Anda di halaman 1dari 3

Tugas Etika Lingkungan: Abdul Rahman, 0906631780 Achmad Fadhil, 0906631793 Chandika Pahlawi, 0906631862 Charisma David, 0906631875

Introduction to Deep Ecology From An Interview with Michael E. Zimmerman, by Alan atKisson

Deep Ecology adalah gerakan lingkungan yang diperkenalkan oleh seorang filsuf Norwegia, yaitu Arnie Naess di tahun 1972. Sebenarnya dia bukan orang pertama yang mencetuskan perubahan radikal antara hubungan kemanusiaan dengan alam semesta, dia adalah seorang penggagas deep ecology karena membantu memberikan fondasi teori. Deep ecology menggambarkan dirinya sebagai sesuatu yang dalam karena mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan yang dalam tentang tempat kehidupan manusia. Deep ecology didasari oleh dua prinsip, pertama adalah sebuah pengetahuan dari relasi seluruh sistem kehidupan di dunia, dimana mereka menganggap bahwa ide antroposentrisme yang mengkonsepkan manusia sebagai pusat kehidupan di dunia adalah sesat. Deep ecology lebih menyetujui sikap ekonsentris yang lebih konsisten terhadap kebenaran tentang hakekat kehidupan di dunia. Meskipun kita menjumpai bahwa manusia adalah sesuatu yang unik dan dipilih oleh Tuhan, para ekosentris masih bersifat integral dengan sistem kehidupan, dimana mereka percaya bahwa manusia harus mengurangi dominasi dan mengambil posisi agresif pada bumi jika kita dan planet ingin terus bertahan. Prinsip kedua dari deep ecology adalah apa yang Arnie Naes sebut sebagai kebutuhan penyadaran diri manusia. Meskipun di sini kita masih mengidentifikasi pohon, binatang, dan tamanan dengan ego manusia, yang terpenting adalah

terciptanya whole ecosphere. Ini akan melibatkan perubahan radikal kesadaran dan membuat perilaku kita lebih konsisten dengan pengetahuan yang menceritakan kita akan kebutuhan untuk menjadi Being yang baik dalam kehidupan dunia. Intinya kita tidak boleh melakukan hal-hal yang merusak planet, seperti kita tidak ingin memotong jari-jari kita. Deep ecology ternyata memiliki hubungan dengan ecofeminism, dimana ecofeminist, seperti Joanna Mecy, membuat klaim bahwa permasalahan yang sesungguhnya bukanlah antroposentrisme tetapi androsentrisme, yaitu laki-laki sebagai penyebab utama. Ecofeminism mengatakan bahwa selama 1000 tahun sistem patriarki harus bertanggung jawab terhadap penghancuran biosphere dan pengembangan praktek otoriter, baik secara sosial mapun secara lingkungan. Di sini deep ecologist berusaha memikirkan sistem patriarki yang bertanggung jawab terhadap banyaknya perlawanan kekerasan dari perempuan dan alam. Salah satu perlawanan terhadap perempuan yaitu dengan mengajukan hubungan egalitarian sosial, karena deep ecologist berpikir dengan menyingkirkan patriarki tidak akan menyelesaikan masalah, karena itu kita hanya dapat membayangkangkan sebuah kesosialan yang berhubungan dengan egalitarian sosial, dimana alam digunakan sebagai instrumennya. Disebutkan bahwa deep ecology lebih mengangkat egalitarian sosial, maka social ecology, dengan tokohnya Murray Bookchin, mengkritik bahwa deep ecology gagal melihat adanya otoritarianisme dan hierarki. Bookchin mengatakan justru permasalahan tersebut memang terjadi. Untuk membuktikan adanya hierarki, maka kita dapat melihat dalam kasus rasisme, seksisme, dan eksploitasi dunia ketiga, itu semua adalah penganiayaan kelompok marginal. Dengan tidak mengakui akar sosial dalam krisis lingkungan deep ecologist akhirnya menuduh social ecology terjebak dalam mistisisme. Social ecologist melakukan pembelaan bahwa kita membutuhkan perubahan struktur sosial, yaitu dengan menghilangkan otoritarianisme dan hierarki di dalam kesosialan sebagai akhir dari krisis lingkungan. Deep ecology pun berargumen bahwa tidak ada kepastian bahwa itu akan terjadi, dimana social ecologist lagi-lagi membayangkan sebuah kasus hierarki sosial yang dieliminasi, padahal sebelumnya new egalitarian society yang

mendominasi alam juga diangaap buruk. Sehingga permasalahan antroposentrisme sebenarnya dapat diambil dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Untuk menjadikan deep ecology sebagai ideologi banyak yang mengatakan adanya dua kemungkinan, secara pasti deep ecologist disebut sangat kejam dalam mengukur keamanan planet dari kerusakan akibat tangan-tangan manusia. Ketakutakan dari social ecologist dan yang lain melihat deep ecologist adalah menjadi semacam totalirianism atao eco-fascism, yaitu semacam pemerintah dunia yang akan memaksa orang-orang unuk merubah praktik sosial, dimana secara total mengontrol perilaku mereka untuk membuat konsisten dengan ecosphere. Akan tetapi, deep ecology pada kenyataannya lebih banyak membicarakan tentang desentralisasi, bioregion, dan penghancuran akan dorongan penuh terhadap industrialisme, dimana tujuan akhirnya adalah otoritarianisme. Perlu diketahui di sini terjadi pengembangan pemecahan kesosialan dengan jenis hubungan yang baru, ini terlihat jauh menutup kebenaran tentang deep ecology sebelumnya, yaitu kita tidak melihat konsistensi adanya kemungkinan totalitarianisme. Deep ecology mengklaim bahwa kita membutuhkan identifikasi yang luas dengan alam, dimana kita membutuhkan transformasi untuk mempercayai kemungkinan adanya evolusi manusia, yaitu memungkinkan adanya keterhubungan dengan pencerahan dan social ecology. Saat ini yang dibutuhkan adalah mengerti secara dalam apa yang dimaksud dengan nilai-nilai, seperti ideal kebebasan, individual; hak memperlakukan; memutuskan; keharusan tidak dijadikan seorang budak dan tidak dieksploitasi. Kita harus mengakhiri pembebasan pekerjaan, yang mana ini adalah hak dari social ecology, yaitu sebuah pekerjaan yang mendominasi alam. Intinya Deep ecology tidak harus mengartikulasikan pandangan yang baik karena mereka takut jatuh ke dalam antroposentrisme. Akan tetapi, kemanusiaan adalah bagian alamiah juga, maka pengembangan kesadaran dan kebebasan manusia menjadi langkah penting dalam mengakhiri krisis lingkungan. Michael Zimmerman berkata bahwa deep ecology adalah bagian gerakan pembebasan terpenting yang memuncak di dalam pencerahan pemikiran. Ini membebaskan semua Being dari kontrol dan eksploitasi yang tidak perlu.

Anda mungkin juga menyukai