SHORT HISTORY OF KEMPO
Certain names and times are in conflict and the
most commons ones where used in this docu-
ment the art of Kempo, also written as Kenpo is
unique as far as its history goes in two respects;
it is considered by many the first eclectic martial
art, as well as having its founding roots stretch
back to 520 BC. The person who was a catalyst
of the way of Kempo was a prince and warrior
of southern India called Bodhidharma. Accord-
ing to the records of the Lo-Yang temple,
Bodhidharma was a Buddhist monk under the
tutelage of Prajnatara and it is presumed that
upon his death bed that Prajnatara requested
Bodhidharma to travel to China where he felt the
principles of Buddhism where in decline, and
that the knowledge of dhyana (Zen koans)
should be known.
It is estimated that in 520 BC during the South-
ern dynasties that Bodhidharma entered China
and traveled northward to the kingdom of Wei
where the fabled meeting with emperor Wu of
the Liang dynasty began. This meeting is re-
corded to the intense conversation and discus-
sion of Buddhism and dhyana which took place.
The meeting was to no avail, his words to the
worldly emperor meant nothing, and thus, sul-
lened by his attempts, Bodhidharma left the
palace of the emperor and travelled to the
Honan province where he entered the Shaolin
temple and began a martial history.
Bodhidharmas depression grew once he
reached the famed Shaolin temple for Prajna-
tra's telling was true. The monks where in a
raged condition physically and mentally dimi-
nished doe to the excess amount of time the
monks spent in meditation and little else. Many
of the monks would often fall asleep in medi-
tation while others needed assistance in the
basic necessities of life - so feeble was there
condition.
SEJARAH RINGKAS KEMPO
Terdapat konflik dari nama dan waktu tertentu
dan yang paling umum digunakan dalam doku-
men Seni Kempo ini, juga ditulis sebagai Kenpo
adalah unik sejauh sejarahnya dalam dua hal;
dianggap sebagai seni bela diri eklektik pertama,
serta memiliki akar pendiri merentang hingga ke
520 SM. Orang yang merupakan katalis dari
Kempo adalah seorang pangeran dan perwira
India selatan bernama Bodhidharma. Menurut
catatan kuil Lo-Yang, Bodhidharma adalah seo-
rang biksu Buddha di bawah pengawasan Praj-
natara dan diduga bahwa di ranjang kematian-
nya Prajnatara meminta Bodhidharma untuk
pergi ke Tiongkok dimana ia merasakan prinsip
agama Buddha mengalami kemunduran, dan
bahwa pengetahuan dhyana (Zen koans) harus
dikembangkan.
Diperkirakan bahwa pada 520 SM semasa dinas-
ti Selatan, Bodhidharma memasuki Tiongkok dan
melakukan perjalanan ke utara ke kerajaan Wei
di mana pertemuan dongeng dengan kaisar Wu
dari dinasti Liang dimulai. Pertemuan ini dicatat
sebagai percakapan intens dan diskusi agama
Buddha dan dhyana. Pertemuan itu sia-sia, pem-
bicaraan dengan kaisar duniawi itu tidak berhasil,
dan karena jengkel upayanya gagal, Bodhidhar-
ma meninggalkan istana kaisar dan melakukan
perjalanan ke provinsi Honan di mana ia mema-
suki kuil Shaolin dan memulai sejarah beladiri.
Depresi Bodhidharma bertambah begitu ia men-
capai kuil Shaolin yang terkenal karena kisah
Prajnatra benar adanya. Para bhikhu berada da-
lam keadaan yang gusar secara fisik dan mental
berkurang karena jumlah waktu yang dihabiskan
para bhikhu untuk meditasi dan sedikit untuk hal
lainnya. Banyak bhikhu yang sering tertidur da-
lam meditasi sementara yang lain membutuhkan
bantuan dalam kebutuhan dasar kehidupan -
begitu lemah kondisinya.
Hal:1/11.-
For an unknown period of time Bodhidharma
meditated in a cave at the outskirts of the temple
seeking for a way to renew the feat of Buddha's
light, as well as letting the monks regain control
over the lives. Upon his return Bodhidharma
instructed the monks into the courtyard, from
the strong to the feeble and began to explain
and work with them in the art of Shih Pa Lo Han
Sho, or the 18 hands of Lo Han. These techni-
ques which are the foundation for almost all
martial arts today where never originally intend-
ed to be utilized as methods of fighting but
where a manner in which the monks could attain
enlightenment while preserving the bodies
health. During the Sui period, approximately
forty years or so after the death of Bodhidharma
it is told that brigands assaulted the Shaolin
monetary; one of many attacks that would occur
until the early twentieth century. During this first
invasion, the monks attempts at defending the
temple where futile, there skills where not
attuned to fighting techniques and it looked as if
the temple would fall. A monk of the temple, with
reference only as the "begging monk", during
the last siege of the temple by the brigands
attacked several of the outlaws with an array of
aggressive hand and foot techniques, killing
some and driving the remaining attackers away.
The other monks where so inspired by the
display of this single priest that they requested
tutelage in this martial style as a means of
protection. In later scripts this fighting art was
recorded as Chuan Fa or Fist Method.
