Anda di halaman 1dari 3

enin, 27 April 2009 09:57 wib Kirim Hadiah Surat Al Fatihah Ini adalah cerita tentang Kiai Fatah

yang cerdik dan sering disebut sebagai "Godfather kelompok mafia intelektual" di sebuah daerah di Jawa Tengah. Dia cerdik dalam membuat pendapatnya paling unggul, disimak, dan seperti merangkum semua pembicara lain dalam setiap pertemuan, dengan cara bicara paling akhir.Merek dagang Kiai Fatah yang sudah diketahui semua orang adalah angkat telunjuk dengan berkata, "Apa masih ada waktu buat saya? persis ketika acara akan diakhiri.Suatu kali orang NU dan Muhammadiyah mengadakan pertemuan dan sempat bergurau memperdebatkan soal "hadiah" membacakan surat Al Fatihah kepada orang yang sudah meninggal. Apakah "kiriman" itu bisa sampai kepada sang arwah, seperti pos kilat yang menyampaikan paket ke suatu alam dalam kehidupan dunian? Apa dasar pendapat yang diikuti masing-masing pihak?Yang dari Muhammadiyah tidak melihat "dalil yang dapat dipegang" dari Al Quran maupun hadis Nabi Muhammad, untuk menunjang kemungkinan kiriman via "pos akhirat" sampai ke tujuan di alam sana. Yang NU berpegang pada pendapat para ulama madzab yang empat, yang menerima kemungkinan seperti itu.Pandangan Kiai Fatah? "Hadiah Fatihah tidak sampai ke alamatnya menurut Imam Syafii," kata Kiai Fatah. "Hadiah itu sampai menurut ketiga imam yang lain. Jadi kita ikuti suara mayoritas sajalah."Gus Dur pun ikut komentar. "Sudah tentu kirimannya tidak segera sampai secepat pos kilat khusus karena tidak didukung oleh Imam Syafii," kata Gus Dur, "Tapi mereka toh sudah biasa dengan pola alon-alon asal kelakon? (pelan-pelan asal tercapai tujuannya). (ahm) Kamis, 23 April 2009 10:08 wib Jin dan Tiga Manusia Menurut Gus Dur, pernah ada sebuah kapal berisi penumpang berbagai bangsa karam. Ada tiga orang yang selamat, masing-masing dari Prancis, Amerika dan Indonesia. Mereka terapung-apung di tengah laut dengan hanya mengandalkan sekeping papan.Tiba-tiba muncul jin yang baik hati. Dia bersimpati pada nasib ketiga bangsa manusia itu, dan menawarkan jasa. "Kalian boleh minta apa saja, akan kupenuhi," kata sang jin. Yang pertama ditanya adalah si orang Prancis."Saya ini petugas lembaga sosial di Paris," katanya."Banyak orang yang memerlukan tenaga saya. Jado tolonglah saya dikembalikan ke negeri saya." Dalam sekejap, orang itu lenyap, kembali ke negerinya."Kamu, orang Amerika, apa permintaanmu?""Saya ini pejabat pemerintah. Banyak tugas saya yang terlantar karena kecelakaan ini. Tolonglah saya dikembalikan ke Washington." "Oke," kata jin, sambil menjentikkan jarinya. Dan orang Amerika lenyap seketika, kembali ke negerinya. "Nah sekarang tinggal kamu orang Indonesia. Sebut saja apa maumu." " Duh, Pak Jin, sepi banget disini," keluh si orang Indonesia. "Tolonglah kedua teman saya tadi dikembalikan ke sini."Zutt, orang Prancis dan Pria Amerika itu muncul lagi. (ahm) Rabu, 15 April 2009 10:49 wib Nonton Film Kok Bawa Diktat Ada pengalaman menarik dari kegiatan membaca Gus Dur yang diingat oleh Gus Mus. Suatu hari, Gus Dur dan Gus Mus sama-sama membaca buku di atas bus. Gus Dur kebetulan sudah selesai membaca, sedangkan Gus Mus belum.''Gus Dur mengajak omong saya. Tapi karena saya belum rampung membaca buku sampai titik, saya umbarno wae dia,'' tuturnya sembari tertawa.Mengenai kegemaran Gus Mus menonton film, Gus Dur juga punya cerita. Gus Dur suatu hari memakai pakaian yang necis sekali di mata Gus Mus. Gus Dur yang jarang masuk kuliah itu tumben mengajak Gus Mus untuk berangkat kuliah bersama-sama dengan naik bus yang kebetulan ramai penumpang.''Ketika mendekati kampus, baru kami mendapatkan tempat duduk,'' kenang Gus Mus.Sesampainya di depan kampus, Gus Mus mengajak Gus Dur untuk turun. Namun Gus Dur malahan tidak mau turun dan mengajak terus naik bus. Alasannya cukup aneh ditelinga Gus Mus, sayang turun dari bus karena baru saja mendapatkan tempat duduk.Akhirnya Gus Mus mengalah dan mengikuti Gus Dur. Ketika bus berjalan lagi hingga hampir mencapai gedung bioskop, Gus Dur malah mengajak turun. "Tak tahunya dia telah membawa dua tiket nonton film dan saya diajak. Kalau tahu begitu, mending tidak usah bawa diktat untuk kuliah. Nonton film kok bawa diktat," kata Gus Mus.

