Anda di halaman 1dari 19

PERANCANGAN FILM DOKUMENTER KELENTENG HOK LAY

KIONG SEBAGAI SIMBOL KERUKUNAN ANTARA UMAT


BERAGAMA

WAHYU SENO AJI

201546500047

DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2019
IDENTIFIKASI MASALAH

Masalah Pada Objek

1. Penjagaan polisi ketika hari raya imlek di kelenteng hok lay kiong
(https://news.detik.com/berita/d-4414631/wakapolres-pantau-situasi-
perayaan-imlek-di-kota-bekasi-kondusif)

2. Mulai terkikisnya sikap toleransi antara umat beragama.


(https://kumparan.com/alifya-risya-putri/terkikisnya-toleransi-beragama-
di-indonesia)

3. Sentimen rasial kepada warga keturunan tionghoa.


(https://pinterpolitik.com/sentimen-anti-tiongkok-bikin-tertohok/)

4. Tidak ada catatan sejarah kapan klenteng itu dibangun.


(https://www.merdeka.com/peristiwa/mengunjungi-klenteng-hok-lay-
kiong-yang-diperkirakan-berusia-350-tahun.html)

Masalah Pada DKV

1. Tidak ada catatan informasi pasti mengenai tahun berdirinya kelenteng


hok lay kiong.
(http://jakarta.tribunnews.com/2019/02/05/kelenteng-hok-lay-kiong-tanda-
peradaban-etnis-tionghoa-di-bekasi-sejak-ratusan-tahun)

2. Minimnya video dokumentasi acara dan perayaan di kelenteng hok lay


kiong.
(https://www.youtube.com/watch?v=7GUAAYRiVjQ)
OBJEK PENELITIAN

PENGERTIAN/DEFINISI KELENTENG

Sumber gambar (https://www.medcom.id/properti/inspirasi-properti/4baoXl2K-


hok-lay-kiong-klenteng-perjuangan-buruh-tionghoa)

Istilah kelenteng berasal dari suara yang terdengar dari bangunan suci
tersebut saat sedang menyelenggarakan upacara sembahyang, yaitu klinting-
klinting atau klonteng-klonteng.Untuk memudahkan penamaan, maka disebut
dengan istilah kelenteng.
Seperti tempat beribadah lain, kelenteng juga memiliki tata cara
keagamaan. Kelenteng memakai tata upacara yang berlandaskan tata agama
Konghuchu.Sebab,segala peraturan dan perlengkapan sembahyang yang
berada didalamnya berpedoman pada tata agama dan tata laksana upacara
yang adadi Kong Cu Bio atau BunBio.

Sumber [Asti Kleinsteuber, 2010, Klenteng-klentengKuno Indonesia, p.10.]

-
Sumber gambar (https://sportourism.id/news/klenteng-hok-lay-kiong-mulai-
dibersihkan)

Klenteng atau Kelenteng adalah sebutan untuk tempat ibadah penganut


kepercayaan tradisional Tionghoa di Indonesia pada umumnya. Dikarenakan di
Indonesia, penganut kepercayaan tradisional Tionghoa sering disamakan sebagai
penganut agama KongHuCu, maka klenteng dengan sendirinya disamakan
sebagai tempat ibadah agama KongHuCu.
Tidak ada catatan resmi bagaimana istilah “Kelenteng” ini muncul, tetapi
yang pasti istilah ini hanya terdapat di Indonesia karenanya dapat dipastikan kata
ini muncul hanya dari Indonesia. Sampai saat ini, yang lebih dipercaya sebagai
asal mula kata Kelenteng / Klenteng adalah bunyi “teng-teng-teng” dari lonceng
di dalam klenteng sebagai bagian ritual ibadah.

Kelenteng juga disebut sebagai “bio” yang merupakan dialek Hokkian

dari karakter 廟 (miao). Ini adalah sebutan umum bagi klenteng di Cina.

