Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATAKULIAH INTERAKSI OBAT INTERAKSI DISTRIBUSI OBAT

OLEH :
NAMA NIM KELAS : IVAN TARTO HARTONO GUNAWAN : N 2111 1199 : B (APOTEKER)

MAKASSAR 2012

A. Interaksi Distribus Klorpropamid Fenilbutazon - Klorpropamid Klorpropamid digunakan untuk mengobati diabetes tipe 2 (kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan normal dan karena itu tidak dapat mengendalikan kadar gula dalam darah), terutama pada penderita diabetes yang tidak dapat dikontrol dengan diet saja. Klorpropamid menurunkan gula darah dengan merangsang pankreas mensekresi insulin dan membantu tubuh untuk menggunakan insulin secara efisien. pankreas harus dapat bekerja memproduksi insulin agar obat dapat bekerja. Klorpropamid tidak digunakan untuk mengobati diabetes tipe 1 (kondisi dimana tubuh tidak memproduksi insulin dan karena itu tidak dapat mengendalikan kadar gula dalam darah). Klorpropamid memiliki waktu paruh 32 jam dan dimetabolisme pada hepar secara lambat. Kurang lebih 20-30% terdapat dalam urine tanpa perubahan - Fenilbutazon Fenilbutazon memiliki efek sebagai anti inflamasi kuat, dan biasa diresepkan untuk terapi jangka pendek gout artritis dan artritis rhematoid akut. Derivat pyrazolidin ini mirip dengan rumus inti dengan fenazon. Efek anti-inflamasi fenilbutazon untuk penyakit atritis reumatoid dan sejenisnya sama kuat dengan salisilat, tetapi efek toksiknya berbeda. Efek analgesik terhadap nyeri yang sebabnya nonreumatik lebih lemah dari salisilat. Fenilbutazon memperlihatkan retensi natrium klorida yang nyata, disertai dengan pengurangan diuresis dan dapat menimbulkan udem. Fenilbutazon memperlihatkan efek urikosurik ringan dengan menghambat reabsorpsi asam urat melalui tubuli. Mekanisme Interaksi Distribusi: Pemberian klorpropamid dengan Fenilbutazon akan meningkatkan distribusi dari Klorpropamid. Hal ini dikarenakan didalam darah senyawa obat dari klorpropamid berinteraksi dengan protein plasma, sehingga senyawa asam akan berikatan dengan albumin dan yang basa berikatan dengan 1-glikoprotein, sehingga

klorpropamid dan fenilbutazon bersaing beriktatan dengan protein plasma, sehingga proses distribusi dari fenilbutazon akan terhambat.

B. Interaksi Distribus Fenitoin Sulfafurazol - Fenitoin Fenitoin merupakan obat epilepsi, fenitoin menstabilkan membran sel saraf terhadap depolarisasi dengan cara mengurangi masuknya ion ion natrium dalam neutron pada keadaan istirahat atau selama depolarisasi. Fenitoin juga menekan dan mengurangi infulks ion kalsium selama depolarisasi dan menekan perangsangan sel saraf yang berulang ulang. Absorbsi oral fenitoin lambat, tetapi sekali diabsorbsi distribusinya cepat dan konsentrasi fenitoin dalam otak yang tinggi. - Sulfafurazol Sulfafurazol merupakan antibiotik spektrum luas yang termasuk golongan

sulfonamid dan digunakan untuk pengobatan pada infeksi saluran kencing, meningitis, meningokokus, otitis akut, trakoma, malaria dan infeksi bakteri lainnya. Sulfonamid menghambat multiplikasi bakteri dengan bertindak sebagai inhibitor kompetitif p-aminobenzoic acid dalam siklus metabolisme asam folat. Sensitivitas bakteri adalah sama untuk berbagai jenis golongan sulfonamid.. Sulfonamida Kebanyakan mudah diserap secara langsung. Namun, pemberian parenteral sulit, karena garam sulfonamida larut sangat alkali dan mengiritasi jaringan. Sulfonamida secara luas didistribusikan ke seluruh jaringan. Tingkat tinggi yang dicapai dalam cairan pleura, peritoneum, sinovial, dan okular. Mekanisime Interaksi Distribusi : Pengikatan fenitoin oleh protein, terutama oleh albumin plasma kira kira 90%. Orang sehat dan wanita pemakai obat kontrasepsi oral, fraksi bebasnya kira kira 10%, sedangkan diketahui bahwa efek farmakologi fenitoin hanya bergantung dari bentuk bebasnya. Pasien dengan penyakit ginjal, penyakit hati atau penyakit

hepatorenal dan neonatal fraksi bebasnya rata rata diatas 15%. Pada pasien epilepsi fraksi bebas berkisar antara 5,8-12,6% Distribusi obat ke berbagai bagian tubuh ternyata tidak sama, misalnya konsentrasi fenitoin di otak ternyata 1-3 kali dari konsentrasi di plasma. Interaksi antara fenitoin dan sulfafurazol terikat dengan protein plasma, sehingga akan terjadi kompetisi untuk mengikat albumin, tergantung afinitas terhadap albumin mana yang lebih kuat. Keadaan ini akan mengakibatkan peningkatan bentuk bebas dari fenitoin, akibat ikatan dengan albumin diduduki oleh sulfafurazol. Volume distribusi fenitoin lebih berkurang 64% dari berat badan tapi sekitar tujuh kali lebih besar bila dihitung dengan kadar obat bebas. Waktu paruh pemberian fenitoin peroral 18-24 jam sedangkan mencapai kadar optimal adalah 5-10 hari.

Daftar Pustaka 1. Mutschler, E. 1985. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi. Penerbit ITB Press, Bandung. 2. Yulinah, Prof.Dr. Elin Sukandar, dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. Penerbit PT. ISFI. Jakarta 3. Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Penerbit Widya Medika. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai