Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Timur
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korea terletak di semenanjung asaia timur korea berdekatan dengan jepang dan
china. luas sekitar 8.500 mil persegi yang terhampar dari bagian timur laut Benua Asia.
Wilayah Korea di sebelah utara dibatasi dua aliran sungai, yaitu Sungai Yalu dan
Tumen. Kedua sungai itu mengalir di antara Cina dan Korea. Sungai Yalu mengalir dari
barat daya sampai Laut Kuning dan Sungai Tumen mengalir dari timur laut menuju
kearah tenggara sampai laut timur. Dan munculnya bangsa Korea dapat dijelaskan
berdasarkan asal-usul, kebudayaan, klasifikasi menurut waktu maupun kelompok
masyarakat yang bermukim di wilayah Korea. Suku bangsa Korea berasal dari Bangsa
Nomad yang bermigrasi dari barat laut daratan Cina menuju Semenanjung Korea.
Populasi dasar Korea dibangun oleh migrans-migrans kecil berturut-turut dari Asia
Timur Laut selama periode lebih dari 50 tahun. Orang Korea awalnya hidup sebagai
kelompok-kelompok suku yang terpisah yang menduduki 8 atau 10 lembah-lembah
sungai utama. Kerajaan pertama di semenanjung Korea adalah Gochoson yang
kemudian disusul kerajaan baru seperti Puyo dan Koguryo (Kokuryo). Pada abad
pertama masehi terdapat tiga kerajaan besar di Semenanjung Korea. Ketiga kerajaan
tersebut adalah Koguryo, baekje, dan Silla.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan korea sebelum masa 3 kerajaan ?
2. Bagaimana sistem pemerintahan pada masa 3 kerajaan?
3. Bagaimana sistem pemerintahan setelah 3 kerajaan ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Zaman Tembikar
Jeulmun
Zaman kebudayaan tembikar di Korea dimulai sekitar 8000 SM, disebut
Kebudayaan Tembikar Yungimun. Bukti-bukti arkeologinya ditemukan di seluruh
Korea, seperti di situs Gosann-ni di Pulau Jeju. Kebudayaan Tembikar Jeulmun
1
Ririn Darini, Sejarah Korea Sampai Dengan 1945, (Jurusan PendidikanSejarah Fakultas Ilmu Sosial
dan Ekonomi, 2008), hlm. 1.
(tembikar berpola sisir) dimulai tahun 7000 SM, dan kebudayaan tembikar dengan
pola sisir di keseluruhan sisi artefak dimulai antara tahun 3500-2000 SM. Tembikar
Jeulmun sama dengan tembikar yang ditemukan di Primorsky, Rusia, Mongolia,
lembah sungai Amur dan Sungari di Manchuria.
Mumun
Pada masa ini (sekitar 1500 SM-300 SM) mulai terbentuk masyarakat yang
bercocok tanam dan berkehidupan(sosial-politik. Masyarakat di Korea bagian
selatan mengembangkan pertanian (padi ladang di (Zaman Mumun Tua (1500 SM-
850 SM). Di (Zaman Mumun Madya (850 SM-550 SM) mulai dikenal sistem
masyarakat yang dipimpin oleh (kepala suku. Pada (Zaman Mumun Muda (sekitar
550 SM-300 SM) bukti arkeologi menunjukkan telah dilakukan (upacara kematian
(penguburan) bagi orang yang memiliki status tinggi. Produksi perunggudimulai di
(Zaman Mumun Madya dan berperan penting dalam kegiatan upacara atau politik
setelah tahun 700 SM. Pada periode ini pula pertama kalinya berkembang
pemukiman yang berkembang kian besar dan akhirnya hancur: beberapa contohnya
seperti (Songguk-ri, (Daepyeong dan (Igeum-dong. Zaman Mumun berakhir sekitar
tahun 300 SM.
