Anda di halaman 1dari 9

Nama : Salma Amalia F

Kelas : 10 IPS 1

Mapel : Bahasa Indonesia

Tugas : Biografi R.Otto Iskandar Dinata

R.Otto Iskandar Dinata

-Orientasi

Biografi R.Otto Iskandar Dinata

‘Si Jalak Harupat’ ialah julukan untuk salah satu tokoh pejuang
kemerdekaan Raden Otto Iskandar Dinata lahir di Bojongsoang,Dayeuhkolot,
Bandung, Jawa Barat, 31 Maret 1897. Ayah Otto adalah keturunan bangsawan
Sunda bernama Nataatmadja yang setelah menunaikan ibadah haji berganti nama
menjadi Raden Haji Adam Rahmat, ibunya bemama Siti Hidayah. Otto adalah anak
bungsu dari tiga bersaudara, semuanya laki-laki. Sedangkan diantara saudaranya
bernama R. Ating Atma di Nata yang pernah menjadi Walikota Bandung (1945)
dan R. Pandu Prawira di Nata.

Sejak kecil Oto sudah terlihat sebagai orang yang cerdas, mandiri, pemberani,
serta memiliki bakat sebagai pemimpin. Hobinya bermain sepakbola serta
berminat pula terhadap seni. Dalam sepakbola, Oto tidak hanya pintar bermain
bola, juga menjadi pemimpin di klub sepakbolanya. Bahkan hobi sepakbola
ditekuninya sampai dewasa, hal itu dibuktikannya dengan menjadi ketua umum
Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung (Persib).Oto sangat beruntung karena
terlahir sebagai anak dari Lurah Bojongsoang,sehingga Ia mendapat kesempatan
untuk bersekolah di HIS (Hollandsch Inlandsche School) yaitu sekolah dasar
pribumi Belanda yang muridnya diterima berdasarkan keturunan, jabatan dan
kekayaan. Namun kesempatan itu tidak lantas menjadikan Oto pribadi yang
angkuh dan sombong. Oto dengan senang hati mengajarkan ilmu yang didapatnya
di sekolah kepada teman-temannya yang tidak seberuntung dirinya.Oto terkenal
sebagai anak yang jujur, berani, dan suka menolong.Oto sangat gemar bermain
bola kaki. Oto juga mencintai budaya daerah, yang dibuktikan dengan
kepandaiannya dalam menabuh gamelan,menari sunda dan juga
keikutsertaannya dalam pementasan sandiwara.Selesai menamatkan HIS, Oto
melanjutkan ke Kweekschool Onderbouw (Sekolah Guru Bagian Pertama) di
Bandung. Sekolah ini biasa disebut sebagai Sakola Raja (Sekolah Raja) karena
didirikan bertalian dengan lahirnya Ratu Wihelmina. Setiap murid Sekolah Guru
diharuskan masuk asrama untuk memudahkan pengawasan dari guru-gurnya.
Dalam asrama tersebut Oto Iskandardinata dianggap sebagai anak yang nakal,
sehingga ia sering mendapat hukuman dari pimpinan asrama bahkan seringkali
dilarang ke luar kamar. Hal ini dapat dimengerti karena pimpinan asrama dan
guru-guru Oto pada saat itu menginginkan anak-anak Indonesia yang patuh,
menurut kepada perintah dan keinginan mereka, maka sikap Oto sebagai anak
yang mempunyai inisiatif dan kreatif dianggap sebagai anak yang nakal.Setelah
menyelesaikan Kweekscholl Onderbouw, Oto kemudian melanjutkan sekolahnya
di Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tengah. Hal ini
menjadikan tantangan untuk Oto karena Ia harus

