Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rifki Yudha Hawazi

NIM : 1801551004

Mata Kuliah : Arkeologi Pariwisata

PEMANFAATAN WARISAN BUDAYA ARKAIS UNTUK WISATA


SPIRITUAL: STUDI KASUS KELENTENG BOEN TEK BIO

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki warisan budaya yang begitu banyak, warisan budaya tersebut berbagai
macam bentuknya, asalnya dan umurnya. Kita sebagai ahli arkeologi mengenalnya sebagai
Cagar Budaya. Menurut Undang-undang No.11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, pada Pasal
1 Ayat 1 dijelaskan, Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda
Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan
Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena
memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan
melalui proses penetapan.

Seperti yang kita ketahui, cagar budaya sangat berpengaruh dalam bidang pariwisata, salah
satunya wisata spiritual. Masyarakat Indonesia dikenal sangat religius, maka tak heran banyak
tempat-tempat yang menyuguhkan wisata spiritual terutama yang berbasis agama islam di daerah
Jawa. Arkeologi memiliki peran penting dalam meningkatkan pariwisata, dalam hal ini wisata
spiritual, karena banyak sekali tinggalan arkeologi yang dijadikan tempat untuk ziarah (wisata
spiritual). Tinggalan-tinggalan seperti tempat ibadah yang sudah berumur ratusan tahun dan
memiliki nilai sejarah, makam, dll. Salah satu tempat wisata spiritual di Indonesia adalah
Kelenteng Boen Tek Bio, bangunan Cagar Budaya ini terletak di Kota Tangerang, Banten.
Merupakan tempat peribadatan bagi masyarakat Cina Benteng selama kurang lebih 3 abad.
PEMBAHASAN

Klenteng Boen Tek Bio terletak di jalan Bhakti No, 14, Kelurahan Sukasari, Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Klenteng Boen Tek Bio diperkirakan berdiri
sekitar tahun 1684 oleh para penduduk Kampung Petak Sembilan secara bersama-sama.
Claudine Salmon dalam Chinese Epigraphic Materials, mengatakan klenteng ini disebut Boen
Tek Bio (dalam Hokkien) atau Wende Miao (Mandarin). Artinya ialah, “boen” berarti sastra,
“tek” berarti kebajikan, dan “bio” berarti rumah ibadah yang besar (Suryatenggara, 2011).
Klenteng ini telah lama menjadi tempat wisata yang ikonik di Tangerang selain Sungai Cisadane.
Sampai saat ini Boen Tek Bio masih dijadikan tempat ibadah dan juga wisata, terutama wisata
religi. Posisinya yang strategis yakni di kawasan Pasar lama Tangerang membuat kelenteng ini
tidak sepi dengan pengunjung setiap harinya.

Gambar 1. Klenteng Boen Tek Bio tampak depan (Sumber: Internet).

Salah satu hal yang menarik pada klenteng ini adalah segala aksesori yang ada di dalamnya.
Berbagai aksesori yang ada di klenteng ini, mulai dari tempat sembahyang, papan, serta yang
lainnya, berasal dari Cina. Seperti lonceng besar yang terdapat di bagian depan klenteng.
Lonceng ini dibuat perusahaan pengecoran Ban Coan Lou di Cina pada tahun 1835. Selain itu,
masih di bagian depan, ada pula Singa Batu (Cioh Sai) yang dibuat pada tahun 1827.
Pemanfaatan Untuk Wisata Spiritual

Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan untuk pemanfaatan wisata spiritual.

1. Kebersihan
Hal yang paling utama adalah kebersihan, agar para pengunjung merasa nyaman dalam
mengekplorasi klenteng
2. Informasi
Informasi mengenai sejarah klenteng dan penjelasan terhadap objek-objek yang ada di
dalamnya, bisa berupa papan informasi ataupun menyediakan kurator
3. Keamanan dan Kenyamanan
Keamanan dan kenyamanan pengunjung sangat diperlukan, apalagi klenteng adalah
tempat ibadah dan pengunjung dengan tujuan wisata spiritual bisa beribadah dengan
aman dan nyaman
4. Mengadakan event-event pada saat hari besar keagamaan
Pada hari besar keagamaan dan tradisi Cina, klenteng ini biasa mengadakan upacara-
upacara tertentu. Pada hari perayaan Festival Peh Cun, masyarakat Cina Benteng biasa
mengadakan Ritual Toan Yang di Klenteng. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk kepentingan
wisata spiritual

Tentunya hal-hal di atas dapat terlaksana dengan partisipasi dari seluruh kalangan masyarakat
dan pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

BPCB Banten. 2017. Klenteng Boen Tek Bio Tangerang.


https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbanten/klenteng-boen-tek-bio-tangerang/.
(Diakses tanggal 20 Desember 2020)

Klenteng Boen Tek Bio. https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/klenteng-boen-


tek-bio. (Diakses tanggal 20 Desember 2020)

Rosyadi. (2010). FESTIVAL PEH CUN MENELUSURI TRADISI ETNIS CHINA DI KOTA
TANGERANG. Patanjala, 2(1), 18-34.

Suryatenggara, Stefanus Hansel. 2011. “Kelenteng Boen Tek Bio Tangerang Kajian
Arsitektural”. Skripsi. FIB. Arkeologi. UI. Depok.

Anda mungkin juga menyukai