Over several decades the fighting arts of the
Shaolin temple grew and where said to prosper
over 400 arts in total over the next several
centuries. Several decades after the fight of the
begging monk, a master of Chuan Fa called
Ch'ueh Taun Shang-jen was said to have re-
discovered the original Shih Pa Lo Han Sho
which had been lost for many years. Ch'ueh
over a period of time integrated his art of Chuan
Fa with that of Lo Han increasing the total
number of techniques from the original eighteen
Untuk periode waktu yang tidak diketahui, Bodhi-
dharma bermeditasi di sebuah gua di pinggiran
kuil mencari cara untuk memperbarui prestasi
cahaya Buddha, serta membiarkan para bhikhu
mendapatkan kembali kendali atas kehidupan-
nya. Setelah kembali Bodhidharma menginstruk-
sikan para bhikhu ke halaman, dari yang kuat
hingga yang lemah dan mulai menjelaskan dan
bekerja bersama mereka dalam seni Shih Pa Lo
Han Sho, atau 18 tangan Lo Han. Teknik ini yang
adalah dasar bagi hampir semua seni beladiri
saat ini di mana awalnya tidak pernah dimaksud-
kan untuk digunakan sebagai metode bela diri
tetapi suatu cara agar para bhikhu dapat menca-
pai pencerahan sambil menjaga kesehatan tu-
buh. Selama periode Sui, sekitar empat puluh
tahun atau lebih setelah kematian Bodhidharma
diceritakan para perampok menyerang moneteri
Shaolin; salah satu dari banyak serangan yang
akan terjadi hingga awal abad kedua puluh. Sela-
ma invasi pertama ini, upaya para bhikhu untuk
mempertahankan kuil sia-sia, keterampilan me-
reka tidak selaras dengan teknik beladiri dan
tampaknya kuil akan jatuh. Seorang biksu kuil,
dengan sebutan “begging monk”, selama penge-
pungan terakhir kuil oleh para perampok, menye-
rang beberapa penjahat dengan berbagai teknik
tangan dan kaki yang agresif, membunuh bebe-
rapa dan mengusir penyerang yang tersisa. Para
bhikhu lain menjadi sangat terinspirasi oleh aksi
pendeta ini sehingga mereka meminta bimbingan
dalam beladiri ini sebagai sarana perlindungan.
Dalam naskah selanjutnya seni beladiri ini dicatat
sebagai Chuan Fa atau Metode Kepalan.
Selama beberapa dekade seni beladiri kuil Shao-
lin tumbuh dan berkembang menjadi lebih dari
400 perguruan selama beberapa abad berikut-
nya. Beberapa dekade setelah pertarungan beg-
ging monk, seorang guru Chuan Fa bernama
Ch'ueh Taun Shang-jen dinyatakan telah mene-
mukan kembali Shih Pa Lo Han Sho asli yang
telah hilang bertahun-tahun. Ch'ueh untuk wak-
tu tertentu menggabungkan seni Chuan Fa de-
ngan Lo Han meningkatkan jumlah teknik dari
delapan belas yang asli menjadi tujuh puluh dua.
Hal:2/11.-
to total of seventy-two. For several years after
this period Ch'ueh traveled the country side of
China promoting his art in several gruelling
fighting matches until he came upon a man
named Li in the Province of Shen-si. Li, a master
of Chuan Fa as well as other martial ways
(including rumors of Chin Na) traveled and
trained with Ch'ueh for some time developing
the curriculum of Chuan Fa to form a total of
one-hundred and seventy techniques. Further-
more, they categorized these techniques into
five distinctive groups distinguished by various
animals who instinctive reactions best reflected
the movements of this new Chuan Fa. Upon the
return to the Shaolin tem-ple of which both Li
and Ch'ueh belonged they presented to the
other monks Wu Xing Quan, the five animals
form and brought to the Shaolin temple a new
stage in martial arts evolution.
Over the next several centuries the history of
Chuan Fa and its advent to Kempo is ragged in
its tales and difficult to gain accurate des-
criptions. What is known is that the art of Chuan
Fa remained and is still practiced in China, but
its teaching also found its way to Okinawian
Islands and the Ryukyu kingdoms as well as
Japan. In both places, the art was referred to as
Kempo or Law of the fist. Between the Sui and
Ming periods (a 800 years gap) it is considered
that many a wandering monk traveled across
Japan and Okinawa bringing with them a
working knowledge of the art of Kempo which
explains its widespread distribution. The art of
Chuan Fa which translates into Kempo would
have been taught as a supplement to the daily
spiritual training the monks endured. Many of
the monks would often choose disciples or
teach at various Buddhist temples bringing forth
the word of Buddha, and the power of Chuan
Fa. From there the art of Kempo could easily
spread among the commoners and nobles alike.
Selama beberapa tahun setelah periode ini
Ch'ueh melakukan perjalanan kepelosok Tiong-
kok mempromosikan karya seninya dalam bebe-
rapa pertandingan beladiri yang sangat melelah-
kan, sampai ia bertemu seorang pria bernama Li
di Provinsi Shensi. Li, seorang ahli Chuan Fa
serta beladiri lainnya (kemungkinan termasuk
Chin Na) bepergian dan berlatih dengan Ch'ueh
untuk beberapa waktu mengembangkan kuriku-
lum Chuan Fa menjadi seratus tujuh puluh teknik.
