Anda di halaman 1dari 34

COVER

BIODATA

Nama : Hanisa Pratiwi

Panggilan : Icha

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 03 Juni 1992

Alamat: Jl Buah Batu dalam III No. 19 Bandung Jawa Barat 40265

Nomor telepon : (022) 7310315

Nomor handphone : 087-200-888-01

Email : ichaprikitiw@gmail.com / ichacup2waw2@gmail.com

Fakultas : Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA)

Departemen : Teknologi Industri Pertanian (TIN)

Gedung/Kamar : Sylva Sari/311


ALASAN MASUK IPB

 Rekomendasi dari senior di SMA yang juga seorang mahasiswa IPB jurusan
Teknologi Industri Pertanian.

 Menyukai hal-hal yang berhubungan dengan teknik dan teknologi.

 IPB merupakan salah satu institut terbaik Indonesia.

 Tidak diterima di pilihan pertama.


BIOGRAFI BUDI UTOMO

Cipto Mangunkusumo
(Tokoh Pergerakan Nasional)

Cipto Mangunkusumo dilahirkan pada 4 Maret 1886 di desa Pecagakan


Jepara. Ia adalah putera tertua dari Mangunkusumo, seorang priyayi rendahan dalam
struktur masyarakat Jawa. Karir Mangunkusumo diawali sebagai guru bahasa
Melayu di sebuah sekolah dasar di Ambarawa, kemudian menjadi kepala sekolah
pada sebuah sekolah dasar di Semarang dan selanjutnya menjadi pembantu
administrasi pada Dewan Kota di Semarang. Sementara, sang ibu adalah keturunan
dari tuan tanah di Mayong, Jepara.
Meskipun keluarganya tidak termasuk golongan priyayi birokratis yang
tinggi kedudukan sosialnya, Mangunkusumo berhasil menyekolahkan anak-anaknya
pada jenjang yang tinggi. Cipto beserta adik-adiknya yaitu Gunawan, Budiardjo, dan
Syamsul Ma’arif bersekolah di Stovia, sementara Darmawan, adiknya bahkan
berhasil memperoleh beasiswa dari pemeintah Belanda untuk mempelajari ilmu
kimia industri di Universitas Delf, Belanda. Si bungsu, Sujitno terdaftar sebagai
mahasiswa Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta.
Ketika menempuh pendidikan di Stovia, Cipto mulai memperlihatkan sikap
yang berbeda dari teman-temannya. Teman-teman dan guru-gurunya menilai Cipto
sebagai pribadi yang jujur, berpikiran tajam dan rajin. “Een begaald leerling”, atau
murid yang berbakat adalah julukan yang diberikan oleh gurunya kepada Cipto. Di
Stovia Cipto juga mengalami perpecahan antara dirinya dan lingkungan sekolahnya.
Berbeda dengan teman-temannya yang suka pesta dan bermain bola sodok, Cipto
lebih suka menghadiri ceramah-ceramah, baca buku dan bermain catur.
Penampilannya pada acara khusus, tergolong eksentrik, ia senantiasa memakai
surjan dengan bahan lurik dan merokok kemenyan. Ketidakpuasan terhadap
lingkungan sekelilingnya, senantiasan menjadi topik pidatonya. Baginya, Stovia
adalah tempat untuk menemukan dirinya, dalam hal kebebasan berpikir, lepas dari
tradisi keluarga yang kuat, dan berkenalan dengan lingkungan baru yang
diskriminatif.
Beberapa Peraturan-peraturan di Stovia menimbulkan ketidak puasan pada
dirnya, seperti semua mahasiswa Jawa dan Sumatra yang bukan Kristen diharuskan
memakai pakaian tadisional bila sedang berada di sekolah. Bagi Cipto, peraturan
berpakaian di Stovia merupakan perwujudan politik kolonial yang arogan dan
melestarikan feodalisme. Pakaian Barat hanya boleh dipakai dalam hirarki
administrasi kolonial, yaitu oleh pribumi yang berpangkat bupati. Masyarakat
pribumi dari wedana ke bawah dan yang tidak bekerja pada pemerintahan, dilarang
memakai pakaian Barat. Implikasi dari kebiasaan ini, rakyat cenderung untuk tidak
menghargai dan menghormati masyarakat pribumi yang memakai pakaian
tradisional.
Keadaan ini senantiasa digambarkannya melalui De Locomotief, pers
kolonial yang sangat progresif pada waktu itu, di samping Bataviaasch Nieuwsblad.
Sejak tahun 1907 Cipto sudah menulis di harian De Locomotief. Tulisannya berisi
kritikan, dan menentang kondisi keadaan masyarakat yang dianggapnya tidak sehat.
Cipto sering mengkritik hubungan feodal maupun kolonial yang dianggapnya
sebagai sumber penderitaan rakyat. Dalam sistem feodal terjadi kepincangan-
kepincangan dalam masyarakat. Rakyat umumnya terbatas ruang gerak dan
aktivitasnya, sebab banyak kesempatan yang tertutup bagi mereka. Keturunanlah
yang menentukan nasib seseorang, bukan keahlian atau kesanggupan. Seorang anak
“biasa” akan tetap tinggal terbelakang dari anak bupati atau kaum ningrat lainnya.
Kondisi kolonial lainnya yang ditentang oleh Cipto adalah diskriminasi ras.
Sebagai contoh, orang Eropa menerima gaji yang lebih tinggi dari orang pribumi
untuk suatu pekerjaan yang sama. Diskriminasi membawa perbedaan dalam
berbagai bidang misalnya, peradilan, perbedaan pajak, kewajiban kerja rodi dan
kerja desa. Dalam bidang pemerintahan, politik, ekonomi dan sosial, bangsa
Indonesia menghadapi garis batas warna. Tidak semua jabatan negeri terbuka bagi
bangsa Indonesia. Demikian juga dalam perdagangan, bangsa Indonesia tidak
mendapat kesempatan berdagang secara besar-besaran, tidak sembarang anak
Indonesia dapat bersekolah di sekolah Eropa, tidak ada orang Indonesia yang berani
masuk kamar bola dan sociteit. Semua diukur berdasarkan warna kulit.
Tulisan-tulisannya di harian De Locomotief, mengakibatkan Cipto sering
mendapat teguran dan peringatan dari pemerintah. Untuk mempertahankan
kebebasan dalam berpendapat Cipto kemudian keluar dari dinas pemerintah dengan
konsekuensi mengembalikan sejumlah uang ikatan dinasnya yang tidak sedikit.
Selain dalam bentuk tulisan, Cipto juga sering melancarkan protes dengan
bertingkah melawan arus. Misalnya larangan memasuki sociteit bagi bangsa
Indonesia tidak diindahkannya. Dengan pakaian khas yakni kain batik dan jas lurik,
ia masuk ke sebuah sociteit yang penuh dengan orang-orang Eropa. Cipto kemudian
duduk dengan kaki dijulurkan, hal itu mengundang kegaduhan di sociteit. Ketika
seorang opas (penjaga) mencoba mengusir Cipto untuk keluar dari gedung, dengan
