Dosen Pengampu:
Dibuat Oleh:
Nurhildayani (180230150)
2020/2021
Kata Pengantar
Puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan
rahmat-Nya untuk kita semua, serta rasa syukur selalu kami ucapkan karena nikmat kesehatan-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas
dari Cross Culture Understanding (CCU). Materi ini sangat berguna untuk kita, dengan selesainya
makalah ini kami berharap semoga dapat membantu teman-teman dalam memahami materi tentang
Kebudayaan Korea Selatan serta menambah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan tentang
bagaimana kebudayaan negara lain. Namun jika dalam makalah ini banyak terdapat kesalahan kami
mohon maaf, karena kami juga masih dalam proses belajar. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurnah. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat di harapkan untuk
memperbaiki mkalah ini.
Penulis
Daftar Isi
Halaman Judul………………………………………………………………………………………………..
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………………….
Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………..
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………...
Bab II Pembahasan
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………….
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Korea atau sewaktu bersatunya dikenal sebagai Choson, negeri yang dijuluki Land Of Morning Calm
memiliki kebudayaan yang tak ternilai harganya. Sebut saja contohnya adalah Kuil Bulguksa,
Observatorium tertua di dunia-Ch’omsongdae, hingga Tugu Ssanggyong. Itu baru kebudayaan berwujud
fisik belum lagi kebudayaan yang bersifat imaterial atau dengan kata lain kebudayaan ideal. Karena
memang kebudayaan tidak hanya yang kelihatan wujudnya tapi juga, ada yang wujudnya tidak terlihat
secara kasat mata namun sebenarnya ada, inilah yang disebut kebudayaan ideal atau kebudayaan gagasan.
Kebudayaan ideal Korea, sebenarnya kebanyakan hanya kebudayaan ideal turunan. Contohnya adalah
ajaran Kong-Hu-Chu yang melekat erat dalam kehidupan sosial dan etos kerja orang Korea tentu saja
bukan kebudayaan ideal asli Korea, karena seperti yang kita ketahui bersama bahwa Kong-Hu-Cu adalah
kebudayaan ideal dari Cina dengan penggagasnya adalah Konfusius, seorang filsuf Cina. Kemudian, ada
semangat keagamaan yang berasal dari kebudayaan Buddha yang menganjurkan pengikutnya agar
beragama Buddha, inilah yang membuat orang Korea tertarik beragama. Tapi, tentu saja ada kebudayaan
ideal asli Korea, seperti Hwangdo (Jalan Ksatria). Hwangdo mengajarkan bahwa orang Korea harus
memiliki integritas dan disiplin yang tinggi. Hwangdo pada dahulu kala tadinya hanya untuk bangsawan
tapi, sekarang semua orang Korea mengaplikasikannya.
Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Suatu ketika, ada seekor macan dan beruang menemui Hwanung dengan tujuan meminta
Hwanung agar mengubah diri mereka yang berwujud binatang menjadi manusia. Hwanung
mengabulkan permintaan mereka, ia memberikan sejumlah rumput dan sejumlah siung bawang
putih serta memerintahkan mereka memakannya dan menghindari matahari selama 100 hari.
Mereka harus melaksanakan perintah tersebut jika mereka ingin menjadi manusia.
Beruang yang melaksanakan perintah Hwanung dengan sabar akhirnya menjelma menjadi
perempuan dalam waktu kurang dari dua bulan, tetapi macan yang tidak sabar melaksanakan
perintah Hwanung gagal menjelma menjadi manusia. Karena macan tersebut tidak tahan makan
bawang putih dan rumput terus menerus maka, dia akhirnya keluar dari gua dan memakan daging.
Padahal, jika macan itu bersabar seminggu lagi saja, menurut Hwanung macan itu menjadi laki-
laki dan tentu saja berpasangan dengan beruang yang menjadi perempuan tersebut.
Hwanung merasa empati dengan beruang yang menjelma menjadi perempuan tersebut karena ia
tidak memiliki pasangan hidup sehingga akhirnya Hwanung menikahinya. Kemudian, mereka
memiliki putra yang diberi nama Tan’gun yang selanjutnya menjadi nenek moyang bangsa
Korea. Sekitar tahun 2300 Sebelum Masehi, Tan’gun menyatukan suku Tungusic dan kemudian
mendirikan kerajaan yang dikenal dengan kerajaan Choson kuno dengan ibukota Asadah
(Pyongyang sekarang).
Meskipun legenda Tan’gun hanya sebuah mitos yang kurang didukung fakta-fakta sejarah, namun
legenda tersebut merefleksikan idealisme Korea serta memberikan kebanggan bangsa Korea
sebagai bangsa yang memiliki sejarah dan kebudayaan tertua. Oleh karena itu, bangsa Korea tetap
melestarikan legenda tersebut dan menjadi sumber kebangkitan spiritual bagi bangsa Korea saat
menghadapi krisis rasial dan nasional
Berlanjut ke masa tiga kerajaan, yaitu Koguryo, Paekche dan Silla. Di masa ini nampaknya hanya
sistem tulisan idu yang terkenal dan mempengaruhi kebudayaan Korea sekarang khususnya di
Korea Selatan karena memang idu masih dipelajari orang Korea Selatan sekarang. Idu pada masa
itu dikembangkan untuk menerjemahkan kata-kata dalam bahasa Korea ke bentuk tullisan Cina,
karena pada masa ini seorang cendekiawan bernama Sol Ch’ong dari kerajaan Silla
mensistemasisasi dan mengolah sistem ini
Kemudian, saat tiga kerajaan ini ingin menguasai Korea atas nama satu kerajaan atau bahasa
halusnya adalah penyatuan Korea. Mulailah, adanya budaya perang atau permusuhan satu sama
lain (sentimen kerajaan)
Akhirnya, ketiga kerajaan itu dapat disatukan dibawah bendera kerajaan Silla dan ketiga kerajaan
itu memadukan, kebudayaannya, maka terciptalah Kuil Bulguksa yang dibuat penganut Buddha
dari Silla, ajaran Kong-Hu-Cu yang dijadikan sistem sosial dasar masyarakat, padahal tadinya
ajaran Kong-Hu-Cu, hanya berkembang di Paekche, dan pembuatan observatorium bintang-
Ch’omsongdae, hingga Tugu Ssanggyong yang dimulai pada masa kerajaan Koguryo.
Maju ke abad pertengahan tepatnya abad ke-16, di Korea terdapat seorang laksamana perang
bernama, Laksamana Yi Sun-Sin beliaulah yang membuat kapal anti peluru pertama kali di dunia
yang diberi nama “kapal kura-kura”, untuk menangkal invasi Jepang.
Saat Jepang menginvasi Korea tentu saja ada kebudayaan Jepang, yang berasimilasi dengan
kebudayaan Korea, ini terlihat dari pakaian tradisional Korea yang bernama Hanbok, yang
merupakan perpaduan kimono ala Jepang dan baju katun Korea. Kemudian, saat orang Eropa,
ikut datang ke Korea mereka membawa agama Kristen ke Korea serta etos kerja keras ala Eropa
dan individualisme plus liberalisme dan imperalisme Eropa. Ketika Perang Dunia berakhir, Korea
mengalami vacum of power, seperti Indonesia, tapi, akhirnya oleh PBB, Amerika Serikat dan Uni
Sovyet, Korea dibagi dua tepat di garis 38 derajat, menjadi Korea Selatan dan Korea Utara
Hanbok modern, untuk anak-anak terbagi atas 2 atau 3 bagian dan bisa dipakai dengan
mudah. Hanbok anak-anak dipakai biasanya satu atau dua kali setahun dalam
perayaan chuseok atau tahun baru imlek (seolall). Pada ulangtahun pertamanya (dolljanchi)
anak-anak memakai hanbok pertama mereka.
Pola tradisional hanbok memiliki kombinasi garis anggun dan warna yang menampilkan
keindahan dari hanbok tersebut. Bentuk pola hewan, tumbuhan, dan pola alam lainnya
ditambahkan pada pinggiran rok, maupun pada bagian luar dari kerah disekitar bahu.
Bagian-bagian dari Hanbok yaitu:
Jeogori yang dipakai wanita dan pria sedikit berbeda bentuknya. Jeogori yang
dipakai pria lebih besar dan panjangnya menutupi bagian tubuh atas sampai ke
pinggang. Sedangkan Jeogori yang dipakai wanita hanya sampai bawah dada. Garis
kerah Jeogori yang berbentuk V itu disebut Dongjeong yang kemudian diikat dengan
pita pengikat yang disebut Goreum. Jaman dulu Goreum tidak terlalu banyak detil
hiasannya, tapi kalau kamu lihat Hanbok modern di Korea sekarang ini, ada begitu
banyak varian warna dan bentuk Goreum yang fashionable. Rok yang menggembung
di Hanbok wanita disebut Chima. Nah Chima ini bentuknya panjang dan
mengembang menutupi sebagian besar tubuh sang pemakai. Tujuannya selain untuk
mengatur penampilan agar terlihat sopan, juga untuk memudahkan gerak agar lebih
leluasa.
Baji adalah celana yang dipakai pria Korea dan diikat dengan pengikat bernama
Daenim. Di masa kuno, orang Korea baik pria maupun wanita menggunakan Baji,
khusus wanita tentunya tergantung kegiatan mereka. Dulu ukuran Baji dijadikan
sebagai identitas status sosial.
Baerae adalah garis terbawah dari lengan jeogori atau magoja (jaket luar). Dengan
bentuk garis melingkar yang membentuk kurva, seripa dengan garis yang terdapat
pada bagian atap rumah tradisional Korea.
Beoseon adalah sepasang kaos kaki. Bentuk dari beoseon sebenarnya tidak
merefleksikan perbedaan gender penggunanya, baik pria maupun wanita. Hanya saja
beoseon pria memiliki pelipit lurus.
d. Bahasa di Korea Selatan
Orang Korea berbagi satu bahasa, dengan sekitar tujuh puluh juta orang di seluruh dunia
berbicara Bahasa Korea. Struktur Bahasa, tata bahasa dan kosakata mirip dengan Bahasa
Jepang. Dialek bersifat regional, berbeda terutama dalam aksen, tetapi sangat mirip sehingga
pemahaman untuk pembicara atau pendengar tidak menjadi masalah. Perbedaan utama dalam
dialek juga dikaitkan dengan status sosial. Korea memiliki salah satu tingkat sadar huruf
tertinggi didunia karena sifat fonetis dari bahasa tertulis yang diciptakan pada pertengahan
abad ke-15 untuk memberikan satu bahasa kepada orang Korea.
e. Salam dan Cara Menyapa
Membungkuk adalah cara tradisional untuk menyapa di Korea Selatan. Jabat tangan sering
dilakukan oleh pria. Tangan kiri kamu harus menopang lengan kanan mu saat berjabat
tangan. Sementara untuk wanita Korea tidak selalu berjabat tangan namun sering
membungkuk.
f. Gaya Komunikasi
Komunikasi dapat menjadi rumit di Korea Selatan karena mereka tidak suka mengatakan
'tidak'. Mengatakan “tidak” dianggap etiket yang buruk. Menolaklah dengan cara yang halus.
Postur tubuh yang baik dan bahasa tubuh yang positif sangat bermanfaat dalam komunikasi.
Kesabaran dan kesopanan harus dipertahankan. Jangan menggunakan bahasa tubuh yang
berlebihan atau terbuka.
g. Privasi
Merupakan penghinaan bagi orang Korea jika disentuh oleh seseorang yang tidak mereka
kenal. Jangan menepuk punggung mereka atau memeluk mereka. Kontak mata yang
berkepanjangan dan langsung dapat disimpulkan sebagai suatu yang tidak sopan, terutama
ketika berhadapan dengan orang lain yang memiliki kedudukan sosial yang lebih tinggi.
h. Etika Pemberian Hadiah
Orang Korea adalah orang yang murah hati dan senang memberi hadiah. Terimalah hadiah
dengan kedua tangan tetapi jangan langsung membuka hadiah, tunggu sampai pemberi hadiah
pergi. Kembalikan bantuan dan tawarkan sesuatu yang bernilai serupa. Jika kamu ingin
memberi hadiah, pastikan untuk membungkus dan menyajikannya dengan cara yang menarik.
Hindari menggunakan kertas pembungkus gelap, terutama merah, sebagai gantinya pilih
kuning cerah / hijau. Jika diundang ke rumah orang Korea bawalah hadiah untuk tuan
rumahnya. Coklat, permen, kue atau bunga, lebih disukai daripada alcohol. Jangan
memberikan hadiah yang terlalu mahal karena orang Korea merasa berhutang budi pada saat
mereka menerimanya.
i. Bertamu
Selalu lepaskan sepatu kamu sebelum memasuki rumah orang. Dimungkinkan untuk
terlambat hingga tiga puluh menit tanpa menyebabkan pelanggaran tetapi ketepatan waktu
sangat dihormati. Ingat, jangan pernah menuangkan minuman kamu sendiri. Tuan rumah
akan melakukan ini di hadapan kamu. Diundang ke rumah orang Korea dianggap suatu
kehormatan (terutama jika itu untuk makan-makan) sehingga sangat penting untuk
memperlakukannya dengan cara yang sama. Bersikap sopan, hormat dan hargailah kebiasaan
mereka. Bawalah hadiah untuk membalas kebaikan dari orang yang mengundang kamu.
Pembagian Korea menjadi Korea Selatan dan Korea Utara, tentu saja menyebabkan
adanya perbedaan kebudayaan di antaran keduanya. Jika, di Korea Selatan menganut budaya
liberal maka di Korea Utara menganut gaya sosial. Kemudian, orang-orang Korea Selatan sangat
terbuka dengan negaranya, maka Korea Utara tertutup.
Dari sini dapat dikatakan bahwa nampaknya, Korea Utara mewarisi hanya sedikit
kebudayan-kebudayaan Korea bersatu karena, sangat bertentangan dengan kebudayaan Korea
Utara yang sekarang. Contoh kecil, jika kebudayaan Korea bersatu mengajarkan mereka untuk
terbuka tapi, Korea Utara malah menutup diri. Sedangkan, kebudayaan Korea bersatu yang
masih melekat erat pada Korea Utara mungkin hanya mitos Tan’Gun, karena kerajaan Tan’Gun
terletak di Asadah atau yang sekarang kita kenal dengan ibukota Korea Utara, Pyongyang.
Sebaliknya, dengan Korea Selatan mereka mewarisi hampir seluruh kebudayaan Korea
bersatu. Karena, memang situs-situs budaya juga banyak terdapat disini. Dan kebudayaan ideal
dari kebudayaan Korea bersatu, sangat fasih diterapkan oleh masyarakat Korea Selatan, seperti
ajaran Kong-Hu-Cu, yang menyuruh pengikutnya agar baik terhadap sesama manusia, baik
terhadap binatang, baik terhadap Tuhan serta jujur dan terbuka dalam semua masalah yang
menimpa pengikutnya. Maka, dapat dikatakan kebudayaan Korea Selatan sekarang adalah hasil
warisan dari kebudayaan Korea Bersatu.
DAFTAR PUSTAKA