Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SISTEM PEMERINTAHAN KOREA KUNO

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Timur

Dosen Pengampu mata kuliah: Ririn Darini, M. Hum.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 9:

Nana Deliawati (17407141012)


Hasna Nuha An Nabila (17407141018)
Doni Agustio Wijaya (17407141022)

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

PRODI ILMU SEJARAH A

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korea terletak di semenanjung asaia timur korea berdekatan dengan jepang dan
china. luas sekitar 8.500 mil persegi yang terhampar dari bagian timur laut Benua Asia.
Wilayah Korea di sebelah utara dibatasi dua aliran sungai, yaitu Sungai Yalu dan
Tumen. Kedua sungai itu mengalir di antara Cina dan Korea. Sungai Yalu mengalir dari
barat daya sampai Laut Kuning dan Sungai Tumen mengalir dari timur laut menuju
kearah tenggara sampai laut timur. Dan munculnya bangsa Korea dapat dijelaskan
berdasarkan asal-usul, kebudayaan, klasifikasi menurut waktu maupun kelompok
masyarakat yang bermukim di wilayah Korea. Suku bangsa Korea berasal dari Bangsa
Nomad yang bermigrasi dari barat laut daratan Cina menuju Semenanjung Korea.
Populasi dasar Korea dibangun oleh migrans-migrans kecil berturut-turut dari Asia
Timur Laut selama periode lebih dari 50 tahun. Orang Korea awalnya hidup sebagai
kelompok-kelompok suku yang terpisah yang menduduki 8 atau 10 lembah-lembah
sungai utama. Kerajaan pertama di semenanjung Korea adalah Gochoson yang
kemudian disusul kerajaan baru seperti Puyo dan Koguryo (Kokuryo). Pada abad
pertama masehi terdapat tiga kerajaan besar di Semenanjung Korea. Ketiga kerajaan
tersebut adalah Koguryo, baekje, dan Silla.

Kerajaan Silla muncul sebagai kerajaan besar yang berhasil mempersatukan


ketiga kerajaan itu. Keberhasilan Kerajaan Silla ini merupakan langkah pertama
unifikasi bangsa Korea, meskipun di Manchuria muncul Kerajaan Balhae yang
mencapai puncak kejayaannya pada awal abad ke-9. unifikasi bangsa Korea melahirkan
Kerajaan Silla Baru yang terdiri dari tiga kerajaan yaitu Koguryo, Paekje, dan Silla.
Akan tetapi pada akhir abad ke-9 pada masa Ratu Jinsong, Kerajaan Silla Baru
menghadapi kekacauan yang muncul sebagai akibat dominasi kekuasaan local. Dan
pada abad ke-14 kaum bangsawan dan kaum terdidik berhasil mendirikan kerajaan baru
dengan nama Choson. Pendiri Kerajaan Choson menggunakan pengaruh kaum
intelektual Konghuchu untuk menyingkirkan kekuasaan kerajaan Korea yang masih
berkuasa. Puncak kejayaan kerajaan Choson dialami pada masa pemerintahan Raja
Sejong (1418-1450). Pada masa pemerintahan Raja Sejong, Kerajaan Choson
mengalami perkembangan di berbagai bidang, antara lain bidang seni, ide-ide dalam
bidang administrasi pemerintah, ekonomi, obat-obatan dan ilmu alam. Sehingga di sini
akan di bahas satu-persatu kerajaan pada masa korea kuno yang dimana pada mas korea
kuno ini ada 3 tahapan kerajaan. Seperti sebelum terjadi kerajaan hingga kerajaan
terakhir di korea kuno ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan korea sebelum masa 3 kerajaan ?
2. Bagaimana sistem pemerintahan pada masa 3 kerajaan?
3. Bagaimana sistem pemerintahan setelah 3 kerajaan ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Korea Sebelum 3 Kerajaan


Sejarah Korea bermula dari zaman Paleolitik Awal sampai dengan sekarang .
Dimana itu di awali dengan Kebudayaan tembikardi Korea dimulai sekitar tahun 8000
SM, dan zaman neolitikum dimulai sebelum 6000 SM yang diikuti oleh zaman
perunggu sekitar tahun 2500 SM. Kemudian Kgerajaan Gojoseon berdiri tahun 2333
SM. Baru pada abad ke-3 SM Korea mulai terbagi-bagi menjadi banyak wilayah
kerajaan. Munculnya bangsa Korea dapat dijelaskan berdasarkan asal-usul,
kebudayaan, klasifikasi menurut waktu maupun kelompok masyarakat yang bermukim
di wilayah Korea. Suku bangsa Korea berasal dari Bangsa Nomad yang bermigrasi dari
barat laut daratan Cina menuju Semenanjung Korea. Populasi dasar Korea dibangun
oleh migrans-migrans kecil berturut-turut dari Asia Timur Laut selama periode lebih
dari 50 tahun. Orang Korea awalnya hidup sebagai kelompok-kelompok suku yang
terpisah yang menduduki 8 atau 10 lembah-lembah sungai utama. Kerajaan pertama di
semenanjung Korea adalah Gochoson yang kemudian disusul kerajaan baru seperti
Puyo dan Koguryo (Kokuryo). Pada abad pertama masehi terdapat tiga kerajaan besar
di Semenanjung Korea. Ketiga kerajaan tersebut adalah Koguryo, Paekje, dan Silla.1

1. Zaman Tembikar
Jeulmun
Zaman kebudayaan tembikar di Korea dimulai sekitar 8000 SM, disebut
Kebudayaan Tembikar Yungimun. Bukti-bukti arkeologinya ditemukan di seluruh
Korea, seperti di situs Gosann-ni di Pulau Jeju. Kebudayaan Tembikar Jeulmun

1
Ririn Darini, Sejarah Korea Sampai Dengan 1945, (Jurusan PendidikanSejarah Fakultas Ilmu Sosial
dan Ekonomi, 2008), hlm. 1.
(tembikar berpola sisir) dimulai tahun 7000 SM, dan kebudayaan tembikar dengan
pola sisir di keseluruhan sisi artefak dimulai antara tahun 3500-2000 SM. Tembikar
Jeulmun sama dengan tembikar yang ditemukan di Primorsky, Rusia, Mongolia,
lembah sungai Amur dan Sungari di Manchuria.