lantangnya Cipto memaki-maki sang opas serta orang-orang berada di dekatnya
dengan mempergunakan bahasa Belanda. Kewibawaan Cipto dan penggunaan
bahasa Belandanya yang fasih membuat orang-orang Eropa terperangah.
Terbentuknya Budi Utomo pada 20 Mei 1908 disambut baik Cipto sebagai
bentuk kesadaran pribumi akan dirinya. Pada kongres pertama Budi Utomo di
Yogyakarta, jatidiri politik Cipto semakin nampak. Walaupun kongres diadakan
untuk memajukan perkembangan yang serasi bagi orang Jawa, namun pada
kenyataannya terjadi keretakan antara kaum konservatif dan kaum progesif yang
diwakili oleh golongan muda. Keretakan ini sangat ironis mengawali suatu
perpecahan ideology yang terbuka bagi orang Jawa.
Dalam kongres yang pertama terjadi perpecahan antara Cipto dan Radjiman.
Cipto menginginkan Budi Utomo sebagai organisasi politik yang harus bergerak
secara demokratis dan terbuka bagi semua rakyat Indonesia. Organisasi ini harus
menjadi pimpinan bagi rakyat dan jangan mencari hubungan dengan atasan, bupati
dan pegawai tinggi lainnya. Sedangkan Radjiman ingin menjadikan Budi Utomo
sebagai suatu gerakan kebudayaan yang bersifat Jawa.
Cipto tidak menolak kebudayaan Jawa, tetapi yang ia tolak adalah
kebudayaan keraton yang feodalis. Cipto mengemukakan bahwa sebelum persoalan
kebudayaan dapat dipecahan, terlebih dahulu diselesaikan masalah politik.
Pernyataan-pernyataan Cipto bagi jamannya dianggap radikal. Gagasan-gagasan
Cipto menunjukkan rasionalitasnya yang tinggi, serta analisis yang tajam dengan
jangkauan masa depan, belum mendapat tanggapan luas. Untuk membuka jalan bagi
timbulnya persatuan di antara seluruh rakyat di Hindia Belanda yang mempunyai
nasib sama di bawah kekuasaan asing, ia tidak dapat dicapai dengan menganjurkan
kebangkitan kehidupan Jawa. Sumber keterbelakangan rakyat adalah penjajahan dan
feodalisme.
Meskipun diangkat sebagai pengurus Budi Utomo, Cipto akhirnya
mengundurkan diri dari Budi Utomo yang dianggap tidak mewakili aspirasinya.
Sepeninggal Cipto tidak ada lagi perdebatan dalam Budi Utomo akan tetapi Budi
Utomo kehilangan kekuatan progesifnya.
Setelah mengundurkan diri dari Budi Utomo, Cipto membuka praktek dokter
di Solo. Meskipun demikian, Cipto tidak meninggalkan dunia politik sama sekali. Di
sela-sela kesibukkannya melayani pasiennya, Cipto mendirikan Raden Ajeng
Kartini Klub yang bertujuan memperbaiki nasib rakyat. Perhatiannya pada politik
semakin menjadi-jadi setelah dia bertemu dengan Douwes Dekker yang tengah
berpropaganda untuk mendirikan Indische Partij. Cipto melihat Douwes Dekker
sebagai kawan seperjuangan. Kerjasama dengan Douwes Dekker telah memberinya
kesempatan untuk melaksanakan cita-citanya, yakni gerakan politik bagi seluruh
rakyat Hindia Belanda. Bagi Cipto Indische Partij merupakan upaya mulia mewakili
kepentngan-kepentingan semua penduduk Hindia Belanda, tidak memandang suku,
golongan, dan agama.
Pada tahun 1912 Cipto pindah dari Solo ke Bandung, dengan dalih agar
dekat dengan Douwes Dekker. Ia kemudian menjadi anggota redaksi penerbitan
harian de Expres dan majalah het Tijdschrijft. Perkenalan antara Cipto dan Douwes
Dekker yang sehaluan itu sebenarnya telah dijalin ketika Douwes Dekker bekerja
pada Bataviaasch Nieuwsblad. Douwes Dekker sering berhubungan dengan murid-
murid Stovia.
Pada Nopember 1913, Belanda memperingati 100 tahun kemerdekaannya
dari Perancis. Peringatan tersebut dirayakan secara besar-besaran, juga di Hindia
Belanda. Perayaan tersebut menurut Cipto sebagai suatu penghinaan terhadap
rakyat bumi putera yang sedang dijajah. Cipto dan Suwardi Suryaningrat kemudian
mendirikan suatu komite perayaan seratus tahun kemerdekaan Belanda dengan nama
Komite Bumi Putra. Dalam komite tersebut Cipto dipercaya untuk menjadi
ketuanya. Komite tersebut merencanakan akan mengumpulkan uang untuk
mengirim telegram kepada Ratu Wihelmina, yang isinya meminta agar pasal
pembatasan kegiatan politik dan membentuk parlemen dicabut. Komite Bumi Putra
juga membuat selebaran yang bertujuan menyadarkan rakyat bahwa upacara
perayaan kemerdekaan Belanda dengan mengerahkan uang dan tenaga rakyat
merupakan suatu penghinaan bagi bumi putera.
Aksi Komite Bumi Putera mencapai puncaknya pada 19 Juli 1913, ketika
harian De Express menerbitkan suatu artikel Suwardi Suryaningrat yang berjudul
“Als Ik Nederlands Was” (Andaikan Saya Seorang Belanda). Pada hari berikutnya
dalam harian De Express Cipto menulis artikel yang mendukung Suwardi untuk
memboikot perayaan kemerdekaan Belanda. Tulisan Cipto dan Suwardi sangat
memukul Pemerintah Hindia Belanda, pada 30 Juli 1913 Cipto dan Suwardi
dipenjarakan, pada 18 Agustus 1913 keluar surat keputusan untuk membuang Cipto
bersama Suwardi Suryaningrat dan Douwes Dekker ke Belanda karena kegiatan
propaganda anti Belanda dalam Komite Bumi Putera.
Selama masa pembuangan di Belanda, bersama Suwardi dan Douwes
Dekker, Cipto tetap melancarkan aksi politiknya dengan melakukan propaganda
politik berdasarkan ideologi Indische Partij. Mereka menerbitkan majalah De Indier
yang berupaya menyadarkan masyarakat Belanda dan Indonesia yang berada di
Belanda akan situasi di tanah jajahan. Majalah De Indier menerbitkan artikel yang
menyerang kebijaksanaan Pemerintah Hindia Belanda.
Kehadiran tiga pemimpin tersebut di Belanda ternyata telah membawa
pengaruh yang cukup berarti terhadap organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda.
Indische Vereeniging, pada mulanya adalah perkumpulan sosial mahasiswa
Indonesia, sebagai tempat saling memberi informasi tentang tanah airnya. Akan
tetapi, kedatangan Cipto, Suwardi dan Douwes Dekker berdampak pada konsep-
konsep baru dalam gerakan organisasi ini. Konsep “Hindia bebas dari Belanda dan
pembentukan sebuah negara Hindia yang diperintah rakyatnya sendiri mulai