pergi jauh menuju ke tempat yang asing dengan bahasa yang sangat berbeda dari
daerah asalnya.Di sekolah inilah Oto tumbuh sebagai seorang anak dewasa yang
mulai gemar membaca. Bacaannya adalah buku dan surat kabar yang berbau
politik. Surat kabar De Express yang dipimpin Dr. Dewes Dekker (Dr. Setiabudi)
yang isinya seringkali mengecam pemerintah Hindia Belanda adalah suratkabar
kesukaan Oto. Sebenarnya dilarang membaca surat kabar tersebut, akan tetapi
Oto sering menyembunyikan surat kabar tersebut di bawah bantalnya, dan
membacanya secara sembunyi-sembunyi. Dari kegemarannya membaca
mengakibatkan jiwa Oto tumbuh menjadi lebih matang dan mulai tertarik pada
masalah kemasyarakatan, kebangsaan dan perjuangan bangsa.Setelah
menyelesaikan sekolahnya Oto kemudian menjadi guru HIS di Banjarnegara dan
menjalankan tugasnya dengan penuh dedikasi, karena ia sadar bahwa dengan
pendidikanlah bangsanya dapat menjadi bangsa yang berilmu dan mengerti tugas
serta tanggungjawab terhadap tanah air. Pada bulan Juli 1920 Oto kemudian
dipindahkan ke Bandung. Di Bandung Oto mengajar di HIS bersubsidi dan
perkumpulan Perguruan Rakyat. Di Bandung pula Oto mulai aktif dalam
pergerakkan politik. Kariernya dalam bidang politik dimulai dengan menjabat
wakil Ketua Budi Utomo cabang Bandung.

-Kejadian Penting

Peranan R.Otto Iskandar D. dalam Mempertahankan Kemerdekaan Bangsa


Indonesia

Pada Agustus 1924 Oto dipindahkan ke Pekalongan Jawa Tengah, di tempat ini
pun Oto tetap berkarier dalam bidang politik. Oto menjabat sebagai Wakil Ketua
Budi Utomo cabang Pekalongan merangkap sebagai Komisaris Hoofdbestuur
Budi Utomo.Berdirinya Paguyuban Pasundan merupakan suatu manifestasi dari
kelahiran kembali pribadi pemuda-pemuda Sunda dan orang-orang Sunda pada
umumnya. Tujuan semula organisasi ini untuk memajukan kehidupan orang-orang
Sunda khususnya dan untuk masyarakat Indonesia pada umumnya. Oto masuk
menjadi anggota Paguyuban Pasundan cabang Jakarta dan langsung menjadi
Sekretaris Pengurus Besar organisasi tersebut pada tahun 1928, hal itu terjadi
ketika Oto pindah ke Jakarta dan menjadi guru HIS Muhammadiyah. Pada
Desember 1929 dalam suatu pemilihan pengurus pusat Paguyuban Pasundan di
Bandung Oto terpilih menjadi Ketua Pengurus Besar Paguyuban Pasundan.
Jabatan tersebut dipegangnya sampai tahun 1945.Pada masa kepemimpinan Oto,
Paguyuban Pasundan mengalami kemajuan pesat di bidang politik, ekonomi,
sosial, pers, dan pendidikan. Bermula dari gerakan kebudayaan, Paguyuban
Pasundan kemudian menyelami juga pergerakan politik. Paguyuban Pasundan
berdiri di atas dasar keyakinan bahwa bangsa Indonesia pasti merdeka.
Paguyuban Pasundan menitikberatkan perjuangannya di Volksraad (Dewan
Rakyat). Pada tahun 1921-1924 Oto tercatat sebagai salah satu anggota
Volksraad yang vokal.Atas dasar keyakinan politik Oto, pada akhir tahun 1939
Paguyuban Pasundan masuk dalam Gabungan Politik Indonesia (GAPI). Dalam
kongresnya yang ke-25, Paguyuban Pasundan menyatakan mengakui bendera
merah putih dan lagu Indonesia Raya sebagai bendera dan lagu kebangsaan
Indonesia, meminta kepada pemerintah mengadakan upah minimum, mendirikan
komisi istimewa untuk menyelediki kehidupan di tanah partikelir, dan menyokong
aksi Indonesia Berparlemen.