Mumun

Pada masa ini (sekitar 1500 SM-300 SM) mulai terbentuk masyarakat yang
bercocok tanam dan berkehidupan(sosial-politik. Masyarakat di Korea bagian
selatan mengembangkan pertanian (padi ladang di (Zaman Mumun Tua (1500 SM-
850 SM). Di (Zaman Mumun Madya (850 SM-550 SM) mulai dikenal sistem
masyarakat yang dipimpin oleh (kepala suku. Pada (Zaman Mumun Muda (sekitar
550 SM-300 SM) bukti arkeologi menunjukkan telah dilakukan (upacara kematian
(penguburan) bagi orang yang memiliki status tinggi. Produksi perunggudimulai di
(Zaman Mumun Madya dan berperan penting dalam kegiatan upacara atau politik
setelah tahun 700 SM. Pada periode ini pula pertama kalinya berkembang
pemukiman yang berkembang kian besar dan akhirnya hancur: beberapa contohnya
seperti (Songguk-ri, (Daepyeong dan (Igeum-dong. Zaman Mumun berakhir sekitar
tahun 300 SM.

2. Kerjaaan Gojoseon (2333 SM)


Gojoseon adalah kerajaan Korea yang pertama. Kerajaan pertam di
semenanjung korea yang didasarkan pada kebudayaan perunggu adalah kerajaan
gojoseon yang di kenal dengan kerajaan korea kuno. Ketua gojoseon di sebutv Dan
gu wanggum . Berdasarkan Samguk Yusa dan teks-teks kuno Korea abad
pertengahan, Gojoseon didirikan tahun 2333 SM oleh Dangun, putra tokoh mitologi
Korea, Hwanin, yang dipercaya diturunkan dari surga. 2 Masyarakat Gojoseon
adalah keturunan dari suku bangsa Altai yang bermigrasi ke Manchuria, daerah
sebelah utara Sungai Yangtze (Cina) dan semenanjung Korea. Mereka adalah nenek
moyang orang Korea yang pertama yang disebut dalam catatan sejarah Gojoseon
sebenarnya terletak di Liaoning, tetapi sekitar tahun 400 SM memindahkan
ibukotanya ke Pyongyang yang sekarang adalah ibukota dari Korea Utara
Kebudayaan perunggu menyingsing di Korea sekitar tahun 1500-1000 SM, dan

2
Yang Seung-Yoon dan Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea Sejak Awal Abad Hingga Masa Kontemporer,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2003)hlm. 9.
melalui bukti-bukti arkeologi menyebutkan mungkin lebih jauh lagi yaitu tahun
2500 SM Pada masa ini telah dikenal peralatan seperti pisau belati perunggu
(bronze daggers), kaca, persenjataan serta pembuatan kota yang berdinding
Masyarakatnya juga telah membudidayakan padi, kacang merah, kacang kedelai
dan gandum. 3Mereka dapat membuat rumah-rumah yang berbentuk persegi
panjang dan membangun dolmen untuk tempat penguburan jenazah. Semenanjung
Korea memiliki situs dolmen yang terbanyak di dunia. Gojoseon berubah dari
pemukiman bertembok (walled cities) yang bersifat feodal menjadi sebuah kerajaan
sebelum abad ke 4 SM. Sejak abad ke 3 SM, kebudayaan besi telah berkembang
dan peperangan dengan bangsa Cina menyebabkan pengungsian ke timur dan
selatan semenanjung. Baru-baru ini sebuah cermin besi ditemukan di Songseok-ri,
Kangdong-gun, kota Pyongyang di Korea Utara yang mungkin berasal dari tahun
1200 SM. Pada masa ini, sebuah kerajaan bernama Jin, berkembang di bagian
selatan semenanjung Korea. Sangat sedikit bukti mengenai keberadaan Kerajaan
Jin, namun kerajaan ini sudah mengadakan hubungan dengan Dinasti Han Cina dan
mentransfer kebudayaan ke Yayoi (Jepang). Raja dari Gija Joseon mungkin telah
lari ke Jin setelah terjadi pemberontakan oleh Wiman. Jin kemudian berkembang
jadi Konfederasi Samhan. Dinasti Han lalu menumbangkan Wiman dan mendirikan
Empat Komander Han.Masih kabur kapankah waktu kejatuhan dan kehancuran
Gojoseon, tergantung kepada bagaimana sejarawan memandang Gija Joseon.
Sebuah teori dari Joseon Sangosa menyebutkan bahwa Gojoseon mengalami
perpecahan tahun 300 SM dan secara perlahan kehilangan kendali atas wilayah
teritorinya. Banyak negara (kerajaan) kecil yang menjadi pecahannya seperti
Buyeo, Okjeo, dan Dongye,. Sedangkan kerajaan besar Goguryeo dan Baekje
berasal dari Buyeo. Masa Tiga Kerajaan Korea dikuasai oleh Goguryeo, Baekje dan
Sillawalaupun sampai abad ke 5 dan 6 terdapat Kerajaan Buyeo dan Gaya.

3. Proto Tiga Kerajaan


Periode Proto Tiga Kerajaan (Masa Sebelum Tiga Kerajaan) kadang-kadang
disebut Periode Banyak Negara, atau masa sebelum munculnya tiga kerajaan seperti
Goguryeo, Baekje dan Silla. Pada masa ini terdapat banyak negara pecahan kerajaan
Gojoseon. Yang terbesar adalah Dongbuyeo (Buyeo Timur) dan Bukbuyeo (Buyeo
Utara). Setelah kehancuran Gojoseon, Buyo berkembang di Korea Utara saat ini

3
Leo Agung , sejarah asia Timur, ( Yogyakarta, Ombak : 2012 )
dan sebelah selatan Manchuria, dari abad ke 2 SM sampai tahun 494 M. Sisa-sisa
wilayah Gojoseon diserap oleh Goguryeo tahun 494, dan keduanya (Kerajaan
Goguryeo dan Baekje) menganggap masing-masing sebagai penerus dari Gojoseon.
Walaupun banyak dari catatan sejarah tidak akurat dan bertentangan, disebutkan
pada tahun 86 SM, Buyeo terpecah jadi Buyeo Utara (Bukbuyeo) dan Buyeo Timur
(Dongbuyeo). Pada tahun 538 Baekje menamakan diri mereka Nambuyeo (Buyeo
Selatan).Okjeo adalah kerajaan yang terletak di sebelah utara semenanjung Korea
dan berdiri setelah jatuhnya Gojoseon. Okjo sendiri sudah menjadi bagian dari
Gojoseon sebelum Gojoseon hancur. Okjeo tidak pernah menjadi sepenuhnya
kerajaan yang bebas karena selalu menghadapi intervensi dari kerajaan-kerajaan
tetangganya. Okjeo kemudian menjadi taklukan Goguryeo di bawah Raja
Gwanggaeto yang Agung pada abad ke 5 M.Dongye adalah kerajaan kecil lain yang
terletak di sebelah utara Semenanjung Korea. Dongye berbatasan dengan Okjeo dan
dua kerajaan lain yang juga menjadi negeri taklukkn Goguryeo. Dongye juga adalah
pecahan dari Gojoseon.4