2
Yang Seung-Yoon dan Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea Sejak Awal Abad Hingga Masa Kontemporer,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2003)hlm. 9.
melalui bukti-bukti arkeologi menyebutkan mungkin lebih jauh lagi yaitu tahun
2500 SM Pada masa ini telah dikenal peralatan seperti pisau belati perunggu
(bronze daggers), kaca, persenjataan serta pembuatan kota yang berdinding
Masyarakatnya juga telah membudidayakan padi, kacang merah, kacang kedelai
dan gandum. 3Mereka dapat membuat rumah-rumah yang berbentuk persegi
panjang dan membangun dolmen untuk tempat penguburan jenazah. Semenanjung
Korea memiliki situs dolmen yang terbanyak di dunia. Gojoseon berubah dari
pemukiman bertembok (walled cities) yang bersifat feodal menjadi sebuah kerajaan
sebelum abad ke 4 SM. Sejak abad ke 3 SM, kebudayaan besi telah berkembang
dan peperangan dengan bangsa Cina menyebabkan pengungsian ke timur dan
selatan semenanjung. Baru-baru ini sebuah cermin besi ditemukan di Songseok-ri,
Kangdong-gun, kota Pyongyang di Korea Utara yang mungkin berasal dari tahun
1200 SM. Pada masa ini, sebuah kerajaan bernama Jin, berkembang di bagian
selatan semenanjung Korea. Sangat sedikit bukti mengenai keberadaan Kerajaan
Jin, namun kerajaan ini sudah mengadakan hubungan dengan Dinasti Han Cina dan
mentransfer kebudayaan ke Yayoi (Jepang). Raja dari Gija Joseon mungkin telah
lari ke Jin setelah terjadi pemberontakan oleh Wiman. Jin kemudian berkembang
jadi Konfederasi Samhan. Dinasti Han lalu menumbangkan Wiman dan mendirikan
Empat Komander Han.Masih kabur kapankah waktu kejatuhan dan kehancuran
Gojoseon, tergantung kepada bagaimana sejarawan memandang Gija Joseon.
Sebuah teori dari Joseon Sangosa menyebutkan bahwa Gojoseon mengalami
perpecahan tahun 300 SM dan secara perlahan kehilangan kendali atas wilayah
teritorinya. Banyak negara (kerajaan) kecil yang menjadi pecahannya seperti
Buyeo, Okjeo, dan Dongye,. Sedangkan kerajaan besar Goguryeo dan Baekje
berasal dari Buyeo. Masa Tiga Kerajaan Korea dikuasai oleh Goguryeo, Baekje dan
Sillawalaupun sampai abad ke 5 dan 6 terdapat Kerajaan Buyeo dan Gaya.
3
Leo Agung , sejarah asia Timur, ( Yogyakarta, Ombak : 2012 )
dan sebelah selatan Manchuria, dari abad ke 2 SM sampai tahun 494 M. Sisa-sisa
wilayah Gojoseon diserap oleh Goguryeo tahun 494, dan keduanya (Kerajaan
Goguryeo dan Baekje) menganggap masing-masing sebagai penerus dari Gojoseon.
Walaupun banyak dari catatan sejarah tidak akurat dan bertentangan, disebutkan
pada tahun 86 SM, Buyeo terpecah jadi Buyeo Utara (Bukbuyeo) dan Buyeo Timur
(Dongbuyeo). Pada tahun 538 Baekje menamakan diri mereka Nambuyeo (Buyeo
Selatan).Okjeo adalah kerajaan yang terletak di sebelah utara semenanjung Korea
dan berdiri setelah jatuhnya Gojoseon. Okjo sendiri sudah menjadi bagian dari
Gojoseon sebelum Gojoseon hancur. Okjeo tidak pernah menjadi sepenuhnya
kerajaan yang bebas karena selalu menghadapi intervensi dari kerajaan-kerajaan
tetangganya. Okjeo kemudian menjadi taklukan Goguryeo di bawah Raja
Gwanggaeto yang Agung pada abad ke 5 M.Dongye adalah kerajaan kecil lain yang
terletak di sebelah utara Semenanjung Korea. Dongye berbatasan dengan Okjeo dan
dua kerajaan lain yang juga menjadi negeri taklukkn Goguryeo. Dongye juga adalah
pecahan dari Gojoseon.4
B. Masa 3 Kerajaan
Menurut catatan Samguk Sagi, sebuah buku sejarah yang ditulis oleh Kim Bu-
Sik pada tahun 1145 atas perintah Raja Injong dari kerajaan Koryo dan menceritakan
mengenai 3 kerajaan korea Kuno, Raja Jumong (Dongmong Songwang) mwndirikan
kerajaan goguryeo pada tahun 37 SM, raja Onjo mendirikan kerajaan Baekje pada tahun
18 SM dan kerajaan Silla berdiri pada tahun 57 SM dengan rajanya yang pertama Raja
4
Ibid
5
Anisa Septianingrum, Sejarah Asia Timur dari Masa Peradaban Kuno Hingga Modern, Anak Hebat
Indonesia, Yogyakarta, 2017. Halaman 20.
