Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENJASKES

KEMPO

Disusun oleh:
1. Adttya Suganda
2. Christian Haikhel Sengkey
3. Diana
4. Maria Mahera Thamrin
5. Pebi
6. Tasya
7. Vicky Dkiansyah
GURU PEMBIBING:
YUNI ANGREANI, S.Pd

SMA NEGERI 1 NGABANG


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................................
A. Latar belakang .................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................................
A. Sejarah Shorinji kempo..................................................................................2
B. Sejaran Shorinji kempo di Indonesia ............................................................3
C. Didirikannya Shorinji kempo........................................................................ 4
D. Nama Shorinji kempo ...................................................................................4
E. Falsafat kempo .............................................................................................4
F. Lambang kempo........................................................................................... 4
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................................
A. Kesimpulan ...................................................................................................6
B. Saran ............................................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Shorinji Kempo adalah salah satu dari seni bela diri yang berasal dari Jepang. Di
Indonesia biasa disebut dengan Kempo saja. Shorinji Kempo diciptakan oleh Doshin So
pada tahun 1947 sebagai sistem pelatihan dan pengembangan diri (gyo atau disiplin
dalam bahasa Jepang). Kata Shorinji Kempo sendiri berasal dari kata sho (hutan), rin
(bambu), ji (kuil), ken (aturan) dan kempo yang bermakna “jalan hidup”. Shorinji Kempo
diciptakan oleh So Doshin di kota Todatsu pulau Shikoku Provinsi Kagawa yang
(sekarang orang-orang menyebutnya dengan Pulau Kempo) di Jepang. So Doshin adalah
seorang tentara Jepang yang di kirim ke Tiongkok dalam ekspedisi Tentara Jepang ke
Manchuria/Kore pada tahun 1928. So Doshin yang tidak sepaham dengan cara-cara
penjajahan Jepang, kemudian melarikan diri dari pasukannya dan mengembara di daratan
Tiongkok. Dalam pengembaraannya So Doshin bertemu dengan Wen Tayson, Maha
Guru (sihang) ke 20 dari Kuil Siaw Liem Sie, kemudian selama kurang lebih 17 tahun So
Doshin belajar ilmu beladiri di bawah bimbingan Sihang Wen Tayson. Seusai Perang
Dunia II Agustus 1945 dimana Jepang Takhluk dari Sekutu. So Doshin melihat
kelemahan mental yang terjadi pada bangsa Jepang, sehingga So Doshin bertekad untuk
memulihkan semangat hidup bangsanya terutama generasi mudanya. Pada tahun 1946 So
Doshin kembali ke Jepang. So Doshin mulai mengembangkan ilmu beladiri baru yang
diramunya dari ilmu beladiri yang didapat dari Sihang Wen Tayson di Cina, dan ilmu
beladiri asli Jepang. Jadi Doshin

Tambahkan filosofi baru yang didasarkan atas petunjuk yang diperoleh dari masa perang,
yang bergabung bersama dengan Zen Buddhisme. Dimana dalam hal ini beliau
bertemu/mengkombinasikan antara teknik fisik dan filosofi beliau (Kongo Zen), maka
lahirlah seni bela diri Shorinji Kempo. Pada masa itu, partisipasinya dalam Budo telah
dilarang oleh GHQ, dan pertama kalinya So Doshin hanya mampu menarik sedikit siswa.
Sebagai reputasi Shorinji Kempo yang tumbuh dalam komunitasnya, banyak siswa yang
datang kepadanya untuk belajar. Dojo pertama sangat kecil, ukuran lima setengah tatami.
Shorinji Kempo berpusat di kota Tadotsu, kota dimana Doshin So mulai mengajarkan
Shorinji Kempo. Saat ini tidak kurang dari 1,5 juta anggotanya tersebar diseluruh dunia,
yang tergabung dalam WSKO (Organisasi Shorinji Kempo Dunia).