B. Masa 3 Kerajaan

Perkembangan zaman kuno di Korea didominasi oleh kepemimpinan tiga


kerajaan kuno. Tiga kerajaan tersebut adalah Goguryeo, Baekje dan Silla. Kerajaan-
kerajaan tersebut berambisi untuk memperluas wilayah kekuasaannya dan mempunyai
hubungan dengan dinasti besar yang berkuasa di Cina sekaligus terlibat konflik hingga
mengakibatkan perang. Masing-masing kerajaan memiliki batas wilayah yang jelas
untuk mengatur dan mempermudah pengawasan pada wilayah kekuasaannya.5

Menurut catatan Samguk Sagi, sebuah buku sejarah yang ditulis oleh Kim Bu-
Sik pada tahun 1145 atas perintah Raja Injong dari kerajaan Koryo dan menceritakan
mengenai 3 kerajaan korea Kuno, Raja Jumong (Dongmong Songwang) mwndirikan
kerajaan goguryeo pada tahun 37 SM, raja Onjo mendirikan kerajaan Baekje pada tahun
18 SM dan kerajaan Silla berdiri pada tahun 57 SM dengan rajanya yang pertama Raja

4
Ibid
5
Anisa Septianingrum, Sejarah Asia Timur dari Masa Peradaban Kuno Hingga Modern, Anak Hebat
Indonesia, Yogyakarta, 2017. Halaman 20.
Pak Hyokgose.6 Meski demikian, berdasarkan jalinan persahabatan dengan Cina waktu
itu, Goguryeo didirikan lebih awal daripada Silla.

Sejak didirikan, ketiga kerajaan tersebut menyederhanakan sistem penguasaan


sentralisasi melalui penggabungan dan penyebaran teritorial terhadap negara-negara
patriarkhal. Oleh karena itu ketiga kerajaan tersebut berhasil mengembangkan
kerajaannya masing-masing dengan berlandaskan pada penguatan kekuasaan raja.

1. Kerajaan Goguryo (37 tahun SM - tahun 668 M)

Goguryeo adalah kerajaan paling besar di antara Tiga Kerajaan dan


merupakan kerajaan kuno pertama. Goguryeo didirikan tahun 37 SM oleh Jumong
(Dongmyeongseong) pertama memeluk Buddhisme pada tahun 372 pada masa
pemerintahan Raja Raja Sosurim. Awalnya Goguryeo terbentuk dari sekelompok
suku yang bernama Yemaek menjadi sebuah kerajaan dan secara cepat memperluas
wilayah mereka.

Kerajaan Goguryeo mendapat saingan keras dari kekuatan Cina yang mulai
masuk ke wilayah bangsa korea setelah kerajaan Go Choson hilang dari sejarah.
Sejak akhir abad pertama Masehi, Raja Taejo Goguryeo telah meletakkan landasan
kokoh bagi kerajaannya. Hal tersebut telah membantu perkembangan kerajaan
Goguryeo di masa-masa berikutnya.7

Goguryeo terkenal suka menyerbu tetangga mereka untuk memperluas


wilayah kekuasaannya sehingga seringkali ditakuti Goguryeo mencapai masa
keemasan pada abad ke 5, ketika Raja Gwanggaeto yang Agung dan anaknya Raja
Raja Jangsu memperluas wilayah kekuasaan sampai sebelah timur sungai Liao-Ho,
Manchuria menaklukkan wilayah bagian utara sungai Han melalui kemenangan
dalam perang dengan Baekje dan menghancurkan Jepang ke Kerajaan Silla. Pada
abad ke 5 raja Jangsu memindahkan ibukotanya dari kuknaesong ke Pyongyang
dan menyerbu Baekjeuntuk memperoleh teritorial di bagian tengah Semenanjung
Korea.

6
Yang Seung-Yoon dan Nur Aini Setiawati,op.cit., hlm. 15
7
Ibid, hlm. 15
Masa keemasan Goguryeo mencapai puncak pada abad ke 6 dan setelah itu
mulai melemah akibat konflik internal. Raja Anjang terbunuh tanpa ada penerus
dan digantikan oleh saudaranya Raja Anwon. Keadaan Goguryeo semakin goyah
saat Yangwon yang merupakan anak tertua raja Anwon yang berusia 8 tahun di
angkat jadi raja ke 23. Melemahnya Goguryeo dimanfaatkan suku barbar
menyerang perbatasan Goguryeo di sebelah utara tahun 550. Pada tahun 551
gabungan Silla dan Baekje mulai menyerang Goguryeo.

Pada abad ke 6 dan ke 7 Goguryeo mengalami banyak konflik dengan


Dinasti Tiongkok seperti Sui dan Tang. Sedangkan dalam relasi dengan Silla dan
Baekje, lebih terlibat konflik maupun aliansi. Tahun 551 M Baekje dan Silla
bergabung menyerbu Goguryeo dan menduduki lembah Sungai Han yang subur.
Silla kemudian mengkhianati perjanjian dengan Baekje dan merebut lembah
tersebut pada tahun 553. Pada tahun selanjutnya Raja Seong dari Baekje terbunuh
setelah berusaha menyerang batas barat Silla. Hilangnya wilayah yang subur ini
menyebabkan Goguryeo jadi semakin lemah.

Goguryeo menangkis berkali-kali serangan tentara Cina dalam Perang


Goguryeo-Sui tahun 598 sampai 614 yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Sui.
Namun dengan banyaknya perang dengan Cina, telah perlahan-lahan melemahkan
Goguryeo. Goguryeo ditundukkan dalam serangan gabungan Silla dan Dinasti
Tang tahun 668.

goguryeo menjadi negara penuh saat pemerintahan raja taejo (53-146).


mengusir nangnang di bawah raja micheon (300-331), dan muncul sebagai
kekuatan di wilayah utara, tetapi dihadapkan pada tantangan luar biasa karena
konfrontasi tanpa akhir dengan Cina (ye dan yem). kemudian pada masa
pemerintahan raja Sosurim (371-384), goguryeo memeluk agama Budha dan
mengumumkan hukum administrasi untuk meletakkan dasar bagi negara yang
kuat.8

2. Kerajaan Baekje (18 SM-660 M)

8
Shin Hyong-Sik, An Easy Guide to Korean History. Seoul: The Association for Overseas Korean
Education Development Press, 2010.hlm.
Kerajaan Baekje didirikan oleh Raja Onjo, putra ke-3 dari Jumong, raja
pendiri Goguryeo. Baekje beribukotakan di Wiryeseong, yang saat ini dekat
dengan kota Seoul. Puncak keemasan Baekje terjadi pada abad ke-4 Masehi.

