Anda di halaman 1dari 5

Tugas Sejarah:

Vihara

Bening Wasinta
Delvi Andela
M. Rifky
M. Fabil
Shafira Azzahra
Tri Panggah
Vihara Dhanagun
Vihara adalah rumah ibadah agama Buddha, bisa juga dinamakan kuil. Salah satu contohnya
adalah Vihara Dhanagun yang terletak di Surya Kencana, Kota Bogor. Vihara Dhanagun
nerupakan sebuah cagar budaya yang ada di kota Bogor. Nama lengkap dari vihara (atau
klenteng menurut sebagian warga Bogor) adalah Vihara Mahacetya Dhanagun. Sering pula
disebut dengan Vihara/Klenteng Hok Tek Bio yang berarti “Tempat Kebijakan Dewa” (Hok =
Dewa, Tek = Kebijakan, Bio = Tempat). Yang manapun yang dipakai semua nama tersebut
merujuk pada vihara ini.
Vihara Mahacetya Dhanagun merupakan sebuah tempat ibadah yang sampai hari ini masih aktif
bagi 3 agama atau aliran kepercayaan. Para penganut Tao, Konghucu (Konfusianis) dan Budha
menggunakan tempat ini untuk melakukan ritual mereka.
Keberadaan Vihara Dhanagun ini sebenarnya sudah sangat lama di Bogor. Hanya karena
kebijakan represif dari pemerintahan orde baru membuat namanya jarang terdengar sebelum
tahun 1998. Ironisnya kalau saja ada mesin waktu maka mungkin kita akan menemukan bahwa
vihara inipun sebenarnya merupakan hasil dari sebuah tindakan represif pula.

Vihara Dhanagun dibangun tahun 1672 yang artinya sudah berusia sekitar 346 tahun. Hanya saja
hal tersebut kurang sesuai dengan beberapa literatur lainnya mengenai sejarah keberadaan dan
perkembangan diaspora etnis Cina (atau Tionghoa sekarang) di Indonesia.

Perbedaan ini mungkin karena pada tahun tersebut belum terdapat literatur pendukung mengenai
pemukiman etnis Cina di Bogor sebelum tahun 1740. Pemukiman etnis Tionghoa di Bogor
kemungkinan baru ada ketika pemerintah kolonial Belanda melakukan tindakan represif kepada
etnis Tionghoa di Batavia (Jakarta). Tindakan ini mengakibatkan kurang lebih korban 10,000 jiwa
dari etnis Tionghoa pada tahun 1739-1740-an.

Sikap represif pemerintah Hindia Belanda ini mengakibatkan eksodus warga etnis Cina dari
Jakarta ke berbagai daerah seperti Tangerang dan tentunya Bogor. Di Bogor sendiri, karena secara
keseluruhan pemerintah kolonial memberlakukan aturan pemisahan yang melarang bercampurnya
etnis Tionghoa dan pribumi, maka terjadi pengkotakan berdasarkan ras saat itu. Etnis Cina yang
eksodus ke kota hujan ini dilokalisir di sekitar jalan Suryakencana. Hal inilah yang membuat
kawasan sekitar jalan ini sampai sekarang merupakan daerah Pecinan di kota Bogor.

Nah kalau merujuk pada sejarah ini maka pemukiman etnis Cina di Bogor sendiri baru berkembang
setelah penindasan di Batavia. Oleh karena itu, bila dikaitkan dengan keberadaan Vihara
Dhanagun, kemungkinan besar vihara ini baru ada setelah tahun 1740 atau kira-kira 70 tahun lebih
muda.
Dokumentasi :
Awalnya bangunan Vihara Dharmakaya ini merupakan tempat retret milik keluarga tuan tanah
Tionghoa di Buitenzorg (nama lama Bogor). Dulu, daerah sekitar vihara ini masih seperti Kebun
Raya Bogor. Banyak dihuni oleh aneka tanaman yang besar-besar sehingga menjadi tempat yang
nyaman dan sejuk untuk melakukan retret atau mensunyikan diri dalam konteks beribadat.

Diperkirakan umur bangunan vihara ini jauh lebih muda dibandingkan dengan Klenteng Hok Tek
Bio maupun Klenteng Pan Kho Bio. Kemudian oleh ibu tuan tanah Kwitang yang bernama Teng
Oen Giok,tempat retret tersebut disumbangkan kepada Ma Suhu Tan Eng Nio pada awal tahun
1940-an. Suhu Tan Eng Nio merupakan seorang biarawati yang memiliki rambut panjang terurai
yang gemar mengenakan pakaian putih dan memakai kain batik panjang.

Kemudian tempat retret ini berkembang menjadi vihara dan dibuka untuk umum. Vihara tersebut
diberi nama Vihara Dharmakaya. Dalam formulasi doktrin Tri kaya, Dharmakaya adalah
kebenaran yang tertinggi atau ketiga. Dharmakaya itu sendiri merupakan Sanghyang Adi Buddha
atau Tuhan Yang Maha Esa.

Bangunan Vihara Dharmakaya

Bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 2.000 m² ini memiliki bentuk seperti villa
di mana di samping kirinya terdapat menara, dan arsitekturnya merupakan
perpaduan khas Tionghoa, Eropa maupun lokal. Hanya bagian depannya saja yang
mempelihatkan bahwa bangunan itu merupakan vihara, yang ditandai atap bangunan
utamanya yang khas Tiongkok dengan diberi ornamen naga serta bercat warna
merah. Sedangkan, pada bagian dalam bangunan ini lebih menyerupai rumah
daripada sebuah vihara.

Meski memiliki halaman yang cukup luas, vihara ini terlihat sepi atau tidak seramai
dengan pengunjung yang ada di Klenteng Hok Tek Bio, dikarenakan letaknya yang
agak jauh dari kawasan Pecinan Surya Kencana sehingga menjadikan vihara ini
kurang begitu terkenal dibandingkan dengan vihara lainnya. Bangunan ini lebih
terkenal karena bentuk bangunan yang unik.
Dokumentasi :

Anda mungkin juga menyukai