Pada mulanya 廟 “Miao” adalah tempat penghormatan pada leluhur 祠

“Ci” (rumah abuh). Pada awalnya masing-masing marga membuat “Ci” untuk
menghormati para leluhur mereka sebagai rumah abuh. Para dewa-dewi yang
dihormati tentunya berasal dari suatu marga tertentu yang pada awalnya dihormati
oleh marga/family/klan mereka. Dari perjalanan waktu maka timbullah
penghormatan pada para Dewa/Dewi yang kemudian dibuatkan ruangan khusus
untuk para Dewa/Dewi yang sekarang ini kita kenal sebagai Miao yang dapat
dihormati oleh berbagai macam marga, suku. Saat ini masih di dalam “Miao”
masih juga bisa ditemukan (bagian samping atau belakang) di khususkan untuk
abuh leluhur yang masih tetap dihormati oleh para sanak keluarga/marga/klan
masing-masing. Ada pula di dalam “Miao” disediakan tempat untuk mempelajari
ajaran-ajaran/agama leluhur seperti ajaran-ajaran Konghucu, Lao Tze dan bahkan
ada pula yang mempelajari ajaran Buddha.

Miao – atau Kelenteng (dalam bahasa Jawa) dapat membuktikan selain


sebagai tempat penghormatan para leluhur, para Suci (Dewa/Dewi), dan tempat
mempelajari berbagai ajaran – juga adalah tempat yang damai untuk semua
golongan tidak memandang dari suku dan agama apa orang itu berasal.

KategoriKelenteng

Klenteng adalah sebutan umum sehingga kelenteng / klenteng sendiri terbagi atas
beberapa kategori:
Kelenteng berdasarkan umat

 Konghucu
o Litang(禮堂)
o Ci(祠)

 Taoisme:
o Gong(宮)
o Guan(觀)
o Miao(廟)

 Buddhisme:
o Si(寺)
o An(庵)

Kelenteng, Vihara dan Orde Baru

Banyak umat awam yang tidak mengerti perbedaan dari kelenteng dan
vihara. Kelenteng dan Vihara pada dasarnya berbeda dalam arsitektur, umat dan
fungsi. Kelenteng pada dasarnya berasitektur tradisional Tionghoa dan berfungsi
sebagai tempat aktivitas sosial masyarakat selain daripada fungsi spiritual. Vihara
berarsitektur lokal dan biasanya mempunyai fungsi spiritual saja. Namun, vihara
juga ada yang berarsitektur tradisional Tionghoa seperti pada vihara Buddhis
aliran Mahayana yang memang berasal dari Cina.

Perbedaan antara kelenteng dan vihara kemudian menjadi rancu karena


peristiwa G30S pada tahun 1965. Imbas peristiwa ini adalah
pelarangankebudayaan Tionghoa termasuklah itu kepercayaan tradisional
Tionghoa oleh pemerintahan Orde Baru. Klenteng yang ada pada masa itu
terancam ditutup secara paksa. Banyak klenteng yang kemudian mengadopsi
nama Sansekerta atau Pali, mengubah nama sebagai vihara dan mencatatkan surat
izin dalam naungan agama Buddha demi kelangsungan peribadatan. Dari sinilah
kemudian umat awam sulit membedakan klenteng dengan vihara.

Setelah Orde Baru digantikan oleh Orde Reformasi, banyak vihara yang
kemudian mengganti nama kembali ke nama semula yang berbau Tionghoa dan
lebih berani menyatakan diri sebagai klenteng daripada vihara.

Sediki tcerita tentang “Kelenteng”

Sedikit berbicara tentang Klenteng atau sering kita sebut Tao Kwan
apakah Tao Yu Tao Yu sekalian sudah mengerti benar darimana Tao Kwan atau
istilah Klenteng itu muncul ?
Yuk kita baca sekilas artikel tentang Klenteng yang dikutip dari Buku ?

Mitos dan Legenda Dewa Klenteng?

