Anda di halaman 1dari 10

Euthanasia atau biasanya disebut dengan Mercy Killing adalah suatu proses mematikan seseorang atau pasien yang

mengalami sakit berat sehingga mengganggu sistem mobilitasnya baik itu kelumpuhan permanen atau koma yang disebabkan oleh penyakit ataupun kecelakaan seperti stroke, kecelakaan yang merusak jaringan syaraf di tulang punggung ataupun ekor yang menyebabkan kematian fungsi otak untuk sadar ataupun melakukan gerak. Euthanasia dalam prosesnya tidak menimbulkan rasa sakit, tergantung dari kondisi pasiennya. Untuk pasien yang memiliki sakit seperti kelumpuhan sistem syaraf biasanya euthanasia dilakukan dengan menyuntikan cairan lethal seperti racun sianida yang langsung mematikan fungsi otak tanpa menimbulkan rasa sakit. Jika pasien yang bersangkutan koma selama tiga tahun berturut turut dan tidak menunjukan tanda tanda untuk bangun, maka euthanasia dilakukan dengan mencabut alat bantu hidupnya seperti tabung oksigen, respirator, dan infus. Euthanasia adalah proses medis yang banyak menimbulkan kontrovensi di berbagai negara, karena pelaksanaannya dianggap menentang hukum Tuhan sebagai pencipta kehidupan, dan kita sebagai manusia tidak mempunyai hak untuk mengambil kehidupan tersebut sebelum waktunya. Euthanasia dilegalkan di beberapa negara seperti Belanda, Belgia dan Negara bagian Oregon AS, karena menurut negara negara tersebut permintaan kematian seseorang adalah hak mereka untuk menentukan. Tetapi di Indonesia sendiri masih tidak melegalkan euthanasia hal ini diperkuat dengan peraturan perundang undangan Pasal 344 KUHP menyatakan: Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain, atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun. Ketentuan yuridis ini diperkuat dengan kode etik kedokteran pasal 10 yang menegaskan: Seorang dokter harus senantiasa ingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani. Euthanasia atau tindakan apapun yang berakibat kematian seseorang jelas dengan tegas ditolak. Bahkan itu dapat dituntut ke pengadilan dengan dakwaan pembunuhan. Dari KUHP dan kode etik kedokteran tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa euthanasia di Indonesia di tolak dan tidak dilegalkan.

Euthanasia adalah topik yang sangat menarik meskipun menimbulkan banyak kontroversi, dan topik ini telah di angkat ke sebuah film bollywood yang berjudul Guzarish. Dalam film ini menceritakan perjuangan seorang pesulap yang mengalami kecelakaan yang menyebabkan kerusakan syaraf sehingga dia tidak bisa menggerakan seluruh tubuhnya kecuali leher, syaraf dan otot wajahnya. Pesulap ini bernama Ethan yang dirawat oleh perawat setianya bernama Maria, Ethan sudah menjalani kehidupan dengan kelumpuhannya selama 14 tahun dan dia merasa tersiksa dengan keadaan tubuhnya yang tidak dapat bergerak bebas. Ethan terus berjuang mendapatkan haknya untuk di euthanasia di pengadilan karena hukum di india belum melegalkan tindakan euthanasia. Untuk mencari dukungan, Ethan membuka saluran radio berjudul Euthanasia Project untuk mencari dukungan dari masyarakat India, tapi itu sia sia karena semua pendengar yang menelpon mengatakan tidak, termasuk orang orang lumpuh di India. Tetapi Maria yang awalnya menentang keinginan Ethan, akhirnya mendukung Ethan agar dia tidak merasakan penderitaan selama hidupnya. Ethan akhirnya mendapatkan apa yang dia inginkan, yaitu Euthanasia di akhir hidupnya setelah melewati banyak rintangan hukum dan moral serta keyakinan agamanya. Berikut ini adalah hasil diskusi anggota - anggota kelompok kami yang mendiskusikan topik euthanasia berdasarkan film Guzaarish bersama rekan rekan IKM A 2011 dan D3 Hiperkes 2011, hasil diskusi ini diambil tanpa mengubah hasil diskusi original yang mereka dapat :

