Anda di halaman 1dari 17

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Ujian Tengah Semester Motivasi Berprestasi [KU4294]


Analisis Motivasi Berprestasi untuk tokoh Boediono berdasarkan Teori Abraham Maslow dan McClelland
Lavalette Erica .: Teknik Metalurgi .: 12508003 3/21/2012

Kelas Hari Kamis [09.00-11.00]

BAB I BIOGRAFI TOKOH


1.1 Biografi Singkat

Gambar 1. 1 Prof. Dr. Boediono, B.Sc., M.Ec.

Tempat, Tanggal Lahir : Blitar, 25 Februari 1943 Kebangsaan Istri Anak Tempat tinggal Profesi Agama : Indonesia : Herawati : Ratriana Ekarini, Dios Kurniawan : Yogyakarta : Ekonom, dosen : Islam

Almamater

: University of Western Australia '67 Monash University, Melbourne '72 The Wharton School of the University of Pennsylvania '79

Penghargaan

: Bintang Mahaputra Adipradana [1999]. "Distinguished International Alumnus Award" [2007] dari University of Western Australia.

Jabatan Lain

: - Executive Board for Asia - Wharton Advisory Boards, The Wharton School of the University of Pennsylvania. Commissioner of Commission on Growth and Development.

1.2 Masa Kecil

Boediono adalah anak kedua dari Ahmad Siswo Sardjono. Meninggal pada 1974, Ahmad mewariskan keturunan dari dua istri. Sofiah, istri pertamanya, memberi dia seorang putra, Ahmad Kusyairi. Karena Bapak aktif dalam organisasi, jadi tidak klop. Keduanya pisah baik-baik, tutur Tuti. Sebelas tahun kemudian, Ahmad Siswo menikah lagi dengan Samilah. Dari istri kedua ini, Ahmad memperoleh empat anak. Boediono, Sri Utami Indrayati yang meninggal pada usia 10 tahun, Tuti, dan Jati Kuntjoro. Keluarga Ahmad Siswo berasal dari Yogyakarta. Turun-temurun mereka menekuni perdagangan batik. Ahmad Siswo hijrah ke Blitar, Jawa Timur. Dia mencari pasar baru karena pasar Yogya sudah riuh. Warga Blitar menjuluki mereka Keluarga Mataraman karena berasal dari Yogya. Kelima anak Ahmad Siswo lahir dan besar di sebuah rumah sederhana berukuran 200 meter persegi di Jalan Wahidin 6, Kelurahan Kepanjen Lor, Kecamatan Kepanjen Kidul, Blitar. Beranda ruang tamu keluarga diubah menjadi toko batik. Seminggu sekali Samilah, istri Ahmad Siswo, ke Solo dan Yogya untuk mengambil kain batik. Samilah adalah anak ke-13 dari keluarga Padmowigeno. Tuti mengenang ayahnya sebagai sosok amat intelek. Bahasa Inggris dan Belandanya istimewa. Ahmad juga pandai bermain biola. Foto ayah mereka semasa muda lebih mirip sarjana lulusan Belanda, bukan pedagang batik dari Blitar.

Ahmad Siswo aktif dalam Suryo Wirawan, organisasi pemuda kepanduan dari Partai Parindra-nya Bung Tomo. Organisasi pemuda nasionalis ini sempat dicap Hitler Jungen (pemuda-pemuda Hitler) karena gaya salamnya mirip dengan Heil Hitler, gaya salam antarsesama pengikut Hitler: mengangkat tangan kanan lurus ke depan. Karena sifatnya yang nasionalis, Suryo Wirawan dicap ilegal dan dilarang berkegiatan ketika Jepang masuk pada 1942. Setelah perang usai, ketika belum lagi 40 tahun, ayah lima anak itu menderita glaukoma. Seorang dokter di Rumah Sakit Mata Dr. Yap, Yogyakarta, menyarankan operasi. Tapi Ayah menolak, kata Tuti. Lama-kelamaan, ia kehilangan seluruh penglihatannya. Hingga wafat akibat kanker paru-paru di usia 65 tahun, Ahmad Siswo tak bisa bepergian jauh. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Samilah mengambil alih tugas mencari nafkah keluarga. Pada masa-masa itu, Boediono mendapat tugas membuka dan menutup toko batik di beranda rumah itu. Kakak sulung mereka dari ibu pertama, Ahmad Kusyairi, meninggalkan rumah sejak mereka masih kecil. Selama belasan tahun, dia mengikuti sang paman, Profesor Dr H.M. Rasjidi diplomat Indonesia pertama di Mesir. Alhasil, Boediono selalu bertiga dengan adikadik perempuannya, Sri Utami dan Tuti. Hubungan ketiga sekandung ini erat sekali. Pergi dan pulang sekolah di SD Muhammadiyah Blitar selalu bersama. Sekolah itu amat sederhana. Semua siswa tidak bersepatu, sandal pun tidak. Saya juga tidak, kata Boediono kepada Tempo di Yogyakarta. Sepatu bisa jadi tidak penting. Tapi sekolah adalah soal mahapenting. Itu yang selalu dipesankan Ahmad dengan tidak bosan-bosannya. Semua anak dia pandu agar tekun belajar. Orientasi Ahmad adalah agar anak-anaknya bersekolah tinggi di luar negeri. Kalau pintar, bisa dapat beasiswa sekolah ke luar negeri, katanya setiap kali kepada Boediono dan saudarasaudaranya. Dan Ahmad serius betul mengawasi studi anak-anaknya. Setiap anak mesti melaporkan ponten yang mereka dapat untuk pelajaran hari itu, terutama mencongak. Mereka belajar bersama setiap malam di meja makan. Karena tak bisa melihat, Ahmad Siswo menggunakan kemoceng (bulu ayam) untuk mengontrol apakah kepala anak-anak masih tegak menatap buku. Kalau menunduk atau tertidur, kemoceng beralih jadi senjata.

Boediono kecil bukannya tanpa kenakalan. Ia kerap membuat bingung pembantu yang diminta mencarinya agar segera pulang. Mboten kepanggih, Ndoro, si pembantu melapor pada Ahmad dengan agak ketakutan karena majikan kecilnya tak ketemu. Ada pula masa-masa ketika Boed kecil gemar ikut bibinya ke pasar. Di pasar itu dia berdiri di ketinggian dan menguliahi orang banyak, seperti berpidato. Padahal di rumah ia sering diganggu Harmani, sepupunya dari Tulungagung.. Untuk mendisiplinkan anak-anaknya, Ahmad Siswo punya cara menghukum yang khas, yakni memasukkan mereka ke almari jati besar. Hayo, kapok enggak? ayahnya berteriak dari luar. Kalau ada jawaban kapok, baru dia membuka pintu lemari. Masing-masing juga diminta mengerjakan tugas rumah. Boediono menimba, mengisi bak mandi. Tuti dan Indrayati menyapu dan mencuci piring. Ketika Indrayati wafat pada usia 10 tahun setelah sakit tifus, Boediono adalah yang paling kehilangan, karena Inpanggilan akrabnyaamat dekat dengannya. Kalian itu dari satu rahim, tapi pasti nasibnya tidak sama. Tak boleh saling iri, tak boleh benci. Harus saling membantu, tak boleh lapar, semua harus sekolah, begitu Ahmad Siswo selalu berpesan. Seperti ayahnya, Boediono cenderung pendiam. Tapi temannya banyak. Seingat Tuti, rumah mereka di jalan besar itu sering dijadikan tempat nongkrong teman-teman sekolah Boed. Dan Samilah menyediakan jajan pasar. Boediono pandai bermain gitar dan menggambar. Tapi kepintaran dia paling menonjol adalah segala hal berbau angka. Pintar aljabar, keuangan, hukum dagang, pintar semuanya, kata Dibyo Prabowo, 70 tahun, bekas teman sekelasnya sewaktu SMA. Pada masa kecil, Boediono sempat bercita-cita jadi insinyur. Namun di SMA dia memilih jurusan C atau sosial ekonomi. Sang ayah melepasnya dengan bangga ketika ia berhasil masuk Jurusan Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Hanya setahun di situ, ia dapat beasiswa Colombo Plan untuk melanjutkan studi ke Australia dalam usia 19 tahun. Sepeninggal Boed ke Yogya untuk kuliah, si bungsu Jati menjadi teman Ahmad Siswo hingga akhir hayatnya. Dia tenang-tenang mendengarkan siaran radio Hilversum Belanda, Deutsche Welle dari Jerman, atau Voice of America. Jati duduk di sebelahnya memegang buku tulis dan pensil, siap mencatat apa yang diperintahkan ayahnya.

Menurut Jati, ayahnya gemar menyimak perkembangan politik luar negeri dan pelajaran bahasa. Sambil menirukan kata-kata dan pengucapannya, ia menyuruh Jati mengecek penulisannya di kamus. Ahmad sering mendiktekan surat kepada Jati untuk berkorespondensi dengan radio-radio tersebut. Di rumah mereka bertumpuk buku pelajaran yang dikirimkan dari luar negeri. Saya juga menuliskan surat Ayah untuk Mas Boed di Australia, kata Jati. Ketika Ahmad menutup mata pada 1974, impiannya tentang sekolah tinggi di luar negeri telah dipenuhi Boediono dengan patut: dia master dari Monash University, Melbourne. Dan beberapa tahun kemudian, dia meraih gelar doktor The Wharton School of the University of Pennsylvaniasalah satu sekolah ekonomi terbaik di dunia.

1.3 Karir Mengajar

Dosen dan menjadi pengajar merupakan batu pijakan dalam karirnya. Meski beliau memperoleh jabatan tinggi namun ia tetap menggeluti dunia pendidikan dan mengabdikan dirinya untuk mengajar. Dalam dunia akademis, tentu saja Guru Besar Fakultas Ekonomi UGM sangat dikenal. Buku-buku yang ditulisnya seperti Pengantar Ekonomi Makro menjadi buku wajib para mahasiswa fakultas ekonomi di Indonesia hampir dari dua dekade lalu hingga saat ini.

1.4 Jabatan Pemerintahan dan Politik

Boediono pertama kali diangkat menjadi menteri pada tahun 1998 dalam Kabinet Reformasi Pembangunan sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Setahun kemudian, ketika terjadi peralihan kabinet dan kepemimpinan dari Presiden BJ Habibie ke Abdurrahman Wahid, ia digantikan oleh Kwik Kian Gie. Ia kembali diangkat sebagai Menteri Keuangan pada tahun 2001 dalam Kabinet Gotong Royong menggantikan Rizal Ramli. Sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Gotong Royong, ia membawa Indonesia lepas dari bantuan Dana Moneter Internasional dan mengakhiri kerja sama dengan lembaga tersebut. Oleh BusinessWeek, ia dipandang sebagai salah seorang menteri