Gus Dur, katanya, juga sering nonton satu film dua kali. ''Kata Gus Dur, ada bagian di film itu yang kelewatan sehingga harus ditonton lagi,'' tandasnya. (ahm) rabu, 08 April 2009 09:10 wib Buku, Film, dan Sepakbola Gus Dur mengakui bahwa dirinya dan Gus Mus adalah sahabat lama. Namun, belakangan, karena repot dengan urusan masing-masing, dirinya dan Gus Mus jarang bertemu.Dalam kenangan Gus Mus, Gus Dur muda hanya bisa digambarkan dengan tiga kata, buku, film, dan sepak bola. ''Ketiga kegiatan itu sangat membutuhkan konsentrasi pada penglihatan. Mungkin karena kegemarannya yang sangat berlebihan terhadap ketiganya itu, membuat penglihatan Gus Dur kalah,'' tuturnya.Kegemaran membaca Gus Dur, sangat mempengaruhi kegemaran adik almarhum KH Cholil Bisri itu.''Di mana saja, Gus Dur selalu membawa buku dan membaca. Bahkan ketika gelantungan di bus pun, dia terus membaca. Saat membaca sebelum mencapai titik, Gus Dur tidak akan menghiraukan sekitarnya, apalagi mau diajak bicara. Saya juga tidak dianggapnya. Akhirnya setiap pergi bersama dia, saya juga selalu berusaha membawa buku untuk dibaca,'' katanya. (ahm) Senin, 06 April 2009 10:23 wib Somsing ... Somsing ... eh Some Sing Mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berkunjung ke kediaman KH A Mustofa Bisri (Gus Mus) di Rembang, Jawa Tengah. Didampingi istrinya Ny Sinta Nuriyah dan putrinya, Zannuba Arifah Chafsoh (Yenny).Gus Dur tiba di rumah Gus Mus di kompleks Pondok Pesantren Roudlatut Tholibien, Rembang, Kamis (2/11/2006) pukul 09.00 WIB.Selain disambut Gus Mus sebagai tuan rumah, mantan ketua umum PB NU itu disambut Ketua PC NU Pati KH Muadz Thohir; mantan juru bicara Gus Dur, Yahya Cholil Staquf; serta istri Gus Mus, Siti Fatma.Gus Dur mengakui bahwa dirinya dan Gus Mus adalah sahabat lama. Namun, belakangan, karena repot dengan urusan masing-masing, dirinya dan Gus Mus jarang bertemu."Jadi, ini pertemuan kangen-kangenan. Maksud saya ke sini ya untuk silaturahmi. Kebetulan, saya punya undangan halalbihalal di Jepara. Jadi, sekalian mampir," ungkap Gus Dur.Sementara itu Gus Mus menyatakan pertemuan mereka ini sebagai pertemuan dua orang yang benar-benar manusia."Kami seperti tadi yang didengar semuanya, hanya ngobrol sebagai manusia saja. Karena terkadang saking sibuknya dengan pekerjaan, kita lupa bahwa kita ini manusia. Yang dibicarakan hanya permasalahan profesi dan lain-lainnya. Pada pertemuan silaturahim ini, kami empan papan dan tidak membicarakan masalah politik," kata Gus Mus.Memang, kenyataannya dalam pertemuan keduanya di salah satu ruangan Ponpes Raudlatut Thalibin berukuran tak kurang dari 5x12 meter berkarpet hijau itu lebih banyak berkisar cerita-cerita ringan seputar kehidupan sehari-hari dan canda tawa Tak jarang, cerita kedua tokoh yang sedang temu kangen itu membuat tawa sejumlah orang yang turut mendengarkan. Tak lupa, mereka berdua bertukar cendera mata. Gus Dur memberikan cendera mata berupa buku terbarunya Islamku, Islam Anda, Islam Kita: Agama, Masyarakat, Negara, Demokrasi kepada Gus Mus. Sementara itu, Gus Mus memberikan buku Gandrung dan Lukisan Kaligrafi kepada Gus Dur. Dalam pertemuan itu, Gus Dur mengenang semasa kuliah di Universitas Al Azhar, keduanya berkumpul setiap hari selama hampir tiga tahun. Keduanya kemudian bergulat dalam Himpunan Pemuda dan Pelajar Indonesia (HPPI) Mesir."Saya dan Gus Mus membuat majalah yang ditulis sendiri, dibiayai sendiri, dan diedarkan sendiri. Selalu juga merugi sendiri," kata Ketua Dewan Syura DPP PKB itu. Gus Mus muda, kenang kiai kelahiran Jombang 4 Agustus 1940 itu adalah orang yang memiliki banyak teman bergaul. Salah satu teman Gus Mus, menurut mantan Presiden RI itu, adalah Abdullah Syukri (Pimpinan Ponpes Gontor -red). Suatu hari, Abdullah Syukri yang pintar main gitar tersebut, kata Gus Dur, naksir cewek Filipina. Abdullah Syukri kemudian mencoba menyanyi untuk meraih hati cewek tersebut. "Gus Mus ini, setelah Abdullah Syukri menyanyi, nyeletuk somsing-somsing. Eh nggak tahunya yang dimaksud adalah some sing," tutur Gus Dur yang ditimpali Gus Mus dengan tawa. (ahm)

elasa, 31 Maret 2009 10:14 wib Siapa yang Mau Beli Pesawat? Dalam sebuah kunjungan ke Amerika Serikat, pertengahan tahun 2000, Gus Dur antara lain bertemu dengan eksekutif puncak Boeing, industri raksasa pesawat terbang. Orang pun bertanya-tanya, apa pula urusannya Gus Dur dengan pembuat kapal mabur itu? Emangnya dia ahli pesawat terbang seperti Habibie? Akhirnya Kepala Protokol Istana Presiden Wahyu Muryadi mengungkapkan maksud pertemuan itu: Gus Dur mau beli pesawat kepresidenan, yang selama ini memang tidak pernah dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Kebiasaan Gus Dur tetap ampuh, bikin kontroversial di luar negerim dan menimbulkan reaksi di dalam negeri. Pers Indonesia pun sibuk mengusut rencana pembelian pesawat yang dirasa waktunya sangat tidak tepat itu, Krisis ekonomi saja sama sekali belum terlihat teratasi, kok sekarang Presiden akan beli pesawat pribadi segala?Di luar dugaan di Jakarta, Menko Perekonomia Rizal Ramli menegaskan uang untuk membeli pesawat yang diinginkan Gus Dur sudah ada dan siap dibelanjakan. Wah, ini makin ganjil. Hal itulah yang menyebabkan kritik publik makin kencang terdengar.Sampai akhirnya Gus Dur kembali ke Jakarta. Wartawan pun bertanya, "Gus, mengapa Anda merasa perlu membeli pesawat Boeing itu? Gus Dur pun menjawab, "Lho, siapa yang mau beli pesawat?" Wahyu Muryadi dan Rizal Ramli "kena batunya." Sudah sibuk-sibuk membuat pembenaran untuk membela rencana Gus Dur, eh yang dibela malah membantahnya. (ahm) Becak Dilarang Masuk Saat menjadi presiden, Gus Dur pernah bercerita kepada Menteri Pertahanan saat itu, Mahfud MD (buku Setahun bersama Gus Dur, kenangan menjadi menteri di saat sulit) tentang orang Madura yang katanya banyak akal dan cerdik.Ceritanya ada seorang tukang becak asal Madura yang pernah dipergoki oleh polisi ketika melanggar rambu "becak dilarang masuk". Tukang becak itu masuk ke jalan yang ada rambu gambar becak disilang dengan garis hitam yang berarti jalan itu tidak boleh dimasuki oleh becak. "Apa kamu tidak melihat gambar itu? Itu kan gambar becak tak boleh masuk jalan ini," bentak pak polisi. "Oh saya melihat pak, tapi itu kan gambarnya becak kosong, tidak ada pengemudinya. Becak saya kan ada yang mengemudi, tidak kosong berarti boleh masuk," jawab si tukang becak ."Bodoh, apa kamu tidak bisa baca? Di bawah gambar itu kan ada tulisan bahwa becak dilarang masuk," bentak pak polisi lagi. "Tidak pak, saya tidak bisa baca, kalau saya bisa membaca maka saya jadi polisi seperti sampeyan, bukan jadi tukang becak seperti ini," jawab si tukang becak sambil cengengesan. (ahm) um'at, 20 Maret 2009 11:05 wib Radio Islami Seorang Warga Negara Indonesia yang baru pulang menunaikan ibadah haji terlihat marah-marah. "Lho kang, ngopo (kenapa) ngamuk-ngamuk mbanting radio?" tanya kawannya penasaran. "Pembohong! Gombal!" ujarnya geram. Temannya terpaku kebingungan. "Radio ini di Mekkah tiap hari ngaji Al-Qur?an terus. Tapi di sini, isinya lagu dangdut tok. Radio begini kok dibilang radio Islami.""Sampean tahu ini radio Islami dari mana?""Lha?, itu bacaannya 'all-transistor', pakai 'Al'." (ahm)

Anda mungkin juga menyukai