Anda di halaman 1dari 2

Doro roga, terkenal angker dari jaman dulu dan masih sampai sekarang ini.

Penduduknya yang disekitaran doro roga ini pun jarang sekali mendaki atau mengunjungi doro roga itu. Tepatnya di daerah sape Kowo. Sejarahnya masih dipertanyakan kenapa doro roga ini begitu angker. Konon kata penduduknya di sana doro ini menyimpan sejuta misteri tentang penampakan-penampakan yang terjadi, hanya orang-orang tertentu yang pernah mengalami peristiwa keangkeran atau keanehan dari doro roga ini. Dari cerita rakyat setempat, konon Jaman dahulu sudah banyak korban yang hilang entah kemana setelah mengunjungi doro roga ini dan sampai sekarng belum di temukan. Ada lagi namanya doro Uku. Tempatnya masih sama yaitu di daerah sape kowo. Doro ini lumayan tinggi dengan ketinggian yang melebihi doro-doro yang lainnya seperti doro roga, doro kabuju dan doro selo di sekitar daerah itu. Jika artikan berdasarkan bahasa bima, uku berarti ukur, mungkin dapat diartikan bahwa doro ini adalah doro yang ukurannya tertinggi diantara doro-doro yang lainnya. Bentuk fisik dari doro selo ini berbentuk unik pada bagian atas nya, yaitu datar seperti lapangan bola dan cukup luas seperti lapangan sepak bola. Pemandangan dari doro melo Jika dilihat dari bawah ini yang terlihat hanyalah tebing-tebing batu yang tajam dan curam mengelilingi hampir seluruh permukaan doro melo ini, sehingga tempat untuk memulai pendakian atau jalan menuju doro melo ini hanya ada pada bagian timur dari doro ini saja. Doro kabuju (daerah kowo). Nama doro ini tidak asing lagi jika pembaca adalah orang bima asli Sape. Karena nama ini sering diucapkan atau dipaparkan oleh penduduk asli Bima. Kabuju yang berarti gundukan tanah yang membentuk sebuah bukit yang kecil ataupun besar. Doro kabuju ini tak hanya ada di daerah sape kowo, tapi juga ada di daerah lain, seperti sape naru. Cerita dari doro kabuju ini hampir sama namun ada yang khas disetiap tempat doro ini berada. Di kowo itu sendiri konon kata masyarakat asli sana doro ini merupakan jelmaan dari suami istri yang telah berpisah karena perbedaan keyakinan yang dianut. Dahulu ada seorang anak keturunan dari tetua-tetua (bisa dikatakan sesepuh) yang menikah dengan seorang gadis, mereka hidup rukun dan damai dengan cinta dan kasih sayangnya sehingga melahirkan seorang anak. Namun ditengah ,perjalanan cinta antara dua insan yang telah menyatu hatinya ini terdapat rahasia yang suaminya tidak tahu sejak awal. Rahasia itu menyangkut masalah kepercayaan yang akhirnya membawa kepada perpisahan. Menurut cerita rakyat bahwa agama istrinya ini berbeda dengan agama suaminya (islam). Jadi suaminya marah besar alias murka dan mengusir istrinya. Istrinya pergi meninggalkan suaminya ke sebuah doro yaitu doro sangiang. Awalnya perpisahan mereka bisa dikatakan perpisahan secara baik-baik sehingga mereka masih saling sering mengunjungi satu sama lainnya. dari cerita penduduk setempat, itu bisa dilihat dari bunga api yang terbang dari doro sangiang menuju bukit (doro) kabuju . Namun tak berjalan baik lagi dikarenakan mantan suaminya ini mendengar cerita dari anaknya, bahwa di tempat istrinya ini anaknya diberi makan dengan makanan yang tidak layak untuk dimakan atau haram, sehingga suaminya marah dan murka untuk kedua kalinya. Karena kemarahan suaminya ini maka anaknnya ini tidak lagi diperbolehkan main atau berkunjung ke tempat ibunya di doro sangiang. Konon karena kemurkaan nya inilah yang membuat doro sangiang meletus dulunya. Dari cerita pendudukpun menyatakan begitu. Peninggalan dari cerita ini yang masih bisa dilihat oleh penduduk setempat adalah bunga api yang terbang dari gunung sangiang menuju doro kabuju. Kadang itu terjadi sekali sebulan. Katanya, itu adalah istrinya yang mengunjungi sesekali anaknya . Tapi sekarang ini sudah jarang sekali, mungkin karena pengaruh jaman yang sudah

terkikis kepercayaan mistik, wallahualam. Keindahaan yang lain dari doro kabuju ini adalah adanya telaga yang pinggirannya tersusun dari batu-batu yang sangat rapi serta tumbuh bunga JENEMAWA disekelilingnya. Konon itu adalah tempat persinggahan para panglima-panglima kerajaan jaman dulu untuk memberi minum kuda-kuda tunggakannya.

Ada lagi namanya doro kabuju juga, tetapi letaknya di daerah sape naru. Berbeda cerita rakyat sape naru dengan sape kowo tentang nama doro yang sama ini. Sepintas Bentuk dari doro kabuju di daerah sape naru ini terlihat seperti kapal besar yang sudah tua dan menjadi batu. Tampak dari bawah arah timur batu-batu yang bentuknya sperti kapal kecil (skoci) yang menggantung di dinding kapal. Sementara di daerah kaki gunung dipinggir jalan juga ada batu yang terlihat seperti benhur (cidomo) yang masih utuh lengkap dengan kudanya. Sementara di area gunung itu terdapat gua yang didalamnya terdapat batubatu yang tampak seperti Bar dan meja Billiard lengkap dengan orang-orang yang sedang main. Adapun sejarah dari gunung ini menurut cerita penduduk setempat bahwa dahulu ada dua orang yang berselisih paham. Adalah doro monta dan doro kabuju yang mempunyai selisih paham. Letak dari dua doro ini berdampingan. Doro monta menggunakan senjata berupa tongkat yang terbuat dari haju luhu (sejenis pepohonan belukar) sedangkan doro kabuju bersenjatakan tongkat juga yang terbuat dari haju parongge (kayu dari pohon kelor). Perselisihan ini kemudian berimbas pada pertempuran adu kesaktian. Dalam adu sakti ini, doro monta lah yang menang dengan terpotongnya bagian atas dari doro kabuju. Potongan bagian atas (kepala) doro kabuju itu terlempar ke dataran rendah. Orang setempat menyebutnya ana doro kabuju (anak dari gunung kabuju). Bukti dari cerita perselisihan ini adalah dengan keanehan yang ada, bahwa di daerah doro monta itu tidak pernah ada tumbuh fu u haju parongge (pohon kelor). Dan sebalikya di daerah doro kabuju tidak dijumpai fu u haju luhu (pohon luhu). Ana doro kabuju ini terkenal angker hingga sekarang. Keangkeran dari ana doro kabuju ini dibuktikan dengan hilangnya anak-anak kecil yang sedang bermain disekitaran sawah dekat ana doro kabuju ini dulunya. Tiada tempat lain tempat yang harus dicari adalah di tempat ana doro kabuju itu. Pencarian anak-anak yang hilang ini dilakukan dengan cara sederhana tradisional yaitu dengan memukulkan pentungan dan gendang-gendang kecil. Ada pawang yang berperan dan merasakan ghaib nya tempat itu. Setelah pencarian itu dilakukan, maka anak-anak yang hilang tadi berhasil ditemukan kembali dalam keadaan selamat. Dana mbojo dana ma mbari (tanah bima adalah tanah yang beracun) menjadi suatu kebanggan bagi penulis untuk mempublikasikan setiap aspek-aspek yang berkaitan dengan sejarah tempat ataupun

Anda mungkin juga menyukai