Berdasarkan babad Korea Samguk Sagi, Baekje didirikan tahun 18 SM oleh


Raja Onjo yang memimpin sebagian kecil warga Goguryeo menuju selatan
Semenanjung Korea, tepatnya di wilayah propinsi Jeolla saat ini. Berdasarkan
catatan sejarah Tiongkok, San Guo Zhi, pada masa Samhan, salah satu wilayah
Konfederasi Mahan ada yang bernama Baekje. Samguk sagi memberikan
penjelasan mengenai pendirian Baekje. Jumong meninggalkan putranya Yuri di
Buyo ketika ia meninggalkan kerajaan tersebut untuk mendirikan Goguryeo.
Jumong bergelar Dongmyeongseong setelah diangkat jadi raja di Goguryeo. Ia
mempunyai 2 putra lagi dari istri ke-2 nya di Goguryeo, yaitu Onjo dan Biryu.
Ketika Yuri datang ke Goguryeo, Jumong langsung menggelarinya sebagai putra
mahkota. Mengetahui bahwa Yuri akan dijadikan raja selanjutnya, Onjo dan Biryu
memutuskan untuk hijrah ke selatan bersama 10 orang budak. Onjo menetap di
Wiryeseong (sekarang Hanam) dan mendirikan kerajaan yang disebut
Sipje("Sepuluh Budak"), sementara Biryu menetap di Michuhol (sekarang
Incheon). Sipje hidup dengan makmur, sedangkan Biryu harus bertahan susah
payah karena Michuhol berair asin dan tanahnya berawa-rawa. Biryu lalu pergi
menuju Wiryeseong untuk meminta Onjo menyerahkan tampuk kepemimpinan
padanya, namun Onjo menolak dan membuat Biryu mendeklarasikan perang.
Biryu kalah dalam perang tersebut dan bunuh diri karena malu. Para pengikut Biryu
pindah ke Wiryeseong dan diterima senang hati oleh Onjo. Onjo lalu mengganti
nama kerajaanya dengan :"Baekje" atau "Seratus Budak". 9

Dibawah kekuasaan rajaKun-Chogo pada pertengahan abad ke-4 kerajaan


Baekje mencapai puncak kejayaannya setelah berhasil memperluas wilayahnya
dengan menggabungkan wilayah mahan (provinsi colla sekarang) dan menguasai
wilayah di provinsi Hwanghae sebagai hasil kemenangannya dalan perang
melawan kerajaan Goguryeo. Kerajaan Baekje berhasil memperluaswilayah
kekuasaannya sampai ke jepang, Shantung dan Liaoshi di Cina Daratan. Pada abad
ke-6 raja Song memindahkan ibukotanya ke sabisong (sekarang buyo) seraya

9
Yang Seung-Yoon dan Nur Aini Setiawati,op.cit. hlm.16
memulihkan kembali kekuatan kerajaan melalui pembangkitan kembali semangat
restorasi 10

Pada tahun 660, tentara aliansi Silla dan Dinasti Tang menyerang Baekje.
Kota Sabi jatuh ke tangan Silla, sementara Raja Uija dan putranya diasingkan ke
Tiongkok. Beberapa anggota kerajaan lain melarikan diri ke Jepang. Sisa-sisa
warga Baekje berupaya mengadakan pergerakan kebangkitan di dalam kekuasaan
aliansi Silla dan Tang yang memiliki tentara mencapai 130.000 orang.

Jenderal Boksin menunjuk pangeran Buyo Pung (putra Raja Uija yang
selamat) sebagai raja baru Baekje. Baekje meminta pertolongan pada Pangeran
Naka no Ōe (yang nanti menjadi Kaisar Tenji) dari Jepang. Pangeran Naka no Ōe
mengirimkan Abe no Hirafu, seorang gubernur propinsi Koshi ke Baekje. Pada
tahun 663, sisa-sisa tentara Baekje bergabung dengan tentara Jepang dalam
pertempuran di atas air melawan Silla dalam Perang Baekgang. Tang juga
mengirimkan 7000 tentara dan 170 kapal perang. Baekje menderita kekalahan
setelah terjadi 5 kali pertempuran di sungai Geum selama bulan Agustus tahun 663.

King Koi atau yang disebut juga Kui ini adalah figur yang disebut-sebut
telah menciptakan Kerajaan Baekjae. Pada masa jabatannya, King Koi membuat
sistem pemerintahan. Ada 6 tingkat pada pemerintahannya dan tingkat-tingkat itu
di tandakan dengan warna jubah. King Koi juga membuat hukum untuk koruptor,
yaitu, tersangka harus membayar 3 kali lipat dari uang yang Ia terima dan akan
dikeluarkan dari pemerintahan selamanya. Baekjae memiliki sistem pemerintahan
terpusat. Walaupun begitu, masa kejayaan Baekjae adalah saat dipimpin oleh King
Kun Cho Go. Pada masaKing Kunchogo, Baekjae terus ekspansi wilayah ke Utara
(Goguryo) dan membunuh Raja Goguryo saat itu, Baekjae juga menguasai kota-
kota besar seperti Gyonggi, Chung Chong, Jeolla, dan beberapa bagian dari
Hwanghae dan Gangwon. Pada masa King Kun Cho go, Baekjae memiliki posisi
Internasional atas kerjasamanya dengan bagian timur Chin dan orang-orang Wa di
Jepang.

3. Kerajaan Silla (57 SM-654 M)

10
Ibid, hlm. 16.
Kerajaan Silla berdiri pada tahun 57 SM dengan rajanya yang pertama Raja
Pak Hyokgose. Artefak Silla seperti kerajinan emas menunjukkan adanya
pengaruh nomadik, dan tidak dipengaruhi budaya Tionghoa seperti halnya milik
Goguryeo dan Baekje. Silla berkembang cepat dan menguasai wilayah lembah
sungai Han dan menyatukan berbagai wilayah kecil.

Sejak abad 1 M, kerajaan Silla mulai berkembang penggabungan wilayah


dan disiapkannya kerangka landasan kerajaan kuno oleh Raja Naemul pada akhir
abad ke-4. Sejak masa Raja Naemul, marga kim secara turun temurun menjadi raja
dengan gelar Maribggan yang berarti pemimpin agung. Sebelum gelar Maribgan
dipakai sebagai gelar raja terlebih dahulu dugunakan gelar isagum yang berarti
pewaris kekuasaan. 11

Pada abad ke 2, Silla mulai tumbuh menjadi kerajaan yang kuat dan sering
terlibat perang dengan Baekje, Goguryeo dan Jepang. Pada tahun 660 Raja Silla,
Muyeol, menundukkan Baekje bersama Jenderal Kim Yushin yang dibantu
pasukan dari Dinasti Tang. Pada tahun 661 Silla dan Tang menyerbu Goguryeo,
namun dapat ditangkis. Raja Muyeol melakukan serangan lagi tahun 667 dan
Goguryeo ditaklukkan pada tahun berikutnya.Sebutan Negara Utara dan Selatan
merujuk pada kerajaan Silla Bersatu dan Balhae, yaitu saat Silla menguasai
semenanjung Korea dan Balhae memperluas kekuasaannya di Manchuria.

Setelah kerajaan Gogury dan Bekje runtuh, kerajaan tang berusaha untuk
menakhlukkan kerajaan Silla dan menguasai bekas wilayah kerajaan Goguryyeo
dan Baekje. Menghadapi usaha kerajaan Tang itu dengan dibantu oleh pengungsi
kerajaan Baekje dan Goguryeo, kerajaan Silla melancarkan peperangan melawan
kerajaan Tang selama kurang lebih 10 tahun.

Setelah berhasil mengalahkan pasukan darat Tang di benteng Maecho,


pasukkan Silla berhasil memenangkan pertempuran di Muara Sungai Kum dan
berhasil mengusir pasukan Tang dari semenanjung korea pada tahun 676 serta
membawa bangsa korea masuk pada penyatuan 3 kerajaan dibawah kerajaan Silla.

Kejayaan Silla bermula pada masa pergantian kekuasaan Raja Naemul


sampai ke kekuasaan Raja Nulchi (417-458). Pada masa ini, sistem politik

11
ibid, hlm, 17.
pengangkatan pemimpin sudah berdasarkan garis keturunan ayah kepada anak laki-
lakinya, yang sebelumnya pergantian tahta masih berdasarkan perebutan
kekuasaan oleh negara-negara konfederasi dan yang tadinya ada 12 distrik besar
diminimalkan menjadi 6 distrik administrasi, yang menandakan bahwa pada
kerajaan Silla telah berkembang sistem politik terpusat.

Karena kepercayaan masyarakat pada sistem politik terpusat dari kerajaan


Silla banyak dibangun pos-pos pemerintahan yang tersebar di seluruh area kerajaan
dan juga dibangun pasar-pasar yang memungkinkan masyarakat untuk
bertransaksi.

Pada masa pemerintahan Raja Chabi, Silla berhasil membebaskan diri dari
campur tangan Goguryo dalam urusan internal pemerintahan. Pada prosesnya, hal
ini menjadikan hubungan antara Silla dan Baekje menjadi lebih erat. Karena
adanya hubungan ini, terjadilah perpindahan ibu kota ke Ungjin.

Pada masa pemerintahan Raja Pophung (514-540) Silla menjadi lebih maju
dalam sistem politiknya ditandakan adanya aristrokatik terpusat yang lebih
sempurna, contohnya dengan berlakunya gelar wang atau raja dari yang
sebelumnya masih dengan bahasa lokal yaitu maripkan. selain itu pada masa ini
agama budha telah menjadi landasan beragama di kerajaan Silla, ini membuktikan
bahwan landasan ideologi sudah mulai di anut masyarakat. Serta pada sebelumnya,
pada masa pemerintahan Raja Chijung (500-514) silla menjadi lebih maju dalam
bidang agrikultural, yaitu diterapkannya sistem bajak sawah dengan bantuan
kerbau dan sistem irigasi yang menjadikan hasil panen menjadi lebih baik.

Pada masa raja Chinhung hubungan Baekje dan Silla mulai meregang karena
adanya tekanan dari Silla kepada Baekje. Raja Chinhung menyerang Tae Khaya,
yang menyempurnakan kekuasaan Silla di area subur sungai naktong. Sebagai
bentuk kemonarkiannya, raja mendirikan 4 monumen batu tegak sebagai tanda
penaklukan oleh Raja Chinhung.

C. Setelah Masa Tiga Kerajaan


1. Silla Baru (668-935 M)
Pada pertengahan abad ke-6, akhirnya kerajaan Silla berhasil menaklukkan
semua suku yang tergolong pada konfederasi Gaya. Kerajaan Silla yang mengadakan
aliansi dengan Dinasti Tang dari Cina berhasil menaklukkan kerajaan Beakje pada
tahun 660, dan kerajaan Goguryeo pada tahun 668. Terlebih, setelah mengusir pasukan
Tang dari Semenanjung Korea pada tahun 676, penyatuan dalam semenanjung Korea
semakin diperkokoh.12
Di pertengahan abad ke-8, kekuasaan dan kemakmuran dari kerajaan Silla
mencapai puncaknya.. Kerajaan Silla yang menikmati masa jaya ingin membangun
negara yang ideal yang berdasarkan pada agama Budha. Bulguksa atau kuil Bulguk
yang dibanggakan keagungannya telah didirikan pada zaman ini.
Dengan adanya peraturan baru menegenai kekuasaan, pejabat Sijung (Ketua
Menteri) sebagai yang bertugas menjalankan perintah raja mempunyai wewenang lebih
besar daripada Sangdaedung (Dewan Majelis), wakil dari kelompok bangsawan.
Seiring dengan berkembangnya Silla, bebrbagai kantor pemerintahannya dibangun.
Selain itu, juga dibangun lembaga pendidikan, Kukhak untuk pengajaran konfusius.13
Raja Munmu (661-681) yang berhasil melakukan penyatuan Korea (walau
diperdebatkan), berusaha membangun fondasi kerajaan yang kokoh. Penggantinya,
Raja Sinmun (681-692), memperbaiki sistem birokrasi dengan menetapkan sembilan
provinsi. Dari sembilan provinsi tersebut membawahi beberapa kabupaten dan
kecamatan serta menerapkan monarki otoriter pertama.14
Kemudian, Raja Seongdeok (702-737) mendemonstrasikan kekuatan Silla di
luar negeri dengan menjalin hubungan dekat dengan Tang. Mengambil manfaat dari
stabilitas politik ini, Raja Gyeongdeok (742-765) memastikan bahwa Silla Bersatu
berkembang melalui sistem birokrasi yang unik. Sistem birokrasi yang unik tersebut
untuk mendukung raja dan monarki. Empat belas kementerian melaporkan secara
langsung perkembangan kerajaan ke pemerintahan pusat. Selain itu banyak pejabat
tinggi kerajaan yang menikmati hak istimewa eksklusif sambil merangkap lebih dari
satu posisi. Para pejabat tersebut juga menerima tunjangan, Sistem yang demikian bisa
dikatakan menjadi prototipe bagi masyarakat tradisional Korea di seluruh dinasti
bahkan hingga masa Goryeo dan Joseon.
Silla Bersatu banyak mengadopsi kebudayaan Baekje dan Goguryeo serta Tang.
Para murid dan biksu dikirim ke Tang untuk membantu mengembangkan budaya Silla

12
Layanan Informasi dan Kebudayaan Korea, Korea: Dulu dan Sekarang, (Seoul: Kementerian Budaya
Olahraga dan Pariwisata, 2012), hlm. 197.
13
Yang Seung-Yoon dan Nur Aini Setiawati,op.cit., hlm. 30..
14
Shin Hyong-Sik,op.cit., hlm. 59.
sekembalinya nanti. Oleh karena itu, pengaruh China yang paling ketara di Silla Baru
ialah terdapat ajaran konfusianisme dalam berbagai bidang, seperti pemerintahan Di
bawah sistem monarki yang stabil, Silla memproyeksikan kemandirian dan identitasnya
ke dunia luar dan menjaga stabilitas masyarakat untuk jangka waktu yang lama.15

2. Balhae (698-926 M)
Pada tahun 698, sebagian masyarakat dari kerajaan Goguryeo yang telah hancur
mendirikan kerajaan Balhae di bagian tengah dan selatan Manchuria. Penduduk
kerajaan baru ini terdiri dari pengungsi-pengungsi kerajaan Goguryeo dan sejumlah
besar penduduk Malgal. Oleh karena itu, kerajaan Balhae membentuk sistem
pemerintahan yang meniru Kerajaan Goguryeo. Begitu pula dalam hal seni
budayanya.16
Balhae pertama kali menjadikan Tungmoushan ibukotanya. Akan tetapi, kemudia
pindah ke Kota Guguk. Hal ini dikarenakan memang Tunmoushan secara strategis
bagus untuk pertahanan militer tetapi kurang menguntungkan sebagai ibukota.
Kemudian, ibukota dipindahkan lagi ke Junggyeong (Helong), yang terletak di dekat
Sungai Haeran. Junggyeong diangaap menguntungkan karena iklim yang tidak terlalu
ekstrim serta juga merupakan pusat transportasi, Setelah keadaan politik dirasa stabil,
ibukota dipindahkan lagi oleh Raja Mun (737-793) ke lebih utara, tepatnya di
Sanggyeong. Hal ini dimaksudkjan agar lebih mudah mengawasi suku Malgal yang ada
di utara. Selain itu, pihak kerajaan juga berasumsi bahwa Sanggyeong memiliki
kapasitas dalam menopang Balhae yang semakin berkembang. Akses Sanggyeong
terbilang mudah ke sumber tangkapan ikan yang melimpah di Sungai Mudan dan Danau
Huhanhai (Danau Jingpo). Juga, komodi pertanian yang dihasilkan di dataran luas di
sekitar Sungai Mudan, menjadikannya pusat kemakmuran yang menopang Sanggyeong
sebagai ibukota Balhae.
Untuk mengendalikan daerahnya yang luas, Balhae memiliki tiga kanselir
(Seong) dan enam kementerian (Bu) di pemerintah pusat. Selain itu dalam hal
pembagian wilayah administrasi, didirikan 5 ibu kota sekunder (gyeong), 15 kota besar,
dan 62 provinsi (ju). Sistem pemrintahan Balhae bisa dikatakan tidak sama persis
dengan sistem pemerintahan Tang. Walaupun begitu, tidak bisa dipungkiri bawa

15
Ibid.
16
Layanan Informasi dan Kebudayaan Korea, Op.Cit., hlm. 197-198.
terdapat kesamaan misalnya dalam lembaga Jeongdang-seong yang mirip dengan
Sangseo-seong dari Tang.
Orang-orang Balhae memiliki keyakinan kuat bahawa mereka merupakan
penerus Kerajaan Goguryeo. Oleh karena itu, Balhae bersifat bersifat konfrontatif
terhadap Tang dan Silla. Walaupun begitu, secara proaktif Balhae menerima
kebudayaan Tang. Balhae mampu menciptakan budaya yang luar biasa dan unik dengan
menerima budaya Tang atas dasar budaya Goguryeo. Balhae memang sering
memindahkan ibukota beberapa kali untuk tujuan pertahanan. Lamun, tetatplah bahwa
Sanggyeong adalah pusat dari Balhae, sang penguasa Manchuria.17

3. Goryeo (918-1392)
Setelah terwujudnya reunifikasi Bangsa Korea, Kerajaan Goryeo memperbaiki
dan memperbaruhi serangkaian peraturan, baik di bidang politik maupun sosial
didasarkan pada pada ajaran Konfusius dan kaum bangsawan. Akan tetapi,
pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok militer sebagai aksi protes terhadap
struktur pemerintahan pada akhir abad ke 12, telah menggoncang sistem kehidupan
masyarakat Goryeo. Selain itu, juga terdapat adanya intervensi asing, yaitu dari Dinasti
Yuan. Wibawa yang dimiliki oleh Goryeo semakin merosot jauh. Meskipun demikian,
Goryeo tetap dapat mempertahankan eksistensinya.18
Pada awalnya, kekuasaan raja Goryeo masih tidak stabil karena adanya
peningkatan kekuatan para pemimpin daerah. Oleh karena itu, Kerajaan Goryeo sangat
membutuhkan kestabilan politik dan sosial melalui sistem pemusatan kekuasaan raja.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Raja Kwangjong melakukan penindasan terhadap
kalangan pemimpin daerah dan anggota keluarga Ratu Jinsong. Ia membebaskan
sejumlah besar budak pribadi yang dimilikd oleh para pemimpin daerah secara ilegal
melalui perbaikan dan pembaharuan peraturan terkait. Selain itu dilaksanakan ujian
masuk unituk memilih pegawai yang berbakat.
Kemudian, pada masa Raja Songjong berhasil menerapkan sistem sentralisasi
politik melalui pembaharuan berbagai peraturan dan ketertiban. Sesuai dengan saran
yang diberikan oleh cendikiawan Choe Sung-no, Raja Songjong mengutamakan ajaran
konfusius yang menekanken keiuiuran hati sebagai kebijakan politik dan terus

17
Shin Hyong-Sik, Op. Cit., hlm. 64-66.
18
Yang Seung-Yoon, Op. Cit., hlm. 43.
memperbaiki struktur administrasi, baik di tingkat pusat maupun daerah. Selanjutnya,
pada masa Raja Munjong telah berhasil menyelesaikan proses perbaikan dan
pembaharuan itu secara menyeluruh.
Raja Songjong membentuk Naesa Munhasong (yang kemudian diubah
namanya menjadi Jungso Munhasong), Sangsosong dan Jungchuwon sebagai lembaga
politik tingkat pusat. Jungso Munhasong membahas dan menetapkan kebijakan
kerajaan. Sangsosong bertugas untuk mengelola administrasi negara yang terbagi
kedalam enam departemen, yaitu departemen personalia, militer, keuangan, kehakiman,
pembangunan dan konstruksi, sedangkan Jungchuwon membahas proses keluar masuk
perintah raja dan rahasia urusan militer.
Selain tiga lembaga tersebut, juga ada Osadae (bagian inspeksi) yang bertugas
sebagai pengawasan dan permeriksaan keuangan, Samsa yang menjalankan tugas di
bidang pembuatan dan peredaran uang serta distribusi bahan makanan. Donbyongmasa
(komando militer) yang terdiri dari para pejabat tinggi Jungso Munhasong dan
Jungchuvion, membuat keputusan untuk membahas dan memutuskan kebijakan yang
sangat penting dalam bidang militer. Pada masa akhir Kerajaan Goryeo, Dobyongmasa
diubah menjadi Dopyonguisasa, yaitu dewan pengurus tertinggi kerajaan.
Pada masa awal Kerajaan Goryeo, pemerintahan daerah dikuasai oleh para
pemimpin daerah yang memiliki hak otonomi. Akan tetapi, seiring dengan
perkembangan kerajaan, Raja Songjong membentuk dua belas divisi di setiap daerah
dan mengirimkan gubernur untuk mengatur pemerintahan daerah. Setelah itu, struktur
pemerintahan daerah terus berkembang dengan adanya pembagian lima provinsi dan
dua provinsi khusus. Untuk dua provinsi khusus itu, kerajaan mengirimkan komandan
militer
Dalam organisasi militer pusat, struktur kemiliteran terbagi dalam dua pasukan
dan enam pengawal. Dua pasukan bertindak sebaga pengawal raja, sementara enam
pengawal bertugas untuk keamanan kota dan perbatasan. Komandan tertinggi dari
masing pasukan dan pengawal mengadakan pertemuan secara rutin untuk membahas
masalah militer kerajaan.19
Pada kerajaan Goryeo, keluarga kerajaan dan bangsawan banyak memonopoli
posisi pemerintahan, kepemilikan tanah, dan pendidikan.. Di bawah kelas aristokrat
adalah kelas menengah yang terdiri dari insinyur dan pejabat pemerintah yang lebih

19
Ibid., hlm. 44-46.
rendah. Selain itu juga terdapat kelas orang awam yang berprofesi dalam bidang
pertanian, perdagangan dan memancing. Kemudian, terdapat kelas yang paling rendah,
yaitu terdiri dari para budak, tukang kapal, dan tukang daging. Tempat tinggal mereka
dipanggil hyang, so, dan bugok.20

4. Choson (1392-1897)
Akhir periode Kerajaan Goryeo adalah masa transisi menuju ke masyarakat
yang modern. Pada masa ini banyak pengaruh politik yang muncul untuk memulihkan
ketertiban. Salah satunya muncul kelompok progresif yang mempelajari Konghuchu
dan memiliki pengalaman yang luas dalam pemerintahan. Pada tahun 1392, Kerajaan
Goryeo mengalami kekacauan akibat kudeta dari kaum militer yang dipimpin oleh Yi
Song-gye. Dalam suasana kacau dan genting menjelang runtuhnya Kerajaan Goryeo,
kaum ilmuwan maupun kaum militer mencari jalan untuk membangun kerajaan baru
dan melakukan kebijakan pertahanan baru untuk meningkatkan kekuatan mereka di
bidang ekonomi. Gerakan ini selanjutnya melahirkan sebuah kerajaan yang didukung
oleh kaum sarjana kemudian diberi nama Kerajaan Choson.21
Pada masa awal Kerajaan Choson, sejumlah besar bangsawan yang mendukung
kelahiran Choson berhasil memegang kekuatan politik. Namun, kekuatan politik
bangsawan tersebut secara bertahap semakin berkurang dan digantikan oleh kekuasaan
raja. Hilangnya kekuasaan politik kaum bangsawan melahirkan sistem politik yang
berpusat di tangan raja. Raja Taejong memusatkan kekuasaan politik di tangan raja
dengan melaksanakan pembaharuan sistem birokrasi dan penghapusan struktur pasukan
pribadi kaum bangsawan sehingga membentuk sistem pemerintahan yang sentralistik.22
Pelaksanakan ideologi politik Konghuchu diterapkan dalam sistem yang berdasarkan
Gyeonggukdaejon (kode negara). Uijeongbu, yang terdiri dari jabatan Yonguijong,
Jwauijong, dan Uuijong, dibentuk sebagai lembaga administrasi tertinggi Kerajaan
Choson yang bertugas untuk menetapkan kebijakan kerajaan melalui kesepakatan
trilateral sesuai dengan perintah raja. Selain itu, juga terdapat lembaga Yukjo,
membawahi enam kementerian yang bertugas untuk meninjau masalah politik secara
keseluruhan. Saheonbu bertugas untuk memeriksa kebijakan administrasi pemerintah

20
Shin Hyong-Sik, Op. Cit., hlm. 93
21
Nadhira Nikmatullah, Skripsi: “Perkembangan Kebudayaan Korea Masa Kerajaan Choson (1392-
1910)”, (Yogyakarta: FIS UNY, 2012), hlm. 31-32.
22
Yang Seung-Yoon, Op. Cit., hlm. 66-67.
dan sebagai pengambil keputusan. Saganwon mengkritisi kebijakan politik raja yang
dijalankan secara bebas. Hongmungwan untuk mendukung pelaksanaan kebijakan-
kebijakan kerajaan.
Untuk lembaga administrasi di tingkat daerah, Kerajaan Choson membagi
wilayahnya menjadi delapan do (propinsi). Setiap propinsi dipimpin oleh seorang
gubernur yang diutus langsung dari pusat. Di bawah propinsi terdapat lembaga
pemerintah daerah, yaitu Bu, Mok, Kun, dan Hyon yang masing-masing lembaga
dipimpin oleh Busa, Moksa, Kunsu, dan Hyonyong.
Pada masa Kerajaan Choson, para petani diwajibkan untuk menjalankan wajib militer.
Setiap laki-laki dari kalangan biasa yang berumur antara 16-60 tahun memiliki
kewajiban untuk ikut serta dalam pekerjaan pemerintah dan terdaftar untuk wajib
militer. Mereka yang tidak menjalankan kegiatan militer disebut bongjok. Mereka
dituntut menyediakan bantuan dalam bidang keuangan untuk mendukung kegiatan
wajib militer. Pada era Raja Sejo mulai dilakukan perbaikan sistem militer dengan
tujuan utama untuk mengubah poin-poin penting strategi pertahanan, mendukung
melokalisir sistem pertahanan, mempekerjakan Bonsuje (mercusuar/menara suar) dan
Yeokmaje (kuda sebagai alat pembawa pesan) sebagai jaringan komunikasi. Setelah
abad ke-16 sistem wajib militer runtuh dan diganti dengan sistem pendaftaran wajib
militer
Akibat dari invasi yang dilakukan oleh Jepang dan Dinasti Qing, pemerintahan
Choson meluncurkan serangkaian reformasi untuk membangun kembali kerajaan yang
hancur. Secara politis Uijeongbu digantikan oleh Bibyeonsa yang berfungsi sebagai
institusi tertinggi urusan militer dan administratif hingga tahun 1865. Di badan militer
sistem 5 wi (perintah) konfensional ini tidak efektif dan sistem ini dihapuskan.
Kemudian didirikan sistem 5 Gunyeong (tentara yang ditempatkan di dalam
kota/daerah). Keistimewaan dari reformasi militer ini adalah penggantian perekrutan
dengan wajib militer yang diterapkan atau wajib diikuti setiap pihak, baik kaum atas
maupun bawah.23
Pemerintah Kerajaan Choson menghadapi tantangan dari masyarakat yang
menuntut reformasi besar-besaran. Untuk memenuhi tuntutan tersebut Kerajaan
Choson menerapkan langkah-langkah pembaharuan yang terdiri dari 208 buah
kebijakan politik, ekonomi, dan sosial. Di dalam pembaharuan sistem politik, Kerajaan

23
Shin Hyong-Sik, Op. Cit., hlm. 122.
Choson memisahkan antara kepentingan kerajaan dan kepentingan pemerintah,
meniadakan ujian pegawai sipil, memisahkan hak yudikatif, dan memperbaharui sistem
pemerintahan daerah.24

24
Nadhira Nikmatullah, Op. Cit., hlm. 41-42.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Korea memiliki suku bangsa yaitu Suku Nomad yang datang dari China menuju
Semenanjung Korea. Suku Nomad ini datang dengan tujuan untuk mengubah
kehidupan rakyat Korea dari yang berpindah-pindah menjadi menetap dan dapat
memperbaiki kondisi pertanian. Suku Nomad yang berasal dari China melakukan
migrasi untuk mencari tanah yang subur untuk mengembangkan pertanian mereka.
Kehidupan suku Nomad yang berada di Semenanjung Korea ini menyebabkan mereka
mendaulatkan diri mereka di Korea. Dari sini juga di anggap sini bagai bermula nya
sejarah korea yang dimana ini di mulai dari zaman tembikar, kerajaaan gojoseon dan
proto kerajaan.
Pada abad pertama masehi terdapat tiga kerajaan besar di Semenanjung Korea.
Ketiga kerajaan tersebut adalah Koguryo, Paekje, dan Silla. Tiga kerajaan berperang
untuk memperebutkan kekuasaan di semenanjung Korea dari abad ke satu sebelum
masehi hingga abad ke tujuh setelah masehi. Goguryeo di sebelah utara, Baekje di
sebelah barat daya, dan Silla disebelah tenggara akhirnya disatukan oleh Silla pada
tahun 676 M. Masa damai dibawah kekuasaan Silla berlangsung hingga abad ke
sepuluh masehi saat Kerajaan Silla menjadi lemah dan harus tunduk dibawah kekuasaan
kerajaan baru bernama Goryeo pada tahun 935 M. Perkembangan yang luar biasa
dibidang seni dan ilmu pengetahuan berlangsung pada masa kekuasaan Silla bersatu,
terutama perkembangan agama Budha, arsitektur, astronomi, pertanian dan sastra. Dan
disana terdapat juga konfdrtasai korea utara dan korea selatan. Sehingga dapat
memunculkan kejayaan dan juga memunculkan silla bersaatu.
akhirnya kerajaan Silla berhasil menaklukkan semua suku yang tergolong pada
konfederasi Gaya. Kerajaan Silla yang mengadakan aliansi dengan Dinasti Tang dari
Cina berhasil menaklukkan kerajaan Beakje. Sehingga pada abad ke 8 kekuasaan dan
kemakmuran dari kerajaan Silla mencapai puncaknya.. Kerajaan Silla yang menikmati
masa jaya ingin membangun negara yang ideal yang berdasarkan pada agama Budha.
Bulguksa atau kuil Bulguk yang dibanggakan keagungannya telah didirikan pada
zaman ini.sehingga muncul kerajaan balhae , yang dimana Balhae pertama kali
menjadikan Tungmoushan ibukotanya. Akan tetapi, kemudia pindah ke Kota Guguk.
Hal ini dikarenakan memang Tunmoushan secara strategis bagus untuk pertahanan
militer tetapi kurang menguntungkan sebagai ibukota.setelah kerajaan ini lahirlah lah
kerajaan goryeo dan choson.
B. Daftar Pustaka

Ririn Darini, Sejarah Korea Sampai Dengan 1945, (Jurusan PendidikanSejarah


Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi, 2008),
Anisa Septianingrum, Sejarah Asia Timur: Dari Masa Peradaban Kuno hingga
Modern, Yogyakarta: Sociality, 2017.
Nadhira Nikmatullah, Perkembangan Kebudayaan Korea Masa Kerajaan Choson
(1392-1910), Skripsi Tidak Diterbitkan, Yogyakarta: FIS UNY, 2012.
Diambil dari: https://eprints.uny.ac.id/8649/
Shin Hyong-Sik, An Easy Guide to Korean History. Seoul: The Association for
Overseas Korean Education Development Press, 2010.
Yang Seung-Yoon dan Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea Sejak Awal Abad Hingga
Masa Kontemporer, Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2003.
Layanan Informasi dan Kebudayaan Korea, Korea: Dulu dan Sekarang, Seoul:
Kementerian Budaya Olahraga dan Pariwisata, 2012
Leo Agung , sejarah asia Timur, ( Yogyakarta, Ombak : 2012 )

Anda mungkin juga menyukai