Anda di halaman 1dari 8

Sejarah Bela Diri Cina

Bila Bela diri diartikan sebagai sebuah cara atau usaha yang dilatih secara sistematis untuk melindungi diri dari agresi maka sebenarnya sejarah telah mencatat bahwa sejarah ilmu bela diri ternyata sudah mendekati usia dari spesies manusia itu sendiri. Bela diri pertama kali dilakukan oleh spesies manusia purba dengan membuat senjata berupa tongkat, batu, kapak batu, tombak batu, dan benda-benda alam lain yang umumnya memiliki ciri keras dan memiliki bentuk yang cukup tajam. Manusia purba melakukan sistem bela diri yang sangat sederhana yaitu dengan membenturkan bagian senjata atau bagian tubuh yang keras ke bagian tubuh lawan yang lebih lunak. Mulai dari jaman manusia purba ini hingga kini tujuan dari bela diri sebenarnya belum berubah banyak yaitu untuk melindungi diri dari agresi baik dari manusia lain atau dari spesies lain. Namun seiring dengan perkembangan Jaman bela diri tidak hanya berkembang sebagai cara melindungi diri tapi lebih pada efisiensi peperangan. Meningkatnya kebudayaan dan sistem sosial tidak hanya meningkatkan kemungkinan bertahan hidup tapi juga menimbulkan perebutan sumber daya alam. Perebutan ini umumnya dilakukan dengan perang. Dalam usaha memenangkan perang untuk bertahan hidup dan memperjuangkan kesejahteraan bela diri telah berevolusi menjadi teknik yang lengkap untuk bertahan dan menyerang secara efektif dalam kondisi perang. Dalam peperangan yang terus terjadi pada spesies manusia pada umumnya, telah menjadikan bela diri berkambang semakin lengkap dengan berbagai teknik yang disesuaikan untuk kondisi tertentu, dari sini mulai timbul yang disebut sebagai jurus. jurus-jurus ini selanjutnya berkembang lagi sampai tahap seni, dimana setiap jurus dikembangkan lagi menurut filosofi dan jiwa dari pelaku bela diri. Pendekar (pakar bela diri) pertama di dunia yang tercatat dalam sejarah (tertulis) dalah Gilgamesh dari Arkadia yang diperkirakan hidup sekitar 4000 SM. Gilgamesh diperkirakan merupakan pendekar pertama yang menggunakan pedang sebagai senjata utama untuk perang (pada jaman sebelum gilgamesh umumnya masih banyak yang menggunakan tombak). Selanjutnya di India berkembang Kalaripayat yang mengintegrasikan Yoga dalam beladirinya (2900 SM), bela diri india mengalami kemajuan pesat pada era sebelum masehi karena pada saat itu india dalam masa perebutan kekuasaan (Warring States Period) yang terus berlanjut selama ratusan tahun. Bela diri india yang telah berkembang pesat ini dibawa oleh seorang biksu buddha aliran dyana (yang oleh orang cina disalah lafalkan sebagai 'Chan' dan 'Zen' dalam pelafalan Jepang) bernama BodhiDarma (Tat Mo Chaosu(Cina mandarin/utara), Ta Mo(Cina selatan), Daruma(Jepang)).