Pak Hyokgose.6 Meski demikian, berdasarkan jalinan persahabatan dengan Cina waktu
itu, Goguryeo didirikan lebih awal daripada Silla.
Kerajaan Goguryeo mendapat saingan keras dari kekuatan Cina yang mulai
masuk ke wilayah bangsa korea setelah kerajaan Go Choson hilang dari sejarah.
Sejak akhir abad pertama Masehi, Raja Taejo Goguryeo telah meletakkan landasan
kokoh bagi kerajaannya. Hal tersebut telah membantu perkembangan kerajaan
Goguryeo di masa-masa berikutnya.7
6
Yang Seung-Yoon dan Nur Aini Setiawati,op.cit., hlm. 15
7
Ibid, hlm. 15
Masa keemasan Goguryeo mencapai puncak pada abad ke 6 dan setelah itu
mulai melemah akibat konflik internal. Raja Anjang terbunuh tanpa ada penerus
dan digantikan oleh saudaranya Raja Anwon. Keadaan Goguryeo semakin goyah
saat Yangwon yang merupakan anak tertua raja Anwon yang berusia 8 tahun di
angkat jadi raja ke 23. Melemahnya Goguryeo dimanfaatkan suku barbar
menyerang perbatasan Goguryeo di sebelah utara tahun 550. Pada tahun 551
gabungan Silla dan Baekje mulai menyerang Goguryeo.
8
Shin Hyong-Sik, An Easy Guide to Korean History. Seoul: The Association for Overseas Korean
Education Development Press, 2010.hlm.
Kerajaan Baekje didirikan oleh Raja Onjo, putra ke-3 dari Jumong, raja
pendiri Goguryeo. Baekje beribukotakan di Wiryeseong, yang saat ini dekat
dengan kota Seoul. Puncak keemasan Baekje terjadi pada abad ke-4 Masehi.
9
Yang Seung-Yoon dan Nur Aini Setiawati,op.cit. hlm.16
memulihkan kembali kekuatan kerajaan melalui pembangkitan kembali semangat
restorasi 10
Pada tahun 660, tentara aliansi Silla dan Dinasti Tang menyerang Baekje.
Kota Sabi jatuh ke tangan Silla, sementara Raja Uija dan putranya diasingkan ke
Tiongkok. Beberapa anggota kerajaan lain melarikan diri ke Jepang. Sisa-sisa
warga Baekje berupaya mengadakan pergerakan kebangkitan di dalam kekuasaan
aliansi Silla dan Tang yang memiliki tentara mencapai 130.000 orang.
Jenderal Boksin menunjuk pangeran Buyo Pung (putra Raja Uija yang
selamat) sebagai raja baru Baekje. Baekje meminta pertolongan pada Pangeran
Naka no Ōe (yang nanti menjadi Kaisar Tenji) dari Jepang. Pangeran Naka no Ōe
mengirimkan Abe no Hirafu, seorang gubernur propinsi Koshi ke Baekje. Pada
tahun 663, sisa-sisa tentara Baekje bergabung dengan tentara Jepang dalam
pertempuran di atas air melawan Silla dalam Perang Baekgang. Tang juga
mengirimkan 7000 tentara dan 170 kapal perang. Baekje menderita kekalahan
setelah terjadi 5 kali pertempuran di sungai Geum selama bulan Agustus tahun 663.
King Koi atau yang disebut juga Kui ini adalah figur yang disebut-sebut
telah menciptakan Kerajaan Baekjae. Pada masa jabatannya, King Koi membuat
sistem pemerintahan. Ada 6 tingkat pada pemerintahannya dan tingkat-tingkat itu
di tandakan dengan warna jubah. King Koi juga membuat hukum untuk koruptor,
yaitu, tersangka harus membayar 3 kali lipat dari uang yang Ia terima dan akan
dikeluarkan dari pemerintahan selamanya. Baekjae memiliki sistem pemerintahan
terpusat. Walaupun begitu, masa kejayaan Baekjae adalah saat dipimpin oleh King
Kun Cho Go. Pada masaKing Kunchogo, Baekjae terus ekspansi wilayah ke Utara
(Goguryo) dan membunuh Raja Goguryo saat itu, Baekjae juga menguasai kota-
kota besar seperti Gyonggi, Chung Chong, Jeolla, dan beberapa bagian dari
Hwanghae dan Gangwon. Pada masa King Kun Cho go, Baekjae memiliki posisi
Internasional atas kerjasamanya dengan bagian timur Chin dan orang-orang Wa di
Jepang.
10
Ibid, hlm. 16.
Kerajaan Silla berdiri pada tahun 57 SM dengan rajanya yang pertama Raja
Pak Hyokgose. Artefak Silla seperti kerajinan emas menunjukkan adanya
pengaruh nomadik, dan tidak dipengaruhi budaya Tionghoa seperti halnya milik
Goguryeo dan Baekje. Silla berkembang cepat dan menguasai wilayah lembah
sungai Han dan menyatukan berbagai wilayah kecil.
Pada abad ke 2, Silla mulai tumbuh menjadi kerajaan yang kuat dan sering
terlibat perang dengan Baekje, Goguryeo dan Jepang. Pada tahun 660 Raja Silla,
Muyeol, menundukkan Baekje bersama Jenderal Kim Yushin yang dibantu
pasukan dari Dinasti Tang. Pada tahun 661 Silla dan Tang menyerbu Goguryeo,
namun dapat ditangkis. Raja Muyeol melakukan serangan lagi tahun 667 dan
Goguryeo ditaklukkan pada tahun berikutnya.Sebutan Negara Utara dan Selatan
merujuk pada kerajaan Silla Bersatu dan Balhae, yaitu saat Silla menguasai
semenanjung Korea dan Balhae memperluas kekuasaannya di Manchuria.
Setelah kerajaan Gogury dan Bekje runtuh, kerajaan tang berusaha untuk
menakhlukkan kerajaan Silla dan menguasai bekas wilayah kerajaan Goguryyeo
dan Baekje. Menghadapi usaha kerajaan Tang itu dengan dibantu oleh pengungsi
kerajaan Baekje dan Goguryeo, kerajaan Silla melancarkan peperangan melawan
kerajaan Tang selama kurang lebih 10 tahun.
11
ibid, hlm, 17.
pengangkatan pemimpin sudah berdasarkan garis keturunan ayah kepada anak laki-
lakinya, yang sebelumnya pergantian tahta masih berdasarkan perebutan
kekuasaan oleh negara-negara konfederasi dan yang tadinya ada 12 distrik besar
diminimalkan menjadi 6 distrik administrasi, yang menandakan bahwa pada
kerajaan Silla telah berkembang sistem politik terpusat.
Pada masa pemerintahan Raja Chabi, Silla berhasil membebaskan diri dari
campur tangan Goguryo dalam urusan internal pemerintahan. Pada prosesnya, hal
ini menjadikan hubungan antara Silla dan Baekje menjadi lebih erat. Karena
adanya hubungan ini, terjadilah perpindahan ibu kota ke Ungjin.
Pada masa pemerintahan Raja Pophung (514-540) Silla menjadi lebih maju
dalam sistem politiknya ditandakan adanya aristrokatik terpusat yang lebih
sempurna, contohnya dengan berlakunya gelar wang atau raja dari yang
sebelumnya masih dengan bahasa lokal yaitu maripkan. selain itu pada masa ini
agama budha telah menjadi landasan beragama di kerajaan Silla, ini membuktikan
bahwan landasan ideologi sudah mulai di anut masyarakat. Serta pada sebelumnya,
pada masa pemerintahan Raja Chijung (500-514) silla menjadi lebih maju dalam
bidang agrikultural, yaitu diterapkannya sistem bajak sawah dengan bantuan
kerbau dan sistem irigasi yang menjadikan hasil panen menjadi lebih baik.
Pada masa raja Chinhung hubungan Baekje dan Silla mulai meregang karena
adanya tekanan dari Silla kepada Baekje. Raja Chinhung menyerang Tae Khaya,
yang menyempurnakan kekuasaan Silla di area subur sungai naktong. Sebagai
bentuk kemonarkiannya, raja mendirikan 4 monumen batu tegak sebagai tanda
penaklukan oleh Raja Chinhung.
12
Layanan Informasi dan Kebudayaan Korea, Korea: Dulu dan Sekarang, (Seoul: Kementerian Budaya
Olahraga dan Pariwisata, 2012), hlm. 197.
13
Yang Seung-Yoon dan Nur Aini Setiawati,op.cit., hlm. 30..