Begini ceritanya :
Seorang sastrawan yang bernama MA HUAN dalam bukunya YING YA SHENG
LAN menceritakan bahwa orang Tionghoa sudah datang di Indonesia pada abad
ke 14 yaitu pada jaman Majapahit.
Bersamaan dengan kedatangan orang orang Tionghoa tersebut mengalir pula
masuk kebudayaan mereka, terutama kebudayaan spiritual seperti ada istiadat,
upacara upacara keagamaan Tionghoa yang berasal dari Agama Tao jaman kuno.

Hal tersebut diatas, terbukti dengan banyaknya klenteng klenteng pemujaan


Dewa dengan ciri khas Tionghoa yang ada hampir di seluruh pelosok pelosok
daerah dan perkotaan di Indonesia.
Istilah Kelenteng sebenarnya berasal dari bunyi genta yang ditabuh berbunyi
Kelenteng Klenteng.. Kelenteng pada saat upacara membaca ayat ayat Kitab Suci.
Jadi istilah “Kelenteng atau Klenteng” khusus di Indonesia saja. Ada beberapa
perbedaan istilah dan bentuk “Kelenteng” dalam Bahasa Tionghoa yang
disebabkan oleh 3 agama yaitu : Buddha, Tao, dan Konghucu, yaitu sbb :
1. Miao (Bio Hokkian)
Berarti tempat pemujaan yang terdiri dari bangunan bangunan gedung
gedung yang besar megah dan luas arealnya. Miao istilah dari agama
Konghucu.
2. Cithang atau CongCi
Berarti tempat pemujaan para Arwah arwah leluhur nenek moyang yang
terawal. Cithang atau Congci istilah dari agama Khonghucu.
3. Taokwan / Tao Kwan
Berarti tempat ibadah agama TAO yang terbagi dalam 2 tingkatan yaitu :
a.Kung = Istana, adalah klenteng yang berbentuk besar besar untuk
pemujaan MAHADEWA dan DEWA DEWA Tingkat Tertinggi agama
TAO
b.Kwan = Wisma Suci, adalah klenteng yang lebih kecil dari KUNG
4. AN (AM Hokkian)
Berarti klenteng khusus untuk para Bhikkuni atau pendeta wanita agama
Budha, semacam pondok pesantren pendeta wanita agama Budha
5. She (Si Hokkian)
Berarti klenteng khusus untuk para Bhikku atau pendeta pria agama
Budha.
Baik An atau She disebut juga Wihara / Biara tempat ibadat agama Budha.

Sumber (http://kelenteng.com/arti-kelenteng/)

-
Sumber gambar (https://www.cendananews.com/2018/12/wisata-religi-kota-
bekasi-kelenteng-hok-lay-kiong.html)

Klenteng Hok Lay Kiong adalah salah satu kelenteng besar yang ada di
bagian wilayah Bekasi Timur, Kota Bekasi. Kelenteng ini adalah kelenteng yang
menjadi pusat bagi orang-orang yang memiliki kepercayaan Tridharma.

Kelenteng adalah sebutan untuk tempat ibadah pengenut kepercayaan


tradisional Tionghoa di indonesia pada umunya. Karena, di kelenteng ini memiliki
fasilitas untuk sembahyang kepada kepercayaan dari tiga ajaran tersebut kelenteng
Hok Lay Kiong dinaungi oleh yayasan yang memiliki legalitas dari
kepemerintahan Kota Bekasi.

Disisi lain, kelenteng Hok Lay Kiong selalu ramai oleh para pemuja
agama yang memiliki kepercayaan tridharma dari berbagai wilayah secara rutin
setiap tanggal 1 dan 15, sesuai kalender Cina. Karena, Kelenteng Hok Lay Kiong
merupakan sebuah kelenteng yang selalu menjaga tradisi yang berasal dari negara
Cina, salah satu alasannya yaitu bahwa di dalamnya terdapat patung dewa dewa
dari tiga kepercayaan kebenaran tersebut. Kelenteng Hok Lay Kiong selalu
menjalankan sebuah ritual persembahyangan untuk mwnghormati para dewa
kepercayaan masing-masing Tiga Ajaran Agama Kebenaran Tersebut
(Tridharma).