B. Rumusan Masalah
1. Seberapa besar perkembangan Shorinji kempo di indonesia?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah dan perkembangan shorinji kempo

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejaraah Shorinji kempo


Dalam pendekatan secara historis keberadaan beladiri Kungfu sudah ada diluar
Shaolin semenjak Shaolin berdiri. keberadaan kuil Shaolin sendiri juga bukan hanya
karena adanya aspek perkembangan religiusitas di China. Yang harus diingat disini
adalah bahwa Pendiri Kuil Shaolin bukanlah Bodhidharma atau Dhama-Taishi, pendiri
kuil Shaolin adalah dua orang biksu dari India yang sudah datang beberapa tahun
sebelum Dharma Taishi yaitu "Batuo" pada masa kerajaan Wei (AD 386-534)

salah satu biksu Shaolin yang memiliki latar belakang sebagai anggota milter adalah
Biksu Huike yang merupakan salah satu murid pertama Bodhidarma ketika beliau datang
ke China untuk menyebarkan ajaran Buddha.

Menurut tradisi,yang membawa teknik-teknik bertarung (kempo India, tenjiku nara no


kaku, atau ekkin gyo) adalah Bodhidharma (leluhur Zen) ke Tiongkok 1500 tahun yang
lalu setelah ia meninggalkan India untuk menyalurkan pengajaran sejarah Buddha yang
benar dan mengakhiri perjalanannya di Kuil Shaolin Songshan yang kini dikenal sebagai
Propinsi Hainan. Kemudian, teknik-teknik ini melahirkan beragam seni bela diri yang
tersebar ke seluruh daratan Tiongkok..

namun oleh karena keberadaan politik antara kerajaan China dengan Shaolin yang terjalin
cukup lama maka para biksu Shaolin di era setelah kepergian Bodhidarma kembali ke
India banyak yang terlibat dalam kemiliteran . hal ini dikarenakan wilayah Shaolin yang
berada di pegunungan Shong-Shan adalah wilayah strategis yang penting dalam
memeprtahankan wilayah dari kelompok militan Mongol .

dari kondisi strategis yang terjadi di wilayah China hingga aspek sosiologis masyarakat
China yang kala itu memandang Buddhism adalah agama penting yang mengembangkan
jiwa dan rohani maka keberadaan kuil Shaolin selain sebagai benteng alami juga berperan
sebagai arkais budaya masyarakat. pada aspek arkais budaya masyarakat inilah beladiri
KungFu tidak hanya dinilai sebagai alat perang oleh karena mengajarkan kesenian
bertarung namun juga sebagai kekayaan intelektual yang dapat menjadi bukti sejarah.
B. Sejarah Shorinji kempo di indonesia
Sejak akhir tahun 1959, pemerintah Jepang menerima mahasiwa dan pemuda
Indonesia untuk belajar dan latihan sebagai salah satu bentuk pembayaran pampasan
perang. Sejak itu secara bergelombang dari tahun ke tahun sampai tahun 1965, ratusan
mahasiswa dan pemuda Indonesia mendapat kesempatan belajar di Jepang. Tidak sedikit
di antara mereka itu memanfaatkan waktu senggang dan liburannya untuk belajar serta
memperdalam seni beladiri seperti Karate, Judo, Ju Jit Su dan juga Kempo.

Sepulangnya ke tanah air, mereka bukan saja memperoleh ijazah sesuai dengan bidang
studinya tetapi juga memperoleh tambahan berupa penguasaan beberapa seni bela diri.

Pada tahun 1964, dalam suatu acara kesenian yang dipertunjukkan mahasiswa Indonesia
untuk menyambut tamu-tamu dari tanah airnya, seorang pemuda yang bernama Utin
Syahraz mendemonstrasikan Shorinji Kempo. Apa yang didemonstrasikannya itu
menarik minat pemuda dan mahasiswa Indonesia lainnya, diantaranya Indra Kartasasmita
dan Ginanjar Kartasasmita serta beberapa orang lainnya. Mereka lalu datang ke pusat
Shorinji Kempo di kota Tadotsu untuk menimba langsung seni bela diri itu.

Untuk meneruskan warisan seni bela diri itu di Indonesia, ketiga pemuda tersebut yaitu
Utin Sahras (almarhum), Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita, akhirnya
membentuk suatu organisasi olahraga Shorinji Kempo, yang bernama PERKEMI
(Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia) pada tanggal 2 Februari 1966.

Di Indonesia, Perkemi berada dibawah naungan KONI Pusat. Perkemi juga menjadi
anggota penuh dari Organiasasi Federasi Shorinji Kempo se-Dunia atau WSKO (World
Shorinji Kempo Organization), yang berpusat di kuil Shorinji Kempo di kota Tadotsu,
Jepang.

