Anda di halaman 1dari 10

Darye (upacara teh Korea) Kemarin, Kini dan Esok Oleh : Silvanissa Nur A

Korea adalah Negara yang sangat cepat dalam berkembang di bidang apa saja. Contohnya dalam bidang teknologi. Dalam budaya kontemporer, Korea dikenal akan tren Korean Wave yang dihasilkan menyebarnya popularitas budaya musik pop, film dan drama Korea, serta baru-baru ini tren video game dan B-Boy Korea. Namun secara kultural yang diakuinya olahraga tradisional Korea, Taekwondo, ke dalam pesta olahraga internasional Olimpiade. Tetapi anehnya, walaupun kemajuan teknologi terus digencarkan, mereka masih bisa mempertahankan budaya asli mereka. Tidak sedikit Negara yang sudah terlanjur terbius dengan kecanggihan teknologi dan akhirnya budaya asli mereka banyak yang hilang. Buaknkah budaya itu adalah suatu identitas Negara ? Dan bukankah suatu bangsa yang berkebudayaan adalah nilai dari suatu negara ?? Tentunya itu juga harus dipikirkan. Sebelum saya menjelaskan tentang kebudayaan Korea dalam arti yang khusus, saya akan menjelaskan sedikit tentang asal usul dari kebudayaan tersebut. Nah di konteks ini, Korea memiliki bermacam-macam jenis kebudayaan.Kebudayaan kebudayaan yang beragam itulah yang membuat Negara Korea menjadi sangat berharga di mata negara lain. Kebudayaan Korea yang beragam jenis itu terdiri dari berbagai kesenian dan tarian.Contohnya Tari tradisonal Buchae-chum, Hansam-chum, permainan alat musik Samulnori, kerajinan tangan tembikar dan keramik dan masih banyak lagi. Didalam pelestarian budaya yang sudah ada pun tentunya banyak sekali rintangannya. Tentu sulit bukan ?? Walaupun terus menerus di gencarkan pelestarian budaya di Korea, tentunya pasti ada satu atau dua kebudayaan yang sudah punah dan tidak berkelanjutan sampai sekarang ini. Tentunya kita tidak bisa menyalahkan secara sepihak siapa yang membuat budaya itu sirna. Tapi yang pasti, kita lah yang sebenarnya merelakan budaya itu untuk hilang. Tidak seharusnya kita marah atau menyalahkan orang lain, tetapi kita mengintrospeksi diri dan mulai menanamkan rasa kepedulian terhadap budaya yang masih ada sekarang ini untuk terus abadi sampai nanti. Mengapa kita menunggu kebudayaan yang akan hilang hanya untuk menggencar-gencarkan pelestarian budaya ? sementara bila kita hanya

mengurus satu budaya itu, bagaimana dengan budaya yang lain ?? Akan terlantarkah budaya itu ?? Nah, di dalam proses pembentukan budaya korea yang masih ada itu sendiri, tercampur budayabudaya yang secara tidak sadar diambil oleh si pembuat. Contohnya , budaya Tionghoa yang diimpor selama berabad-abad dan tentunya budaya itu ikut berperan membentuk system budaya itu sendiri. Hasilnya adalah beragam bentuk akulturasi tercipta antara budaya asli Korea dan Tiongkok yang unik. Diantara begitu banyaknya budaya yang tersebar di Korea, saya akan mengambil contoh Darye ( ). Darye adalah cara minum teh yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa

Korea sejak ribuan tahun lalu. Perlu kita ketahui darimana teh itu berasal Bagaimana teh bisa menjadi salah satu minuman yang terbanya di konsumsi masyarakat dunia sekarang ini. Bahkan penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Inggris lebih suka mengkonsumsi teh daripada kopi. Akan tetapi pernyataan itu berkebalikan dengan masyarakat Amerika Serikat. Nah, di dalam buku yang sangat terkenal, yaitu Tea : The Drink That Change The World karya Laura C Martin mengatakan bahwa teh mulai di konsumsi pada zaman Paleolitikum. Dan daun teh itu pertama kali di rebus oleh Homoerectus di daerah yang kita kenal sekarang adalah Cina. Tetapi berbeda dengan legenda pada zaman itu, bahwa teh pertama ditemukan ketika masa Shen Nong dari sebuah kerajaan Cina. Cerita itu berawal saat secara tidak sengaja daun teh yang tertiup angin jatuuh ke minuman seorang emperor Cina. Dan dikarenakan pada masa itu sedang

merambahnya penyebaran agama Budha , teh juga ikut disebarkan dalam perjalanannya. Daerah tujuan pertama untuk penyebaran teh adalah negara terdekat Cina yaitu Jepang dan Korea. Kemudian dibawa oleh pedagang turki ke Eropa. Lalu dengan adanya media itu, persebaran teh mulai mendunia. Kata teh dalam bahasa Cina, cha, menjadi chai dalam bahasa Arab, chay di Rusia dan tea di Inggris (Martin Fackler, 2003). Bangsa Korea menyebutnya ta atau cha yang asal katanya dari bahasa Cina. Di Korea, ada satu cerita sejarah yang cukup terkenal tentang asal usul teh. Teh pertama kali dibawa masuk ke Korea pada masa Cina dan sedang di perintah oleh Dinasti Tang. Utusan Ratu Hung-dok (826-836 M) yang memerintah Kerajaan Silla di Korea bernama Kim Tae-yon, membawa pulang benih pohon teh dari Cina. Ratu Hung-dok memerintahkan menanam benih

tanaman asing itu di lereng pegunungan Chiri (Chirisan), di perbatasan propinsi Kyongsang Selatan dan Cholla Selatan. Bahkan ada tulisan yang menyebutkan bahwa para raja dan ratu pada masa kerajaan Silla menggunakan teh sebagai bagian dari jamuan keagamaan dan perayaan kerajaan.Tetapi ada versi lain yang mengatakan bahwa, teh pertama kali dibawa oleh seorang biksu Korea yang pulang dari belajar agama Buddha di Cina sekitar 1.200 tahun yang lampau (Craig Brown, 2002). Sejak saat itu, teh menjadi sangat terkenal di masyarakat Korea. Para masyarakat Korea yang menganut shamanisme, menggunakan teh sebagai alat pemujaan terhadap benda-banda seperti gunung, pohon, sungai,dll. Bahkan teh juga dikonsumsi para cendekiawan untuk membantu menjernihkan pikiran disaat belajar.Para biksu di vihara juga suka menggunakan teh agar terjaga dari kantuk akibat bermeditasi berjam-jam. Nah... kebiasaan minum teh ini tetap berlangsung dan mengalami kemajuan pesat pada masa Dinasti Goryeo. Bahkan dalam perkembangannya, keramik-keramik Korea pun juga mengalami kemajuan. Dikarenakan pengrajin keramik Korea juga membuat aneka desain untuk cangkir teh yang indah-indah. Tetapi pada masa Dinasti Joseon yang menganut ajaran Konfusionisme, budaya minum teh itu hampir lenyap dari masyarakat Korea. Karena dinasti Joseon ingin menghilangkan semua unsur yang sudah ada pada saat dinasti Goryeo. Dan para penganut Budha yang berada di Korea hampir di lenyapkan pada masa itu. Karena ajaran Konfusionisme sangat berbesa dengan ajaran buddhisme. Bahkan banyak barang-barang yang mengandung unsur Buddhisme langsung diganti, contohnya keramik khas Goryeo yaitu keramik hijau telah diganti dengan keramik khas Joseon yang bisa disebut dengan keramik putih. Tetapi pada masa itu nilai spiritual teh semakin meningkat dikarenakan para biksu yang menganut ajaran Taoisme bersembunyi di lereng pegunungan masih mengonsumsi teh dalam upacara-upacara ritual. Dan dalam dinasti Joseon, budaya minum teh dibedakan menjadi dua, yaitu upacara minum teh pada siang hari dan upacara minum teh di forum formal. Setelah mengalami sedikit kemunduran, budaya minum teh di Korea mulai mengalami kemajuan lagi di abad ke-20. Dan perkebunan-perkebuna teh di Korea mulai dibuka lagi secara besarbesaran. Perkebunan teh yang masih terkenal sampai sekarang adalah perkebunan teh yang ada