Lebih lanjut, mereka mengelompokkan teknik-
teknik ini ke dalam lima kelompok berbeda yang
dibedakan dengan berbagai binatang yang reak-
si naluriahnya paling mencerminkan gerakan
Chuan Fa baru. Setelah kembali ke kuil Shaolin
tempat asal Li dan Ch'ueh, mereka menyampai-
kan kepada biksu lain Wu Xing Quan, lima jurus
binatang dan membawa kuil Shaolin ke tahap
baru dalam evolusi seni beladiri.
Selama beberapa abad berikutnya sejarah
Chuan Fa dan perannya ke Kempo penuh cerita
dan sulit untuk mendapatkan rincian yang aku-
rat. Yang diketahui adalah bahwa seni Chuan Fa
tetap ada dan masih dipraktikkan di Tiongkok,
tetapi pengajarannya juga menemukan jalannya
ke Kepulauan Okinawa dan Kerajaan Ryukyu
serta Jepang. Di kedua tempat ini, seni itu dise-
but sebagai Kempo atau Hukum Kepalan. Antara
periode Sui dan Ming (jeda 800 tahun), diketahui
banyak bhikhu pengembara bepergian kepelo-
sok Jepang dan Okinawa membawa pengeta-
huan tentang seni Kempo yang menjelaskan
penyebarannya yang luas. Seni Chuan Fa yang
dileburkan ke dalam Kempo telah diajarkan seba-
gai tambahan untuk pelatihan spiritual harian dari
para bhikkhu. Banyak bhikhu yang sering memi-
lih murid atau mengajar di berbagai kuil Buddha
yang memunculkan kata Buddha, dan kekuatan
Chuan Fa. Dari sana seni Kempo dapat dengan
mudah menyebar di antara rakyat jelata dan
bangsawan.
Hal:3/11.-
Another reason for the founding in Kempo can
be seen in the numerous trips the Japanese and
Okinawian made to China to learn the fabled art
of Chuan Fa. Some people would disappear for
many years, presumed dead by there families,
only to resurface as a master of Kempo and
other martial arts. One such man was named
Sakugawa. Sakugawa lived in the village of
Shuri on the island of Okinawa and traveled to
China during the 18th century to learn the
martial secrets of the Chuan Fa masters. For
many years Sakugawa had not been seen and
many believe he had died in his journeys, but
after much time he did return, much to the
surprise of his kin. Sakugawa has learned the
secrets of Chuan Fa and had become a master
of some repute himself. Over many years of
refinment the art Sakugawa had learned slowly
was renamed to Shuri-te and is considered the
predecessor to many forms of modern Karate.
Another member of Shuri, Shionja also tra-veled
to China and began to demonstrate around
Okinawa. It is believed that Kushaku and
Shionja had the greatest influence in Okinawian
Kempo styles than any other martial artist.
Unfortunately, the evolution of Kempo in Japan
is just as abrupt and mysterious although a flurry
of attention to the art was brought during the
reign of Hideyoshi Toyotomi's plans of conquer-
ing China. It is refered that many a samurai on
the return from China whether during or after the
war brought with them extensive knowledge of
Chuan Fa and throughout the years modified it
to include the own arts of Jujutsu and Aiki-jutsu
and it is at this state where the greatest evolu-
tion of Kempo takes place since the time of Li
and Ch'ueh.
At the beginning of the seventeenth century two
families, Kumamoto and [_____] brought in
knowledge of Kempo from China to Kyushu.
This art was modified throughout many years
into its current form which is referred to as
Kosho-ryu Kempo, or Old Pine Tree school and
Alasan lain pendirian Kempo dapat dilihat dalam
berbagai perjalanan yang dilakukan orang Je-
pang dan Okinawa ke Tiongkok untuk mempela-
jari seni legenda Chuan Fa. Sejumlah orang
menghilang selama bertahun-tahun, dianggap
telah mati oleh keluarganya, kemudian muncul
kembali sebagai master dari Kempo dan seni
beladiri lainnya. Salah satunya adalah seorang
pria yang bernama Sakugawa. Sakugawa tinggal
di desa Shuri di pulau Okinawa dan melakukan
perjalanan ke Tiongkok pada abad ke-18 untuk
mempelajari rahasia beladiri para master Chuan
Fa. Bertahun-tahun Sakugawa menghilang dan
banyak yang percaya dia telah mati dalam perja-
lanan, tetapi setelah sekian lama ia kembali dan
mengejutkan banyak kerabatnya. Sakugawa
telah mempelajari rahasia Chuan Fa dan telah
menjadi master. Selama pemyempurnaan berta-
hun-tahun, seni yang dipelajari Sakugawa dina-
makan Shuri-te dan dianggap sebagai pendahulu
dari banyak bentuk Karate modern.
Anggota Shuri yang lain, Shionja juga melaku-
kan perjalanan ke Tiongkok dan mulai berde-
monstrasi di sekitar Okinawa. Dipercayai bahwa
Kushaku dan Shionja memiliki pengaruh terbesar
dalam gaya Kempo Okinawa diabandingkan de-
ngan seniman beladiri lainnya. Sayangnya, evo-
lusi Kempo di Jepang hanya mendadak dan mis-
terius meskipun banyak perhatian terhadap seni
ini dibawa pada masa pemerintahan Hideyoshi
Toyotomi yang berencana menaklukkan Tiong-
kok. Dinyatakan bahwa banyak samurai yang
kembali dari Tiongkok baik selama atau setelah
perang membawa pengetahuan luas tentang
Chuan Fa dan selama bertahun-tahun memodi-
fikasinya untuk dimasukan ke dalam seni Jujutsu
dan Aiki-jutsu dan pada masa inilah evolusi Kem-
po terbesar terjadi sejak zaman Li dan Ch'ueh.