yang paling berprestasi dalam kabinet tersebut. Di kabinet tersebut, ia bersama Menteri Koordinator Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-Jakti dijuluki 'The Dream Team' karena mereka dinilai berhasil menguatkan stabilitas makroekonomi Indonesia yang belum sepenuhnya pulih dari Krisis Moneter 1998. Ia juga berhasil menstabilkan kurs rupiah di angka kisaran Rp 9.000 per dolar AS. Ketika Susilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai presiden, banyak orang yang mengira bahwa Boediono akan dipertahankan dalam jabatannya, namun posisinya ternyata ditempati Jusuf Anwar. Menurut laporan, Boediono sebenarnya telah diminta oleh Presiden Yudhoyono untuk bertahan, namun ia memilih untuk beristirahat dan kembali mengajar. Saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan perombakan (reshuffle) kabinet pada 5 Desember 2005, Boediono diangkat menggantikan Aburizal Bakrie menjadi Menteri Koordinator bidang Perekonomian. Indikasi Boediono akan menggantikan Aburizal Bakrie direspon sangat positif oleh pasar sejak hari sebelumnya dengan menguatnya IHSG serta mata uang rupiah. Ini karena Boediono dinilai mampu mengelola makro-ekonomi yang kala itu belum didukung pemulihan sektor riil dan moneter. Pada tanggal 9 April 2008, DPR mengesahkan Boediono sebagai Gubernur Bank Indonesia, menggantikan Burhanuddin Abdullah. Ia merupakan calon tunggal yang diusulkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan pengangkatannya didukung oleh Burhanuddin Abdullah, Menkeu Sri Mulyani, Kamar Dagang Industri atau Kadin, serta seluruh anggota DPR kecuali fraksi PDIP. Ketika namanya diumumkan sebagai calon wakil presiden mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada bulan Mei 2009, banyak pihak yang tidak bisa menerima dengan berbagai alasan, seperti tidak adanya pengalaman politik, pendekatan ekonominya yang liberal, serta bahwa ia juga orang Jawa (SBY juga orang Jawa). Namun demikian, ia dipilih oleh SBY karena ia sangat bebas kepentingan dan konsisten dalam melakukan reformasi di bidang keuangan. Pasangan ini didukung Partai Demokrat dan 23 partai lainnya. Pada Pemilihan Umum 8 Juli 2009, pasangan SBY-Boediono menang atas dua pesaingnya, Megawati-Prabowo dan Kalla-Wiranto.

1.5 Karya dan Publikasi

Boediono, Ekonomi Indonesia Mau ke Mana?: Kumpulan Esai Ekonomi, 2009, PT Gramedia, Jakarta. ISBN 978-979-91-0189-1. Stabilization in A Period of Transition: Indonesia 2001-2004. dalam The Australian Government-The Treasury, Macroeconomic Policy and Structural Change in East Asia: Conference Proceedings, Sydney (2005), ISBN 0-642-74290-1, 43-48 pp. 'Managing The Indonesian Economy: Some Lessons From The Past?', Bulletin of Indonesia Economic Studies, 41(3):309-324, December 2005. 'Professor Mubyarto, 1938-2005'. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 41(2):159162, August 2005. 'Kebijakan Fiskal: Sekarang dan Selanjutnya?', dalam Subiyantoro dan S. Riphat (Eds.). 2004. Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep dan Implementasi. Penerbit Buku Kompas, 43-55 pp. The International Monetary Fund Support Program in Indonesia: Comparing Implementation Under Three Presidents. Bulletin of Indonesia Economic Studies, 38(3): 385-392, December 2002. Boediono. 2001. Indonesia menghadapi ekonomi global. BPFE. Yogyakarta. Boediono. 'Strategi Industrialisasi: Adakah Titik Temu ?', Prisma, Tahun XV, No.1. (1986) Mubyarto, Boediono, Ace Partadiredja. 1981. Ekonomi Pancasila. BPFE. Yogyakarta.

BAB II LATAR BELAKANG


Penulis memilih Boediono sebagai tokoh yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi terutama karena kesederhanaan serta sikap rendah hatinya. Meskipun beliau tampak tidak melakukan apa-apa dan tidak banyak mengumbar janji, namun yang dilakukannya hampir selalu berguna bagi orang-orang di sekitarnya serta rakyat Indonesia.

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN


3.1 Teori Abraham Maslow

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Psikolog humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri. Untuk membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari seseorang dengan keadaan mental yang sehat, dibanding mempelajari seseorang dengan masalah kesehatan mental. Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru dapat mengalami "puncak pengalamannya" saat manusia tersebut selaras dengan dirinya maupun sekitarnya. Dalam pandangan Maslow, manusia yang

mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari pengalaman dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya. Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Kebutuhan fisiologis atau dasar Kebutuhan akan rasa aman Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi Kebutuhan untuk dihargai Kebutuhan untuk aktualisasi diri

10

Gambar 3. 1 Piramida Maslow

3.2 Boediono Berdasarkan Teori Abraham Maslow

Berdasarkan Teori Abraham Maslow di atas, Boediono telah mencapai tingkatan aktualisasi diri saat ini, karena sejak sebagai pengajar pun, apapun yang beliau lakukan adalah untuk kepentingan mahasiswanya, sedangkan saat ia menjabat di pemerintahan, kebijakan yang ditetapkan adalah untuk kepentingan rakyat Indonesia, terbukti dari meningkatnya tingkat ekonomi masyarakat pada saat beliau menjadi menteri. Tingkatan fisiologis serta rasa aman telah didapatkan Boediono secara otomatis melalui pekerjaan yang dimilikinya, yang pendapatannya sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik serta keamanan. Kebutuhan untuk disayangi didapatkan melalui keluarga sera teman-teman yang ada di sekitar beliau, sedangkan kebutuhan untuk dihargai didapatkan ketika beliau mendapatkan berbagai penghargaan atau ketika karyanya dikenal oleh masyarakat luas, tidak saja oleh masyarakat Indonesia, tetapi juga oleh dunia internasional.

11

3.3 Teori McClelland

Menurut McClelland, ada tiga hal yang melatarbelakangi motivasi seseorang: 1. The Need for Achievement (n-ach) Kebutuhan akan prestasi adalah kebutuhan seseorang untuk memiliki pencapaian signifikan, menguasai berbagai keahlian, atau memiliki standar yang tinggi. Orang yang memiliki n-ach tinggi biasanya selalu ingin menghadapi tantangan baru dan mencari tingkat kebebasan yang tinggi. Sebab-sebab seseorang memiliki n-ach yang tinggi di antaranya adalah pujian dan imbalan akan kesuksesan yang dicapai, perasaan positif yang timbul dari prestasi, dan keinginan untuk menghadapi tantangan. Tentunya imbalan yang paling memuaskan bagi mereka adalah pengakuan dari masyarakat.

2. The Need for Authority and Power (n-pow) Kebutuhan ini didasari oleh keinginan seseorang untuk mengatur atau memimpin orang lain. Menurut McClelland, ada dua jenis kebutuhan akan kekuasaan, yaitu pribadi dan sosial. Contoh dari kekuasaan pribadi adalah seorang pemimpin perusahaan yang mencari posisi lebih tinggi agar bisa mengatur orang lain dan mengarahkan ke mana perusahaannya akan bergerak. Sedangkan kekuasaan sosial adalah kekuasaan yang misalnya dimiliki oleh pemimpin seperti Nelson Mandela, yang memiliki kekuasaan dan menggunakan kekuasaannya tersebut untuk kepentingan sosial (misal: perdamaian).

3. The Need for Affiliation (n-affil) Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang didasari oleh keinginan untuk mendapatkan atau menjalankan hubungan yang baik dengan orang lain. Orang merasa ingin disukai dan diterima oleh sesamanya. McClelland mengatakan bahwa kebutuhan yang kuat akan afiliasi akan mencampuri objektivitas seseorang. Sebab, jika ia merasa ingin disukai, maka ia akan melakukan apapun agar orang lain suka akan keputusannya.

12

3.4 Boediono Berdasarkan Teori McClelland

3.4.1 Sebagai Anak

Gambar 3. 2 Profil Boediono sebagai Anak

Sebagai anak, beliau patuh kepada kedua orang tuanya, sehingga memiliki tingkatan kekuasaan yang rendah. Meskipun demikian, dari riwayat masa kecilnya, beliau merupakan seseorang yang memiliki banyak teman serta dekat dengan saudara-saudaranya, sehingga dapat disimpulkan bahwa Boediono memiliki tingkat afiliasi/ pertemanan yang cukup tinggi. Telah diketahui juga bahwa beliau pintar dalam pelajaran serta serba bisa dan mau meraih pendidikan yang lebih tinggi di luar kota bahkan luar, meskipun harus meninggalkan kampung halaman serta keluarganya, sehingga dapat dikatakan bahwa Boediono memiliki tingkat motivasi berprestasi yang sangat tinggi, baik untuk masa depannya sendiri, ataupun untuk menyenangkan kedua orangtuanya.

3.4.2 Sebagai Kepala Keluarga

13

Gambar 3. 3 Profil Boediono sebagai Kepala Keluarga

Dari sumber yang didapatkan, diketahui bahwa beliau orang yang sangat cinta keluarga. Meskipun sudah memiliki jabatan yang tinggi, namun tetap tidak melupakan kepentingan keuarganya. Boediono juga memperhatikan pendidikan anak-anaknya, terlihat dari

kedisiplinannya dalam menunggui anak-anaknya belajar, serta teladan disiplin yang diberikannya. Dari hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa beliau memiliki tingkat kekuasaan yang cukup tinggi sebagai kepala keluarga di rumah dan karena mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya. Beliau juga memiliki tingkat afiliasi yang cukup tinggi dengan keluarganya, namun tetap bisa berlaku tegas kepada anak-anaknya, serta memiliki motivasi berprestasi tinggi bagi kesejahteraan keluarganya.

3.4.3 Sebagai Gubernur Bank Indonesia

Gambar 3. 4 Profil Boediono sebagai Gubernur BI

Sebagai Gubernur Bank Indonesia, jelas beliau memiliki tingkat kekuasaan yang cukup tinggi. Namun, tingkat kekuasaan tersebut harus diimbangi dengan tingkat afiliasi yang agak rendah, sehingga beliau tetap bekerja dengan jujur walaupun memiliki banyak koneksi. Tingkat

14

motivasi berprestasi sangat tinggi karena beliau seharusnya memikirkan rakyat Indonesia melalui kebijakan-kebijakan yang dibuat.

3.4.4 Sebagai Wakil Presiden

Gambar 3. 5 Profil Boediono sebagai Wakil Presiden

Sebagai wakil presiden, tentu saja beliau memiliki tingkat kekuasaan yang sangat tinggi, tidak hanya di pemerintahan, namun juga di Indonesia. Karena beliau dikenal sebagai orang yang jujur, maka dapat disimpulkan bahwa beliau memiliki tingkat afiliasi yang tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan kekuasaannya, karena beliau harus mampu bersikap tegas terhadap orangorang yang ingin mengganggu kebijakan-kebijakan yang dibuat sehingga tidak merugikan negara. Tingkat motivasi berprestasi yang tinggi juga dimiliki oleh Boediono sebab beliau bekerja sebagai wakil presiden untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.

15

BAB IV KESIMPULAN
Melalui analisa serta pembahasan profil Bapak Boediono berdasarkan teori-teori motivasi berprestasi dari bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa beliau telah mencapai tingkat aktualisasi diri pada Piramida Abraham Maslow serta memiliki tingkat motivasi berprestasi yang sangat tinggi dalam setiap peran di kehidupannya, baik itu saat menjadi anak (semasa kecil), saat menjadi kepala keluarga, maupun saat menjabat sebagai orang penting di pemerintahan.

16

REFERENSI
http://auliadhea.blogspot.com/2011/02/biografi-tokoh.html. http://boedionomendengar.com/tentang-boediono/keluarga/. http://www.businessweek.com/magazine/content/03_23/b3836622.htm. http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow#Teori_Humanistik_dan_Aktualisasi_Diri. http://id.wikipedia.org/wiki/Boediono. http://jason-scotchreviews.blogspot.com/2011_07_01_archive.html.

17

Anda mungkin juga menyukai