201546500047
1. Penjagaan polisi ketika hari raya imlek di kelenteng hok lay kiong
(https://news.detik.com/berita/d-4414631/wakapolres-pantau-situasi-
perayaan-imlek-di-kota-bekasi-kondusif)
PENGERTIAN/DEFINISI KELENTENG
Istilah kelenteng berasal dari suara yang terdengar dari bangunan suci
tersebut saat sedang menyelenggarakan upacara sembahyang, yaitu klinting-
klinting atau klonteng-klonteng.Untuk memudahkan penamaan, maka disebut
dengan istilah kelenteng.
Seperti tempat beribadah lain, kelenteng juga memiliki tata cara
keagamaan. Kelenteng memakai tata upacara yang berlandaskan tata agama
Konghuchu.Sebab,segala peraturan dan perlengkapan sembahyang yang
berada didalamnya berpedoman pada tata agama dan tata laksana upacara
yang adadi Kong Cu Bio atau BunBio.
-
Sumber gambar (https://sportourism.id/news/klenteng-hok-lay-kiong-mulai-
dibersihkan)
dari karakter 廟 (miao). Ini adalah sebutan umum bagi klenteng di Cina.
“Ci” (rumah abuh). Pada awalnya masing-masing marga membuat “Ci” untuk
menghormati para leluhur mereka sebagai rumah abuh. Para dewa-dewi yang
dihormati tentunya berasal dari suatu marga tertentu yang pada awalnya dihormati
oleh marga/family/klan mereka. Dari perjalanan waktu maka timbullah
penghormatan pada para Dewa/Dewi yang kemudian dibuatkan ruangan khusus
untuk para Dewa/Dewi yang sekarang ini kita kenal sebagai Miao yang dapat
dihormati oleh berbagai macam marga, suku. Saat ini masih di dalam “Miao”
masih juga bisa ditemukan (bagian samping atau belakang) di khususkan untuk
abuh leluhur yang masih tetap dihormati oleh para sanak keluarga/marga/klan
masing-masing. Ada pula di dalam “Miao” disediakan tempat untuk mempelajari
ajaran-ajaran/agama leluhur seperti ajaran-ajaran Konghucu, Lao Tze dan bahkan
ada pula yang mempelajari ajaran Buddha.
KategoriKelenteng
Klenteng adalah sebutan umum sehingga kelenteng / klenteng sendiri terbagi atas
beberapa kategori:
Kelenteng berdasarkan umat
Konghucu
o Litang(禮堂)
o Ci(祠)
Taoisme:
o Gong(宮)
o Guan(觀)
o Miao(廟)
Buddhisme:
o Si(寺)
o An(庵)
Banyak umat awam yang tidak mengerti perbedaan dari kelenteng dan
vihara. Kelenteng dan Vihara pada dasarnya berbeda dalam arsitektur, umat dan
fungsi. Kelenteng pada dasarnya berasitektur tradisional Tionghoa dan berfungsi
sebagai tempat aktivitas sosial masyarakat selain daripada fungsi spiritual. Vihara
berarsitektur lokal dan biasanya mempunyai fungsi spiritual saja. Namun, vihara
juga ada yang berarsitektur tradisional Tionghoa seperti pada vihara Buddhis
aliran Mahayana yang memang berasal dari Cina.
Setelah Orde Baru digantikan oleh Orde Reformasi, banyak vihara yang
kemudian mengganti nama kembali ke nama semula yang berbau Tionghoa dan
lebih berani menyatakan diri sebagai klenteng daripada vihara.
Sedikit berbicara tentang Klenteng atau sering kita sebut Tao Kwan
apakah Tao Yu Tao Yu sekalian sudah mengerti benar darimana Tao Kwan atau
istilah Klenteng itu muncul ?
Yuk kita baca sekilas artikel tentang Klenteng yang dikutip dari Buku ?
Begini ceritanya :
Seorang sastrawan yang bernama MA HUAN dalam bukunya YING YA SHENG
LAN menceritakan bahwa orang Tionghoa sudah datang di Indonesia pada abad
ke 14 yaitu pada jaman Majapahit.
Bersamaan dengan kedatangan orang orang Tionghoa tersebut mengalir pula
masuk kebudayaan mereka, terutama kebudayaan spiritual seperti ada istiadat,
upacara upacara keagamaan Tionghoa yang berasal dari Agama Tao jaman kuno.
Sumber (http://kelenteng.com/arti-kelenteng/)
-
Sumber gambar (https://www.cendananews.com/2018/12/wisata-religi-kota-
bekasi-kelenteng-hok-lay-kiong.html)
Klenteng Hok Lay Kiong adalah salah satu kelenteng besar yang ada di
bagian wilayah Bekasi Timur, Kota Bekasi. Kelenteng ini adalah kelenteng yang
menjadi pusat bagi orang-orang yang memiliki kepercayaan Tridharma.
Disisi lain, kelenteng Hok Lay Kiong selalu ramai oleh para pemuja
agama yang memiliki kepercayaan tridharma dari berbagai wilayah secara rutin
setiap tanggal 1 dan 15, sesuai kalender Cina. Karena, Kelenteng Hok Lay Kiong
merupakan sebuah kelenteng yang selalu menjaga tradisi yang berasal dari negara
Cina, salah satu alasannya yaitu bahwa di dalamnya terdapat patung dewa dewa
dari tiga kepercayaan kebenaran tersebut. Kelenteng Hok Lay Kiong selalu
menjalankan sebuah ritual persembahyangan untuk mwnghormati para dewa
kepercayaan masing-masing Tiga Ajaran Agama Kebenaran Tersebut
(Tridharma).
Sumber (dalam skripsi Tri Indah Annisa 1113032100039. Dengan judul “Dewa
Dapur Dalam Perspektif Umat Tridharma Di Indonesia” halaman 68).
KONDISI OBJEK
Terletak di gang sempit pemukiman padat penduduk di Kota Bekasi, kelenteng ini
terlihat sangat mencolok.
Ada juga lampion dan berbagai pernak pernik khas warga Tionghoa yang
menghiasi..
Pasalnya, saat ingin dituliskan sejarah lengkapnya, banyak saksi atau sesepuh
warga tionghoa yang tinggal disekitar kelenteng itu sudah meninggal.
"Jadi memang engga ada yang tahu persis tahunnya, tapi perkiraan tahun 1700
saat Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Soalnya kakek saya saja cerita,
waktu dia kecil juga kelenteng ini sudah ada," kata Ketua Yayasan Pancaran Tri
Darma kelenteng Hok Lay Kiong, Roni Hermawan saat ditemui Wartakota, Senin
(4/2/2019) malam.
Dari banyak cerita sepepuhnya terdahulu, kata Roni, kelenteng ini didirikan oleh
sejumlah buruh Tionghoa asal Batavia atau Jakarta saat jaman penjajahan VOC
Belanda.
Para buruh Tionghoa ini melakukan pemberontakan akibat kerja paksa yang
dilakukan Belanda.
Para buruh Tionghoa ini kabur ke sejumlah daerah seperti Bekasi, Cikarang dan
Karawang.
Untuk di Bekasi ini, pada saat kabur masih merupakan hutan-hutan belantara.
Hingga akhirnya mereka mendirinya bangunan atau rumah.
"Memang warga cina atau etnis Tionghoa ini kan banyak yang merantau dari
negara asalnya untuk cari kehidupan karena susah. Mereka pergi ke berbagai
negara, ada ke Amerika, Eropa, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia ini, warga
Tionghoa datang diberbagai wilayah, nah yang di Bekasi ini mereka datang dari
Pelabuhan Tanjung Priok Batavia (Jakarta)," ujarnya.
"Kemudian pada saat VOC Belanda, buruh Tionghoa asal Batavia itu melakukan
pemberontakan akibat penindasan yang dilakukan Belanda. Jadi pergi ke Bekasi,
hingga memulai hidup baru dan dibangunlah Kelenteng ini," katanya lagi.
Kehadirinnya di Bekasi, warga Tionghoa ini berjalin hubungan kekerabatan
dengan warga asli Bekasi.