Pada awal abad ke tujuh belas dua keluarga,
Kumamoto dan [_____] membawa pengetahuan
tentang Kempo dari Tiongkok ke Kyushu. Seni ini
telah dimodifikasi selama bertahun-tahun men-
jadi bentuk saat ini yang disebut sebagai Kosho-
ryu Kempo, atau perguruan Old Pine Tree dan
Hal:4/11.-
it is from here that most modern forms of Kempo
are derived. In 1916 at the age of five, James
Mitose was sent to Kyushu from his homeland
in Hawai for schooling in his ancestors of self-
defence called Kosho-ryu Kempo. For fifteen
years he studied this art which was a direct
descendent of the original Chuan Fa. After com-
pleting his training in Japan, Mitose returned to
Hawaii and in 1936 opened the "Official Self-
Defence" club in Beretania mission in Honolulu
in 1934, before Mitose's return to the United
States, the term Kempo-Karate was first used.
In an issue of Yoen Jiho Sha newspaper an
advertising for the visit of Chogun Miyagi, a
famous karateka and founder of Goju-yu karate-
do, to the island of Hawaii. The use of the two
terms is under speculation. Some suspect it was
simply an advertising scheme while others
believe that Chogun Miyagi's Goju-ryu was
actually a pure form of Kempo, and that the term
karate was simply more well known.
William Chow is perhaps responsible for the
largest leap of Kempo to the general public.
William K.S. Chow studied Kempo under Mitose
for several years and previously had studied his
familiy art of Kung Fu. Chow united, like many
Kempo masters before him the arts of Kosho ryu
Kempo and his family Kung fu to form a new art
which would eventually be referred to as Kara-
ho Kempo. In 1949, Chow had attracted a
number of students to his own teachings and
opened a dojo of his own at a local YMCA. To
make a distinct variation from Mitose's Kempo,
Chow referred to his art as Kenpo Karate.
Throughout the next few decades Chow made
many innovations to the system including the
use of circular techniques of his Kung Fu, as
well as various kata or forms based on the
primary linear and circular techniques of his art.
One of Chows most flourishing students was a Salah seorang murid Chows yang paling terke-
Hawaiian native named Edmund Parker. Ed muka adalah penduduk asli Hawaii bernama
Parker as he was known was the last highly Edmund Parker. Ed Parker yang dikenal sebagai
dari sinilah sebagian besar bentuk Kempo mo-
dern berasal. Pada tahun 1916 pada usia lima
tahun, James Mitose dikirim ke Kyushu dari ta-
nah kelahirannya di Hawaii karena perguruan di
leluhurnya adalah beladiri yang disebut Kosho-
ryu Kempo. Selama lima belas tahun ia mempe-
lajari seni ini yang merupakan keturunan lang-
sung dari Chuan Fa asli. Setelah menyelesaikan
pelatihannya di Jepang, Mitose kembali ke Ha-
waii dan pada tahun 1936 membuka klub ‘Bela-
diri Resmi’ di misi Beretania di Honolulu Pada
tahun 1934, sebelum Mitose kembali ke Amerika
Serikat, istilah Kempo-Karate pertama kali digu-
nakan. Suatu terbitan surat kabar Yoen Jiho Sha,
mengiklankan kunjungan Chogun Miyagi, seo-
rang karateka yang terkenal dan pendiri Goju-yu
karate-do, ke pulau Hawaii. Penggunaan kedua
istilah ini sedang dalam spekulasi. Beberapa
menduga itu hanya skema periklanan sementara
yang lain percaya bahwa Chogun Miyagi Goju-
ryu sebenarnya adalah bentuk murni Kempo, dan
memakai istilah karate karena lebih dikenal.
William Chow menjadikan perkembangan terbe-
sar Kempo ke masyarakat umum. William K.S.
Chow mempelajari Kempo kepada Mitose sela-
ma beberapa tahun dan sebelumnya sekeluarga
telah mempelajari seni Kung Fu. Chow menya-
tukan, seperti banyak master Kempo sebelum-
nya, seni Kosho ryu Kempo dan Kung fu keluar-
ganya untuk membentuk seni baru yang akhirnya
akan disebut sebagai Kara-ho Kempo. Tahun
1949, Chow telah menarik sejumlah murid pada
ajarannya dan membuka dojo sendiri di YMCA
setempat. Untuk membuat variasi yang berbeda
dari Mitose's Kempo, Chow menyebut karya
seninya sebagai Kenpo Karate. Sepanjang bebe-
rapa dekade berikutnya Chow membuat banyak
inovasi pada sistem termasuk penggunaan
teknik melingkar Kung Fu-nya, serta berbagai ka-
ta atau jurus berdasarkan teknik linear dan me-
lingkar dari seninya.
Hal:5/11.-
significant figure in the current tale of modern
Kempo unleashing it to the world as well as
propelling it into his current form. In 1954
Edmund Parker earned his black belt in kara-ho
Kempo and two years later became a house-
hold name, teaching his art to the likes of Elvis
Presley, and Steve McQueen. Ed Parker further
refined and defined the techniques of Kara-ho
Kempo till he perfected his American Kenpo
Karate system. Ed Parker is often referred to as
the father of American Karate.
From here, Kempo and its other forms take Dari sini, Kempo dan bentuk lainnya mengalami
many twists and turns, constantly evolving into banyak perputaran, terus-menerus berkembang
new states of being. menjadi sesuatu yang baru.
The Direction of Kempo:
With all things certain paths are given directing
us on various roots to a final goal. Sometimes
this goal is reached in a very short period of
time, while at other times that goal is never
completed by expanded by as new paths cross
the original. The direction in which Kempo leads
its practicioners is similar to that - its goals are
represented in a sphere, constantly expanding
with the final goal only being the beginning of a
new stage.
Kempo is a unique martial art having been
founded several centuries ago in the Chinese
Shaolin temple, thus bringing with it a certain air
of mystery. As a martial art, Kempo is referred
to as a Do. The Do is referred to in Buddhist Zen
scripts as a path towards enlightenment. Lao
Tzu, a priest of Taoism said "Mastering others
requires force; Mastering the self requires
enlightenment." This phrases sums of the full
circle of what Kempo strives towards. Although
on its surface Kempo can be seen as a unique
form of self-defence, hidden beneath its physi-
cal exterior are levels where characterristic
centralization of mind and body form. At this
level, Kempo's practisioners up from a simple
form of fighting to a higher level of ability - a level
tokoh terakhir yang sangat signifikan dalam kisah
Kempo modern saat ini melepaskannya ke dunia
serta mendorongnya ke bentuknya saat ini. Pada
tahun 1954 Edmund Parker mendapatkan sabuk
hitamnya di kara-ho Kempo dan dua tahun kemu-
dian namanya sangat dikenal, mengajar seni ini
kepada seperti Elvis Presley, dan Steve
McQueen. Ed Parker lebih lanjut menyempur-
nakan dan mendefinisikan teknik Kara-ho Kempo
sampai dia menyempurnakan sistem American
Kenpo Karate-nya. Ed Parker sering disebut
sebagai bapak Karate Amerika.
Tujuan Kempo:
Dengan segala hal, jalan tertentu diberikan me-
ngarahkan kita pada berbagai tujuan akhir.
Terkadang tujuan ini tercapai dalam periode wak-
tu yang sangat singkat, sementara di lain waktu
tujuan itu tidak pernah selesai dengan diperluas
sebagai jalur baru melintasi yang asli. Tujuan
kemana Kempo mengarahkan para praktisi ada-
lah serupa dengan hal itu - tujuannya diwakili
dalam sebuah bola, terus berkembang dengan
tujuan akhir hanya menjadi awal dari tahap baru.
Kempo adalah seni beladiri yang unik yang telah
didirikan beberapa abad yang lalu di kuil Shaolin
Tiongkok, sehingga ada unsur misteri tertentu di
dalamnya. Sebagai seni beladiri, Kempo disebut
sebagai Do. Do tersebut disebut dalam naskah
Zen Buddhis sebagai jalan menuju pencerahan.
Lao Tzu, seorang imam Taoisme mengatakan,
“Menguasai orang lain membutuhkan kekuat-
an; Menguasai diri sendiri membutuhkan
pencerahan.” Frase ini merangkum lingkaran
penuh dari apa yang diperjuangkan oleh Kempo.
Meskipun pada permukaannya, Kempo dapat
dilihat sebagai bentuk pertahanan diri yang unik,
tersembunyi dibalik tampilan luar fisiknya adalah
tingkat di mana karakteristik sentralisasi bentuk
pikiran dan tubuh. Pada tingkat ini, praktisi Kem-
Hal:6/11.-
of enlightenment. Ying Ku-chan, a Shaolin po naik dari jurus beladiri sederhana ke tingkat
monk and master of Kempo after a lengthy yang lebih tinggi - tingkat pencerahan. Ying Ku-
period of meditation in a Zen rock garden spoke
chan, seorang biksu Shaolin dan penguasa Kem-
of Kempo saying: po setelah lama bermeditasi di taman batu Zen
berbicara tentang Kempo, mengatakan:
"Kempo is the power of adaptability and “Kempo adalah kekuatan beradaptasi dan
yielding; the harmony of all things working menghasilkan; keharmonisan dari semua hal
together." bekerja bersama.”

On the surface, Kempo's uniqueness lies in its
comprehensive and diversified means of un-
armed defence. Shaolin Kempo Karate proper
is both an armed and unarmed system of com-
bat incorporating applications in varying appear-
ances and method. On an external level, Kempo
is a no holds barred fighting system of offensive
and defensive methods with equal emphasis of
striking techniques with the hands and feet;
immobilization and controls; projections and
take-down; as well as weaponry and various
spiritual and healing arts. Shaolin Kempo is a
street wise defensive art that does not restrict its
students in methodology. Clawing hands evolve
into slashing feet. Cunning joint locks turn into
devastating hip throws. Evasive blocks turn into
breath closing chokes.