Sumber (dalam skripsi Tri Indah Annisa 1113032100039. Dengan judul “Dewa
Dapur Dalam Perspektif Umat Tridharma Di Indonesia” halaman 68).
KONDISI OBJEK

Kelenteng Hok Lay Kiong terletak di Jalan Kenari I, Kelurahan Margahayu,


Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi diperkirakan telah berdiri selama 300
tahun lebih.

Terletak di gang sempit pemukiman padat penduduk di Kota Bekasi, kelenteng ini
terlihat sangat mencolok.

Dengan bangunan didominasi berwarna merah dan kuning emas.

Tulisan aksara cina juga terlihat di gerbang masuk kelenteng.

Ada juga lampion dan berbagai pernak pernik khas warga Tionghoa yang
menghiasi..

Kelenteng Hok Lay Kiong terletak di Jalan Kenari I, Kelurahan Margahayu,


Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi diperkirakan telah berdiri selama 300
tahun lebih. (Warta Kota/Muhammad Azzam)

Pasalnya, saat ingin dituliskan sejarah lengkapnya, banyak saksi atau sesepuh
warga tionghoa yang tinggal disekitar kelenteng itu sudah meninggal.

"Jadi memang engga ada yang tahu persis tahunnya, tapi perkiraan tahun 1700
saat Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Soalnya kakek saya saja cerita,
waktu dia kecil juga kelenteng ini sudah ada," kata Ketua Yayasan Pancaran Tri
Darma kelenteng Hok Lay Kiong, Roni Hermawan saat ditemui Wartakota, Senin
(4/2/2019) malam.
Dari banyak cerita sepepuhnya terdahulu, kata Roni, kelenteng ini didirikan oleh
sejumlah buruh Tionghoa asal Batavia atau Jakarta saat jaman penjajahan VOC
Belanda.

Para buruh Tionghoa ini melakukan pemberontakan akibat kerja paksa yang
dilakukan Belanda.

Para buruh Tionghoa ini kabur ke sejumlah daerah seperti Bekasi, Cikarang dan
Karawang.

Untuk di Bekasi ini, pada saat kabur masih merupakan hutan-hutan belantara.
Hingga akhirnya mereka mendirinya bangunan atau rumah.

Kelenteng Hok Lay Kiong terletak di Jalan Kenari I, Kelurahan Margahayu,


Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi diperkirakan telah berdiri selama 300
tahun lebih. (Warta Kota/Muhammad Azzam)

Agar bertahan hidup, mereka melakukan transaksi atau berdagang di sepanjang


kawasan Bekasi.

"Memang warga cina atau etnis Tionghoa ini kan banyak yang merantau dari
negara asalnya untuk cari kehidupan karena susah. Mereka pergi ke berbagai
negara, ada ke Amerika, Eropa, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia ini, warga
Tionghoa datang diberbagai wilayah, nah yang di Bekasi ini mereka datang dari
Pelabuhan Tanjung Priok Batavia (Jakarta)," ujarnya.

"Kemudian pada saat VOC Belanda, buruh Tionghoa asal Batavia itu melakukan
pemberontakan akibat penindasan yang dilakukan Belanda. Jadi pergi ke Bekasi,
hingga memulai hidup baru dan dibangunlah Kelenteng ini," katanya lagi.
Kehadirinnya di Bekasi, warga Tionghoa ini berjalin hubungan kekerabatan
dengan warga asli Bekasi.

Hingga akhirnya banyak sekali warga asli Bekasi yang menikahi, wanita
Tionghoa atau sebaliknya.

Keberadaan mereka di Bekasi, khususnya di dekat Kelenteng itu sudah menjadi


hal biasa dipandang. Banyak sekali, warga Tionghoa yang tinggal dilokasi
tersebut.

Kelenteng Hok Lay Kiong terletak di Jalan Kenari I, Kelurahan Margahayu,


Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi diperkirakan telah berdiri selama 300
tahun lebih. (Warta Kota/Muhammad Azzam)

Lokasi kelenteng juga dekat dengan pusat bisnis tertua di Kota Bekasi yaitu Pasar
Proyek.

"Sehingga ya, di kawasan Margahayu dekat Kelenteng ini menjadi kawasan


pecinaan di Kota Bekasi. Kita hidup berdampingan tanpa memandang perbedaan
dan tidak pernah ada masalah. Meskipun keturunan Tionghoa tapi kan kita bagian
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ketua RW di daerah dekat
kelenteng saja istrinya orang Tionghoa," jelasnya.

Roni menjelaskan untuk nama kelenteng Hok Lay Kiong sendiri memiliki makna
istana yang mendatangkan rezeki. Oleh karenanya, kelenteng ini dipercaya oleh
warga Tionghoa dan Agama Konghucu sebagai tempat yang bisa mendatangkan
rezeki bagi siapa saja yang berkunjung.
Meskipun sudah banyak bangunannya yang dirombak atau direnovasi. Tapi masih
ada sejumlah pilar atau bangunan yang masih asli sejak hadirinya kelenteng ini.

"Bagian depannya sudah diganti diperbaiki pilar-pilarnya. Tapi bentuknya masih


sama seperti dulu. Bagian yang masih asli itu empat pilar di tengah kelenteng.
Kelenteng ini juga mengalami perluasan, sehingga sekarang luasnya sekitar 2.000
meter," terangnya.

Kelenteng Hok Lay Kiong juga selalu ramai para pemuja agama dari pelbagai
wilayah secara rutin setiap tanggal 1 dan 15, sesuai kalender Cina atau lunar
kalender.

Kelenteng Hok Lay Kiong terletak di Jalan Kenari I, Kelurahan Margahayu,


Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi diperkirakan telah berdiri selama 300
tahun lebih. (Warta Kota/Muhammad Azzam)

Di kelenteng, terdapat 15 altar (tempat permohonan ibadah).

Dengan altar utama yaitu Dewa Hwan Thian Siang Tee, di altar ini semua
permohonan bisa Anda panjatkan.

Ada juga misalkan, ingin mendapatkan jodoh, bisa mengunjungi altar Kwan In
Posat, dan setelah itu pemuja akan mengambil sebuah angka, dan di angka itu
akan tertulis kapan kalian mendapatkan jodoh. Dan masih banyak lagi altar-altar
lainnya.

Siapapun boleh mendatangi dan memasuki kelenteng ini asalkan tetap bisa
menjaga sopan santun dan etika, agar tidak mengganggu kekhusyukan para
pemuja.
Klenteng Hok Lay Kiong di buka dari pukul 6 pagi hingga 11 malam. (M18)

Kelenteng Hok Lay Kiong terletak di Jalan Kenari I, Kelurahan Margahayu,


Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi diperkirakan telah berdiri selama 300
tahun lebih. (Warta Kota/Muhammad Azzam)

Sumber
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Hok Lay Kiong Kelenteng
Tertua di Bekasi Telah Ada Sejak Zaman VOC Belanda,
http://wartakota.tribunnews.com/2019/02/05/hok-lay-kiong-kelenteng-tertua-di-
bekasi-telah-ada-sejak-zaman-voc-belanda?page=3.
Penulis: Muhammad Azzam
Editor: Andy Pribadi
OBJEK dan POSITIONING

Karang Taruna di Bekasi Bersih-bersih Rumah Ibadah Lintas Agama


Selasa, 20 November 2018 Ananda M Firdaus

Sejumlah pemuda menggelar kegiatan bersih-bersih rumah ibadah di Klenteng


Hok Lay Kiong, Jalan Mayor Oking, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Selasa
(20/11/2018). (Ananda M Firdaus/Ayobekasi.net)

BEKASI SELATAN, AYOBEKASI.NET--Kota Bekasi yang digaung-gaung


menjadi miniatur Indonesia tercermin dari aneka masyarakat yang tinggal di
dalamnya. Perbedaan etnis, kepercayaan, maupun agama membuat kota ini
mampu menerapkan nilai toleransi yang tinggi.

Karang Taruna asal Kayuringin Jaya, Bekasi Selatan, mencoba mempraktekan


kehidupan yang bertoleransi. Lebih jauh mengambil peran untuk menjaga
keharmonisan dalam hidup berbangsa dan bernegara antar umat beragama.
Mereka menggelar kegiatan bersih-bersih rumah ibadah lintas agama di sejumlah
tempat di Kota Bekasi.

"Kegiatan kami ini adalah bentuk kehadiran anak muda untuk ikut ambil bagian
dalam upaya merawat keberagaman di Indonesia dan juga kami di karang taruna
ingin hadir sebagai garda terdepan dalam menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa," ujar Ketua Karang Taruna Kayuringin Jaya, Yudha Krisnahadi di sela-
sela kegiatan, Selasa (20/11/2018).

Dia menerangkan, rumah ibadah yang menjadi tujuan yakni rumah-rumah ibadah
yang secara agama diakui di tanah air dan berdiri di Kota Bekasi. Antara lain
yakni Gereja Kristen Protestan Indonesia, Gereja Katholik Santo Mikael, Masjid
Al-Mubarok, Klenteng Hok Lay Kiong, Vihara Budha Dharma, dan Pura Agung
Tirta Buana.

Menurut Yudha, kegiatan ini juga sebagai rangkaian kegiatan Bulan Bakti Karang
Taruna Kelurahan Kayuringin Jaya 2018 sekaligus untuk memperingati Hari
Toleransi Internasional yang jatuh pada tanggal 16 November lalu.

Kegiatan bersih-bersih rumah ibadah pada Selasa dilaksanakan di Gereja Kristen


Protestan Indonesia, Klenteng Hok Lay Kiong dan Vihara Buddha Dharma,
sedangkan tiga rumah ibadah lainnya rencana diadakan pada Sabtu (24/11/2018).

Dia berharap, kegiatan yang dilakukan pihaknya dapat diikuti oleh karang taruna,
maupun organisasi lainnya. Dia pun berharap, program yang langsung
bersentuhan dengan masyarakat ini dapat memupuk semangat persatuan Kota
Bekasi.

"Kedepan semoga kehidupan antar umat beragama di Kota Bekasi berjalan


dengan baik dan kondusif dengan mengedepankan nilai-nilai Bhinneka Tunggal
Ika, saling menghargai dan menghormati antar umat beragama," pungkasnya.

Sumber (http://www.ayobekasi.net/read/2018/11/20/1891/karang-taruna-di-
bekasi-bersih-bersih-rumah-ibadah-lintas-agama)

Lewat pemilihan Kelenteng Hok Lay Kiong dan Pesantren At Taqwa


terlihat bahwa ingatan kolektif yang ingin dibangun adalah tentang keberagaman
religi dan etnisitas. Kelenteng Hok Lay Kiong sendiri merupakan tempat
beribadah penganut agama konghucu yang didominasi etnis cina. Kelenteng Hok
Lay Kiong berdiri sejak abad 18 masehiyang dibangun oleh etnis cina yang
tinggal di pasar Bekasi lama/pasar proyek. Tempat ini paling ramai dikunjungi
ketika tahun baru Cina , kemudian upacara tabur sial, maupun acara pukul bedug
setiap awal dan akhir bulan purnama. Ketika peristiwa-peristiwa tersebut terjadi
kumunitas Bekasi banget pernah mengabadikannya lewat kegiatan fotografi yang
mereka lakukan ditempat ini sebagai salah satu event gathering yang rutin mereka
selenggarakan.

Sumber (https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jat/article/view/3828/2280271-281.
ISSN (Cetak): 0216-5937. Identitas Bekasi dalam Akun Media Sosial Komunitas.
Rido Budiman. Universitas Islam 45, Bekasi, rido@englishunisma.org.)

Anda mungkin juga menyukai