Nindieta Zulfa Khairunnisa IKM B dengan Risanita Diah Fatmala IKM A Saya sudah melakukan diskusi dengan Risa anak IKMA pendapatnya sebagai berikut. dalam kasus ini orangnya sudah tidak mungkin lagi untuk sembuh dan keadaannya tidak akan menjadi lebih baik melainkan menjadi lebih buruk jika tetap hidup. aku ga setuju. karena menurutku euthanasia itu juga termasuk menghilangkan nyawa orang dan bisa juga disebut membunuh orang meskipun yang minta adalah orangnya sendiri. dan di Indonesia sendiri masih dilarang oleh undang undang, meskipun katanya euthanasia itu ga menghasilkan rasa sakit, tapi kan sapa juga yang tau, yang di euthanasia kan orangnya keburu meninggal. trus lagi yang kasus ini kan orangnya msih bisa menghasilkan uang dan sukses dengan buku dan radionya, dan bisa memberi ilmu buat orang lain, kenapa mesti euthanasia.

kalo dilihat dari segi agama juga kan ini dilarang karena sama saja menyalahi kodrat hidup dan mati. Pendapat saya juga sama seperti Risa. Dalam kasus Ethan ini, Euthanasia sangat tidak perlu. Walaupun memang ethan mengalami lumpuh total dan mustahil untuk sembuh, tetapi Ethan masih bisa berkarya. Ethan masih bisa menulis buku, menyiarkan radio miliknya sendiri dan memberikan nasihat bagi banyak orang. Tidak hanya nasihat untuk orang-orang lumpuh tetapi juga orang lain yang dilanda keputusasaan dalam hidupnya. Ethan mampu merubah fikiran orang yang memilih jalan bunuh diri. Selama ethan masih bisa berkarya dan bermanfaat bagi orang lain, kenapa harus setuju dengan euthanasia yang dia ajukan.

Rechy Bangkit Saputra IKM B dengan Lilian Enggal Ekasari D3 Hiperkes 2011 Dia menjawab tidak setuju dengan euthanashia tersebut karena dengan adanya euthanashia atau sering disebut suntik mati menurutnya perbuatan itu adalah perbuatan yang tidak bermoral. Kematian yang dikarenakan suntik mati tersebut sama saja dengan bunuh diri. Dokter ataupun orang lain bukan yang menentukan kematian kita. Kita sudah tahu sendiri bunuh diri adalah perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Jika ada seseorang misalnya dia sakit parah dan kemungkinan untuk sembuh itu sangat kecil janganlah kita berfikir untuk melakukan tindakan euthanashia. Suntik mati itu bukanlah pemecahan dari suatu masalah. Kita tidak tahu rencana Allah SWT itu seperti apa bisa saja dia sembuh dalam beberapa hari ataupun beberapa jam kemudian. Jika memang dia akan mati maka biarkanlah dia mati karena kehendak Allah SWT bukan mati karena euthanashia. Menurut saya, saya tidak setuju dengan yang namanya euthanashia atau kematian yang disengaja dengan menggunakan bantuan suatu alat karena sesungguhnya kematian dan kehidupan itu hanya milik Allah SWT semata. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha untuk menjalani kehidupan ini dengan sabar dan terus berusaha walaupun dalam keadaan seberat apapun itu seperti yang dialami oleh ethan dalam film Guzarish tersebut. Walaupun kita tidak dapat menggunakan seluruh anggota tubuh kita atau lumpuh total tetapi kita masih memiliki orang-orang yang sangat mencintai dan menyayangi kita. Apabila kita melakukan euthanashia, itu hanya akan menambah masalah dan hanya akan membuat sedih keluarga saja. Kematian bukan merupakan akhir dari kehidupan ini karena setelah kematian itu ada kehidupan lagi yaitu diakhirat nanti. Pada saat itu semua amal yang kita lakukan didunia akan