di daerah Boseong di provinsi Jeolla, Halla Mountain di pulau Jeju, dan di lereng sekitaran gunung Jiri. Walaupun teh yang diolah oleh pabrik sudah bagus, tetapi kadang-kadang orangorang Korea memetik teh liar yang ada di lingkungan sekitar demi menikmati cita rasa teh yang berbeda. Tentang kegunaan Darye di Korea dulunya, sekitar tahun 661 M darye di pakai oleh orang terdahulu untuk dipersembahkan kepada Raja Suro, sang pendiri kerajaan Geumgwan Gaya. Selain untuk dipersembahkan kepada sang mendiang Raja, teh juga dipersembahkan untuk para mendiang biksu-biksu utama di vihara. Tata cara Darye dulu dengan sekarang tentu berbeda. Tetapi tidak berbeda banyak, hanya beberapa saja yang mungkin dipermudah. Dalam penggunaan peralatan-peralatan upacara teh Korea, alat-alat yang tersedia lebih bermacammacam jenis bila dibandingkan dengan jaman dahulu. Tetapi menurut saya, kualitas barangnya lebih bermutu tinggi pada jaman dahulu, dikarenakan proses pembuatannya masih tradisional dan belum banyak yang membuat kerajinan keramik. Sebenarnya mangkuk dan cawan keramik diciptakan juga untuk keperluan upacara

keagaman. Sebagai rincian kegunaanya : y Seladon (keramik hijau) dan buncheong (keramik berukir) biasa digunakan untuk upacara teh Buddhisme y y Keramik putih biasa digunakan untuk ritual Konfusianisme Keramik yang lebih kasar untuk upacara shamanisme.

Dan untuk sekilas cerita pada jaman Kerajaan Joseon, aneka keramik hijau hampir punah, dikarenakan ada sejenis pembantaian untuk para pengrajin keramik di segala daerah-daerah Korea. Lalu, para pengrajin keramik yang masih hidup, kembali mencari celah-celah kejayaan keramik hijau lagi dengan puing-puing yang masih tersisa. Tetapi, dikarenakan kondisi lingkungan dan psikis yang masih rapuh, maka keramik hijau yang dulunya sangat indah menjadi agak ke abu-abuan. Maka terciptalah keramik berukir yang biasa disebut keramik buncheong. Akan tetapi, dikarenakan ada masa itu juga terlahir keramik baru yang khas kerajaan Joseon, yaitu keramik putih yang berdesain sangat sederhana tetapi elegan, maka keberadaan keramik buncheong menjadi tidak terlihat oleh masyarakat pasa masa itu. Di masa kerajaan Joseon,

