Anda di halaman 1dari 3

Hindia-Belanda

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas (Dialihkan dari Kolonial Belanda)

Hindia-Belanda
Koloni Belanda

18001942 19451949*

Bendera

Lambang

Peta Hindia Belanda yang menunjukkan wilayahnya dari tahun 1800 hingga pendudukan Jepang tahun 1942

Ibu kota Bahasa Agama Pemerintahan Gubernur Jenderal Sejarah - Masa VOC - Nasionalisasi VOC - Pendudukan Jepang[1] - Proklamasi Kemerdekaan Indonesia - Belanda mengakui kedaulatan Indonesia Populasi - Perkiraan 1930 Mata uang Kini bagian dari

Batavia, kini Jakarta Melayu, Belanda, berbagai bahasa asli Buddhisme, Katolik, Hindu, Islam, Protestan Pemerintahan kolonial Daftar Gubernur Jenderal 16031800 1 Januari 1800 Februari 1942 Agustus 1945 17 Agustus 1945 27 Desember 1949 60,727,233 Gulden Hindia Belanda Indonesia

Peta wilayah Kerajaan Kolonial Belanda termasuk daerah jajahannya Hindia-Belanda (bahasa Belanda: Nederlands(ch)-Indi) adalah sebuah wilayah koloni Belanda yang diakui secara hukum de jure dan de facto. Kepala negara Hindia-Belanda adalah Ratu/Raja Belanda dengan perwakilannya yang berkuasa penuh seorang Gubernur-Jendral. Perbatasan Hindia-Belanda dengan negara tetangganya ditentukan dengan perjanjian-perjanjian legal antara Kerajaan Belanda dengan Kerajaan Sarawak (protektorat Inggris di bawah dinasti Brooke "the White Rajah"), Borneo Utara Britania (Sabah), Kerajaan Portugis (Timor Portugis), Kekaisaran Jerman (Papua Nugini Utara), Kerajaan Inggris (Papua Nugini Selatan). Hindia-Belanda juga merupakan wilayah yang tertulis dalam UU Kerajaan Belanda tahun 1814 sebagai wilayah berdaulat Kerajaan Belanda, diamandemen tahun 1848, 1872, dan 1922 menurut perkembangan wilayah Hindia-Belanda. Hindia-Belanda dahulu kala adalah sebuah jajahan Belanda, sekarang disebut Indonesia. Jajahan Belanda ini bermula dari properti Vereenigde Oostindische Compagnie (atau VOC) yang antara lain memiliki Jawa dan Maluku serta beberapa daerah lain semenjak abad ke-17. Setelah VOC dibubarkan pada tahun 1798, semua properti VOC menjadi milik pemerintah Republik Batavia. Pada abad ke-19 hanya pulau Jawa saja yang secara keseluruhan milik Belanda. Lalu pada tahuntahun selanjutnya semua daerah lain di Nusantara ditaklukkan atau dipasifikasikan (didamaikan). Pada puncaknya pada tahun 1942, Hindia-Belanda meliputi semua daerah Indonesia saat ini. Selain itu, kota Melaka, Taiwan, Sri Lanka pernah dimiliki VOC dan pemerintah Belanda. Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Belanda menentang dan memerangi para pejuang kemerdekaan. Baru pada 27 Desember 1949, kedaulatan Indonesia diakui. Papua bagian barat (Irian Jaya) masih dikuasai Belanda sampai tahun 1961.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Sosial Budaya 2 Olahraga 3 Referensi 4 Lihat pula 5 Pranala luar

[sunting] Sosial Budaya


Pada tahun 1898, penduduk Jawa berjumlah 28.000.000 dengan yang lain tujuh juta di pulaupulau terluar Indonesia.

Paruh pertama abad ke-20 melihat imigrasi besar-besaran dari Eropa Belanda dan lainnya untuk koloni, di mana mereka bekerja di sektor pemerintah atau swasta. Pada 1930, ada lebih dari 200.000 orang dengan status hukum Eropa di koloni itu. Tingkat Penduduk Jumlah Penduduk Persentasi 1 Pribumi 59,138,067 97.4% 2 Cina 1,233,214 2.0% 3 Eropa 240,417 0.4% 4 Penduduk Timur Asing 115,535 0.2% Total 60,727,233 100% Selama dan setelah mereka dijamin hegemoni Belanda di seluruh kepulauan Indonesia, mereka secara sistematis menghilangkan perbudakan, pembakaran janda, perburuan-kepala, kanibalisme, pembajakan, dan peperangan. Orang Belanda membentuk kelas sosial istimewa atas tentara, administrator, manajer , guru dan perintis. Mereka hidup terkait dengan subyek asli mereka, namun secara terpisah di bagian atas kasta rasial dan sosial yang kaku mereka mendirikan dalam masyarakat Hindia. Hindia Belanda memiliki tiga kelas hukum warga:

Kelas Eropa Kelas Pribumi/Bumiputera/Bangsa Indonesia Asli (Belanda: inlander) Timur Asing (India, Pakistan, Arab) (Belanda: Vreemde Oosterlingen) ditambahkan pada tahun 1920.

Pada tahun 1901 Belanda menerapkan apa yang mereka sebut Kebijakan Etis, dimana pemerintah kolonial memiliki tugas untuk memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia di bidang kesehatan dan pendidikan. Kebijakan baru lainnya termasuk program irigasi, transmigrasi, komunikasi, mitigasi banjir, industrialisasi, dan perlindungan industri asli. Meskipun lebih progresif dari kebijakan sebelumnya, kebijakan kemanusiaan akhirnya tidak memadai. Sementara elit kecil dari Indonesia sekunder dan tersier berpendidikan dikembangkan, mayoritas rakyat Indonesia masih buta huruf. Sekolah Dasar didirikan dan resmi terbuka untuk semua, tetapi pada 1930, hanya 8% anak usia sekolah mendapat pendidikan. Industrialisasi secara signifikan tidak mempengaruhi mayoritas penduduk Indonesia, dan Indonesia tetap menjadi koloni pertanian. Pada 1930, ada 17 kota dengan populasi lebih dari 50.000 dengan jumlah penduduk gabungan 1,87 juta. Namun, reformasi pendidikan, dan reformasi politik sederhana, menghasilkan elit kecil berpendidikan tinggi Indonesia asli, yang mempromosikan ide yang independen dan Indonesia bersatu yang akan menyatukan kelompokkelompok adat yang berbeda dari Hindia Belanda. Sebuah periode disebut Kebangkitan Nasional Indonesia, paruh pertama abad ke-20 melihat gerakan nasionalis mengembangkan kuat, tetapi juga menghadapi penindasan Belanda.

[sunting] Olahraga
Perkembangan olahraga Hindia-Belanda yang paling dominan adalah di bidang Sepak Bola, di mana pada medio awal 1900-an berdiri klub-klub seperti Persija Jakarta dan Persib Bandung. Yang paling fenomenal adalah ketika Tim nasional sepak bola Hindia Belanda menjadi kontestan di Piala Dunia 1938 di Perancis. Mereka merupakan kontestan pertama dari Asia. Sayangnya, mereka tersingkir di babak pertama setelah dibantai oleh Tim nasional sepak bola Hongaria 0-6 di Stadion Velodrome Municipale, Reims, Perancis

Anda mungkin juga menyukai