Hingga akhirnya banyak sekali warga asli Bekasi yang menikahi, wanita
Tionghoa atau sebaliknya.
Lokasi kelenteng juga dekat dengan pusat bisnis tertua di Kota Bekasi yaitu Pasar
Proyek.
Roni menjelaskan untuk nama kelenteng Hok Lay Kiong sendiri memiliki makna
istana yang mendatangkan rezeki. Oleh karenanya, kelenteng ini dipercaya oleh
warga Tionghoa dan Agama Konghucu sebagai tempat yang bisa mendatangkan
rezeki bagi siapa saja yang berkunjung.
Meskipun sudah banyak bangunannya yang dirombak atau direnovasi. Tapi masih
ada sejumlah pilar atau bangunan yang masih asli sejak hadirinya kelenteng ini.
Kelenteng Hok Lay Kiong juga selalu ramai para pemuja agama dari pelbagai
wilayah secara rutin setiap tanggal 1 dan 15, sesuai kalender Cina atau lunar
kalender.
Dengan altar utama yaitu Dewa Hwan Thian Siang Tee, di altar ini semua
permohonan bisa Anda panjatkan.
Ada juga misalkan, ingin mendapatkan jodoh, bisa mengunjungi altar Kwan In
Posat, dan setelah itu pemuja akan mengambil sebuah angka, dan di angka itu
akan tertulis kapan kalian mendapatkan jodoh. Dan masih banyak lagi altar-altar
lainnya.
Siapapun boleh mendatangi dan memasuki kelenteng ini asalkan tetap bisa
menjaga sopan santun dan etika, agar tidak mengganggu kekhusyukan para
pemuja.
Klenteng Hok Lay Kiong di buka dari pukul 6 pagi hingga 11 malam. (M18)
Sumber
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Hok Lay Kiong Kelenteng
Tertua di Bekasi Telah Ada Sejak Zaman VOC Belanda,
http://wartakota.tribunnews.com/2019/02/05/hok-lay-kiong-kelenteng-tertua-di-
bekasi-telah-ada-sejak-zaman-voc-belanda?page=3.
Penulis: Muhammad Azzam
Editor: Andy Pribadi
OBJEK dan POSITIONING
"Kegiatan kami ini adalah bentuk kehadiran anak muda untuk ikut ambil bagian
dalam upaya merawat keberagaman di Indonesia dan juga kami di karang taruna
ingin hadir sebagai garda terdepan dalam menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa," ujar Ketua Karang Taruna Kayuringin Jaya, Yudha Krisnahadi di sela-
sela kegiatan, Selasa (20/11/2018).
Dia menerangkan, rumah ibadah yang menjadi tujuan yakni rumah-rumah ibadah
yang secara agama diakui di tanah air dan berdiri di Kota Bekasi. Antara lain
yakni Gereja Kristen Protestan Indonesia, Gereja Katholik Santo Mikael, Masjid
Al-Mubarok, Klenteng Hok Lay Kiong, Vihara Budha Dharma, dan Pura Agung
Tirta Buana.
Menurut Yudha, kegiatan ini juga sebagai rangkaian kegiatan Bulan Bakti Karang
Taruna Kelurahan Kayuringin Jaya 2018 sekaligus untuk memperingati Hari
Toleransi Internasional yang jatuh pada tanggal 16 November lalu.
Dia berharap, kegiatan yang dilakukan pihaknya dapat diikuti oleh karang taruna,
maupun organisasi lainnya. Dia pun berharap, program yang langsung
bersentuhan dengan masyarakat ini dapat memupuk semangat persatuan Kota
Bekasi.
Sumber (http://www.ayobekasi.net/read/2018/11/20/1891/karang-taruna-di-
bekasi-bersih-bersih-rumah-ibadah-lintas-agama)
Sumber (https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jat/article/view/3828/2280271-281.
ISSN (Cetak): 0216-5937. Identitas Bekasi dalam Akun Media Sosial Komunitas.
Rido Budiman. Universitas Islam 45, Bekasi, rido@englishunisma.org.)