Sejak tahun 1966 sampai tahun 1976, PB. PERKEMI mengadakan pemilihan pengurus
setiap dua tahun sekali. Tapi sejak tahun 1976 sampai sekarang masa bakti pengurus
berlangsung selama empat tahun.

Pada tahun 1970 diselenggarakan Kejuaraan Nasional Kempo yang pertama di Jakarta,
dan pada tahun 1971 diadakan Kejuaraan Kempo antar Perguruan Tinggi yang pertama.
Kempo mulai dipertandingkan sejak PON IX tahun 1977 di Jakarta.

Mulai 2014 nama Perkemi diubah, dari Persaudaraan Beladiri Kempo Indonesia, menjadi
Persaudaraan Shorinji Kempo Indonesia.

C. Didirikannya Shorinji Kempo


Kaiso memperhatikan bahwa dalam semua ilmu bela diri yang telah dipelajarinya,
ada tiga unsur gerakan mendasar gerakan berputar, lurus dan melambung dan
berdasarkan penggabungan unsur-unsur inii ada 10 metode; metode halus (ju ho): yakni
menunduk, melempar, memutar, menekan, mencekik dan membungkuk; serta metode
keras (go ho) memukul, menyerang, menendang dan memotong. Kemudian ia
menganalisis dan menyusun gerakan ini dengan prinsip fisik dan fisiologi. Kaiso
bermaksud membuat metoda untuk melatih tubuh dan pikiran secara bersamaan sebagai
inti bela diri. Latihan fisik, pendidikan jasmani, dan selanjutnya membantu
menyempurnakan karakter seseorang. Oleh karenanya, ia menggunakan peraturan latihan
yang mudah yang dilukiskan pada dinding byaku-eden di Kuil Shaolin dan menyusunnya
kembali ke dalam bentuk yang sesuai dengan masanya. Kemudian ditambah pengalaman
bertempur yang berharga yang diperolehnya selama masa perang, memasukkan elemen
ciptaannya sendiri, dan terbentuklah Shorinji Kempo.

D. Nama Shorinji Kempo


Nama Shorinji Kempo timbul dari kenyataan bahwa suhu Kaiso, Tai Zong Wen,
biarawan Kuil Shaolin, menyalurkan warisan Giwamon ken(義和門拳) kepada Kaiso di
Kuil Shaolin. Kaiso ingin melanjutkan nama Shorinji dan kaitan-kaitannya dengan suhu
penemu Zen- Boddhidharma serta menghormati pembentukan kembali latihan teknik bela
diri sebagai gyo. Sejak zaman dahulu di Tiongkok dan Jepang, seni bela diri yang mekar
di Kuil Shaolin Songshan di Provinsi Hainan Tiongkok telah dikenal sebagai seni bela
diri Shaolin (shorin bujutsu), di antara gaya-gaya tanpa senjata ini dikenal sebagai
Pukulan Shaolin (shorin ken) atau Seni Pukulan Shaolin (shorin Kenjutsu). Sebaliknya,
”Shorinji Kempo” merupakan versi bela diri baru sejak pasca perang Jepang. Ia dibentuk
oleh Kaiso berdasarkan teknik-teknik yang ia pelajari pada masa mudanya, kemudian
disusun kembali sesuai dengan masa sekarang dan dikembangkan dengan unsur-unsur
ciptaannya sendiri.

E. Falsafat Kempo
dalam penjabarannya mengenai Shorinji Kempo, Kaisho menjelaskan jika
keberadaan beladiri Shorinji Kempo tidak bisa lepas dari pemikiran dasar yang disebut
sebagai Kongo-Zen . bahkan lebih jauh dalam buku What is Shorinji Kempo secara
khusus beliau menjelaskan jika "Shorinji Kempo adalah ekspresi dari Kongo-Zen ".
penjelasan singkat ini menunujukan jika keberadaan beladiri Shorinji Kempo menuntut
praktisinya untuk mau mempelajari dan mengamalkan nilai-nilai pemikiran Kongo-Zen
didalam praktelk latihan atau penerapan beladiri Shorinji Kempo

Karena seni bela diri KungFu waktu itu menjadi bagian dari latihan bagi para calon
biksu, dengan sendirinya ilmu itu harus mempunyai dasar falsafah yang kuat. Dengan
dilandasi agama Budha, yaitu tidak boleh membunuh dan menyakiti, maka semua kenshi
(pemain Kempo) dilarang menyerang terlebih dahulu sebelum diserang. Hal ini menjadi
doktrin Kempo, bahwa "perangilah dirimu sendiri sebelum memerangi orang lain".
Berdasarkan doktrin ini mempengaruhi pula susunan beladiri ini, sehingga gerakan teknik
selalu dimulai dengan mengelak/menangkis serangan dahulu, baru kemudian membalas.
Selanjutnya disesuaikan menurut kebutuhan yakni menurut keadaan serangan lawan.
“Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan. Kekuatan tanpa kasih sayang adalah
kezaliman.”
– Doktrin Shorinji Kempo
Dharma selalu mengajarkan bahwa disamping dilarang menyerang juga tidak selalu
setiap serangan dibalas dengan kekerasan. Sehingga dalam ilmu kempo itu lahirlah apa
yang berbentuk mengelak saja. Cukup menekukkan bagian-bagian badan lawan,
kemudian mengunci dan apabila terpaksa barulah dilakukan penghancuran titik-titik
lemah lawan.

Bentuk yang pertama dikenal sebagai Juho dan yang berikutnya sebagai Goho.Setiap
kenshi diharuskan menguasai teknik Goho (keras) dan Juho (lunak), artinya tidak
dibenarkan apabila hanya mementingkan pukulan dan tendangan saja dengan melupakan
bantingan dan kuncian.

F. Lambang Shorinji kempo


Manji telah digunakan untuk tanda Shorinji Kempo seperti yang digunakan
dalam Buddhisme selama berabad-abad. Manji memiliki dua arti yang menjadi satu
kesatuan yaitu kasih sayang (menghadap-kiri) dan kekuatan (menghadap-kanan) yang
melambangkan ajaran Kongo-zen.

Pada tahun 2005, Shorinji Kempo Group menggunakan tanda baru sebagai simbol baru
Shorinji Kempo di seluruh dunia, sebagai satu kesatuan.

Tanda baru ini disebut so-en (lingkaran ganda) dan dikatakan bahwa ini adalah bentuk
ekstrim dari sepasang Manji. Tanda so-en dikelola dan haknya dilindungi oleh Shorinji
Kempo Grup.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Shorinji Kempo adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang yang berfokus
pada pertahanan diri dengan tangan kosong tanpa kekerasan dan membentuk karakter
individu menjadi petarung yang bijak. Namun, tidak semua orang di Indonesia,
terutama di Jabodetabek mengenali Shorinji Kempo akibat kurangnya informasi
mengenai Shorinji Kempo itu sendiri. Berdasarkan data tersebut, penulis pun tertarik
untuk melakukan perancangan media iklan atau promosi yang efektif untuk remaja di
Jabodetabek tentang pengenalan seni bela diri Shorinji Kempo. Tujuan dari
perancangan ini adalah untuk melestarikan dan memperkenalkan seni bela diri ini,
serta menambah kesadaran masyarakat terhadap seni bela diri Shorinji Kempo.

B. Saran
Perancangan promosi Shorinji Kempo ini bisa dikembangkan dengan cara
menyesuaikan atau beradaptasi dengan tempat-tempat latihan seni bela diri lainnya.
Ada pula saran lainnya yang bisa dilakukan untuk mengembangkan Shorinji Kempo
yaitu dengan bekerjasama dengan berbagai lembaga atau organisasi-organisasi
olahraga maupun seni bela diri di Indonesia. Kemudian, ada pula media-media yang
telah dibuat dapat dikembangkan menjadi media yang bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari dan lebih update untuk remaja gunakan

DAFTAR PUSTAKA

Paruntu, G. S., Kaunang, S. T. G., & Tulenan, V. (2020). Game Based Education: Shorinji
Kempo. Jurnal Teknik Informatika, 15(2), 127-136.
PARUNTU, Gerret Suguru; KAUNANG, Sumenge Tangkawarouw Godion; TULENAN,
Virginia. Game Based Education: Shorinji Kempo. Jurnal Teknik Informatika, 2020,
15.2: 127-136.
Paruntu, Gerret Suguru, Sumenge Tangkawarouw Godion Kaunang, and Virginia Tulenan.
"Game Based Education: Shorinji Kempo." Jurnal Teknik Informatika 15.2 (2020): 127-
136.

Anda mungkin juga menyukai