Bodhidarma adalah seorang biksu yang tegas, keras, berani, disiplin, dan cenderung aneh. Dia adalah satu-satunya orang yang berani mengatakan bahwa kaisar tidak memiliki jasa apapun pada semua kuil yang didirikannya. Dan tentu saja tingkah aneh lainnya itu menyebabkan (awalnya) Bodhidarma tidak diterima di kuil Shaolin. Bodhidarma pada akhirnya menunjukkan ketetapan hatinya untuk masuk ke shaolin dengan bersemedi menghadap batu selama 9 tahun. Hasil dari semedi 9 tahun ini adalah bekas bayangannya yang masih membekas pada batu dan legendanya tatapan sang Bodhidarma mampu menembus batu. Melihat ketetapan hati bodhidarma akhirnya shaolin akhirnya menerima bodhidarma. Setelah masuk di kuil shaolin sekalipun ternyata bodhidarma mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang sangat ekstrim, yaitu membakar semua salinan kitab suci (sutra) yang ada di kuil. Menurut Bodhidarma kitab suci tidak pernah membantu apapun, malah mengahambat proses penemuan pencerahan. Alasan utama bodhidarma adalah bahkan sang Buddha Gautama-pun tidak membutuhkan kitab suci apapun untuk mencapai pencerahan. Padangan main-stream pada waktu itu menyatakan bahwa untuk mencapai pencerahan dibutukan usaha terus-menerus tiada akhir, tapi bodhidarma malah mengajarkan bahwa pencerahan itu dicapai secara seketika bila kita bermeditasi dengan benar dan telah berhasil menghilangkan batasan antara dirinya dengan alam di sekitarnya. Metode yang digunakan bodhidarma untuk mencapai pencerahan juga reatif sederhana yaitu dengan berlatih meditasi pernapasan sambil memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada jawabannya (koan) untuk direnungkan. Koan berfungsi agar biksu berpikir diluar pikirannya sendiri, sehingga pada akhirnya ia bisa melihat dirinya sendiri, menyadari, dan membebaskan dirinya dari belenggu pikiran dan derita. Dalam menjalankan latihan meditasi yang sederhana (namun berat) ini, banyak biksu yang tidak sehat, obesitas, dan cenderung kurang tenaga. Untuk mengatasi hal ini bodhidarma mengajarkan olah raga keras yang diambilnya dari Yoga, kalaripayat, dan ilmu-ilmu lain yang ia bawa dari India. Berhubung latihan olah raga ini sangat keras, maka tak heran jika para biksu menyebut olah raga ini sebagai 'Kerja Keras '(atau dilafalkan sebagai Kung Fu/Gong Fu dalam bahasa cina). Memang tidak ada kepastian bahwa bodhidarma sengaja mengajarkan Kung fu ini sebagai bela diri atau para biksu muridnya yang menggunakannya untuk membela diri, tapi bodhidarma adalah orang pertama yang membawa suatu sistem melatih tubuh dengan sistematis yang mampu membuat tubuh lebih sehat dan kuat. Dalam perkembangannya lebih lanjut, agama buddha aliran 'chan'/'zen' menyebar ke seluruh dataran cina. Hal ini menimbulkan kuil-kuil menjadi tempat ibadah banyak orang, tak jarang kuil mendapat sumbangan-sumbangan yang tidak kecil, sehingga kuil juga bisa dikatakan kaya. hal ini menyebabkan baik kuil maupun biksu menjadi target baru dalam perampokan. Karena kondisi Cina pada saat itu memang belum stabil dan aman, perampokan memang jadi hal yang cukup sering, keadaan ini memaksa para biksu untuk mengembangkan 'Kerja Keras' yang diwariskan oleh

bodhidarma menjadi bentuk 'cara bertarung' yang efisien dan efektif. Harus efisien karena besar kemungkinan harus menghadapi banyak orang sehingga penggunaan tenaga harus sehemat mungkin dan harus efektif karena umumnya perampok adalah petarung yang lebih berpengalaman dalam berkelahi sehingga dibutuhkan teknik langsung yang dapat melumpuhkan perampok sebelum sempat mengeluarkan jurus-jurusnya. Sebenarnya teknik bela diri biksu yang bernama kungfu ini adalah teknik yang sangat dirahasiakan dan tidak diwariskan pada orang diluar kuil. Namun ternyata ancaman tidak