dicanangkan oleh Indische Vereeniging. Pengaruh mereka semakin terasa dengan
diterbitkannya jurnal Indische Vereeniging yaitu Hindia Poetra pada 1916.
Oleh karena alasan kesehatan, pada tahun 1914 Cipto diperbolehkan pulang
kembali ke Jawa dan sejak saat itu dia bergabung dengan Insulinde, suatu
perkumpulan yang menggantikan Indische Partij. Sejak itu, Cipto menjadi anggota
pengurus pusat Insulinde untuk beberapa waktu dan melancarkan propaganda untuk
Insulinde, terutama di daerah pesisir utara pulau Jawa. Selain itu, propaganda Cipto
untuk kepentingan Insulinde dijalankan pula melalui majalah Indsulinde yaitu
Goentoer Bergerak, kemudian surat kabar berbahasa Belanda De Beweging, surat
kabar Madjapahit, dan surat kabar Pahlawan. Akibat propaganda Cipto, jumlah
anggota Insulinde pada tahun 1915 yang semula berjumlah 1.009 meningkat
menjadi 6.000 orang pada tahun 1917. Jumlah anggota Insulinde mencapai
puncaknya pada Oktober 1919 yang mencapai 40.000 orang. Insulinde di bawah
pengaruh kuat Cipto menjadi partai yang radikal di Hindia Belanda. Pada 9 Juni
1919 Insulinde mengubah nama menjadi Nationaal-Indische Partij (NIP).
Pada tahun 1918 Pemerintah Hindia Belanda membentuk Volksraad (Dewan
Rakyat). Pengangkatan anggota Volksraad dilakukan dengan dua cara. Pertama,
calon-calon yang dipilih melalui dewan perwakilan kota, kabupaten dan propinsi.
Sedangkan cara yang kedua melalui pengangkatan yang dilakukan oleh Pemerintah
Hindia Belanda. Gubernur jenderal Van Limburg Stirum mengangkat beberapa
tokoh radikal dengan maksud agar Volksraad dapat menampung berbagai aliran
sehingga sifat demokratisnya dapat ditonjolkan. Salah seorang tokoh radikal yang
diangkat oleh Limburg Stirum adalah Cipto.
Bagi Cipto pembentukan Volksraad merupakan suatu kemajuan yang berarti,
Cipto memanfaatkan Volksraad sebagai tempat untuk menyatakan pemikiran dan
kritik kepada pemerintah mengenai masalah sosial dan politik. Meskipun Volksraad
dianggap Cipto sebagai suatu kemajuan dalam sistem politik, namun Cipto tetap
menyatakan kritiknya terhadap Volksraad yang dianggapnya sebagai lembaga untuk
mempertahankan kekuasaan penjajah dengan kedok demokrasi.
Pada 25 Nopember 1919 Cipto berpidato di Volksraad, yang isinya
mengemukakan persoalan tentang persekongkolan Sunan dan residen dalam menipu
rakyat. Cipto menyatakan bahwa pinjaman 12 gulden dari sunan ternyata harus
dibayar rakyat dengan bekerja sedemikian lama di perkebunan yang apabila
dikonversi dalam uang ternyata menjadi 28 gulden.
Melihat kenyataan itu, Pemerintah Hindia Belanda menganggap Cipto
sebagai orang yang sangat berbahaya, sehingga Dewan Hindia (Raad van
Nederlandsch Indie) pada 15 Oktober 1920 memberi masukan kepada Gubernur
Jenderal untuk mengusir Cipto ke daerah yang tidak berbahasa Jawa. Akan tetapi,
pada kenyataannya pembuangan Cipto ke daerah Jawa, Madura, Aceh, Palembang,
Jambi, dan Kalimantan Timur masih tetap membahayakan pemerintah. Oleh sebab
itu, Dewan Hindia berdasarkan surat kepada Gubernur Jenderal mengusulkan
pengusiran Cipto ke Kepulauan Timor. Pada tahun itu juga Cipto dibuang dari
daerah yang berbahasa Jawa tetapi masih di pulau Jawa, yaitu ke Bandung dan
dilarang keluar kota Bandung. Selama tinggal di Bandung, Cipto kembali membuka
praktek dokter. Selama tiga tahun Cipto mengabdikan ilmu kedokterannya di
Bandung, dengan sepedanya ia masuk keluar kampung untuk mengobati pasien.
Di Bandung, Cipto dapat bertemu dengan kaum nasionalis yang lebih muda,
seperti Sukarno yang pada tahun 1923 membentuk Algemeene Studie Club. Pada
tahun 1927 Algemeene Studie Club diubah menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI).
Meskipun Cipto tidak menjadi anggota resmi dalam Algemeene Studie Club dan
PNI, Cipto tetap diakui sebagai penyumbang pemikiran bagi generasi muda.
Misalnya Sukarno dalam suatu wawancara pers pada 1959, ketika ditanya siapa di
antara tokoh-tokoh pemimpin Indonesia yang paling banyak memberikan pengaruh
kepada pemikiran politiknya, tanpa ragu-ragu Sukarno menyebut Cipto
Mangunkusumo.
Pada akhir tahun 1926 dan tahun 1927 di beberapa tempat di Indo-nesia
terjadi pemberontakan komunis. Pemberontakan itu menemui ke-gagalan dan ribuan
orang ditangkap atau dibuang karena terlibat di dalamnya. Dalam hal ini Cipto juga
ditangkap dan didakwa turut serta dalam perlawanan terhadap pemerintah. Hal itu
disebabkan suatu peristiwa, ketika pada bulan Juli 1927 Cipto kedatangan tamu
seorang militer pribumi yang berpangkat kopral dan seorang kawannya. Kepada
Cipto tamu tersebut mengatakan rencananya untuk melakukan sabotase dengan
meledakkan persediaan-persediaan mesiu, tetapi dia bermaksud mengunjungi
keluarganya di Jatinegara, Jakarta, terlebih dahulu. Untuk itu dia memerlukan uang
untuk biaya perjalanan. Cipto menasehatkan agar orang itu tidak melakukan
tindakan sabotase, dengan alasan kemanusiaan Cipto kemudian memberikan
uangnya sebesar 10 gulden kepada tamunya.
Setelah pemberontakan komunis gagal dan dibongkarnya kasus peledakan
gudang mesiu di Bandung, Cipto dipanggil pemerintah untuk menghadap pengadilan
karena dianggap telah memberikan andil dalam membantu anggota komunis dengan
memberi uang 10 gulden dan diketemukannya nama-nama kepala pemberontakan
dalam daftar tamu Cipto. Sebagai hukumannya Cipto kemudian dibuang ke Banda
pada tahun 1928.
Dalam pembuangan, penyakit asmanya kambuh. Beberapa kawan Cipto
kemudian mengusulkan kepada pemerintah agar Cipto dibebaskan. Ketika Cipto
diminta untuk menandatangani suatu perjanjian bahwa dia dapat pulang ke Jawa
dengan melepaskan hak politiknya, Cipto secara tegas mengatakan bahwa lebih baik
mati di Banda daripada melepaskan hak politiknya. Cipto kemudian dialihkan ke
Makasar, dan pada tahun 1940 Cipto dipindahkan ke Sukabumi. Kekerasan hati
Cipto untuk berpolitik dibawa sampai meninggal pada 8 Maret 1943.