Jepang sangat menyukai jenis keramik putih. Jadi ada juga cawan-cawan teh yang di ekspor ke Jepang, yaitu gohan chawan. Bahkan teknik glatsir keramik yang disukai oleh Jepang, masih dilestarikan dari abad ke- 16 sampai kini. Peralatan peralatan teh yang digunakan di Korea dibedakan menjadi 2 yaitu peralatan teh pada waktu hari-hari biasa dan pada waktu upacara ritual agama Budha. Dan pada pengelompokan peralatan teh pada hari-hari biasa, masih dikelompokkan menjadi 3 yaitu pada saat musim panas,dingin dan gugur. Pengelompokan peralatan-peralatan teh yang ada ditujukan agar dapat menyesuaikan keadaan pada situasi yang ada. Sekarang saya akan menjelaskan tentang peralatan teh pada musim panas beserta kebiasaankebiasaan orang Korea meminum teh tersebut. Di musim panas biasanya orang-orang Korea lebih memilih peralatan teh yang terdiri atas mangkuk katade yang berukuran tinggi 5 cm dan lebar 12 cm. Ukurannya yang memiliki permukaan terbuka maksimal berguna untuk mendinginkan air mendidih. Air panas yang dituangkan ke dalam mangkuk dibiarkan sedikit mendingin, baru setelah itu dituangkan ke dalam poci. Mengapa air ditunggu hingga dingin ? Air itu sengaja didinginkan karena filosofinya bila menuangkan air yang terlalu panas diatas daun teh tentu akan membuat teh berasa lebih pahit. Dengan media kedua tangan, teh dituangkan ke dalam cawan-cawan bertutup, yang sudah diletakkan di atas meja pernis. Cara meminumnya, teh diminum dengan mengangkat cawan menutupi mulut sampai mulut tidak terlihat. Teh yang disajikan pun agak dingin. Tetapi kadang-kadang pada saat musim panas, rata-rata masyarakat Korea beralih ke minuman tradisional yang dingin . Hal itu ditujukan untuk melawan hawa panas yang sangat menyengat di musim panas. Salah satu pilihannya adalah Sikhye yang terbuat dari beras. Silkhye dengan rasa yang manis yang menyegarkan akan sangat membuat badan yang panas menjadi segar kembali. Selain itu, ada Sujeonggwa yang sangat kaya akan rasa manis dan pedas. Rasa yang bercampur adu menjadi satu itu berasal dari berbagai macam bahan, yaitu terdiri dari buah Persimmon yang dikeringkan, kayu manis dan jahe. Hal lain yang populer pada saat musim panas adalah membuat versi dingin dari minuman yang biasanya disajikan panas / hangat. Contohnya dengan menambah sedikit es kedalam segelas sitrun atau yuja, teh akan menjadi lebih dingin, dan

bahkan teh hijau yang tradisional pun dapat disajikan secara modern dengan cara itu. Itulah salah satu kebiasaan kecil masyarakat Korea pada umumnya. Nah, selanjutnya saya akan menjelaskan tentang peralatan apa yang mungkin berbeda pada saat musim gugur dan dingin. Peralatan pada musim gugur dan dingin hampir seluruhnya sama, jadi lebih baik saya satukan. Peralatan minum teh di musim gugur dan musim dingin terdiri atas mangkuk yang lebih tinggi dan ramping atau disebut juga irabo, yang di desain untuk dapat mempertahankan kehangatan. Biasanya juga ada yang berbentuk spiral, dangkal dengan bibir cawan yang tinggi. Tahap meminnum teh nya yaitu daun teh dicampur air panas di mangkuk lalu setelah beberapa saat dituangkan ke dalam poci yang dihangatkan kemudian baru dituangkan ke masing-masing cawan bertutup. Teh disajikan panas, dan bila ingin meminum, teh dituangkan sedikit demi sedikit dari cawan ke cawan supaya rasa teh tidak terkonsentrasi pada satu cawan. Ada perbedaan terhadap peralatan teh yang ada di Korea dengan Tionghoa. Perlatan teh Korea tidak seperti perangkat teh Tionghoa yang dinilai memiliki bunyi musikal yang unik. Penilaian terhadap peralatan teh Korea lebih ditujukan untuk bentuknya yang alami, warna serta emosinya. Setelah menjelaskan tentang peralatan teh Korea dan cara meminumnya pada waktu kebiasaan sehari-hari, selanjutnya saya akan menjelaskan tentang peralatan teh yang ada pada saat upacara ritual Buddhisme sekaligus . Upacara ritual Buddhisme di Korea biasa disebut Yeongsanjae. Yeongsanjae adalah upacara ritual agama Buddha yang dilaksanakan selama 3 hari di Kuil Bongwon, Seoul, Korea Selatan. Upacara dalam kepercayaan Buddhisme ini dimaksudkan untuk memberi persembahan kepada Buddha agar ia menuntun manusia, baik yang hidup dan yang sudah tiada menuju kedamaian dan pencerahan. Nah, di salah satu agenda upacara ritual ini, terdapat kebudayaan meminum teh . Kebudayaan meminum teh tersebut dinamakan sinjung jakbeop. Sinjung Jakbeop ini biasa dilaksanakan pada hari kedua upacara Yeonsanjae. Sinjung Jakbeop ini adalah upacara teh yang secara umum ditujukan untuk arwah-arwah dengan harapan agar upacara ritual tersebut dapat berjalan dengan lancar. Peralatan teh yang digunakan sama saja dengan alat yang digunakan di kerajaan- kerajaan, yaitu dengan menggunakan cawan berkeramik. Sampai sekarang ini, ritual tersebut masih berjalan dengan lancar dan pada tahun 1973 pemerintah mendaftarkan Yeongsanjae sebagai warisan budaya yang berwujud non bendawi. Dan semenjak itu, pelaksanaan acara Yeongsanjae dibuka untuk umum dan hari pelaksanaannya

dijadikan hari Nasional oleh pemerintah. Pelaksanaan Yeongsanjae biasa dilaksanakan pada tanggal 6 Juni. Setelah mengarungi kebudayaan upacara-upacara teh yang formal, saya akan menjelaskan tentang kebudayaan upacara minum teh yang non formal. Orang-orang Korea biasanya mengonsumsi teh secara rutin , dikarenakan mereka berpendapat bahwa minum teh itu dapat membuat pikiran menjadi sangat jernih dan bisa kita tahu bahwa kandungan yang ada didalam teh itu sangat berguna bagi tubuh kita. Nah di dalam upacara pelaksanaan minun teh di Korea, orang-orang sejak kecil sudah diajarkan bagaimana etiket untuk bertata krama dan basa basi pada saat acara jamuan tersebut. Tata krama adalah suatu hal yang sangat penting di Korea. Apa yang kita lakukan adalah pencerminan dari hati kita bukan ?? Nah, bagian utama dan terpenting dari tatacara teh korea adalah adanya suasana yang ringan dan santai, tetapi walaupun santai masih ada sedikit etika formal dan aturan baku.Di tengah-tengah acara minum teh bisa diselingi pembicaraan ringan, lebih bebas dan tidak kaku. Jadi kemudahan dalam menikmati berbagai jenis teh dan keramahtamahan tuan rumah juga sangat berpengaruh dalam pembentukan suasana minum teh yang nyaman dan santai tentunya. Hal-hal diatas membuat terciptanya desain rumah teh yang lebih bermacam-macam, juga

penggunaan desain dan perangkat yang beragam, variasi jenis teh, serta makanan ringan yang turut disajikan sesuai musimnya. Dalam persiapan air untuk teh, biasanya air diambil dari sumber air terbaik . Dan pada zaman dahulu semua rumah teh terkenal memiliki sumber air murninya masing-masing. Seperti biasanya air hanya direbus dengan kayu api dan siap disajikan. Kapan upacara teh dilakukan ? Upacara teh selalu dilakukan untuk memperingati hari-hari penting seperti ulang tahun, hari-hari besar, reuni dengan teman lama bahkan dalam rangkaian meditasi yang dilakukan oleh para biksu-biksu di vihara. Daun teh yang digunakan masyarakat Korea untuk kalangan tertentu berupa daun teh pertama muncul dan paling muda paling mahal. Sedangkan yang kini banyak digunakan adalah daun teh