hanya datang dari perampok tapi juga dari suku bangsa lain (mongol) yang terus menyerang cina. Para biksu yang terusik rasa nasionalismenya mulai membantu para prajurit cina untuk bisa bertarung dengan efisien dengan mengajarkan beberapa (tidak semua) teknik-teknik kungfu yang mereka bisa. Para biksu tidak boleh terjun langsung dalam peperangan, jadi hanya bisa membantu mengajarkan teknik kungfunya. Dari pengalaman peperangan ini kungfu shaolin yang tadinya hanya tangan kosong, mulai berevolusi dan berkembang dengan penambahan teknik-teknik senjata yang sangat membantu prajurit cina dalam peperangan.Teknik senjata umumnya dikembangkan berdasarkan pengalaman pertarungan biksu dan dari pengalaman perang yang dialami oleh para prajurit. Sejak teknik kungfu menyebar ke kalangan prajurit untuk berperang, teknik ini pada akhirnya juga mulai sedikit demi sedikit menyebar secara terbatas ke kalangan masyarakat biasa dan para bangsawan kerajaan. Ada beberapa kungfu berkembang dari efisiensi perang, salah satunya adalah Hsing-I quan (XingYi Quan) atau sering disebut 'tinju kehendak'. Kungfu XingYi ini pertama kali diciptakan oleh Jendral Besar Yue Fei berdasarkan kungfu shaolin dan pengalaman perangnya. Sebagai kungfu yang khusus didesain untuk efisiensi peperangan maka gerakan XingYi umumnya tidak indah, tapi bersifat langsung dan cenderung hemat gerakan. Lalu kungfu juga menyebar ke kalangan kerajaan misalnya pada masa kaisar Taizu. Kaisar Taizu memang menerima pendidikannya sejak kecil di kuil shaolin sehingga tak heran jika ia juga mewarisi kungfu secara lengkap, namun kungfu shaolin menurutnya masih kurang efisien, maka ia mengubah gaya shaolinnya yang masih kaku menjadi bentuk yang lebih luwes dan mengalir. Kungfu shaolin yang dikembangkan oleh kaisar Taizu ini akhirnya disebut sebagai ChangQuan (Tinju Panjang) karena gerakan-gerakannya yang cenderung panjang, mangalir, bersemangat, dan sarat tendangan-tendangan loncat yang dinamis. Karakteristik ChangQuan akhirnya menjadi ciri umum yang terdapat dalam kungfu cina di bagian utara sungai YangTse, sehingga ChangQuan sering disebut sebagai 'Tinju Utara' dan karena tendangan-tendanganya yang dinamis maka kungfu utara sering disebut sebagai PeiTui (tendangan utara). Dikalangan masyarakat biasa kungfu menyebar melalui biksu-biksu yang mengembara sampai cina selatan. Salah satu yang terenal adalah biksu HuiNeng. Setelah mendapat pencerahan HuiNeng memutuskan untuk

menyebarkan ajaran Buddha di cina selatan. Setelah ia sampai di cina selatan, legendanya HuiNeng diserang oleh banyak perampok hingga kewalahan dan terpaksa melarikan diri. Saat itu HuiNeng sadar bahwa ternyata kungfu shaolinnya yang kaku dan lebar kurang cocok untuk bertarung di derah cina selatan yang tanahnya licin lumpur berpasir dan cenderung sempit karena terapit oleh banyak bukit. Selama ini HuiNeng selalu mengandalkan teknik tendangan, namun ia menyadari bahwa tendangan akan kurang efisien jika dipakai di tanah licin dan berlumpur, maka HuiNeng mulai berpikir untuk mengembangkan teknik-teknik pukulan dan teknik tangan lainnya untuk mengatasi hal ini. Setelah mengembangkan teknik tangan, HuiNeng juga memodifikasi kuda-kudanya menjadi lebih rendah sehingga lebih stabil di tanah licin. Teknik kungfu HuiNeng ini akhirnya menyebar ke kalangan masyarakat awam di selatan dan menjadi cikal bakal dari kungfu-kungfu di daerah selatan cina. Pada perkembangan selanjutnya kungfu di cina seolah-oleh terbagi atas 2 aliran besar, yaitu aliran utara yang cenderung mirip ChangQuan dan aliran selatan yang mirip kungfunya HuiNeng. Aliran utara memiliki ciri yang rata-rata mirip seperti ChangQuan seperti halnya, tinju ayun yang panjang, banyak tendangan, banyak loncatan, bersemangat, mengalir, dan kuda-kuda yang cenderung terbuka. Semua ciri tadi memang sangat cocok dengan karakteristik tubuh orang cina utara yang lebih besar, kekar, dengan kaki yang kuat karena biasa berkuda. Teknik pukulan ayun dan tendangan yang mengalir memanfaatkan momentum dan berat badan sangat menguntungkan bagi orang utara yang realtif lebih tinggi besar dan jangkauannya lebar. Sedangkan dalam hal pertahanan kuda-kuda terbuka juga cukup menguntuntungkan karena badan orang utara yang kekar dan kuat sehingga 1-2 serangan masuk bukan masalah besar bagi orang utara. Keadaan alam di cina utara yang berupa padang rumput luas dan dingin juga turut menentukan bentuk dari kungfu utara. Tempat/padang yang luas memungkinkan praktisi kungfu utara untuk melakukan tendangan dan loncatan, tinju ayun dan gerakgerak mengalir lainnya yang membutuhkan ruang gerak besar. Udara dingin memang membatasi gerak tangan para praktisi kungfu utara karena udara dingin memaksa mereka untuk memakai jaket tebal yang menghambat gerakkan tangan, sehingga biasanya kungfu utara mengandalkan tendangan. Aliran selatan biasanya memiliki ciri yang mirip dengan kungfu yang dimodifikasi oleh HuiNeng seperti, kompleksitas teknik pukulan, kuda-kuda rendah dan tertutup rapat, gerakan putus-putus dan menyentak, teknik kuncian sendi, tendangan rendah (sasaran pinggang ke bawah), dan latihan fiksik yang berat. Semua teknik kungfu selatan didesain untuk orang yang bertubuh relatif kecil, kurus, dan bertenaga relatif lemah, namun memiliki otot serat yang rapat karena biasa bertani di ladang(mengingat cina selatan relatif lebih subur dibanding cina utara). Lain dengan orang utara yang secara alami memang besar, kekar dan kuat, orang selatan lebih kecil dan kurus sehingga dalam latihan kungfu selatan biasanya terdapat latihan fisik yang berat disertai dengan teknik pernapasan untuk memperkuat

tubuh. Kungfu selatan biasanya memilih kuda-kuda yang rendah dan tertutup rapat, hal ini disebabkan badan orang selatan yang kurus umumnya lebih lemah terhadap serangan, sehingga mereka harus menutup dan melindungi organ-organ vital mereka agar tidak kena serangan sama sekali. Tubuh dengan otot serat yang rapat dari orang selatan sangat mendukung teknik yang menggunakan sentakan dan daya lecut sehingga umumnya teknik selatan dilakukan secara terputus-putus. Sedangkan kondisi alam yang hangat, sempit, berlumpur, dan berpasir ikut menentukan bentuk dari kungfu selatan. Tanah dengan lumpur berpasir dan sempit menyebabkan tanah menjadi licin sehingga sangat tidak menguntungkan untuk jurus tendangan dan loncatan. Tapi sebaliknya sangat menguntungkan untuk pukulan-pukulan lurus, kuda-kuda rendah yang mendukung stabilitas, keseimbangan dan membuat praktisi kungfu selatan relatif sulit diserang karena posisi tubuhnya yang rendah. Seiring dengan perkembangan waktu kungfu terus berkembang namun tak dapat dipungkiri bahwa ada manusia yang terlahir dengan tubuh lebih lemah dan dilatih seperti apapun tidak mampu melawan orang yang sudah terlahir kuat. Namun dalam sejarah Kungfu seorang mantan biksu shaolin bernama Zhang San Feng (Tio Sam Hong dalam lafal cina selatan) berhasil membuktikan hal yang berbeda. Zhang tadinya adalah seorang biksu shaolin yang bertugas di dapur kuil, namun senior yang membimbingnya adalah seorang pakar kungfu yang hebat. Meski yang dikerjakan itu pekerjaan dapur Zhang selalu memotong kayu dengan tangannya, mengangkat wajan besar dan berat tanpa bantuan apapun, dan merakit alat penggiling serta menggiling kedelai untuk tahu sendirian (alat penggiling kedelai jaman dulu terdiri dari batu-batu besar yang berat), selalu makan duduk dan belajar dengan posisi kuda-kuda, dan berlatih pernapasan setiap malam. Dengan latihan keras semacam itu, tidak ada yang menduga bahwa Zhang yang memiliki tubuh kecil, kurus, tak pernah belajar bela diri memiliki tubuh yang kuat layaknya seorang pendekar. Suatu hari tanpa sengaja ia melihat biksu-biksu senior yang berlatih bela diri secara sembunyi-sembunyi, karena penasaran Zhang lalu memperhatikan latihan itu setiap hari selama 3 tahun. Zhang menjadi tertarik dengan bela diri dan berlatih secara sembunyisembunyi di malam hari. Fisik Zhang memang sudah sangat kuat dan kini didukung oleh jurus-jurus rahasia shaolin yang ia pelajari diam-diam menjadikan ia pendekar terkuat di shaolin, tapi tak ada seorangpun yang tahu kalo Zhang sebenarnya sangat kuat. Sampai akhirnya Zhang ketahuan mengintip latihan, para seniornya yang sedang berlatih sembunyi-sembunyi berusaha untuk menangkap Zhang, namun Zhang memang sangat kuat sehingga ia tidak bisa dihentikan oleh para seniornya tersebut, sampai akhirnya biksu kepala shaolin terpakasa turun tangan untuk menangkap Zhang. Ketika Zhang hampir kalah oleh biksu kepala, senior merangkap pembimbing Zhang yang sama-sama bertugas di dapur kuil tiba-tiba datang membantu Zhang dan berhasil meloloskan diri dari shaolin. Dalam pengembaraannya di luar kuil Zhang belajar banyak tentang sifat manusia dan berbagai jenis bela diri,

ia juga berkawan dengan seorang pakar Tao yang kebetulan menampung Zhang di rumahnya. Beberapa tahun berlalu sejak ia melarikan diri dari kuil shaolin, ia mendengar bahwa kuil shaolin sedang dijajah oleh seorang pendekar di tibet yang tak terkalahkan. Hal ini membuat rasa nasionalismenya sebagai mantan biksu shaolin agak terusik, sehingga ia memutuskan untuk kembali ke shaolin untuk membebaskan kuil shaolin. Diluar dugaan Pendekat tibet tersebut sangat besar, kekar dan kuat sehingga semua biksu shaolin tak mampu mengalahkannya. Saat itu Zhang juga kalah. Kekalahan ini menyebabkan Zhang cukup stress memikirkan kekalahannya itu. Tapi sahabatnya yang seorang pakar Tao memberikan berbagai nasehat dan naskah-naskah Tao pada Zhang. Berdasarkan nasehat dan naskah tersebut pandangan Zhang mulai berubah. Pembelajaran Zhang juga didukung oleh pengamatannya yang cermat pada fenomena alam. Berdasarkan pembelajarannya itu zhang mulai memodifikasi kungfu shaolinnya menjadi jauh lebih halus, lentur, dan mementingkan teknik-teknik mengalihkan tenaga lawan yang sanagt relevan terhadap filosofi Tao. Kungfu Zhang sekarang lebih pada menerima tenaga lawan dan menembalikan tenaga itu kembali ke lawan dan kungfu ini sebut sebagai Tai Chi Chuan (TaiJiQuan). Dengan kunfu taichi-nya yang baru Zhang berhasil mengalahkan pendekar tibet tersebut dengan mudah, sejak saat itu nama Zhang menjadi sangat terkenal, dan akhirnya Zhang memutuskan untuk tinggal di gunung Wudang untuk mengembangkan Taoisme dan kungfu taichinya. Kungfu ini akhirnya menyebar ke keluarga Chen, Yang, Wu, Sun yang akhirnya menghasilkan banyak pendekar besar yang menharumkan nama kungfu taichi. Dengan hadirnya kungfu taichi ini membawa pemisahan baru terhadap kungfu. Kungfu taichi sejenisnya yang halus digolongkan sebagai NeiJia atau aliran lembut/ internal, sedangkan kungfu shaolin dan kungfu lain yang keras digolongkan sebagai WeiJia atau aliran keras/ eksternal. Perkembangan kungfu di cina mamang pesat tapi sayangnya tidak diikuti oleh perkembangan pemerintahan dan pengelolaan negara yang baik. Dinasti Ming yang telah berkuasa selama 270 tahun semakin lama semakin lemah sehingga akhirnya diambil alih oleh orang-orang Manchu yang mendirikan dinasti Qing. Selama dinasti Qing nasionalisme pendekar cina kembali terbakar oleh amarah, pemberontakan demi pemberontakan terus terjadi. Sampai akhirnya Dinasty Qing mengeluarkan perintah yang sangat brutal pada waktu itu yaitu untuk membunuh semua pendekar yang memberontak, malarang bela diri, dan membakar kuil shaolin yang sering dijadikan ajang persembunyian para pemberontak. Dibakarnya kuil shaolin dan penyerbuan besar-besaran parjurit Qing ke shaolin menyebabkan sebagian besar biksu shaolin terbunuh di tempat. Hal ini menyebabkan entah berapa banyak ilmu kungfu shaolin yang hilang saat itu. Tapi masih ada biksu-biksu yang selamat yang terus mengembangkan kungfu secara sembunyi-sembunyi. Dalam persembunyiannya para biksu terus berjuang melawan dinasti Qing, tapi petualangan di luar kuil shaolin benar-benar membawa wawasan

baru bagi para biksu yang selamat ini. Selama di kuil shaolin mereka hanya bisa mengamati 5 binanatang yaitu monyet, harimau, bangau, ular, dan (menurut imajinasi mereka)naga(gabungan dari berbagai hewan). Sekarang diuar kuil mereka melihat lebih banyak hewan yang dijadikan inspirasi bagi kungfu mereka. Beruang, elang , ayam, buaya, mantis (belalang sembah), kuda, kura-kura, mengispirasi para biksu untuk mengembangkan kungfu baru. Misalnya Biksu Wang Lang, ia amat terpukau ketika mengamati gerak seekor serangga yang ukuran badannya hanya 1/10 kadal namun mampu membunuh kadal besar tersebut. Hewan yang menginspirasinya ini adalah Mantis. Dari mantis Wang Lang belajar bahwa kungfu tidak harus berupa serangan langsung, tapi serangan kombinasi teknik tangan dan kaki secara bersamaan. Teknik tendangan, kuncian, dan totokan tidak harus dilakukan sendiri-sendiri melainkan di gabung dalam 1 jurus tunggal. Gabungan beruang, elang, harimau menginspirasi para biksu yang berkerjasama dengan para pendeta taoist menciptakan kungfu baru yang sangat dahsyat seperti BajiQuan dan PiquaZhang yang selanjutnya berkembang pesat akibat kehebatan pendekar islam bernama WuZhong. Kuda mengispirasi banyak kungfu yang menambahkan gerakan tendangan kuda untuk menyerang musuh yang ada di belakang kita. Ayam dan buaya juga mengispirasi para biksu yang belajar kungfu kungfu XingYi untuk menambahkan jurus-jurus binatang ini dalam kungfu mereka. Inspirasi para biksu ternyata bukan hanya berasal dari binatang tapi juga lewat filosofi dan gaya hidup masyarakat setempat diamana si biksu bersembunyi. Ng Mui yang melarikan diri sampai cina selatan (tepatnya di daerah sekitar Fukien) sangat terkesan oleh perilaku dan filosofi hidup masyarakatnya yang cenderung sederhana dan serba praktis. Disini Ng Mui belajar bahwa kadang sesuatu yang paling baik adalah yang paling sedehana dan praktis. Ketika ia dimaintai tolong oleh Yim Wing Chun untuk mengajarkan kungfu kepadanya, sebagai biksuni (biksu perempuan)Ng Mui tahu bahwa tak mugkin mengajari Yim (yang juga seorang perempuan) kungfu shaolin yang lengkap (sulit dan makan waktu lama) sehingga ia memodifikasi kungfunya menjadi lebih sesuai dengan adat masyarakat diaman Yim tinggal, sehingga Ng Mui memodifikasi kungfunya menjadi lebih sederhana dan praktis. Kungfu ciptaan Ng Mui ini selanjutnya disempurnakan kembali oleh pewaris tungalnya Yim Wing Chun menjadi kungfu yang sangat praktis, mudah dipelajari, dan cukup ideal buat wanita karena tidak mengandalkan kekuatan semata. Lalu Kungfu ini menjadi sangat populer dengan nama kungfu Wing Chun sampai era modern ini yang dipopulerkan oleh Yip Man dan Bruce Lee. Filosofi I- Ching (Book of Change yang memuat filsafat perubahan) menginspirasikan para taois, biksu, dan pendekar terkenal Dong Hai Chuan untuk menciptakan kungfu BaguaZhang. BaguaZhang sendiri merupakan kungfu yang meniru pola perubahan dari 8 trigram yang terdapat pada lambang Bagua (Pakua dalam lafal hokkian). Kungfu ini mejadi sangat populer karena gerak lingkar dari tangan dan kaki yang terus berubah dan sulit ditebak.

Perkara yang timbul adalah para biksu membutuhkan dukungan masyarakat untuk menghapai dinasti Qing, maka banyak biksu dan pendekar lain yang juga selamat dari kekajaman dinasti Qing mulai mengajarkan kungfu pada masyarakat umum. Yang paling mencolok adalah pada daerah cina selatan. Hal ini disebabkan karena daerah selatan realtif sulit dijangkau oleh tentara kerajaan dinasty Qing (yang berpusat di beijing-cina utara) sehingga sering dijadkan basis pemberontakan. Awalnya banyak kungfu-kungfu lembut yang berasal dari cina selatan. Hal ini mengingat orang selatan relatif lebih lemah jadi cenderung menyerap filosofi kungfu taichi untuk menggunakan tenaga lawan. Namun seiring dengan perkmbangan jaman kungfu selatan berkembang menjadi semakin keras. Hal ini disebabkan karena para pendekar sengaja melatih para warga cina selatan untuk bisa bertarung dengan tempo latihan yang sesingkat-singkatnya(untuk mewaspadai serangan dari prajurit dinasti Qing) sehinga aspek halus seperti meditasi, pengolahan chi, pemanfaatan tenaga lawan, dengan sangat terpakasa harus dihilangkan karena makan waktu latihan yang lama. Pada era ini timbul para pendekar besar yang dengan rasa nasionalismenya yang tinggi memimpin masyarakat untuk membela cina dari dinasti Qing seperti Wong Fai Hung (seorang dokter/sinshe), Fong SaiYuk(keluarga terpandang dari cina selatan yag berprofesi sebagai pedagang), dan Huo Yuan Jia(yang akhirnya mendirikan Wing Wu Men - sebuah organisasi perkumpulan bela diri modern pertama di dunia). Terlepas dari rasa nasionalisme sebenarnya banyak pendekar besar lain yang pernah hidup di Cina dan mengharumkan nama kungf u cina, misalnya Lie Shu Wen (Li Syo Bun dalam lafal Jepang) seorang pendekar kungfu BajiQuan yang mampu merobohkan lawan hanya dengan sekali pukul, Guo Yun Zen yang memodifiaksi Kungfu Xing Yi menjadi kungfu yang sangat dahsyat (legendanya Guo mampu menghancurkan batu karang dengan 1 pukulan saja). Ma Zueli yang menciptakan LiuHe Xing Yi (Kungfu enam kehendak) yang menjadi kungfu resmi suku-suku islam di daerah Henan. Chua Giok Beng yang menciptakan WuzuQuan (Ngo Cho Kun dalam lafal selatan) telah tersebar luas di Indonesia berkat sinshe Lo Ban Teng yang mempopulerkan kungfu ini di Indonesia. Meskipun kini persenjataan telah maju dan kungfu cina tidak lagi sesering dulu digunkan dala peperangan namun nilai-nilai luhur dari kungfu tetap hidup dan dipelajari hingga kini.

Anda mungkin juga menyukai