(Sumber: Linda Sunarti, Dosen Departemen Sejarah Universitas Indonesia)


BIOGRAFI BJ HABIBIE

Tokoh yang menginspirasi saya adalah BJ Habibie, saya mengenal beliau sejak
penyanyi cilik Joshua menyanyikan lagu yang mengikutsertakan BJ Habibie dan
pesawat terbangnya dalam lirik lagunya. Semenjak itu, saya menjadikan beliau
tokoh idola saya.

Masa Muda

Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau dikenal sebagai
BJ Habibie (74 tahun) merupakan pria Pare-Pare (Sulawesi Selatan) kelahiran 25
Juni 1936. Habibie menjadi Presiden ke-3 Indonesia selama 1.4 tahun dan 2 bulan
menjadi Wakil Presiden RI ke-7. Habibie merupakan “blaster” antara orang Jawa
[ibunya] dengan orang Makasar/Pare-Pare [ayahnya].

Dimasa kecil, Habibie telah menunjukkan kecerdasan dan semangat tinggi pada
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya Fisika. Selama enam bulan, ia kuliah di
Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), dan dilanjutkan ke Rhenisch
Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman pada 1955. Dengan dibiayai oleh
ibunya, R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, Habibie muda menghabiskan 10 tahun
untuk menyelesaikan studi S-1 hingga S-3 di Aachen-Jerman.
Berbeda dengan rata-rata mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa di luar
negeri, kuliah Habibie (terutama S-1 dan S-2) dibiayai langsung oleh Ibunya yang
melakukan usaha catering dan indekost di Bandung setelah ditinggal pergi suaminya
(ayah Habibie). Habibie mengeluti bidang Desain dan Konstruksi Pesawat di
Fakultas Teknik Mesin. Selama lima tahun studi di Jerman akhirnya Habibie
memperoleh gelar Dilpom-Ingenenieur atau diploma teknik (catatan : diploma
teknik di Jerman umumnya disetarakan dengan gelar Master/S2 di negara lain)
dengan predikat summa cum laude.

Pak Habibie melanjutkan program doktoral setelah menikahi teman SMA-nya, Ibu
Hasri Ainun Besari pada tahun 1962. Bersama dengan istrinya tinggal di Jerman,
Habibie harus bekerja untuk membiayai biaya kuliah sekaligus biaya rumah
tangganya. Habibie mendalami bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang.
Tahun 1965, Habibie menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor
Ingenieur (Doktor Teknik) dengan indeks prestasi summa cum laude.

Karir di Industri

Selama menjadi mahasiswa tingkat doktoral, BJ Habibie sudah mulai bekerja untuk
menghidupi keluarganya dan biaya studinya. Setelah lulus, BJ Habibie bekerja di
Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB Hamburg (1965-1969 sebagai Kepala
Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan
kemudian menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat
terbang komersial dan militer di MBB (1969-1973). Atas kinerja dan kebriliannya, 4
tahun kemudian, ia dipercaya sebagai Vice President sekaligus Direktur Teknologi
di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihast Senior bidang teknologi untuk
Dewan Direktur MBB (1978 ). Dialah menjadi satu-satunya orang Asia yang
berhasil menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman ini.

Sebelum memasuki usia 40 tahun, karir Habibie sudah sangat cemerlang, terutama
dalam desain dan konstruksi pesawat terbang. Habibie menjadi “permata” di negeri
Jerman dan iapun mendapat “kedudukan terhormat”, baik secara materi maupun
intelektualitas oleh orang Jerman. Selama bekerja di MBB Jerman, Habibie
menyumbang berbagai hasil penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan
dan teknologi dibidang Thermodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika. Beberapa
rumusan teorinya dikenal dalam dunia pesawat terbang seperti “Habibie Factor“,
“Habibie Theorem” dan “Habibie Method“.

Kembali ke Indonesia

Pada tahun 1968, BJ Habibie telah mengundang sejumlah insinyur untuk bekerja di
industri pesawat terbang Jerman. Sekitar 40 insinyur Indonesia akhirnya dapat
bekerja di MBB atas rekomendasi Pak Habibie. Hal ini dilakukan untuk
mempersiapkan skill dan pengalaman (SDM) insinyur Indonesia untuk suatu saat
bisa kembali ke Indonesia dan membuat produk industri dirgantara (dan kemudian
maritim dan darat). Dan ketika (Alm) Presiden Soeharto mengirim Ibnu Sutowo ke
Jerman untuk menemui seraya membujuk Habibie pulang ke Indonesia, BJ Habibie
langsung bersedia dan melepaskan jabatan, posisi dan prestise tinggi di Jerman. Hal
ini dilakukan BJ Habibie demi memberi sumbangsih ilmu dan teknologi pada
bangsa ini. Pada 1974 di usia 38 tahun, BJ Habibie pulang ke tanah air. Iapun
diangkat menjadi penasihat pemerintah (langsung dibawah Presiden) di bidang
teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi hingga tahun 1978. Meskipun
demikian dari tahun 1974-1978, Habibie masih sering pulang pergi ke Jerman
karena masih menjabat sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB.

Habibie mulai benar-benar fokus setelah ia melepaskan jabatan tingginya di


Perusahaan Pesawat Jerman MBB pada 1978. Dan sejak itu, dari tahun 1978 hingga
1997, ia diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek)
sekaligus merangkap sebagai Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT). Disamping itu Habibie juga diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional
dan berbagai jabatan lainnya.
Pesawat CN-235 karya IPTN milik AU Spanyol

Ketika menjadi Menristek, Habibie mengimplementasikan visinya yakni membawa


Indonesia menjadi negara industri berteknologi tinggi. Ia mendorong adanya
lompatan dalam strategi pembangunan yakni melompat dari agraris langsung
menuju negara industri maju. Visinya yang langsung membawa Indonesia menjadi
negara Industri mendapat pertentangan dari berbagai pihak, baik dalam maupun luar
negeri yang menghendaki pembangunan secara bertahap yang dimulai dari fokus
investasi di bidang pertanian. Namun, Habibie memiliki keyakinan kokoh akan
visinya, dan ada satu “quote” yang terkenal dari Habibie yakni :

“I have some figures which compare the cost of one kilo of airplane compared to
one kilo of rice. One kilo of airplane costs thirty thousand US dollars and one kilo
of rice is seven cents. And if you want to pay for your one kilo of high-tech products
with a kilo of rice, I don’t think we have enough.” (Sumber : BBC: BJ Habibie
Profile -1998.)

Kalimat diatas merupakan senjata Habibie untuk berdebat dengan lawan politiknya.
Habibie ingin menjelaskan mengapa industri berteknologi itu sangat penting. Dan ia
membandingkan harga produk dari industri high-tech (teknologi tinggi) dengan hasil
pertanian. Ia menunjukkan data bahwa harga 1 kg pesawat terbang adalah USD
30.000 dan 1 kg beras adalah 7 sen (USD 0,07). Artinya 1 kg pesawat terbang
hampir setara dengan 450 ton beras. Jadi dengan membuat 1 buah pesawat dengan
massa 10 ton, maka akan diperoleh beras 4,5 juta ton beras.
Pola pikir Pak Habibie disambut dengan baik oleh Pak Harto. Soeharto pun bersedia
menggangarkan dana ekstra dari APBN untuk pengembangan proyek teknologi
Habibie. Dan pada tahun 1989, Suharto memberikan “kekuasan” lebih pada Habibie
dengan memberikan kepercayaan Habibie untuk memimpin industri-industri
strategis seperti Pindad, PAL, dan PT IPTN.