hijau dan kuning yang mudah didapat di pasaran termasuk teh ginseng. Dan dikarenakan daun teh tidak di panen setiap musim, saat panen daun teh menjadi suatu momen yang langka dan menarik. Di Korea daun teh hanya dipanen 3 kali setahun antara bulan April sampai Mei. Teh ujeon yaitu teh yang berasal dari daun yang dipetik pada bulan April (atau awal musim semi). Teh itu terkenal mempunyai rasa yang paling sedap dan harganya juga paling mahal dibandingkan dengan teh sejak dan jungjak yang dipetik pada awal dan akhir bulan Mei. Selain terdapat perbedaan dalam masa petik, perbedaan cara membuat teh akan menghasilkan teh yang berbeda warna maupun aroma. Ada tiga jenis teh yang terkenal di Korea Selatan. Diantaranya teh hijau (nok cha) yang dibuat dengan cara pengeringan singkat, sedangkan teh Oolong dan teh hitam (hong cha) dikeringkan lebih lama sehingga menghasilkan warna yang lebih kental dan rasa lebih pekat. Nah, dikarenakan teh yang digunakan adalah teh hijau, maka teh yang berdaun kecil jarang digunakan. Selain dari teh yang sebenarnya, yang terbuat dari daun pohon teh, masyarakat Korea juga meminum berbagai macam teh herbal. Komposisi dari teh itu adalah obat-obatan herbal, akar-akaran dan buah berry untuk penambah rasa yang nikmat. Ada juga yang biasanya terbuat dari buah quince, jahe, plum hijau, jojoba, sitrun atau ginseng. Selain dari daun teh, tumbuh-tumbuhan lain juga bisa digunakan dalam teh herbal, seperti mugwort, lotus, bambu dan daun persimmon. Di Korea ada jenis teh tradisional yang dalam pencampurannya kompleks dan dibuat dengan kombinasi yang berbeda-beda dari obat-obatan herbal untuk membuat rasa teh yg kuat tetapi sedikit pahit. Tetapi perlu kita ketahui juga bahwa teh yang rasanya pahit itu bisa membantu menambah stamina bahkan kita bisa terhindar dari penyakit flu bila mengonsumsi teh tersebut secara rutin. Dalam proses pembuatannya, daun teh diiris lalu langsung diseduh beberapa kali sesuai keinginan. Dalam pengaplikasiannya, upacara minum teh Korea dilakukan di atas meja rendah dengan duduk yang saling berhadap-hadapan. Duduk yang berhadap-hadapan itu dilakukan oleh tuan rumah dan tamu yang diundang untuk upacara minum teh. Ada beberapa aturan ketika minum teh, yakni duduk kedua kaki di lipat ke belakang, tuan rumah mempersiapkan teh, lalu membagikannya kepada tamu. Tamu dipersilahkan terus menambah teh, jika cangkir kecil kosong. Dalam pelaksanaan upacara teh, tamu dan tuan rumah mestinya mengetahui tata cara meminum teh dan etika yang ada. Disamping menurut aturanyang berlaku, para pelaksana upacara boleh berbincang-bincang ringan sambil menikmati teh yang harum itu.

Jika mau minum, semua yang hadir dalam upacara teh harus mengangkat cangkir kecil dengan posisi kedua tangan memegang cangkir. Disaat meletakkan cangkir di meja, caranya adalah meletakkannya secara perlahan dengan tangan kiri diletakkan di paha, dan tangan kanan perlahan-lahan meletakkan cangkir. Tamu undangan harus menunggu sampai tuan rumah menikmati teh mereka dahulu sebelum meminum tehnya. Acara minum teh ini dapat memakan waktu berjam-jam, namun sangat terbuka dan santai, dan biasanya antara tuan rumah dan tamu akan dapat saling mengetahui lebih baik tentang masing-masing lewat percakapan yang menyenangkan. Tuan rumah akan membersihkan perangkat lagi saat acara minum teh selesai dan membiarkan perangkat teh berada di meja sepanjang tahun dan menutupnya dengan kain. Di Korea juga terdapat salah satu festival yang dinamakan festival rutin Daegu. Darye yang telah menjadi budaya selama ribuan tahun merupakan objek utama dalam festival Daegu, dua jenis upacaranya yang utama dipersembahkan adalah "Upacara Teh Siang Hari" dan "Upacara Teh Khusus". Dan dalam proses upacara, memakai selendang berwarna warni yang melambangkan berbagai aspek dalam kehidupan alam raya ini.