Di bidang pendidikkan, Paguyugan Pasundan sadar untuk memajukan rakyat


Jawa Barat dan Indonesia pada umumnya melalui pendidikan. Oleh karena
sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial sangat sedikit, maka Paguyuban
Pasundan kemudian membentuk sebuah badan Bale Pamulangan Pasundan.
Tugas badan ini khusus untuk mengurus segala sesuatu yang berhubungan
dengan bidang pendidikkan dan pengajaran. Dalam masa kepengurusan Oto di
seluruh Jawa Barat terdapat kurang lebih 48 sekolah yang telah didirikan
Paguyuban Pasundan.

Di bidang ekonomi, Paguyuban Pasundan mendirikan Bale Ekonomi Pasundan


(BEP). Badan ini bertugas menyelenggarakan dan mengurus segala sesuatu yang
berhubungan dengan ekonomi rakyat. Tujuannya memperkuat kehidupan orang
Sunda dan orang Indonesia pada umumnya. BEP mendirikan bank-bank kecil atas
dasar kerakyatan, mendirikan koperasi petani, dan perkumpulan-perkumpulan
koperasi dagang.

Di bidang sosial, Paguyuban Pasundan mendirikan Centrale Advies Bureau.


Badan ini bertugas memberi penerangan dan petunjuk mengenai hukum kepada
siapa saja yang membutuhkan pertolongan tanpa meng-harapkan adanya
imbalan.

Dalam bidang Penerangan Umum, Paguyuban Pasundan mener-bitkan surat


kabar berbahasa Sunda yaitu Sipatahunan dan surat kabar berbahasa Melayu
yaitu Sepakat. Sampai pertengahan tahun 1980-an surat kabar Sipatahunan tetap
terbit.

Sejak 15 Juni 1931, Oto menjadi anggota Volksraad sebagai wakil dari
Paguyuban Pasundan. Jabatan ini dipegangnya sampai tahun 1942, tahun ketika
Jepang mulai berkuasa di Idnoenesia. Oto menjadi anggota Volksraad secara
berturut-turut dalam tiga periode, yaitu periode kelima (1931-1934), periode
keenam (1935-1938) dan periode ketujuh (1938-1942). Sebagai anggota
Volksraad Oto bergabung dengan Fraksi Nasional yang didirikan atas gagasan
Husni Thamrin. Suara Fraksi Nasional dalam Volksraad sangat radikal. Oto yang
tergabung dalam Fraksi Nasional dikenal dengan sebutan Si Jalak Harupat, yang
dalam perumpamaan bahasa Sunda mengandung arti lincah dan tajam lidahnya
seperti burung jalak. Keberanian dan kejujuran selalu mewarnai ucapan-ucapan
Oto. Dalam suatu kesempatan dalam suatu sidang di dalam Volksraad Oto pernah
mengemukakan: “Seperti orang beriman percaya akan adanya Allah, begitulah
juga saya percaya akan datangnya kemerdekaan bagi semua negara terjajah, juga
bagi Indonesia. Dengan sendirinya jika kebebasan itu dicapai Indonesia dengan
kekerasan maka perpisahan antara negeri Belanda dan Indonesia akan seperti
musuh. Perusahaan-perusahaan dan hak milik orang Belanda di sini akan
dirampas. Perdagangan Belanda akan dilarang atau dipersulit. Memperoleh
kemerdekaan dengan atau tanpa kekerasan seperti dikatakan, akan tidak sedikit
bergantung kepada negara Belanda sendiri. Akan tetapi, saya percaya Tuan Ketua,
bahwa bangsa Tuan yang dikenal sebagai bangsa tenang berpikir akan tahu
memilih antara dua kemungkinan ini mengundurkan diri atau diusir”.Menurut Oto
hasrat untuk menjadi bebas itu sudah menjadi sifat dasar manusia. Oleh karena
itu, bangsa Indonesia sebagai bangsa terjajah selalu berjuang untuk mencapai
kemerdekaannya. Dalam suatu sidang Volksraad lainnya Oto menyatakan:“Saya
kira, Tuan Ketua tak usah diberi petunjuk lagi tentang keadaan alam yang penuh
dengan contoh-contoh yang memperlihatkan bahwa hasrat untuk bebas itu sudah
menjadi sifat. Cobalah lihat, hewan biarpun diikat atau dikurung, tetapi mereka
tetap mencoba akan melepaskan diri. Sejarah tiap negara cukup memberi
pelajaran bahwa setiap bangsa yang dijajah mengorbankan segala sesuatu untuk
meningkatkan derajat bangsa dan tanah airnya yang dalam keadaan dihina”.

Oleh karena keberaniannya dalam sidang-sidang Volksraad, Oto dikenal pula


dengan julukkan seorang non koperator di tengah-tengah koperator. Artinya,
bergabung dengan Volksraad adalah suatu tindakan yang dianggap sebagai
koperator pada saat itu. Akan tetapi, pidato-pidato yang diucapkan Oto di dalam
Volksraad ternyata lebih mencerminkan sikap seorang non-koperator terhadap
penjajahan. Peranan Oto, Husni Thamrin, Sukardjo Wiryoparnoto dan anggota
Fraksi Nasional lainnya sangat menonjol dalam pergerakan nasional. Hal itu
disebabkan pergerakkan di luar Volksraad sedang mengalami tekanan hebat dari
Pemerintah Hindia Belanda.

Cita-cita kemerdekaan Indonesia semakin menjadi-menjadi bagi Oto dan anggota


Paguyuban Pasundan, hal itu terlihat dalam tanggapan Oto untuk bergabung
dalam Permufakatan Perhimpunan Partai Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
pada 1927. Bergabungnya Oto beserta organisasi Paguyuban Pasundan
dikarenakan cita-cita PPKI sejalan dengan kehendak Oto yaitu mencapai Indonesia
Merdeka. Dalam hal ini Oto mengatakan bahwa demi persatuan bangsa yang akan
menghadapi kemerdekaan seperti Indonesia, pihak yang berpendirian federalisme
sekalipun sebagian besar akan meninggalkan fahamnya, bersatu dengan
penganut unitarisme untuk memperoleh kemerdekaan di bawah naungan Negara
Persatuan.

Ketika Jepang menduduki Indonesia, semua partai politik dilarang. Hal itu tidak
terkecuali bagi Paguyuban Pasundan beserta anak-anak organisasinya.
Sehubungan dengan hal itu untuk menyelamatkan kekayaan Paguyuban
Pasundan, Oto Iskandardinata kemudian mendirikan suatu Badan Usaha
Pasundan yang diketuai oleh Sanusi Hardjadinata.Pada masa Jepang berkuasa
kaum pergerakkan pada umumnya melanjutkan perjuangannya dalam bentuk
lain, yaitu menempuh jalan bekerjasama dengan pihak Jepang dengan harapan
akan menyelamatkan dan melanjutkan perjuangan mereka. Di pihak lain, Jepang
pun merasa perlu bekerjasama dengan kaum pergerakkan karena menganggap
pengaruh kaum pergerakkan sangat besar di kalangan rakyat. Jepang kemudian
membentuk suatu birokrasi pemerintahan untuk memperkokoh keduduk-kannya
di Indonesia. Beberapa tokoh bangsa Indonesia diberi kesempatan untuk
menduduki jabatan tinggi. Mula-mula Oto diangkat sebagai pegawai Gunsei
(Pemerintah Militer). Kemudian Oto diberi tugas untuk menjadi pemimpin surat
kabar Cahaya di Bandung menggantikan Sipatahunan yang dilarang terbit oleh
Jepang.Ketika Jawa Hokokai (Perhimpunan Kebaktian Jawa) dibentuk, Oto ikut
menjadi anggota organisasi ini. Jawa Hokokai dibentuk untuk meng-gantikan
kedudukan Poetera yang tidak mendapat dukungan masyarakat. Jawa Hokokai
dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah. Pimpinan tertinggi langsung di
bawah Kepala Pemerintahan Militer. Pada 14 September 1944 dibentuk Barisan
Pelopor (Suisyintai) yang merupakan anak cabang Jawa Hokokai atau Jawa
Hokokai Bagian Pemuda. Pengurus Barisan Pelopor antara lain terdiri dari Ir
Sukarno sebagai ketua, R.P. Suroso, R. Oto Iskandardinata, dan Dr. Buntaran
Martoatmojo sebagai wakilnya. Organisasi ini sebenarnya merupakan pembinaan
kader dan masa aksi. Tugas ketua dan wakil ketua Barisan Pelopor adalah
memberikan ceramah-ceramah politik.Sebelum Barisan Pelopor dibentuk,
Jepang juga telah memberikan latihan militer pada pemuda-pemuda Indonesia
yang dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan Indonesia. Antara lain
memberikan kesempatan pada pemuda Indonesia untuk menjadi Heiho
(pembantu prajurit). Pada 3 Oktober 1943 dibentuk PETA (Pembela Tanah Air).
Oto, bersama Gatot Mangkupraja, Iyos Diding, dan Ibnu Hasyim membentuk
pasukan PETA Jawa Barat dengan tempat latihan di Bogor.Dalam hal pendirian
PETA di Jawa Barat, Oto memiliki pandangan politik jauh ke depan. Ia sadar
bahwa Indonesia memerlukan pemuda yang kuat dan terlatih secara fisik. Untuk
itu, Oto menganjurkan anaknya yang pertama yaitu Sentot, untuk ikut dalam
pendidikan PETA tersebut. Sentot sendiri sebenarnya tidak tidak berminat untuk
menjadi tentara dan berniat untuk masuk Sekoah Tinggi Tekhnik Bandung. Akan
tetapi, Oto selalu menegaskan kepada puteranya bahwa negara nomor satu baru
keluarga hingga Sentot akhirnya masuk PETA. Sentot sendiri akhirnya menyadari
bahwa cita-cita luhur ayahnya jauh menjangkau ke depan. Kemerdekaan tidak
akan didapat tanpa pengorbanan pemuda yang penuh kemauan dan kemampuan
yang harus dapat mempertahankan kemerdekaan.Ketika Jepang semakin terjepit,
Perdana Menteri Koiso meng-umumkan pendirian pemerintah Jepang bahwa
Indonesia dijanjikan kemerdekaan di kemudian hari. Pemerintahan Jepang di
Indonesia kemudian membentuk Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan
(Dokuritsu Jumbi Cosakai). Tugas badan tersebut mempelajari dan menyelidiki
hal-hal yang penting yang berhubungan dengan segi-segi politik, ekonomi, tata
peme-rintahan dan lain-lain yang diperlukan dalam usaha pembentukan negara
Indonesia merdeka. Oto Iskandardinata adalah anggota dari Badan Penyelidik
Persiapan Kemerdekaan ini.

Pada 7 Agustus 1945 Jepang mengumumkan dibentuknya Panitia Persiapan


Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Oto pun tergabung dalam badan ini. Sehari
setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidang
pertama. Pada sidang tersebut diputuskan beberapa hal penting menyangkut
landasan politik bagi Indonesia yang merdeka dan ketatanegaraan.Sumbangan
Oto dalam sidang PPKI tersebut adalah usulnya tentang pemilihan Presiden dan
wakilnya, usul tersebut disetujui secara bulat oleh peserta sidang.Oto kemudian
ditunjuk menjadi ketua panitia kecil untuk membuat rancangan tentang urusan
rakyat, pemerintah daerah, kepolisian dan ketentaraan.

Pada jaman kemerdekaan Oto Iskandardinata merupakan orang pertama yang


menjabat sebagai Menteri Urusan Keamanan.Pada saat Oto menjabat Menteri
Urusan Keamanan, timbul masalah yaitu bekas Daidanco dan Codanco yang
bertekad mempertahankan kemerdekaan kekurangan senjata. Kemudian muncul
badan-badan perjuangan seperti Hisbullah dan Sabillilah, Persatuan Pemuda
Pelajar Indonesia, dan Pemuda Republik Indonesia yang juga menuntut diberikan
senjata.Menanggapi hal tersebut, Oto kemudian mengadakan pembicaraan
dengan pihak Jepang. Kedudukan Jepang pada saat itu dalam posisi sulit, apabila
menyerahkan senjata maka pihak Jepang akan disalahkan sekutu. Sedangkan
pada pihak lain Jepang melihat bahwa tuntutan rakyat dalam berjuang
mempertahankan kemerdekaan juga mengancam Jepang. Pihak Indonesia tidak
sanggup memaksa Jepang untuk menyerahkan senjatanya secara damai. Hasil
pembicaraan pemerintah dan pihak Jepang tidak memuaskan kalangan pemuda.
Mereka menuduh para pemimpin Indonesia yang terlibat dalam pembicaraan
dengan pihak Jepang sebagai penyebab terjadinya penculikkan terhadap
beberapa pemimpin pemerintahan.

Akhir kehidupan R.Otto Iskandar Dinata

Seorang pejuang dan politisi sering tak lepas dari ancaman yang membahayakan
keselamatan jiwa. Itu pula yang dialami Oto. Soekirah mencatat dalam sebuah
buku kecil, pada 26 Oktober, Bapa (maksudnya Oto) berangkat ke Jakarta. Oto
berangkat karena ada telepon ke rumah yang mengharuskannya ke Jakarta.
Keluarga Oto memang tinggal di Bandung.Bila sedang di Jakarta, Oto terbiasa
setiap pagi menelepon istrinya di Bandung. Namun, kali itu Oto tidak menelepon
selama dua hari. Soekirah yang gelisah lalu menelepon ke Jakarta untuk mencari
informasi. Ny. Oto menuliskan, "31/10 ontvoerd rebo djam 11 siang" (diculik,
Rabu pukul 11 siang). Ia tahu hal itu dari Kiwan, pembantu keluarga yang
menemani Oto tinggal di Jakarta.Selanjutnya, Soekirah menulis, "5/11 nlepon ka
Djk. Nembe terang Bapa teu aja. nlangsa. Sedih."(artinya, menelepon ke Jakarta,
baru tahu bahwa Bapa tidak ada. Nelangsa. Sedih.) Jelas, tanggal 5 November ia
diberi tahu seseorang bahwa suaminya tidak ada. Tidak jelas, apakah suaminya
"tidak ada" dalam arti meninggal atau tidak ada di Jakarta.Baru beberapa waktu
kemudian ia menerima surat dari Oto tertanggal 31 Oktober 1945. Isinya, Oto
sedang prihatin, men-dapat cobaan berupa fitnah. Dalam fotokopi surat itu ada
catatan dari Soekirah, yang ditulis tangan dari atas ke bawah di bagian sisi surat:
"laatste brief van Bapa" (surat terakhir dari Bapa).Hari-hari penuh kegalauan
dirasakan Soekirah. Berita dari suami tercinta tak kunjung datang, ditambah pula
ia sedang mengandung anak bungsunya.

Di manakah Oto Iskandar di Nata?

-Reorientasi

Akhirnya, datang juga kabar yang ditunggu. Berita resmi diterima menjelang akhir
Desember 1945. Isinya, R. Oto Iskandar di Nata telah menjadi korban "Laskar
Hitam" di Pantai Mauk, Tangerang. Dalam berita resmi disebutkan, Menteri
Negara "Pertahanan" itu tewas tanggal 20 Desember 1945.Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Barat membangun sebuah taman makam pahlawan untuk R. Oto
Iskandar di Nata. Taman Pasir Pahlawan yang terletak di Lembang memang hanya
menyimpan sejumput pasir dibungkus kain putih yang diambil dari Pantai Mauk,
Tangerang. Jenazah Oto tidak pernah ditemukan. Muncul beberapa pendapat
mengenai kematian Oto Iskandardinata, pertama , peristiwa yang menimpa Oto
terjadi pula terhadap beberapa pemimpin pemerintahan di Jawa Barat yang
dianggap berpihak pada Jepang. Pendapat kedua, kemungkinan Oto dibunuh oleh
sesorang atau golongan yang dendam karena langkah dan ucapan Oto yang tegas
tanpa tedeng aling-aling.Untuk menghormati jasa-jasa R. Otto Iskandar Dinata,
berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI. No. 088/TK/1973, pemerintah
menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepadanya.

Anda mungkin juga menyukai