Di permukaan, keunikan Kempo terletak pada ca-
ra pertahanan yang komprehensif, beragam dan
tanpa senjata. Shaolin Kempo Karate yang tepat
adalah sistem beladiri bersenjata dan tidak ber-
senjata yang menggabungkan aplikasi dalam
berbagai penampilan dan metode. Pada tingkat
eksternal, Kempo adalah sistem beladiri dengan
metode menyerang dan bertahan dengan pene-
kanan yang sama dari teknik pukulan dengan
tangan dan kaki; imobilisasi dan kontrol; proyeksi
dan menjatuhkan; serta persenjataan dan berba-
gai seni spiritual dan penyembuhan. Shaolin
Kempo adalah seni defensif jalanan yang tidak
membatasi siswa dalam metodologi. Mencakar
berevolusi menjadi menebas dengan kaki. Kun-
cian yang licik berubah menjadi lemparan pinggul
yang dahsyat. Blok mengelak berubah menjadi
cekikan leher.

The possibilities are endless. The only true
fighting systems are those where there are no
rules applied. From the books of the Han
dynasty we learn "Nothing is impossible to a
willing mind." And it is from this saying that we
can derive the upper principles of Shaolin
Kempo. What sets Kempo apart from boxing,
wrestling, and Sunday night football is an
emphasis on centralization of body and mind, a
concept understood by very few. Many people
are quite happy with only the surface value of
Kempo taking its studies for reasons of physical
health, self-defence, or a Monday night hobby.
But for what level of imperfection will you settle
for in yourself? If there is more to Kempo why
not grasp it. Kempo tries to build a person
psychological personal as well as turning the
ego self into the egoless self. The true Kempo
Kemungkinannya tidak terbatas. Satu-satunya
beladiri sejati adalah yang tidak mempunyai
aturan untuk diterapkan. Dari buku dinasti Han
kita mengetahui: “Tidak ada yang mustahil bagi
pikiran yang ikhlas.” Dan dari pepatah inilah kita
dapat menurunkan prinsip Shaolin Kempo. Apa
yang membedakan Kempo dari tinju, gulat, dan
sepakbola Minggu malam adalah penekanan
pada pemusatan tubuh dan pikiran, konsep yang
dipahami oleh hanya sedikit orang. Banyak orang
cukup senang dengan hanya nilai permukaan
dari Kempo yang dipelajarinya untuk kesehatan
jasmani, pertahanan diri, atau hobi Senin malam.
Tetapi pada tingkat ketidak sempurnaan apa an-
da akan puas? Jika ada sesuatu yang lebih pada
Kempo mengapa tidak mencoba untuk meraih-
nya. Kempo mencoba untuk membangun kepri-
badian psikologis personal serta mengubah ego

Hal:7/11.-
is not a means of felling an opponent by force of
hand or weapon, nor was it originally intended
as a means of arms. Kempo calls for a bringing
of inner peace to the self, and the universe
around us. A master of Kempo is not only a
master of self-defence, but a master of himself.
In the end, the direction of Kempo was best
described by Bruce Lee when he commented
on his art of Jeet Kune Do:
"To have no way as a way,
To have no limitations as a limitation."
What's the Difference Between
Kempo and Kenpo?
Nothing. Actually, the only difference is in the
translation of the Kanji to its English form. The
word Kempo and Kenpo are both pronounced
the same and both mean "Law of the Fist."
When the Japanese Kanji for Kempo is brought
into English, either a "m" or "n" is placed in the
word. Its sorta like saying "Qi" or "Chi", "Gung"
or "Kung." Generaly though, the more "tradi-
tional" (lightly used) forms of Kempo use the
"Kempo" form, while the more non-traditional or
contemporary versions use "Kenpo." William
K.S. Chow was the first person to use the term
Kenpo to show his break from the Mitose family
Kosho-ryu kempo.
What Martial Arts Compose
The Curriculum of Kempo?
In general, most systems of Kempo consists of
4 primary arts which can be seen in 95% of
Kempo system in both Okinawian and Japa-
nese systems of Kempo, and consist of prima-
rily Chinese influences:
- 18 hands of Lo Han.
- 5 Animal Chuan Fa.
- White Crane Chin Na.
- Wing Chun.
- Ju-Jitsu.
dmenjadi tanpa ego. Kempo yang benar bukan-
lah alat untuk mengalahkan lawan dengan keku-
atan tangan atau senjata, juga awalnya tidak di-
maksudkan sebagai senjata. Tujuan Kempo ada-
lah kedamaian didalam diri dan alam sekitar kita.
Master Kempo tidak hanya seorang master bela-
diri, tetapi master dari dirinya. Pada akhirnya, tu-
juan Kempo paling tepat digambarkan Bruce Lee
ketika dia mengomentari seni Jeet Kune Do-nya:
“Untuk tidak memiliki jalan sebagai jalan;
Untuk tidak memiliki batas sebagai batasan.”
Apa Perbedaan Antara
Kempo dan Kenpo?
Tidak ada. Sebenarnya, satu-satunya perbeda-
an adalah dalam terjemahan Kanji ke Inggris.
Kata Kempo dan Kenpo keduanya diucapkan
sama dan berarti “Peraturan Penggunaan Kepal-
an.” Ketika Kanji Jepang untuk Kempo diartikan
ke Inggris, baik huruf “m” atau “n” ditempatkan
dalam kata. Seperti mengatakan “Qi” atau “Chi”,
“Gung” atau “Kung.” Namun secara umum, ben-
tuk Kempo yang lebih “tradisional” (sedikit digu-
nakan) menggunakan jurus “Kempo”, sedangkan
yang non-tradisional dan kontemporer menggu-
nakan “Kenpo.” William K. S. Chow adalah yang
pertama menggunakan istilah Kenpo untuk me-
nunjukkan perpecahannya dari keluarga Mitose
Kosho-ryu kempo.
Seni Beladiri Apa Yang Menyusun
Kurikulum Kempo?
Secara umum, mayoritas sistem Kempo terdiri
dari 4 seni utama yang dapat dilihat pada 95%
sistem Kempo di sistem Kempo Okinawa dan
Jepang, dan terutama dipengaruhi Tiongkok:
- 18 tangan Lo Han.
- 5 Hewan Chuan Fa.
- White Crane Chin Na.
- Wing Chun.
- Ju-Jitsu.
Hal:8/11.-
Other arts which can be found in Kempo schools
include:
- Thai-Boxing.
- Kyokushin Karate.
- Sanshou Wu-Shu.
- Aikido or Aikijutsu.
- Sumo.
- Various weapon arts.
Does Kempo Use Other Weapons Other
Than Hands and Feet?
In Kempo schools, defences against knives and
clubs are seen from yellow belt and up, and are
considered prime weapons in which to defend
against. Kempo also teaches its students how
to use weapons to increase the understanding
of defence. Weapons that are taught are both
Chinese and Japanese in variety and vary
widely. Some schools of Kempo teach the 8'
staff, while others teach Chain Whip, and sai.
Weapon training often begins at the green belt
level, although in some schools it is restricted to
those of black belt level and higher. In most
Kempo schools, the primary weapon skills
taught are:
- Knife.
- Stick(s).
- Half Staff (Jo).
- 6' Staff-Sword.
- Chain.
Does Kempo Have Forms?
Many people think that because Kempo is a
highly-directed "self-defence" art that it contains
no kata or forms. This is very untrue. Kempo has
many forms with a notable characteristic of
having both circular and linear movements as
well as hard and soft techniques. Kempo forms
are used to teach speed and coordination of
strikes as well as movement, projections and
immobilizations, and various principles of fight-
ing. Many Kempo systems of Kempo utilized a
numbering system for kata, instead of refering
Seni lain yang dapat ditemukan di perguruan
Kempo meliputi:
- Thai-Boxing.
- Kyokushin Karate.
- Sanshou Wu-Shu.
- Aikido atau Aikijutsu.
- Sumo.
- Berbagai seni senjata.
Apakah Kempo Menggunakan Senjata
Selain Tangan dan Kaki?
Di perguruan Kempo, pertahanan atas pisau dan
pentungan dapat dilihat dari tingkat sabuk kuning
ke atas, dan dianggap sebagai senjata utama
untuk mempertahankan diri. Kempo juga meng-
ajarkan para siswanya cara menggunakan senja-
ta untuk meningkatkan pemahaman pertahanan.
Senjata yang diajarkan adalah senjata Tiongkok
dan Jepang yang sangat bervariasi. Beberapa
perguruan Kempo mengajar 8' staff, sementara
yang lain mengajar Chain Whip, dan sai. Pela-
tihan senjata sering dimulai pada tingkat sabuk
hijau, meskipun di beberapa perguruan terbatas
pada tingkat sabuk hitam ke atas. Bagian terbe-
sar perguruan Kempo keterampilan senjata uta-
ma yang diajarkan adalah:
- Pisau.
- Tongkat.
- Setengah tongkat (Jo).
- 6 Tongkat-Pedang.
- Rantai.
Apakah Kempo Memiliki Jurus?
Banyak orang mengira karena Kempo adalah
seni “beladiri” yang sangat terarah sehingga tidak
mempunyai kata atau jurus. Ini sangat tidak
benar. Kempo memiliki banyak jurus dengan ciri
khas gerakan melingkar dan linier serta teknik
keras dan lunak. Jurus Kempo digunakan untuk
mengajarkan kecepatan dan koordinasi serang-
an serta gerakan, proyeksi dan imobilisasi, dan
berbagai prinsip beladiri. Banyak sistem Kempo
dari Kempo menggunakan sistem penomoran
untuk kata, ketimbang merujuknya dengan nama
Hal:9/11.-
them by name to make them simpler to re-
member. It is far easier to remember Kata #3
than Naihan-ci-dai. The American Kenpo sys-
tem utilizes the terminoly of Long Form # and
Short Form # for many of there kata (i.e. Long
Form 1). In such systems, often in the advanced
levels, the forms take on names, such as Dra-
gon-Tiger Form, Statue of the White Crane, etc.
Another interesting thing to note is the use of the
Pinan forms in many systems as well as com-
mon Okinawian, Chinese, and Japanese forms.
Similarities Between Kempo
and Other Arts.
Kempo and other martial arts have various
similarities in technique and principle, primarily
because of the diverse and eclectic background
of Kempo.
Tae Kwon Do and Kempo:
Tae Kwon Do and Kempo many of the aerial
and spinning kicks of TKD have been brought to
Kempo in the recent times often used primarily
in "sparring situations." Certain jumping and
spinning kicks where inherit in the Kempo
system such as the Jumping Front, Side, Back
and Roundhouse kicks, as well as spinning
back, and crescent kicks.
Karate and Kempo:
Karate and Kempo share the closest simila-
rities in techniques do to similar back-grounds.
It is believed by many that Karate has its origins
as an off-shoot of Kempo. 95% of all Karate
techniques if not more can be found in the
Kempo systems.
Jujutsu and Kempo:
Many of Kempo's immobilization and projection
techniques arrived from the Japanese Jujutsu.
The various loin throws, shoulder and hip pro-
jections, as well as sweeps are a direct inhe-
ritance of Jujutsu, although Kempo does not
contain as wide an array or extensively deve-
loped series of throws as Jujutsu. Aiki-jutsu and
untuk membuatnya lebih mudah diingat. Jauh
lebih mudah untuk mengingat Kata #3 daripada
Naihanci-dai. Sistem Kenpo Amerika menggu-
nakan terminologi Long Form # dan Short Form
# untuk banyak kata yang ada (mis. Long Form
1). Dalam sistem itu, seringkali di tingkat atas,
jurus memakai nama, seperti Jurus Naga-Hari-
mau, Patung Bangau Putih, dll. Hal lain yang
menarik untuk dicatat adalah penggunaan jurus
Pinan dalam banyak sistem serta jurus umum
Okinawa, Tiongkok, dan Jepang.
Persamaan Antara Kempo
dan Seni Beladiri Lain.
Kempo dan seni bela diri lainnya memiliki ber-
bagai kesamaan dalam teknik dan prinsip, teru-
tama karena latar belakang Kempo yang bera-
gam dan eklektik.
Tae Kwon Do dan Kempo:
Tae Kwon Do dan Kempo banyak tendangan
udara dan putaran TKD telah dibawa ke dalam
Kempo belakangan ini sering digunakan teru-
tama dalam “situasi sparring.” Tendangan lompat
dan berputar tertentu yang diwarisi dalam sistem
Kempo seperti tendangan Melompat Kedepan,
Kesamping, Kebelakang dan Roundhouse, serta
tendangan berputar, dan tendangan bulan sabit.
Karate dan Kempo:
Karate dan Kempo berbagi kesamaan terdekat
dalam teknik yang dilakukan untuk latar belakang
yang sama. Dipercayai oleh banyak orang bahwa
Karate berasal dari cabang Kempo. Lebih dari
95% teknik Karate dapat ditemukan di sistem
Kempo.
Jujutsu dan Kempo:
Banyak teknik imobilisasi dan proyeksi Kempo
datang dari Jujutsu Jepang. Berbagai lemparan
pinggang, proyeksi bahu dan pinggul, serta
sapuan adalah warisan langsung dari Jujutsu,
mes-kipun Kempo tidak mengandung susunan
sele-bar susunan atau serangkaian lemparan
yang dikembangkan secara luas seperti Jujutsu.
Hal:10/11.-
KempoIn the last few years, many Aikido and
Aikijutsu techniques have found there way into
the Kempo art, gracing the study of Chin-na with
new principles and ideas. The most common
techniques are Shiho nage, Irimi nage, as well
as en-no-irimi projections. Kung Fu and Kempo.
Although Kempo was originally a "kung" style, it
has over the years thrown away many of its
Chinese aspects for a more Japanese "hard
style" approach. Still, many soft techniques can
still be seen in Kempo, primarily the five animal
techniques, chin-na, and weapon-skills.
Kempo’s Speed Striking
An often interesting topic is Kempo’s "speed
striking" techniques. The speed striking tech-
nique is primarily for building up the hand speed
of the Kempo student which will even-tually
translate into combat effective speed of strikes
in a confrontation. A good example of speed
striking is seen throughout the move "The
Perfect Weapon", and is a key training and
fighting method. A Kempo student tries to build
his reaction speed to a point where 10 or more
strikes can be applied in a few seconds.
Aiki-jutsu dan Kempo Dalam beberapa tahun
terakhir, banyak teknik Aikido dan Aikijutsu telah
menemukan jalan ke dalam seni Kempo, meng-
hiasi studi tentang Chin-na dengan prinsip dan
ide baru. Teknik yang paling umum adalah pro-
yeksi Shiho nage, Irimi nage, serta proyeksi en-
no-irimi. Kung Fu dan Kempo. Meskipun Kempo
pada awalnya merupakan gaya “kung”, namun
selama bertahun-tahun telah membuang banyak
aspek Tiongkok untuk pendekatan “gaya keras”
yang lebih Jepang. Meski begitu, banyak teknik
lunak masih dapat dilihat di Kempo, terutama
lima teknik hewan, chin-na, dan keterampilan
senjata.
Kecepatan Menyerang Kempo
Topik yang sangat menarik adalah teknik “kece-
patan menyerang” Kempo. Teknik menyerang
cepat terutama untuk membangun kecepatan
tangan siswa Kempo yang akhirnya akan diterje-
mahkan ke kecepatan serangan yang efektif.
Sebuah contoh yang baik dari serangan kecepat-
an terlihat di seluruh gerakan “The Perfect Wea-
pon”, dan merupakan metode utama pelatihan
dan beladiri. Seorang siswa Kempo mencoba
untuk membangun kecepatan reaksinya ke titik
dimana 10 serangan atau lebih dapat diterapkan
dalam beberapa detik.
Hal:11/11.-