Tentunya setiap warna kain melambangkan sesuatu bukan ?? Nah, disini saya akan sedikit menjelaskan tentang itu. y y y y y y Putih berarti alam semesta, Biru berarti daratan, Kuning berarti kebaikan manusia, Merah berarti surga, Selendang putih kecil berarti kehamilan, Merah muda berarti kegembiraan dan sukacita.

Mengapa orang Korea melambangkan segala ekspresinya kedalam warna-warni selendang ?? al itu dikarenakan mereka mempercayai bahwa upacara teh itu meliputi seluruh alam semesta. Jadi segala unsur yang terkandung didalamnya itu berkat adanya alam semesta yang telah diciptakan oleh Tuhan. Alam semesta ini kaya akan pemandangan yang sangat indah dan berseni tinggi.

Tidak ada yang mampu mengungguli keindahan itu. Begitu juga upacara teh Korea. Setiap tahap-tahap pelaksanaanya harus dinikmati. Mulai dari memetik, membuat, meminum dan menyimpannya. Itu semua adalah seluruh proses yang merupakan bentuk seni keindahan dari upacara teh. Manfaatnya bagi kesehatan sangat luar biasa, kulit tangan menjadi halus dan wajah menjadi berseri-seri. Banyak perempuan di Korea yang rutin minum teh setiap hari. Dikarenakan mereka mengerti bahwa didalam teh ada zat-zat yang sangat berguna bagi tubuh. Contohnya zat antioksidan yang ada di dalam teh. Kandungan zat nya yang alami membuat teh menjadi minuman yang sangat digantungkan oleh masyarakat pada umumnya. Akankah budaya upacara teh ini berlangsung lebih lama sampai nanti ??

Ada artikel yang menyebutkan bahwa pemerintah Kota Gwangju, Korea terus berupaya melestarikan tradisi minum teh di tengah masyarakat. Salah satu caranya yaitu dengan mengajak masyarakat dan juga turis asing bertemu dan belajar minum teh bersama guru minum teh yang disediakan oleh pemerintah. Dalam pembelajaran upacara minum teh, ada yang gratis dan adapula yang membayar. Tetapi tidak semahal membeli baju bermerek bukan ??

Menurut Cho Sun Me, dari Pemerintah Kota Gwangju, Jumat (21/11), tradisi minum teh yang sesuai dengan tata cara Korea, mulai luntur di tengah masyarakat. Masyarakat kurang mengerti tradisi minum teh yang sebenarnya, sehingga Pemerintah kota merasa perlu melestarikan budaya yang sangat melekat pada masyarakat Korea. Salah satu cara agar tradisi minum teh tidak terguras modernisasi, kini banyak guru minum teh di Korea, terutama di Gwangju diberi kesempatan mempertontonkan cara minum teh. Kim Jong Ja (66) adalah salah satu guru minum teh di Gwangju, yang tinggal di Myung Ga Eun, di kawasan Gunung Mudeng. Perempuan dari dua putri ini tinggal di daerah pertanian, dan hampir setiap hari menerima kunjungan turis lokal maupun asing, untuk belajar minum teh ala Korea. Menurut Kim Jong Ja, setiap hari masyarakat Korea wajib minum teh dua kali. Dengan saya membuat esai ini , semoga saya bisa dengan sedikit membuat orang-orang tahu akan budaya upacara teh di Korea. Sehingga budaya upacara teh Korea akan terus berlanjut. Walaupun sangat singkat tetapi semoga berguna bagi yang membaca. Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai