Anda di halaman 1dari 13

KEBUDAYAAN KOREA SELATAN

Dosen Pengampu:

Assyarifullah Ramli, S.Pd., M.Pd

Dibuat Oleh:

Nurfadillah Azan Bakri (180230149)

Pita Vidiasari (180230154)

Nurhildayani (180230150)

Nirma Lestari (180230144)

Riska Anggina Putri (180230159)

Nirwana Novianti Putri (180230145)

Rini Pridia Ningsih (180230158)

Universitas Sembilanbelas November Kolaka

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Prodi Pendidikan Bahasa Inggris

2020/2021
Kata Pengantar

Puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan
rahmat-Nya untuk kita semua, serta rasa syukur selalu kami ucapkan karena nikmat kesehatan-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas
dari Cross Culture Understanding (CCU). Materi ini sangat berguna untuk kita, dengan selesainya
makalah ini kami berharap semoga dapat membantu teman-teman dalam memahami materi tentang
Kebudayaan Korea Selatan serta menambah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan tentang
bagaimana kebudayaan negara lain. Namun jika dalam makalah ini banyak terdapat kesalahan kami
mohon maaf, karena kami juga masih dalam proses belajar. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurnah. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat di harapkan untuk
memperbaiki mkalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kolaka, 15 Januari 2021

Penulis
Daftar Isi

Halaman Judul………………………………………………………………………………………………..

Kata Pengantar……………………………………………………………………………………………….

Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………..

Bab 1 Pendahuluan

A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………...

Bab II Pembahasan

A. Sejarah Kebudayaan Korea Selatan…………………………………………………………………


B. Budaya Korea Selatan……………………………………………………………………………….
C. Budaya dan Masyarakat Korea Selatan……………………………………………………………..
D. Konsep Sosial dan Etika di Korea Selatan………………………………………………………….
E. Hal-hal yang di Tabu dalam budaya Korea Selatan………………………………………………...

Bab III Penutup

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………….

Daftar Pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Korea atau sewaktu bersatunya dikenal sebagai Choson, negeri yang dijuluki Land Of Morning Calm
memiliki kebudayaan yang tak ternilai harganya. Sebut saja contohnya adalah Kuil Bulguksa,
Observatorium tertua di dunia-Ch’omsongdae, hingga Tugu Ssanggyong. Itu baru kebudayaan berwujud
fisik belum lagi kebudayaan yang bersifat imaterial atau dengan kata lain kebudayaan ideal. Karena
memang kebudayaan tidak hanya yang kelihatan wujudnya tapi juga, ada yang wujudnya tidak terlihat
secara kasat mata namun sebenarnya ada, inilah yang disebut kebudayaan ideal atau kebudayaan gagasan.
Kebudayaan ideal Korea, sebenarnya kebanyakan hanya kebudayaan ideal turunan. Contohnya adalah
ajaran Kong-Hu-Chu yang melekat erat dalam kehidupan sosial dan etos kerja orang Korea tentu saja
bukan kebudayaan ideal asli Korea, karena seperti yang kita ketahui bersama bahwa Kong-Hu-Cu adalah
kebudayaan ideal dari Cina dengan penggagasnya adalah Konfusius, seorang filsuf Cina. Kemudian, ada
semangat keagamaan yang berasal dari kebudayaan Buddha yang menganjurkan pengikutnya agar
beragama Buddha, inilah yang membuat orang Korea tertarik beragama. Tapi, tentu saja ada kebudayaan
ideal asli Korea, seperti Hwangdo (Jalan Ksatria). Hwangdo mengajarkan bahwa orang Korea harus
memiliki integritas dan disiplin yang tinggi. Hwangdo pada dahulu kala tadinya hanya untuk bangsawan
tapi, sekarang semua orang Korea mengaplikasikannya.

Rumusan Masalah

Kebudayaan-kebudayaan yang ada di bagian pendahuluan, nampaknya adalah pondasi-pondasi bagi


kebudayaan Korea sekarang. Mungkin dapat dikatakan semua kebudayaan Korea bersatu (Choson)
menjadi dasar bagi kebudayaan Korea sekarang. Karena ingin memastikan bahwa semua kebudayaan
Korea bersatu adalah pondasi dari kebudayaan Korea sekarang dan khususnya kebudayaan Korea Selatan
serta untuk menjawab pertanyaan: “apakah hanya Korea Selatan yang mengadopsi kebudayaan Korea
bersatu, sedangkan Korea Utara sama sekali tidak mengadopsinya ? Maka, penulis membuat makalah ini
yang berjudul “Kebudayaan Korea Selatan Adalah Kebudayaan Korea Bersatu”.
1. Bagaimana sejarah terbentuknya Negara korea ?
2. Bagaimana budaya perkawinan di Korea ?
3. Bagaimana kebudayaan Korea dalam hal keturunan ?
4. Bagaimana budaya pakaian adapt Korea ?
5. Apa saja bagian-bagian dari baju adapt Korea ?
6. Apa makanan khas dari Korea ? 
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Kebudayaan Korea Selatan


Kebudayaan Korea berawal dari lahirnya kerajaan pertama Korea, yaitu kerajaan Choson karena
di masa kerajaan ini lahir dongeng yang menceritakan nenek moyang bangsa Korea. Dongeng ini
dikenal dengan nama legenda Tan’gun. Dongeng ini bercerita bahwa ada seorang dewa langit
yang bernama Hwanung yang turun ke bumi, kemudian dia mengajak anak buahnya untuk ikut
turun ke bumi. Di bumi mereka mendirikan kerajaan di suatu tempat, di mana lagi kalau bukan di
Semenanjung Korea.

Suatu ketika, ada seekor macan dan beruang menemui Hwanung dengan tujuan meminta
Hwanung agar mengubah diri mereka yang berwujud binatang menjadi manusia. Hwanung
mengabulkan permintaan mereka, ia memberikan sejumlah rumput dan sejumlah siung bawang
putih serta memerintahkan mereka memakannya dan menghindari matahari selama 100 hari.
Mereka harus melaksanakan perintah tersebut jika mereka ingin menjadi manusia.

Beruang yang melaksanakan perintah Hwanung dengan sabar akhirnya menjelma menjadi
perempuan dalam waktu kurang dari dua bulan, tetapi macan yang tidak sabar melaksanakan
perintah Hwanung gagal menjelma menjadi manusia. Karena macan tersebut tidak tahan makan
bawang putih dan rumput terus menerus maka, dia akhirnya keluar dari gua dan memakan daging.
Padahal, jika macan itu bersabar seminggu lagi saja, menurut Hwanung macan itu menjadi laki-
laki dan tentu saja berpasangan dengan beruang yang menjadi perempuan tersebut.

Hwanung merasa empati dengan beruang yang menjelma menjadi perempuan tersebut karena ia
tidak memiliki pasangan hidup sehingga akhirnya Hwanung menikahinya. Kemudian, mereka
memiliki putra yang diberi nama Tan’gun yang selanjutnya menjadi nenek moyang bangsa
Korea. Sekitar tahun 2300 Sebelum Masehi, Tan’gun menyatukan suku Tungusic dan kemudian
mendirikan kerajaan yang dikenal dengan kerajaan Choson kuno dengan ibukota Asadah
(Pyongyang sekarang).

Meskipun legenda Tan’gun hanya sebuah mitos yang kurang didukung fakta-fakta sejarah, namun
legenda tersebut merefleksikan idealisme Korea serta memberikan kebanggan bangsa Korea
sebagai bangsa yang memiliki sejarah dan kebudayaan tertua. Oleh karena itu, bangsa Korea tetap
melestarikan legenda tersebut dan menjadi sumber kebangkitan spiritual bagi bangsa Korea saat
menghadapi krisis rasial dan nasional

Berlanjut ke masa tiga kerajaan, yaitu Koguryo, Paekche dan Silla. Di masa ini nampaknya hanya
sistem tulisan idu yang terkenal dan mempengaruhi kebudayaan Korea sekarang khususnya di
Korea Selatan karena memang idu masih dipelajari orang Korea Selatan sekarang. Idu pada masa
itu dikembangkan untuk menerjemahkan kata-kata dalam bahasa Korea ke bentuk tullisan Cina,
karena pada masa ini seorang cendekiawan bernama Sol Ch’ong dari kerajaan Silla
mensistemasisasi dan mengolah sistem ini

Kemudian, saat tiga kerajaan ini ingin menguasai Korea atas nama satu kerajaan atau bahasa
halusnya adalah penyatuan Korea. Mulailah, adanya budaya perang atau permusuhan satu sama
lain (sentimen kerajaan)

Akhirnya, ketiga kerajaan itu dapat disatukan dibawah bendera kerajaan Silla dan ketiga kerajaan
itu memadukan, kebudayaannya, maka terciptalah Kuil Bulguksa yang dibuat penganut Buddha
dari Silla, ajaran Kong-Hu-Cu yang dijadikan sistem sosial dasar masyarakat, padahal tadinya
ajaran Kong-Hu-Cu, hanya berkembang di Paekche, dan pembuatan observatorium bintang-
Ch’omsongdae, hingga Tugu Ssanggyong yang dimulai pada masa kerajaan Koguryo.

Maju ke abad pertengahan tepatnya abad ke-16, di Korea terdapat seorang laksamana perang
bernama, Laksamana Yi Sun-Sin beliaulah yang membuat kapal anti peluru pertama kali di dunia
yang diberi nama “kapal kura-kura”, untuk menangkal invasi Jepang.

Saat Jepang menginvasi Korea tentu saja ada kebudayaan Jepang, yang berasimilasi dengan
kebudayaan Korea, ini terlihat dari pakaian tradisional Korea yang bernama Hanbok, yang
merupakan perpaduan kimono ala Jepang dan baju katun Korea. Kemudian, saat orang Eropa,
ikut datang ke Korea mereka membawa agama Kristen ke Korea serta etos kerja keras ala Eropa
dan individualisme plus liberalisme dan imperalisme Eropa. Ketika Perang Dunia berakhir, Korea
mengalami vacum of power, seperti Indonesia, tapi, akhirnya oleh PBB, Amerika Serikat dan Uni
Sovyet, Korea dibagi dua tepat di garis 38 derajat, menjadi Korea Selatan dan Korea Utara

B. Budaya Korea Selatan


a. Budaya Perkawinan
Kebudayaan garis keluarga di Korea adalah berdasarkan atas sistem Patrilinial. Pria
memegang peranan penting dalam kesejahteraan keluarga dan diwajibkan untuk bekerja.
Wanita diperbolehkan untuk bekerja hanya kalau diperbolehkan oleh suami atau jika hasil
kerja suaminya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tugas utama wanita adalah
untuk mengasuh anak dan menjaga rumah.
Budaya perkawinan Korea sangat menghormati kesetiaan. Para janda, jika suami mereka mati
muda, tidak dizinkan menikah lagi dan harus mengabdikan hidupnya untuk melayani orang
tua dari suaminya. Begitu juga yang terjadi pada seorang duda yang harus melayani orang tua
dari istrinya walaupun istrinya tersebut mati muda.
b. Budaya dalam hal keturunan
Dalam budaya Korea , keturunan atau anak dianggap sebagai sebuah anugerah yang amat
besar dari Tuhan. Oleh karena itu, setiap keluarga disarankan untuk memiliki paling tidak
seorang keturunan. Oleh karena budaya yang amat menghormati anugerah Tuhan tersebut,
aborsi yang bersifat sengaja akan diberikan hukuman yang amat berat secara adapt, yaitu
hukuman mati kepada sang Ibu dan orang lain yang mungkin terlibat di dalamnya, seperti
suaminya (jika suaminya yang memaksa), dokter (jika dokter yang memberikan sarana untuk
aborsi), dan lain-lain. Akan tetapi, secara hukum, tidak akan diadakan hukuman mati.
Hukuman mati biasanya hanya dilaksanakan di daerah pedalaman Korea di mana adat masih
berpengaruh secara kuat.
Pembagian harta warisan dalam budaya ini amatlah adil. Tanpa memperdulikan jenis
kelamin, keturunan dari seseorang akan mendapatkan pembagian harta dengan jumlah yang
sama dengan saudara-saudaranya. Akan tetapi, dalam prakteknya ini tidak selalu terjadi.
Kebanyakan orang tua menyisihkan lebih banyak harta warisan kepada anak tertua mereka.

c. Budaya pakaian tradisional “Hanbok”


Hanbok (Korea Selatan) atau Chosŏn-ot (Korea Utara) adalah pakaian tradisional
masyarakat Korea. Hanbok pada umumnya memiliki warna yang cerah, dengan garis yang
sederhana serta tidak memiliki saku. Walaupun secara harfiah berarti "pakaian orang Korea",
hanbok pada saat ini mengacu pada "pakaian gaya Dinasti Joseon" yang biasa dipakai secara
formal atau semi-formal dalam perayaan atau festival tradisional.
Hwalot, pakaian pengantin Hanbok digunakan diklasifikasikan berdasarkan peristiwanya:
pakaian sehari-hari, termasuk untuk hari ulang tahun pertama anak.

Hanbok modern, untuk anak-anak terbagi atas 2 atau 3 bagian dan bisa dipakai dengan
mudah. Hanbok anak-anak dipakai biasanya satu atau dua kali setahun dalam
perayaan chuseok atau tahun baru imlek (seolall). Pada ulangtahun pertamanya (dolljanchi)
anak-anak memakai hanbok pertama mereka.
Pola tradisional hanbok memiliki kombinasi garis anggun dan warna yang menampilkan
keindahan dari hanbok tersebut. Bentuk pola hewan, tumbuhan, dan pola alam lainnya
ditambahkan pada pinggiran rok, maupun pada bagian luar dari kerah disekitar bahu.
Bagian-bagian dari Hanbok yaitu:
 Jeogori yang dipakai wanita dan pria sedikit berbeda bentuknya. Jeogori yang
dipakai pria lebih besar dan panjangnya menutupi bagian tubuh atas sampai ke
pinggang. Sedangkan Jeogori yang dipakai wanita hanya sampai bawah dada. Garis
kerah Jeogori yang berbentuk V itu disebut Dongjeong yang kemudian diikat dengan
pita pengikat yang disebut Goreum. Jaman dulu Goreum tidak terlalu banyak detil
hiasannya, tapi kalau kamu lihat Hanbok modern di Korea sekarang ini, ada begitu
banyak varian warna dan bentuk Goreum yang fashionable. Rok yang menggembung
di Hanbok wanita disebut Chima. Nah Chima ini bentuknya panjang dan
mengembang menutupi sebagian besar tubuh sang pemakai. Tujuannya selain untuk
mengatur penampilan agar terlihat sopan, juga untuk memudahkan gerak agar lebih
leluasa.
 Baji adalah celana yang dipakai pria Korea dan diikat dengan pengikat bernama
Daenim. Di masa kuno, orang Korea baik pria maupun wanita menggunakan Baji,
khusus wanita tentunya tergantung kegiatan mereka. Dulu ukuran Baji dijadikan
sebagai identitas status sosial.
 Baerae adalah garis terbawah dari lengan jeogori atau magoja (jaket luar). Dengan
bentuk garis melingkar yang membentuk kurva, seripa dengan garis yang terdapat
pada bagian atap rumah tradisional Korea.
 Beoseon adalah sepasang kaos kaki. Bentuk dari beoseon sebenarnya tidak
merefleksikan perbedaan gender penggunanya, baik pria maupun wanita. Hanya saja
beoseon pria memiliki pelipit lurus.
d. Bahasa di Korea Selatan
Orang Korea berbagi satu bahasa, dengan sekitar tujuh puluh juta orang di seluruh dunia
berbicara Bahasa Korea. Struktur Bahasa, tata bahasa dan kosakata mirip dengan Bahasa
Jepang. Dialek bersifat regional, berbeda terutama dalam aksen, tetapi sangat mirip sehingga
pemahaman untuk pembicara atau pendengar tidak menjadi masalah. Perbedaan utama dalam
dialek juga dikaitkan dengan status sosial. Korea memiliki salah satu tingkat sadar huruf
tertinggi didunia karena sifat fonetis dari bahasa tertulis yang diciptakan pada pertengahan
abad ke-15 untuk memberikan satu bahasa kepada orang Korea.
e. Salam dan Cara Menyapa
Membungkuk adalah cara tradisional untuk menyapa di Korea Selatan. Jabat tangan sering
dilakukan oleh pria. Tangan kiri kamu harus menopang lengan kanan mu saat berjabat
tangan. Sementara untuk wanita Korea tidak selalu berjabat tangan namun sering
membungkuk.
f. Gaya Komunikasi
Komunikasi dapat menjadi rumit di Korea Selatan karena mereka tidak suka mengatakan
'tidak'. Mengatakan “tidak” dianggap etiket yang buruk. Menolaklah dengan cara yang halus.
Postur tubuh yang baik dan bahasa tubuh yang positif sangat bermanfaat dalam komunikasi.
Kesabaran dan kesopanan harus dipertahankan. Jangan menggunakan bahasa tubuh yang
berlebihan atau terbuka.
g. Privasi
Merupakan penghinaan bagi orang  Korea jika disentuh oleh seseorang yang tidak mereka
kenal. Jangan menepuk punggung mereka atau memeluk mereka. Kontak mata yang
berkepanjangan dan langsung dapat disimpulkan sebagai suatu yang  tidak sopan, terutama
ketika berhadapan dengan orang lain yang memiliki kedudukan sosial yang lebih tinggi.
h. Etika Pemberian Hadiah
Orang Korea adalah orang yang murah hati dan senang memberi hadiah. Terimalah hadiah
dengan kedua tangan tetapi jangan langsung membuka hadiah, tunggu sampai pemberi hadiah
pergi. Kembalikan bantuan dan tawarkan sesuatu yang bernilai serupa. Jika kamu ingin
memberi hadiah, pastikan untuk membungkus dan menyajikannya dengan cara yang menarik.
Hindari menggunakan kertas pembungkus gelap, terutama merah, sebagai gantinya pilih
kuning cerah / hijau. Jika diundang ke rumah orang Korea bawalah hadiah untuk tuan
rumahnya. Coklat, permen, kue atau bunga, lebih disukai daripada alcohol. Jangan
memberikan hadiah yang terlalu mahal karena orang Korea merasa berhutang budi pada saat
mereka menerimanya.
i. Bertamu
Selalu lepaskan sepatu kamu sebelum memasuki rumah orang. Dimungkinkan untuk
terlambat hingga tiga puluh menit tanpa menyebabkan pelanggaran tetapi ketepatan waktu
sangat dihormati. Ingat, jangan pernah menuangkan minuman kamu sendiri. Tuan rumah
akan melakukan ini di hadapan kamu. Diundang ke rumah orang Korea dianggap suatu
kehormatan (terutama jika itu untuk makan-makan) sehingga sangat penting untuk
memperlakukannya dengan cara yang sama. Bersikap sopan, hormat dan hargailah kebiasaan
mereka. Bawalah hadiah untuk membalas kebaikan dari orang yang mengundang kamu.

C. Budaya dan Masyarakat Korea Selatan


a. Agama dan Keyakinan
Korea Selatan mendukung kebebasan beragama. Konfusianisme, Budha dan Kristen adalah
agama formal utama. Banyak orang Korea percaya pada roh leluhur dan mengamati ritual.
Konfusianisme adalah filsafat sosial dan politik yang melingkupi budaya Korea.
b. Perayaan Besar
Ada dua hari libur nasional utama di Korea, yaitu Hari Tahun Baru (bulan purnama kedua
setelah titik balik matahari di musim dingin) dan Chuseok (bulan purnama kedelapan).
Perayaan untuk festival ini dirayakan di sekitar leluhur, dan keluarga.
c. Keluarga
Keluarga merupakan bagian integral dari kebiasaan dan kehidupan di Korea Selatan.
Pernikahan yang diatur adalah hal biasa. Pernikahan dianggap sebagai ritual peralihan.
Perceraian jarang terjadi tetapi telah menjadi lebih umum dalam beberapa tahun terakhir.
Silsilah leluhur ada di mana-mana. Secara tradisional, putra tertua mewarisiseluruh harta
keluarga. Namun baru-baru ini diubah dan sekarang setara dengan perempuan. Anak laki-laki
tertua memikul tanggung jawab ekstra untuk keluarganya dan dia akan merawat orang tuanya
di usia tua mereka.
d. Makanan
Dalam budaya Korea , ada satu makanan khas yang memiliki suatu arti yang tidak dimiliki
oleh makanan lainnya. Makanan ini disebut kimchi. Di setiap session makanan,
ketidakberadaan kimchi akan memberikan kesan tidak lengkap. Kimchi adalah suatu
makanan yang biasanya merupakan sayuran yang rendah kalori dengan kadar serat yang
tinggi (misalnya bawang, kacang panjang, selada, dan lain-lain) yang dimasak sedemikian
rupa dengan bumbu dan rempah-rempah sehingga menghasilkan rasa yang unik dan biasanya
pedas. Dalam kenyataannya (menurut hasil penelitian kesehatan WHO), jenis-jenis kimchi
memiliki total gizi yang jauh lebih tinggi dari buah manapun.
Hal yang membuat kimchi menjadi makanan yang spesial ada banyak faktornya. Faktor
pertama adalah pembuatannya. Kimchi (dalam hal ini adalah kimchi yang dihidangkan untuk
acara-acara spesial, bukan kimchi untuk acara makan biasa dan sehari-hari) dibuat oleh
wanita dari keluarga bersangkutan yang mengadakan acara tersebut dan hanya bisa dibuat
pada hari di mana acara tersebut dilaksanakan. Semakin banyak wanita yang turut membantu
dalam pembuatan kimchi ini, semakin “bermakna” pula kimchi tersebut. Kimchi juga
merupakan faktor penentu kepintaran atau kehebatan seorang wanita dalam memasak. Konon
katanya, jika seorang wanita mampu membuat kimchi yang enak, tidak diragukan lagi
kemampuan wanita tersebut dalam memasak makanan lain. Faktor ketiga adalah asal mula
kimchi. Kimchi pada awalnya dibuat oleh permaisuri dari Raja Sejong sebagai hidangan
untuk perayaan Sesi.

D. Konsep Sosial dan Etika di Korea Selatan


a. Konsep Kibun
Kibun adalah kata tanpa terjemahan bahasa Inggris literal. Istilah yang paling dekat adalah
kebanggaan, wajah, suasana hati, perasaan, atau keadaan pikiran. Jika kamu melukai kibun
seseorang, maka kamu melukai harga diri mereka, menyebabkan mereka kehilangan
martabat, dan malu. Hubungan interpersonal Korea beroperasi berdasarkan prinsip harmoni.
Penting untuk menjaga suasana damai dan nyaman setiap saat, bahkan jika itu berarti
"berbohong demi kebaikan".
Penting untuk mengetahui cara menilai keadaan kibun orang lain, dan bagaimana menjaga
kibun kamu sendiri pada saat yang sama. Dalam bisnis, kibun seorang manajer akan rusak
jika bawahannya tidak menunjukkan rasa hormat yang pantas. Kibun bawahan akan rusak
jika manajernya mengkritiknya di depan umum. Nunchi adalah kemampuan untuk
menentukan kibun orang lain dengan menggunakan mata. Karena ini adalah budaya di mana
harmoni sosial sangat penting, mampu menilai keadaan pikiran orang lain sangat penting
untuk mempertahankan kibun seseorang. Nunchi dicapai dengan melihat bahasa tubuh dan
mendengarkan nada suara serta apa yang dikatakan.
b. Penamaan
Di Korea Selatan posisi nama adalah kebalikan dari budaya Barat. Nama keluarga sebagai
nama depan dan nama asli sebagai nama belakang. Dianggap sangat tidak sopan untuk
menyapa orang Korea langsung dengan namanya aslinya. Memanggil mereka harus memakai
embel-embel seperti Tuan, Nyonya atau dengan menggunakan jabatan profesional mereka,
dll.

E. Hal-hal Yang Tabu Dalam Budaya Korea Selatan


 Jangan mengenakan sepatu kamu di tempat ibadah atau rumah orang.
 Jangan menginjak furniture.
 Jangan makan atau minum di tempat umum sambil berjalan.
 Jangan letakkan ibu jari di antara jari tengah dan jari telunjuk kamu sambil
mengepalkan tangan karena ini adalah tindakan cabul.
 Jangan gunakan tinta merah ketika menulis surat. Ini adalah simbol kematian dan
dicadangkan hanya untuk menulis nama-nama orang yang sudah meninggal. Itu
dianggap sial dan menunjukkan kamu berharap kematian pada si penerima.
 Jangan berdiri terlalu dekat dengan orang yang pertama kali kamu temui .
KESIMPULAN

Pembagian Korea menjadi Korea Selatan dan Korea Utara, tentu saja menyebabkan
adanya perbedaan kebudayaan di antaran keduanya. Jika, di Korea Selatan menganut budaya
liberal maka di Korea Utara menganut gaya sosial. Kemudian, orang-orang Korea Selatan sangat
terbuka dengan negaranya, maka Korea Utara tertutup.
Dari sini dapat dikatakan bahwa nampaknya, Korea Utara mewarisi hanya sedikit
kebudayan-kebudayaan Korea bersatu karena, sangat bertentangan dengan kebudayaan Korea
Utara yang sekarang. Contoh kecil, jika kebudayaan Korea bersatu mengajarkan mereka untuk
terbuka tapi, Korea Utara malah menutup diri. Sedangkan, kebudayaan Korea bersatu yang
masih melekat erat pada Korea Utara mungkin hanya mitos Tan’Gun, karena kerajaan Tan’Gun
terletak di Asadah atau yang sekarang kita kenal dengan ibukota Korea Utara, Pyongyang.
Sebaliknya, dengan Korea Selatan mereka mewarisi hampir seluruh kebudayaan Korea
bersatu. Karena, memang situs-situs budaya juga banyak terdapat disini. Dan kebudayaan ideal
dari kebudayaan Korea bersatu, sangat fasih diterapkan oleh masyarakat Korea Selatan, seperti
ajaran Kong-Hu-Cu, yang menyuruh pengikutnya agar baik terhadap sesama manusia, baik
terhadap binatang, baik terhadap Tuhan serta jujur dan terbuka dalam semua masalah yang
menimpa pengikutnya. Maka, dapat dikatakan kebudayaan Korea Selatan sekarang adalah hasil
warisan dari kebudayaan Korea Bersatu.
DAFTAR PUSTAKA

Ahn, Chung-Si. Korea At A Glance. Seoul : Seoul University Press, 2004.


Go, Pok Sam. Korean Three Kingdoms. Busan : Busan History Center Press,
2006.
Surajaya, I Ketut. Pengantar Sejarah Korea(Kompilasi danTerjemahan). Depok: UI,
2006.
www. KBS. com.
www. Korea. net.
www. wikipedia. co. id.

Anda mungkin juga menyukai