14
Shin Hyong-Sik,op.cit., hlm. 59.
sekembalinya nanti. Oleh karena itu, pengaruh China yang paling ketara di Silla Baru
ialah terdapat ajaran konfusianisme dalam berbagai bidang, seperti pemerintahan Di
bawah sistem monarki yang stabil, Silla memproyeksikan kemandirian dan identitasnya
ke dunia luar dan menjaga stabilitas masyarakat untuk jangka waktu yang lama.15
2. Balhae (698-926 M)
Pada tahun 698, sebagian masyarakat dari kerajaan Goguryeo yang telah hancur
mendirikan kerajaan Balhae di bagian tengah dan selatan Manchuria. Penduduk
kerajaan baru ini terdiri dari pengungsi-pengungsi kerajaan Goguryeo dan sejumlah
besar penduduk Malgal. Oleh karena itu, kerajaan Balhae membentuk sistem
pemerintahan yang meniru Kerajaan Goguryeo. Begitu pula dalam hal seni
budayanya.16
Balhae pertama kali menjadikan Tungmoushan ibukotanya. Akan tetapi, kemudia
pindah ke Kota Guguk. Hal ini dikarenakan memang Tunmoushan secara strategis
bagus untuk pertahanan militer tetapi kurang menguntungkan sebagai ibukota.
Kemudian, ibukota dipindahkan lagi ke Junggyeong (Helong), yang terletak di dekat
Sungai Haeran. Junggyeong diangaap menguntungkan karena iklim yang tidak terlalu
ekstrim serta juga merupakan pusat transportasi, Setelah keadaan politik dirasa stabil,
ibukota dipindahkan lagi oleh Raja Mun (737-793) ke lebih utara, tepatnya di
Sanggyeong. Hal ini dimaksudkjan agar lebih mudah mengawasi suku Malgal yang ada
di utara. Selain itu, pihak kerajaan juga berasumsi bahwa Sanggyeong memiliki
kapasitas dalam menopang Balhae yang semakin berkembang. Akses Sanggyeong
terbilang mudah ke sumber tangkapan ikan yang melimpah di Sungai Mudan dan Danau
Huhanhai (Danau Jingpo). Juga, komodi pertanian yang dihasilkan di dataran luas di
sekitar Sungai Mudan, menjadikannya pusat kemakmuran yang menopang Sanggyeong
sebagai ibukota Balhae.
Untuk mengendalikan daerahnya yang luas, Balhae memiliki tiga kanselir
(Seong) dan enam kementerian (Bu) di pemerintah pusat. Selain itu dalam hal
pembagian wilayah administrasi, didirikan 5 ibu kota sekunder (gyeong), 15 kota besar,
dan 62 provinsi (ju). Sistem pemrintahan Balhae bisa dikatakan tidak sama persis
dengan sistem pemerintahan Tang. Walaupun begitu, tidak bisa dipungkiri bawa
15
Ibid.
16
Layanan Informasi dan Kebudayaan Korea, Op.Cit., hlm. 197-198.
terdapat kesamaan misalnya dalam lembaga Jeongdang-seong yang mirip dengan
Sangseo-seong dari Tang.
Orang-orang Balhae memiliki keyakinan kuat bahawa mereka merupakan
penerus Kerajaan Goguryeo. Oleh karena itu, Balhae bersifat bersifat konfrontatif
terhadap Tang dan Silla. Walaupun begitu, secara proaktif Balhae menerima
kebudayaan Tang. Balhae mampu menciptakan budaya yang luar biasa dan unik dengan
menerima budaya Tang atas dasar budaya Goguryeo. Balhae memang sering
memindahkan ibukota beberapa kali untuk tujuan pertahanan. Lamun, tetatplah bahwa
Sanggyeong adalah pusat dari Balhae, sang penguasa Manchuria.17
3. Goryeo (918-1392)
Setelah terwujudnya reunifikasi Bangsa Korea, Kerajaan Goryeo memperbaiki
dan memperbaruhi serangkaian peraturan, baik di bidang politik maupun sosial
didasarkan pada pada ajaran Konfusius dan kaum bangsawan. Akan tetapi,
pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok militer sebagai aksi protes terhadap
struktur pemerintahan pada akhir abad ke 12, telah menggoncang sistem kehidupan
masyarakat Goryeo. Selain itu, juga terdapat adanya intervensi asing, yaitu dari Dinasti
Yuan. Wibawa yang dimiliki oleh Goryeo semakin merosot jauh. Meskipun demikian,
Goryeo tetap dapat mempertahankan eksistensinya.18
Pada awalnya, kekuasaan raja Goryeo masih tidak stabil karena adanya
peningkatan kekuatan para pemimpin daerah. Oleh karena itu, Kerajaan Goryeo sangat
membutuhkan kestabilan politik dan sosial melalui sistem pemusatan kekuasaan raja.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Raja Kwangjong melakukan penindasan terhadap
kalangan pemimpin daerah dan anggota keluarga Ratu Jinsong. Ia membebaskan
sejumlah besar budak pribadi yang dimilikd oleh para pemimpin daerah secara ilegal
melalui perbaikan dan pembaharuan peraturan terkait. Selain itu dilaksanakan ujian
masuk unituk memilih pegawai yang berbakat.
Kemudian, pada masa Raja Songjong berhasil menerapkan sistem sentralisasi
politik melalui pembaharuan berbagai peraturan dan ketertiban. Sesuai dengan saran
yang diberikan oleh cendikiawan Choe Sung-no, Raja Songjong mengutamakan ajaran
konfusius yang menekanken keiuiuran hati sebagai kebijakan politik dan terus
17
Shin Hyong-Sik, Op. Cit., hlm. 64-66.
18
Yang Seung-Yoon, Op. Cit., hlm. 43.
memperbaiki struktur administrasi, baik di tingkat pusat maupun daerah. Selanjutnya,
pada masa Raja Munjong telah berhasil menyelesaikan proses perbaikan dan
pembaharuan itu secara menyeluruh.
Raja Songjong membentuk Naesa Munhasong (yang kemudian diubah
namanya menjadi Jungso Munhasong), Sangsosong dan Jungchuwon sebagai lembaga
politik tingkat pusat. Jungso Munhasong membahas dan menetapkan kebijakan
kerajaan. Sangsosong bertugas untuk mengelola administrasi negara yang terbagi
kedalam enam departemen, yaitu departemen personalia, militer, keuangan, kehakiman,
pembangunan dan konstruksi, sedangkan Jungchuwon membahas proses keluar masuk
perintah raja dan rahasia urusan militer.
Selain tiga lembaga tersebut, juga ada Osadae (bagian inspeksi) yang bertugas
sebagai pengawasan dan permeriksaan keuangan, Samsa yang menjalankan tugas di
bidang pembuatan dan peredaran uang serta distribusi bahan makanan. Donbyongmasa
(komando militer) yang terdiri dari para pejabat tinggi Jungso Munhasong dan
Jungchuvion, membuat keputusan untuk membahas dan memutuskan kebijakan yang
sangat penting dalam bidang militer. Pada masa akhir Kerajaan Goryeo, Dobyongmasa
diubah menjadi Dopyonguisasa, yaitu dewan pengurus tertinggi kerajaan.
Pada masa awal Kerajaan Goryeo, pemerintahan daerah dikuasai oleh para
pemimpin daerah yang memiliki hak otonomi. Akan tetapi, seiring dengan
perkembangan kerajaan, Raja Songjong membentuk dua belas divisi di setiap daerah
dan mengirimkan gubernur untuk mengatur pemerintahan daerah. Setelah itu, struktur
pemerintahan daerah terus berkembang dengan adanya pembagian lima provinsi dan
dua provinsi khusus. Untuk dua provinsi khusus itu, kerajaan mengirimkan komandan
militer
Dalam organisasi militer pusat, struktur kemiliteran terbagi dalam dua pasukan
dan enam pengawal. Dua pasukan bertindak sebaga pengawal raja, sementara enam
pengawal bertugas untuk keamanan kota dan perbatasan. Komandan tertinggi dari
masing pasukan dan pengawal mengadakan pertemuan secara rutin untuk membahas
masalah militer kerajaan.19
Pada kerajaan Goryeo, keluarga kerajaan dan bangsawan banyak memonopoli
posisi pemerintahan, kepemilikan tanah, dan pendidikan.. Di bawah kelas aristokrat
adalah kelas menengah yang terdiri dari insinyur dan pejabat pemerintah yang lebih
19
Ibid., hlm. 44-46.
rendah. Selain itu juga terdapat kelas orang awam yang berprofesi dalam bidang
pertanian, perdagangan dan memancing. Kemudian, terdapat kelas yang paling rendah,
yaitu terdiri dari para budak, tukang kapal, dan tukang daging. Tempat tinggal mereka
dipanggil hyang, so, dan bugok.20
4. Choson (1392-1897)
Akhir periode Kerajaan Goryeo adalah masa transisi menuju ke masyarakat
yang modern. Pada masa ini banyak pengaruh politik yang muncul untuk memulihkan
ketertiban. Salah satunya muncul kelompok progresif yang mempelajari Konghuchu
dan memiliki pengalaman yang luas dalam pemerintahan. Pada tahun 1392, Kerajaan
Goryeo mengalami kekacauan akibat kudeta dari kaum militer yang dipimpin oleh Yi
Song-gye. Dalam suasana kacau dan genting menjelang runtuhnya Kerajaan Goryeo,
kaum ilmuwan maupun kaum militer mencari jalan untuk membangun kerajaan baru
dan melakukan kebijakan pertahanan baru untuk meningkatkan kekuatan mereka di
bidang ekonomi. Gerakan ini selanjutnya melahirkan sebuah kerajaan yang didukung
oleh kaum sarjana kemudian diberi nama Kerajaan Choson.21
Pada masa awal Kerajaan Choson, sejumlah besar bangsawan yang mendukung
kelahiran Choson berhasil memegang kekuatan politik. Namun, kekuatan politik
bangsawan tersebut secara bertahap semakin berkurang dan digantikan oleh kekuasaan
raja. Hilangnya kekuasaan politik kaum bangsawan melahirkan sistem politik yang
berpusat di tangan raja. Raja Taejong memusatkan kekuasaan politik di tangan raja
dengan melaksanakan pembaharuan sistem birokrasi dan penghapusan struktur pasukan
pribadi kaum bangsawan sehingga membentuk sistem pemerintahan yang sentralistik.22
Pelaksanakan ideologi politik Konghuchu diterapkan dalam sistem yang berdasarkan
Gyeonggukdaejon (kode negara). Uijeongbu, yang terdiri dari jabatan Yonguijong,
Jwauijong, dan Uuijong, dibentuk sebagai lembaga administrasi tertinggi Kerajaan
Choson yang bertugas untuk menetapkan kebijakan kerajaan melalui kesepakatan
trilateral sesuai dengan perintah raja. Selain itu, juga terdapat lembaga Yukjo,
membawahi enam kementerian yang bertugas untuk meninjau masalah politik secara
keseluruhan. Saheonbu bertugas untuk memeriksa kebijakan administrasi pemerintah
20
Shin Hyong-Sik, Op. Cit., hlm. 93
21
Nadhira Nikmatullah, Skripsi: “Perkembangan Kebudayaan Korea Masa Kerajaan Choson (1392-
1910)”, (Yogyakarta: FIS UNY, 2012), hlm. 31-32.
22
Yang Seung-Yoon, Op. Cit., hlm. 66-67.
dan sebagai pengambil keputusan. Saganwon mengkritisi kebijakan politik raja yang
dijalankan secara bebas. Hongmungwan untuk mendukung pelaksanaan kebijakan-
kebijakan kerajaan.
Untuk lembaga administrasi di tingkat daerah, Kerajaan Choson membagi
wilayahnya menjadi delapan do (propinsi). Setiap propinsi dipimpin oleh seorang
gubernur yang diutus langsung dari pusat. Di bawah propinsi terdapat lembaga
pemerintah daerah, yaitu Bu, Mok, Kun, dan Hyon yang masing-masing lembaga
dipimpin oleh Busa, Moksa, Kunsu, dan Hyonyong.
Pada masa Kerajaan Choson, para petani diwajibkan untuk menjalankan wajib militer.
Setiap laki-laki dari kalangan biasa yang berumur antara 16-60 tahun memiliki
kewajiban untuk ikut serta dalam pekerjaan pemerintah dan terdaftar untuk wajib
militer. Mereka yang tidak menjalankan kegiatan militer disebut bongjok. Mereka
dituntut menyediakan bantuan dalam bidang keuangan untuk mendukung kegiatan
wajib militer. Pada era Raja Sejo mulai dilakukan perbaikan sistem militer dengan
tujuan utama untuk mengubah poin-poin penting strategi pertahanan, mendukung
melokalisir sistem pertahanan, mempekerjakan Bonsuje (mercusuar/menara suar) dan
Yeokmaje (kuda sebagai alat pembawa pesan) sebagai jaringan komunikasi. Setelah
abad ke-16 sistem wajib militer runtuh dan diganti dengan sistem pendaftaran wajib
militer
Akibat dari invasi yang dilakukan oleh Jepang dan Dinasti Qing, pemerintahan
Choson meluncurkan serangkaian reformasi untuk membangun kembali kerajaan yang
hancur. Secara politis Uijeongbu digantikan oleh Bibyeonsa yang berfungsi sebagai
institusi tertinggi urusan militer dan administratif hingga tahun 1865. Di badan militer
sistem 5 wi (perintah) konfensional ini tidak efektif dan sistem ini dihapuskan.
Kemudian didirikan sistem 5 Gunyeong (tentara yang ditempatkan di dalam
kota/daerah). Keistimewaan dari reformasi militer ini adalah penggantian perekrutan
dengan wajib militer yang diterapkan atau wajib diikuti setiap pihak, baik kaum atas
maupun bawah.23
Pemerintah Kerajaan Choson menghadapi tantangan dari masyarakat yang
menuntut reformasi besar-besaran. Untuk memenuhi tuntutan tersebut Kerajaan
Choson menerapkan langkah-langkah pembaharuan yang terdiri dari 208 buah
kebijakan politik, ekonomi, dan sosial. Di dalam pembaharuan sistem politik, Kerajaan
23
Shin Hyong-Sik, Op. Cit., hlm. 122.
Choson memisahkan antara kepentingan kerajaan dan kepentingan pemerintah,
meniadakan ujian pegawai sipil, memisahkan hak yudikatif, dan memperbaharui sistem
pemerintahan daerah.24
24
Nadhira Nikmatullah, Op. Cit., hlm. 41-42.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korea memiliki suku bangsa yaitu Suku Nomad yang datang dari China menuju
Semenanjung Korea. Suku Nomad ini datang dengan tujuan untuk mengubah
kehidupan rakyat Korea dari yang berpindah-pindah menjadi menetap dan dapat
memperbaiki kondisi pertanian. Suku Nomad yang berasal dari China melakukan
migrasi untuk mencari tanah yang subur untuk mengembangkan pertanian mereka.
Kehidupan suku Nomad yang berada di Semenanjung Korea ini menyebabkan mereka
mendaulatkan diri mereka di Korea. Dari sini juga di anggap sini bagai bermula nya
sejarah korea yang dimana ini di mulai dari zaman tembikar, kerajaaan gojoseon dan
proto kerajaan.
Pada abad pertama masehi terdapat tiga kerajaan besar di Semenanjung Korea.
Ketiga kerajaan tersebut adalah Koguryo, Paekje, dan Silla. Tiga kerajaan berperang
untuk memperebutkan kekuasaan di semenanjung Korea dari abad ke satu sebelum
masehi hingga abad ke tujuh setelah masehi. Goguryeo di sebelah utara, Baekje di
sebelah barat daya, dan Silla disebelah tenggara akhirnya disatukan oleh Silla pada
tahun 676 M. Masa damai dibawah kekuasaan Silla berlangsung hingga abad ke
sepuluh masehi saat Kerajaan Silla menjadi lemah dan harus tunduk dibawah kekuasaan
kerajaan baru bernama Goryeo pada tahun 935 M. Perkembangan yang luar biasa
dibidang seni dan ilmu pengetahuan berlangsung pada masa kekuasaan Silla bersatu,
terutama perkembangan agama Budha, arsitektur, astronomi, pertanian dan sastra. Dan
disana terdapat juga konfdrtasai korea utara dan korea selatan. Sehingga dapat
memunculkan kejayaan dan juga memunculkan silla bersaatu.
akhirnya kerajaan Silla berhasil menaklukkan semua suku yang tergolong pada
konfederasi Gaya. Kerajaan Silla yang mengadakan aliansi dengan Dinasti Tang dari
Cina berhasil menaklukkan kerajaan Beakje. Sehingga pada abad ke 8 kekuasaan dan
kemakmuran dari kerajaan Silla mencapai puncaknya.. Kerajaan Silla yang menikmati
masa jaya ingin membangun negara yang ideal yang berdasarkan pada agama Budha.
Bulguksa atau kuil Bulguk yang dibanggakan keagungannya telah didirikan pada
zaman ini.sehingga muncul kerajaan balhae , yang dimana Balhae pertama kali
menjadikan Tungmoushan ibukotanya. Akan tetapi, kemudia pindah ke Kota Guguk.
Hal ini dikarenakan memang Tunmoushan secara strategis bagus untuk pertahanan
militer tetapi kurang menguntungkan sebagai ibukota.setelah kerajaan ini lahirlah lah
kerajaan goryeo dan choson.
B. Daftar Pustaka