Habibie menjadi RI-1

Secara materi, Habibie sudah sangat mapan ketika ia bekerja di perusahaan MBB
Jerman. Selain mapan, Habibie memiliki jabatan yang sangat strategis yakni Vice
President sekaligus Senior Advicer di perusahaan high-tech Jerman. Sehingga
Habibie terjun ke pemerintahan bukan karena mencari uang ataupun kekuasaan
semata, tapi lebih pada perasaan “terima kasih” kepada negara dan bangsa Indonesia
dan juga kepada kedua orang tuanya. Sikap serupa pun ditunjukkan oleh Kwik Kian
Gie, yakni setelah menjadi orang kaya dan makmur dahulu, lalu Kwik pensiun dari
bisnisnya dan baru terjun ke dunia politik. Bukan sebaliknya, yang banyak
dilakukan oleh para politisi saat ini yang menjadi politisi demi mencari
kekayaan/popularitas sehingga tidak heran praktik korupsi menjamur.

Tiga tahun setelah kepulangan ke Indonesia, Habibie (usia 41 tahun) mendapat gelar
Profesor Teknik dari ITB. Selama 20 tahun menjadi Menristek, akhirnya pada
tanggal 11 Maret 1998, Habibie terpilih sebagai Wakil Presiden RI ke-7 melalui
Sidang Umum MPR. Di masa itulah krisis ekonomi (krismon) melanda kawasan
Asia termasuk Indonesia. Nilai tukar rupiah terjun bebas dari Rp 2.000 per dolar AS
menjadi Rp 12.000-an per dolar. Utang luar negeri jatuh tempo sehinga
membengkak akibat depresiasi rupiah. Hal ini diperbarah oleh perbankan swasta
yang mengalami kesulitan likuiditas. Inflasi meroket diatas 50%, dan pengangguran
mulai terjadi dimana-mana.

Pada saat bersamaan, kebencian masyarakat memuncak dengan sistem orde baru
yang sarat Korupsi, Kolusi, Nepotisme yang dilakukan oleh kroni-kroni Soeharto
(pejabat, politisi, konglomerat). Selain KKN, pemerintahan Soeharto tergolong
otoriter, yang menangkap aktivis dan mahasiswa vokal.

Dipicu penembakan 4 orang mahasiswa (Tragedi Trisakti) pada 12 Mei 1998,


meletuslah kemarahan masyarakat terutama kalangan aktivis dan mahasiswa pada
pemerintah Orba. Pergerakan mahasiswa, aktivis, dan segenap masyarakat pada 12-
14 Mei 1998 menjadi momentum pergantian rezim Orde Baru pimpinan Pak Hato.
Dan pada 21 Mei 1998, Presiden Soeharto terpaksa mundur dari jabatan Presiden
yang dipegangnya selama lebih kurang 32 tahun. Selama 32 tahun itulah,
pemerintahan otoriter dan sarat KKN tumbuh sumbur. Selama 32 tahun itu pula,
banyak kebenaran yang dibungkam. Mulai dari pergantian Pemerintah Soekarno
(dan pengasingan Pres Soekarno), G30S-PKI, Supersemar, hingga dugaan
konspirasi Soeharto dengan pihak Amerika dan sekutunya yang mengeruk sumber
kekayaan alam oleh kaum-kaum kapitalis dibawah bendera korpotokrasi (termasuk
CIA, Bank Duni, IMF dan konglomerasi).

Soeharto mundur, maka Wakilnya yakni BJ Habibie pun diangkat menjadi Presiden
RI ke-3 berdasarkan pasal 8 UUD 1945. Namun, masa jabatannya sebagai presiden
hanya bertahan selama 512 hari. Meski sangat singkat, kepemimpinan Presiden
Habibie mampu membawa bangsa Indonesia dari jurang kehancuran akibat krisis.
Presiden Habibie berhasil memimpin negara keluar dari dalam keadaan ultra-krisis,
melaksanankan transisi dari negara otorian menjadi demokrasi. Sukses
melaksanakan pemilu 1999 dengan multi parti (48 partai), sukses membawa
perubahan signifikn pada stabilitas, demokratisasi dan reformasi di Indonesia.

Habibie merupakan presiden RI pertama yang menerima banyak penghargaan


terutama di bidang IPTEK baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Jasa-jasanya
dalam bidang teknologi pesawat terbang mengantarkan beliau mendapat gelar
Doktor Kehormatan (Doctor of Honoris Causa) dari berbagaai Universitas
terkemuka dunia, antara lain Cranfield Institute of Technology dan Chungbuk
University.
DESKRIPSI PERJALANAN KE IPB

Perjalanan saya ke IPB dimulai saat kami semua, para mahasiswa baru yang
lolos SNMPTN diwajibkan untuk datang sendiri saat registrasi ulang, kalau tidak
salah pada tanggal 09 Agustus 2010. Saat itu saya memasuki gedung GRAWIDYA
IPB. Sebelumnya, pada saat memasuki gedung, saya ditanyai perihal kelengkapan
dokumen-dokumen untuk registrasi. Saya sempat kaget dan takut karena gaya bicara
dan nada orang yang menanyai saya begitu mirip dengan perwira TNI yang sedang
mengintograsi seseorang yang sedang berbuat salah.

Setelah itu, saya dan kawan-kawan yang lainnya diminta untuk duduk dan
menunggu di kursi tribun GRAWIDYA. Saya tidak terlalu ingat bagaimana detil
pada saat registrasi. Menunggu dan mengantre adalah hal yang dominan saya
lakukan selama berjam-jam pada saat registrasi. Saya datang pada jam 09.00 pagi
hari dan selesai registrasi pada jam 21.00 malam hari. Saya tidak menyangka bahwa
registrasi penerimaan mahasiswa baru akan memakan waktu selama kurang lebih 12
jam.

Saya diminta kembali ke Bogor untuk memasuki asrama pada tanggal 12


Agustus 2010. Saya dan ibu saya datang sembari membawa koper, ransel, dan
barang-barang yang lainnya. Kami datang menggunakan bus, tidak seperti pada saat
registrasi, saya menggunakan mobil pribadi. Hanya saja, ternyata asrama yang akan
saya huni, belum layak huni sepenuhnya. Saya melihat keadaan kamar saya, ternyata
kamar saya masih terkunci dan tidak ada satupun orang yang mengetahui dimana
kunci kamar saya. Ibu saya benar-benar kesal saat itu, dampaknya adalah beliau
memarahi saya yang notabene saya tidak tahu menahu kalau ternyata asrama saya
belum siap huni. Saya menengok kedalam kamar, hanya ada ruang kosong dan dua
buah meja belajar, juga sebuah lemari yang disatukan dengan dinding sebagai
pemisah antara kamar saya dan kamar sebelah.
Akhirnya kami kembali lagi ke Bandung. Beruntung, saya memiliki senior
yang juga kuliah di IPB. Jadi, kami bisa menitipkan barang-barang saya untuk
sementara di rumah kontrakannya. Saya diminta untuk datang kembali pada tanggal
16 Agustus 2010. Panitia yang berada di asrama saat itu menyakinkan kami bahwa
asrama akan selesai pada tanggal 16 Agustus 2010. Kami pun datang pada tanggal
16, namun keadaan kamar saya tetap sama. Masih terkunci, tanpa tau kuncinya
berada dimana. Akhirnya saya masuk melalui pintu belakang. Tidak banyak
perubahan pada kamar saya. Hanya ditambah sebuah ranjang dan sebuah kasur
kapuk. Semenjak saat itu, saya tinggal diasrama. Saya berkeliling asrama, ternyata
kamar mandi hanya ada di lantai dasar, sedangkan saya berada pada lantai teratas
(lantai 3), asrama kami pun jauh dari ‘pearadaban’. Tidak seperti asrama A1, A2,
A3, dan Rusunawa. Fasilitas di dalam asrama saya lebih sederhana dibandingkan
mereka. Tapi, bagaimanapun keadaannya, asrama sederhana inilah yang akan
menjadi tempat berlindung saya selama setahun kedepan.
DESKRIPSI FATETA (Fakultas Teknologi Pertanian)

Visi

Fateta sebagai lembaga pendidikan tinggi terkemuka yang diakui secara


internasional dalam bidang teknologi pertanian , dengan kompetensi inti pada
rekayasa biosistem dan teknologi informasi untuk pertanian tropika yang spesifik
lokal. Lulusan Fateta adalah SDM profesional yang bermoral tinggi dan mampu
bersaing di kawasan Asia Tenggara

Misi

Penyelenggaraan pendidikan tinggi multistrata melalui jalur akademik dan


profesional di bidang teknologi pertanian yang didukung oleh sarana dan prasarana
yang memadai serta kurikulum yang efisien dan relevan dengan kebutuhan
pembangunan nasional.

Penyelenggaran penelitian dasar dan terapan dalam bidang teknik pertanian ,


teknologi pangan , dan teknologi industri pertanian dengan memanfaatkan
indigenous technology dan sumber daya lokal.

Pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat secara profesional dalam rangka


meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan peran aktif pada proses modernisasi
sistem pertanian yang berkelanjutan.

Kebijakan Mutu

Fateta secara efisien menghasilkan lulusan bermutu tinggi dengan kompetensi


bersertifikat yang sesuai dengan tuntutan konsumen dan kemampuan berkarya di
bidangnya , didukung oleh komitmen yang tinggi terhadap mutu oleh seluruh
komponen yang terlibat dalam proses pendidikan .
Departemen-Departemen FATETA

Departemen Teknik Pertanian (TEP)


Pengembangan ilmu keteknikan dalam bidang pertanian dalam arti luas .

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP)


Pengembangan ilmu dan teknologi pangan , mencakup kimia pangan dan analisa
pangan , kemanan dan mikrobiologi pangan , rekayasa proses pangan .

Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIN)


Pengembangan ilmu dalam bidang agroindustri secara terpadu yang mencakup
sistem penyediaan bahan baku , pengolahan , teknik dan manajemen , teknologi
proses dan bioproses ( mengarah ke non pangan ), teknologi dan manajemen
lingkungan .

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan (SIL)


Pengembangan dan penerapan ilmu teknik untuk perencanaan dan pengelolaan
sumberdaya air, infrastruktur dan bangunan serta penanganan polusi dan sanitasi
lingkungan.

(sumber: ipb.ac.id)
DESKRIPSI DEPARTEMEN TIN (Teknologi Industri Pertanian)

Sejarah Departemen Teknologi Industri Pertanian

Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIN) didirikan pada tahun 1981 dan salah
satu lembaga terkemuka dalam menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas
untuk sektor agroindustri dengan tujuan untuk menyempurnakan sukses Revolusi
Hijau menjadi Revolusi Nilai Tambah bagi hasil pertanian. Setelah 10 tahun
menyelenggarakan program Sarjana (S1), TIN membuka program Magister (S2)
pada tahun 1990, diikuti dengan program Doktor (S3) pada tahun 1995. Departemen
Teknologi Industri Pertanian (TIN) adalah tempat yang luar biasa untuk mengejar
gelar yang lebih tinggi atau pendidikan profesional.

TIN adalah salah satu departemen dalam Fakultas Teknologi Pertanian dengan
kompetensi utama untuk mengembangkan teknologi dan manajemen agroindustri.
TIN muncul sebagai solusi untuk mengantisipasi berkembang pesat sektor
agroindustri, yang tidak diragukan lagi membutuhkan berbagai keahlian dan
disiplin.

TIN agroindustri mengambil bidang utama, garis terdepan untuk memindahkan


komoditas pertanian menjadi produk industri sehingga tercipta terikat kuat antara
pertanian dan industri. TIN mencari upaya untuk membuat transformasi ini menjadi
kenyataan dengan memberikan kualitas pendidikan di agroindustri untuk membantu
lulusan dengan semua keterampilan yang diperlukan.

TIN menawarkan program pendidikan yang menerapkan penerapan ilmu


pengetahuan dan teknologi yang mengintegrasikan manusia, peralatan, bahan,
energi, uang dan informasi untuk memanfaatkan sumber daya pertanian untuk
memungkinkan pengembangan industri. Sebagai lembaga pendidikan tinggi di
agroindustri, TIN bahkan menawarkan kemitraan lebih kooperatif dengan industri
dalam bentuk:
* Pendidikan dan pelatihan

* Penelitian kolaborasi

* Laboratorium analisis

* Bisnis konsultasi

Dalam rangka mempertahankan kompetensi untuk kemitraan, TIN terdiri sendiri


dengan tiga aliran bunga termasuk teknik industri dan manajemen, proses dan
teknologi bioproses, dan manajemen lingkungan dan teknologi. Dalam memperkuat
intinya, TIN memiliki tujuh laboratorium fisik, dua laboratorium instrumen, sebuah
studio gambar teknik, fasilitas pelatihan, ruang kelas, dan proyek percontohan untuk
industri mengajar, inkubasi bisnis, dan pabrik percontohan.

Visi:

Menjadi program studi yang unggul dan bertaraf internasional dalam menghasilkan
sumberdaya manusia yang berkualitas dalam bidang teknologi dan manajemen
agroindustri.

Misi:

Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam


bidang agroindustri dengan sasaran pada:

• Perbaikan berkelanjutan terhadap kualitas pendidikan yang mencakup aspek


SDM, sarana dan prasarana, kurikulum (proses pembelajaran dan
penilaiannya), dan pengelolaan serta pelayanan dalam menghasilkan lulusan
yang berkualitas,
• Peningkatan kualitas penelitian dan penguatan keterkaitannya dengan
kebutuhan stakeholder serta berkontribusi terhadap pengembangan IPTEK
melalui kerjasama nasional / internasional, dan
• Intensifikasi dan ekstensifikasi kegiatan transfer teknologi kepada
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Tujuan:
Mencakup tiga hal pokok yaitu:

• Menghasilkan lulusan yang memiliki dayasaing yang tinggi baik dalam hal
keahlian dan keterampilan, tanggungjawab dan motivasi untuk
mengembangkan agroindustri,
• Menghasilkan produk-produk penelitian dan pengembangan yang
berkontribusi dalam pembangunan agroindustri dan IPTEK, dan
• Mendiseminasikan dan mempromosikan penerapan produk penelitian dan
temuan inovatif dalam aspek teknologi proses dan teknik sistem agroindustri
yang berwawasan lingkungan kepada pihak pemangku kepentingan
(stakeholders).
INDONESIA RAYA

Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku

Disanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku

Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku

Marilah kita berseru, Indonesia bersatu…

Hiduplah tanahku, hiduplah negriku

Bangsaku, rakyatku, semuanya

Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya

Untuk Indonesia Raya…

Indonesia Raya, merdeka! Merdeka!

Tanahku, negeriku, yang kucinta

Indonesia Raya, merdeka! Merdeka!

Hiduplah Indonesia Raya…

Indonesia Raya, merdeka! Merdeka!

Tanahku, negeriku, yang kucinta

Indonesia Raya, merdeka! Merdeka!

Hiduplah Indonesia Raya………


HYMNE IPB

Institut pertanian. pengabdi nusa bangsa

Menempa tunas muda, cendekia pencipta jaya

Bergema suara cita, amalkan ilmu ‘tuk nusa

Dengan smangat bergelora, jayalah IPB kita

Tunas bakti, civitasnya, laksanakan selalu

Tridarma nan mulia, IPB terus maju

Institut pertanian, pengemban cita suci

Institute Pertanian Bogor, almamater kami…


YEL-YEL DAN JARGON PANJI 3/LASKAR 13

Jargon Panji 3

Jargon Laskar 13
(tabel misah)
RESUME ACARA PRA MPKMB, MPKMB I, DAN MPKMB II

Pra MPKMB (17 Agustus 2010)

Acara/Tema

• Upacara Kemerdekaan RI / Membentuk Jiwa Pahlawan di Negara Agraris.


• Sesi Pengenalan IPB / Mengenal dan Memahami IPB lebih dekat

MPKMB I (24 September 2010)

Acara/Tema

• Opening Ceremony dan Seminar Pertanian / Sambut Pertanian: Laskar


Inspirasi Telah Datang
• Diskusi Panel Inspirasi 1 / Kami Cinta Pertanian
• Pengenalan Produk IPB / Cintai dan Banggai IPB
• Diskusi Panel Inspirasi 2 / To Be Super Entrepreneur to Develop My
Country, Why Not?
• Temu Laskar / Mengetahui pentingnya webometrics dalam peningkatan citra
IPB
• Senam Aerobik Bersama / Kebersamaan dalam Olahraga

MPKMB II (25 September 2010)

Acara/Tema

• Diskusi Panel Inspirasi 3 / How to be Incredible Student?


• Diskusi Panel Inspirasi 4 / Mahasiswa Pertanian: "Kontribusi Bahasa Kami"
• Training Motivasi / Mahasiswa Pertanian, Mahasiswa berkarakter
• Promosi UKM / Keragaman Mahasiswa dalam Satu IPB
• Manajemen Aksi / Lingkungan Hidup
RESUME DISKUSI PANEL INSPIRASI

Diskusi Panel Inspirasi I: Kami Cinta Pertanian

Diskusi Panel Inspirasi II: To Be Super Entrepreneur to Develop My Country,


Why Not?

Diskusi Panel Inspirasi III: How to be Incredible Student?

Diskusi Panel Inspirasi IV: Mahasiswa Pertanian: "Kontribusi Bahasa Kami"


PETA BUTA IPB
HIERARKI MPKMB 47
HIERARKI IPB
LAMPIRAN-LAMPIRAN

• Review singkat kewirausahaan

• Dokumentasi pembuatan tong sampah dan slogan kebersihan

Anda mungkin juga menyukai