dipertanggung jawabankan seperti melakukan euthanashia tersebut. Berarti itu telah melanggar ketentuan yang telah Allah SWT buat dan apabila kita melanggar ketentuan tersebut maka diakhirat nanti kita akan mendapatkan siksa yang amat pedih. Jadi lebih baik kita jalani hidup ini dengan sabar dan iklas dengan selalu berbuat kebaikan semampu kita sekecil apapun itu. Untuk itu kita harus menghargai hidup ini karena tidak semua orang didunia ini ditakdirkan bisa hidup didunia.

Anantya Wira Pambudhi IKM B dengan Giannini Ludrya P IKM A Saya mendiskusikan masalah pelegalan euthanasia ini dengan rekan saya dari IKM A 2011 bernama Gianini Ludrya P, setelah saya menceritkan plot cerita dan pendapat saya tentang pelegalan euthanasia. Rekan sayapun dengan cepat menanggapi, bahwa euthanasia itu ilegal dan tidak boleh dilegalkan. Rekan saya berpendapat bahwa kematian Ethan dalam film Guzaarish itu tidak seharusnya didukung oleh Maria dan juga mantan asisten sulapnya, karena menurutnya dukungan untuk bunuh diri adalah hal yang salah dan tidak sesuai dengan norma norma yang berlaku secara sosial, manusia, dan agama. Serta malakukan euthanasia berarti mendahului takdir kehidupan dan kematian yang telah ditentukan oleh Tuhan sebelumnya, dan dia juga berpendapat bahwa kita sebagai manusia tidak boleh menyerah kepada dunia apapun yang terjadi baik secara fisik, mental, dan rohani. Karena jika manusia dapat melewati rintangan yang telah diberikan oleh Tuhan dalam menjalani kehidupan ini dan meninggal karena memang waktunya, maka dia akan mendapatkan sesuatu yang lebih daripada orang yang memilih untuk di euthanasia ataupun bunuh diri. Dari film ini sayapun berpikir mengenai dasar dari apa yang dinamakan hak asasi manusia, saya tidak setuju dengan tidak dilegalkannya euthanasia. Di saat permintaan untuk membunuh terlontar dari mulut seseorang karena sudah tidak dapat menjalani kehidupan karena kondisi yang tidak memungkinkan seperti yang dialami Ethan, adalah sebuah keputusan yang sangat berat untuk diambil oleh seseorang yang mangalami penderitaan tersebut, dan kita sebagai manusia harus menghormati keputusan tersebut dengan membebaskan orang tersebut dari penderitaan yang dialaminya dengan euthanasia. Tetapi pelegalan yang saya maksudkan disini bukan berarti tanpa batasan, harus ada batasan yang jelas karena kehidupan bukanlah sesuatu yang layak untuk dipermainkan. Batasan batasan dalam pelegalan euthanasia menurut saya adalah :

Tidak melakukan euthanasia kepada orang yang kecewa dengan hidupnya dan putus asa padahal kenyataanya dia tidak memiliki kekurangan fisik dan mental dan masih bisa membuat hidupnya lebih baik lagi.

Tidak melakukan euthanasia dari permintaan orang ketiga, maksud saya adalah euthanasia lebih baik di lakukan bila ada permintaan dari orang yang bersangkutan atau sakit parah itu sendiri.

Tidak melakukan euthanasia dengan alasan keterbatasan ekonomi. Inti batasan yang saya tetapkan adalah, euthanasia hanya boleh dilakukan

untuk orang dengan kondisi fisik dan mental yang sudah sangat kritis, dan permintaan euthanasia itu sendiri bukan dari permintaan orang ketiga dengan alasan ekonomi dan lainnya kecuali permintaan euthanasia itu di ucapkan oleh orang yang memiliki kondisi fisik dan mental yang memang tidak memungkinkan dan dari keinginannya sendiri. Karena jika batasan itu dilanggar, maka secara tidak langsung kita juga telah melanggar hak asasi manusia untuk mendapatkan kehidupan dan keadilan, meskipun keadilan tersebut adalah untuk mendapatkan kematian. Saya juga tidak setuju dengan pencabutan alat bantu hidup pada pasien yang sedang koma, karena itu berarti sang dokter telah melakukan pembunuhan karena euthanasia dilakukan tanpa ada persetujuan orang yang bersangkutan dan dalam hal ini orang yang koma tersebutlah yang bersangkutan.

Ghandy IKM B dengan Ridwan IKM A Pendapat Gandi : Menurut saya euthanasia itu tidak legal. Mengapa? karena menurut saya itu tindakan yang tidak berprikemanusiaan.Itu merupaka tindakan yang orang orang yang tidak bisa memahami arti dari hidup itu sendiri.Mereka yang putus harapannya dan tidak mempunyai hati untuk tetap berusaha menjalani hidup.Karena hidup merupakan milik Tuhan dan kita hanya berusaha. Pendapat Ridwan : Dia juga berpandangan bahwa euthanasia merupakan hal yang sangat tidak boleh dilakukan. Karena Tuhanlah yang berhak menentukan takdir kita,dan membuat orang yang misalnya sudah punya cara untuk berkarya tetapi harus runtuh gara gara euthanasia.

Niesa Luthfi IKM B dengan Amanda IKM A Saya tidak setuju dengan EUTHANASIA karena dia telah merencanakan kematiannya sendiri. Euthanasia dalam bentuk apapun itu, secara halus ataupun sekali kasar sama saja menyalahi aturan. Bukankah kematian itu sudah ada suratan takdirnya yaitu Tuhan lah yang mengatur itu semua. Dan apabila dia melakukan Euthanasia artinya dia telah mendahaului kuasa Tuhan dan tidak pernah mensyukururi kehidupan yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita semua. Terkadang orang itu melakukan Euthanasia karena dia merasa sudah tidak berguna lagi didunia ini atau dia hidup didunia ini hanya bisa menyusahkan orang saja. Mereka itu salah, itu adalah cobaan atau ujian yang diberikan Tuhan kepada umatnya. Justru ujian atau cobaan itulah yang membuat kita harus dekat lagi atau mendekatkan diri dengan Tuhan. Bukankah setiap permasalahan semua itu ada solusinya. Walaupun manusia beranggapan tidak melakukan

mungkin, tapi bagi Tuhan itu mungkin semua. Meskipun orang tersebut

Euthanasia dengan cara apapun juga kalau Tuhan tidak berkehendak mungkin kematian itu tidak akan pernah terjadi. Menurut amanda, dia tidak setuju dengan Euthanasia karena tidak sesuai dengan aturan agama. Dalam agama bunuh diri itu dilarang dan menyalahi aturan. Dan manusia itu tidak berhak mengakhiri hidupnya sendiri. Karena Tuhan lah yang akan menentukan kapan manusia itu akan meninggal dunia. Orang yang melakukan Euthanasia artinya orang orang yang mendahului takdirnya. Seharusnya orang orang tersebut mensyukuri saja apa yang telah ditakdirkan oleh Tuhan. Semua itu pasti ada hikmahnya. Dan bisa juga sebagai pelajaran dalam hidup atau mendewasakan seseorang. Persamaan Pendapat Dari Hasil Diskusi Yang Kami Temukan Dari berbagai hasil diskusi diatas antar kami dengan rekan rekan dari IKM A dan juga D3 Hiperkes, hampir semuanya memilik pendapat yang sama yaitu, katakan tidak kepada euthanasia yang tidak memiliki dasar kemanusian, hak hidup manusia dan agama. Menurut rekan rekan kami dari IKM A dan D3 Hiperkes bunuh diri adalah suatu dosa besar bila dilakukan tidak memandang alasan apa yang dipunyai si pelaku bunuh diri euthanasia ini sendiri. Jadi mereka masih menganggap tantangan terbesar dari euthanasia adalah aturan agama.

Kamipun mendiskusikan kembali pendapat masing masing jika kejadian yang dialami Ethan ini juga menimpa orang yang sangat dekat dengan kita, yaitu ayah kami sendiri. Permasalahan yang kami diskusikan adalah : 1. Bagaimana cara kami menyikapi apa yang terjadi kepada ayah saat dia sedang terbebani secara mental dan fisik? 2. dan keputusan apa yang kami akan ambil di saat ayah kami memaksa untuk di euthanasia dengan alasan untuk menghilangkan beban bagi keluarganya? Kami memulai diskusi ini dengan mengeluarkan pendapat masing masing terlebih dahulu dan menggabungkannya menjadi satu lalu di tarik kesimpulan yang dapat menjadi penengah bagi seluruh pendapat kami. Ini adalah pendapat yang dikemukakan masing masing anggota kelompok kami saat mendiskusikan permasalahan ini. 1. Ghandy : saya berpendapat bahwa euthanasia tidak dapat dibenarkan secara praktek apalagi jika itu menyangkut kehidupan ayah saya, saya tetap tidak setuju dengan permintaan ayah dan terus memperjuangkan hidupnya agar dia tidak putus harapan untuk terus hidup. Memutuskan kehidupan ayah kita adalah hal yang tidak patut kita lakukan setelah apa yang ia perjuangkan agar kita terus hidup. 2. Nindieta Zulfa Khairunnisa : Apabila ayah kita mengalami apa yang dialami ethan. Walaupun ayah saya lumpuh total seumur hidup dan tidak akan pernah bisa sembuh seperti semula, saya tidak akan pernah mengizinka ayah saya melakukan euthanasia. Memang setiap orang punya HAM (hak asasi manusia) mereka berhak akan hidupnya dan berhak atas kematiannya. Intinya, manusia punya hak atas kehidupannya. Tapi, kehidupan dan kematian itu adalah hubungan antara tuhan dan manusia itu sendiri. Tuhan yang memberikan kehidupan dan yang menarik kehidupan manusianya (mati). Tapi bila manusia melakukan euthanasia berarti dia telah melanggar hak kehidupan atasnya yang telah di berikan tuhan. Setidaknya, bila ayah saya lumpuh total ayah saya bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Mungkin ayah saya bisa melakukan apa yang ethan lakukan selama lumpuh. Dan apabila ternyata ayah saya lumpuh dan koma, tidak bisa melakukan apa-apa pun lagi, seperti kasus lauren, saya tetap tidak akan mengizinkan euthanasia diberikan pada ayah saya. Lebih baik menunggu ayah saya bertahan, apabila memang sampai 1 tahun tidak ada perkembang, bisa dilakukan pencopotan alat bantu. Disitu akan terlihat

kuasa tuhan. Mungkin saja ayah saya mati, dan mungkin ayah saya bisa bertahan dan menunjukkan tanda-tanda akan sadar. 3. Rechy Bangkit Saputra : Jika orang tua saya mengalami seperti ethan yang ada difilm Guzarish, saya tetap tidak akan setuju dengan euthanashia tersebut karena itu seperti membunuh orang tua kita sendiri saja. Saya akan selalu berusaha untuk memberikan dukungan dan semangat agar beliau tetap bertahan hidup walaupun itu sangat sulit. Jasa beliau tidak dapat dibandingkan dengan saat kita merawatnya pada saat sakit tersebut. Beliau yang telah merawat kita sejak kita dilahirkan sampai sekarang ini. Saya akan berusaha agar beliau dapat sembuh seperti semula dengan banyak berdoa dan terus berusaha agar diberikan kesembuhan oleh Allah SWT. Apabila usaha kita sudah maksimal dan keadaannya tetap seperti itu maka saya akan menyerahkan semuanya kepada Allah SWT dengan selalu berdoa dan berusaha dan tidak melakukan euthanashia tersebut. 4. Anantya Wira Pambudhi : Jika orang tua saya yang mengalami seperti yang dialami Ethan, saya akan berusaha semaksimal untuk terus menyalakan semangat hidup beliau sampai titik darah penghabisan, karena saya tidak akan bisa melepaskan kematian beliau setelah apa yang telah dia lakukan agar saya dapat menjadi seperti ini. Euthanasia adalah pilihan yang paling terakhir unutuk saya setujui dari mulut ayah saya, di saat semua upaya sudah saya dan keluarga lakukan semaksimal mungkin dan ayah masih belum bisa menerima keadaanya dan memaksa untuk di euthanasia agar tenang dan tidak membebani keluarganya. Saya sebagai anak hanya akan memberi persetujuan atas apa yang ayah inginkan jika itu memang yang paling baik untuk dia dan orang orang disekitarnya. Tapi bagi saya tetap Euthanasia adalah pilihan terakhir yang akan saya pilih untuk kematian ayah saya dan saya masih terus percaya bahwa Tuhan pasti memilika rencana yang lebih baik dari euthanasia. Dalam diskusi ini kami sama sama setuju untuk menjadikan euthanasia sebagai pilihan yang paling terakhir dari berbagai pilihan yang ada. Karena kami masih menyimpulkan dan mengemukakan pendapat dengan berbagai dasar yang ada seperti norma kemanusiaan, norma keadilan, membalas budi pekerti dan juga norma agama.

Kesimpulan Dari berbagai pendapat yang kami diskusikan kembali dari sudut persepektif yang berbeda dengan rekan rekan IKM A dan D3 Hiperkes 2011 kami menyimpulkan bahwa, sebagian besar orang menanggap euthanasia adalah tindakan yang salah dan tidak dapat di toleransi dalam aturan sosial, norma dan juga agama karena melanggar ketentuan dan takdir Tuhan serta dianggap melanggar hak hidup orang lain. Tetapi saat permintaan euthanasia itu keluar dari mulut seorang penderita sakit berat seperti Ethan, maka kebenaran pelanggaran hak hidup manusia kembali dipertanyakan. Apakah benar untuk membiarkannya hidup menderita dengan ketidakbebasannya atau membiarkannya meninggal sesuai dengan keinginannya? Hal inilah yang menjadi kontroversi dari kasus euthanasia karena sang penderita yang meminta dirinya di euthanasia merasa haknya untuk memilih antara hidup dan mati telah dilanggar, sebaliknya orang orang yang tidak mendukung euthanasia merasa bahwa sang penderita penyakit berat tersebut harus terus bertahan dengan kondisi fisik yang tidak memungkinkan. Dan menurut kami jika memang euthanasia adalah hal yang harus dilakukan untuk melepaskan penderitaan seorang pasien atau manusia, harus ada batasan dan norma yang harus diikuti dalam proses euthanasia terhadap seseorang dengan keinginan tersebut. Dan selalu mendahulukan norma kemanusiaan, keagamaan, dan keadilan dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan dan kematian seperti praktek

euthanasia ini dan tantangan terbesar yang dihadapi oleh praktek euthanasia yang paling kuat adalah dari peratuaran keagamaan.

DISUSUN OLEH 1. 2. 3. 4. 5. Anantya Wira Pambudhi (101111166) Rechy Bangkit Saputra (101111230) Ghandy Elmada Setyanto (101111195) Nindieta Zulfa Khairunnisa (101111213) Alfiannisa Luthfi (101111115) IKM B 2011 S1 Kesehatan Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai