singkat. so HEMAT ENERGY. Ayo kita bagi tips hemat energi..........mulai dari saya ya, segera di susul tips hemat energy lainnya ya?? MEMASAK TELUR REBUS Telur rebus akan masak sempurna (putih dan kuning) artinya tepat matang, sehingga tambahan panas dan waktu sudah tidak mempengaruhinya lagi hanya boros energi saja. Caranya : Didihkan air, setelah air mendidih, masukkan telur dan onkan stopwatch hasilnya sbb : 2,5 menit (putih telur masak setengah bagian luar) 5 menit (putih telur masak semua, kuning telur mentah semua) 7,5 menit (putih telur matang semua, kuning telur matang setengah) 10 menit (semua bagian dalam telur matang) anda tidak akan pernah kecolongan untuk memasak telur setengah matang dengan cara ini, bahkan bisa di atur mau matang kulitnya saja juga oke....:) Yuyus Uskara Saya salut sama penemu ini... tapi, kenapa penemuan-penemuan tepat guna seperti ini kok muncul dari bengkel-bengkel kecil dari masyarakat yang mungkin tidak sekolah tinggi? sekali lagi, saya salut sama penemu kita ini... kenapa ya kampus-kampus yang so-called high-tech, juga BPPT jarang sekali membuat sebuah penemuan-penemuan yang benar-benar tepat

guna? kenapa pemerintah juga tidak langsung memberikan bantuan dana untuk projek ini? daripada konversi minyak tanah ke gas, mungkin jauh lebih murah dengan teknologi ini. mudah-mudahan secepatnya teknologi ini bisa di aplikasikan di masyarakat banyak. Anshori Budiono Usaha dan penemuan yang patut untuk dikaji dan bisa menjadi solusi. Berita yang sangat menarik. Sayangnya penyajian oleh reporter (wartawan) kurang bernuansa scientific dan sedikit ceroboh untuk perbandingan air dan minyak tanah. Diberitakan bahwa kompor air menggunakan air tawar dan minyak tanah dengan perbandingan 1 : 10, sehingga hanya mencampurkan 0,1 liter minyak tanah dengan 1 liter air. Kedua bahan diuapkan dalam sebuah tabung menggunakan pemanas listrik kemudian dibakar hingga api menyala. Dengan menggunakan seliter air mampu memasak 24 jam nonstop. Juga diberitakan apinya bisa memasak dengan panci besar hanya 5 - 10 menit. Mohon rekonfirmasi dari kawan-kawan: 1. Untuk Perbandingan air dan minyak tanah yang sebenarnya, apakah: a. 0,1 liter air + 1 liter minyak tanah b. 0,1 liter minyak tanah + 1 liter air. 2. Memasak dengan panci besar hanya 5 - 10 menit: a. Panci besar yang dimaksud ukuran berapa liter? b. Apa yang dimasak? 3. Memanaskan campuran minyak dan air untuk angkatan pertama, butuh 100 watt? a. Untuk campuran yang berapa liter? b. Berapa lama? Tentunya agar bisa diketahui berapa konsumsi daya listrik nya (kwH) yang diperlukan untuk angkatan pertama sehingga kompor siap dinyalakan.

Anda mungkin juga menyukai